Anda di halaman 1dari 12

BAB II

TINJAUAN UMUM

2.1 Definisi Apotek

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.09 Tahun

2017, Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek

kefarmasian oleh Apoteker.

2.2 Tugas dan fungsi Apotek

Berdasarkan Permenkes RI No. 922/Menkes/per/SK/1993, tugas dan fungsi

apotek yaitu:

a. Tempat pengabdian profesi seorang apoteker dan sistem apoteker yang telah

mengucapkan sumpah jabatannya.

b. Sarana Farmasi yang melaksanakan peracikan, perubahan bentuk,

pencampuran dan penyerahan obat atau bahan obat sera pemberian informasi

obat.

c. Sarana penyaluran perbekalan farmasi yang harus menyalurkan obat yang

diperlukan serta meluas dan merata.

2.3 Tujuan Apotek

Berdasarkan peraturan menteri kesehatan No. 9 Tahun 2017, tujuan apotek

yaitu :

5 STIFI Bhakti Pertiwi


6

a. Meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian di apotek

b. Memberikan perlindungan pasien dan masyarakat dalam memperoleh

pelayanan kefarmasian di Apotek, dan

c. Menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian dalam memberikan

pelayanan kefarmasian di Apotek.

2.4 Persyaratan Apotek

Persyaratan apotek berdasarkan permenkes No. 922/Menkes/Per/X/1993 pasal

6 yaitu:

a. Untuk mendapatkan izin apotek, Apoteker atau apoteker yang bekerja sama

dengan pemilik sarana yang telah memenuhi persyaratan harus siap dengan

tempat, perlengkapan termasuk sediaan farmasi dan perbekalan lainnya yang

merupakan milik sendiri atau milik pihak lain.

b. Sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan

pelayanan komoditi lainya diluar sediaan farmasi.

c. Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi lainnya di luar sediaan

farmasi.

2.5 Pengelolahan Sediaan Farmasi dan Pembekalan Kesehatan

Pengelolahan sediaan farmasi dan pembekalan kesehatan lainnya dilakukan

sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku meliputi perencanaan,

pengadaan, penyimpanan dan pelayanan.

STIFI Bhakti Pertiwi


7

Sediaan farmasi adalah obat, obat asli indonesia, alat kesehatan dan kosmetik,

perbekalan kesehatan adalah semua bahan dan peralatan yang di perlukan untuk

menyelenggarakan upaya kesehatan.

Adapun pengelolahan farmasi dan pembekalan kesehatan lainnya meliputi:

1. Perencanaan

Dalam membuat perencanaan pengadaan dalam membuat sediaan farmasi,

perlu diperhatikan pola penyakit, kemampuan masyarakat, dan budaya

masyarakat.

Metode yang digunakan dalam perencanaan pengadaan antara lain:

a. Metode Epidemiologi

Yaitu berdasarkan pola penyebaran dan pengobatan penyakit yang terjadi pada

masyarakat sekitar.

b. Metode Konsumsi

Yaitu berdasarkan data pengeluaran barang periode sebelumnya.

c. Metode Kombinasi

Yaitu berdasarkan pola penyebaran penyakit dan melihat jumlah kelebihan

sediaan farmasi periode sebelumnya.

d. Metode just in time

Yaitu perencanaan yang dilakukan saat obat dibutuhkan dan obat yang ada

diapotek dalam jumlah terbatas. Perencanaan ini berlaku untuk obat-obat yang

jarang diresepkan dan harganya mahal serta, tanggal kadaluarsanya pendek.

2. Pengadaan

STIFI Bhakti Pertiwi


8

Pengadaan barang dilakukan berdasarkan perencanaan yang telah dibuat dan

disesuaikan dengan anggaran keuangan yang ada dan harus melalui jalur resmi

demi menjamin kualitas barang. Pengadaan brang meliputi proses pemesanan,

pembelian, dan penerimaan barang, ada tiga macam pengadaan barang di apotek

yaitu:

a. Pengadaan dalam jumlah tertentu terbtas, yakni pembelian yang dilakukan

apabila persediaan barang sudah menipis.

b. Pengadaan berencana, yakni pembelian berdasarkan pola kebutuhan bulan

sebelumnya atau berdasarkan data obat-obatan yang cepat beredar bergantung

pula pada keadaan tertentu seperti pada kondisi cuaca.

c. Pengadaan spekulatif, yakni pembelian yang dilakukan dalam jumlah besar

dengan harapan akan ada kenaikan harga dalam waktu dekat atau karena

diskon atau bonus yang ditawarkan.

3. Penyimpanan

Obat dan bahan harus disimpan dalam wadah yang cocok dan memenuhi

ketentuan pengemasan dan pengadaan sesuai ketentuan yang berlaku. Obat yang

disimpan harus terhindar dari pencemaran dan penguraian, pengaruh sediaan obat,

jenis obat dan penyusunan dilakukan secara alfabetis untuk mempermudahkan

pengambilan obat.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan antara lain:

1. Produk disimpan sesuai persyaratan

2. Produk disimpan dengan kaidah penyimpanan obat yang benar (alfabetis FIFO,

FEFO) suhu, sediaan dan efek farmakologi

STIFI Bhakti Pertiwi


9

3. Narkotika harus disimpan di tempat yang sesuai dengan persyaratan ketentuan,

4. Obat jadi disimpan dalam kemasan primer

5. Bahan baku obat disimpan sesuai ketentuan

6. Arus keluar masuk obat dicatat pada kartu stok

Beberapa ketentuan cara penyimpanan obat/bahan di apotek antara lain:

1. Disimpan dalam wadah tertutup rapat, untuk obat yang mudah menguap.

2. Disimpan terlindung dari cahaya untuk sediaan tablet, kaplet, kapsul, sirup.

3. Disimpan bersama dengan zat pengering, penyerap lembab.

4. Disimpan pada suhu kamar (suhu 15-30˚c).

5. Disimpan pada tempat sejuk (suhu 2-8˚c) untuk ovula suppositoria.

2.6 Pelayanan Apotek

Berdasarkan kepmenkes RI No. 1027/MENKES/SK/IX/2004 Pelayanan di

Apotek meliputi :

2.6.1 Pelayanan Resep

1. Skrining resep

Apoteker melakukan skrining resep meliputi :

a. Skrinning Resep

- persyaratan administratif ; Nama, SIP, Alamat dokter, tanggal, penulisan resep,

paraf dokter, nama pasien, alamat pasien, umur, jenis kelamin, dan berat badan

pasien, nama obat, potensi, dosis, jumlah yang diberikan, cara pemakaian, dan

lainnya.

STIFI Bhakti Pertiwi


10

- kesesuaian farmasetik (bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas, cara dan lama

pemerian).

- pertimbangan klinis ; adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian (dosis,

durasi, jumlah obat, dan lain-lain).

b. Penyiapan obat

- Peracikan : kegiatan menyiapkan menimbang, mencampur, dan mengemas

serta memberikan etiket pada wadah.

- Etiket : etiket harus jelas dan dapat dibaca.

- Kemasan obat yang diserahkan : dikemas dengan rapi dalam kemasan yang

cocok sehingga terjaga kualitasnya.

- Penyerahan obat : lakukan pemeriksaan akhir sebelum obat diserahkan kepada

pasien.

- Informasi obat : cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu

pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari

selama

terapi.

- Konseling : konseling mengenai sediaan farmasi, pengobatan dan perbekalan

kesehatan lainnya sehingga memperbaiki kualitas hidup pasien.

- Monitoring penggunaan obat : apoteker harus melaksanakan pemantauan

penggunaan obat terutama untuk pasien dengan penyakit kronis.

STIFI Bhakti Pertiwi


11

2.6.2 Promosi

Dalam rangka pemberdayaan masyarakat, apoteker Harus berpartisipasi

secara aktif dalam promosi dan edukasi. Apoteker ikut membantu diseminasi

informasi, antara lain dengan penyebaran leaflet / brosur, poster, penyuluhan, dan

lain-lainnya.

2.6.3 Pelayanan residensial (Home Care)

Apoteker juga diharapkan dapat melakukan pelayanan kefarmasian yang

bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk kelompok lansia dan pasien dengan

penyakit kronis lainnya. Untuk aktivitas ini apoteker harus membuat catatan

berupa catatan pengobatan (medication record) (Permenkes No 73, 2016).

2.7 Peraturan dan Perundang-undangan Apotek

Untuk mempermudah pengelolahan obat, mulai dari kegiatan pada industri

sampai dengan industri (apotek, toko obat) dan ketepatan penggunaannya di

tangan konsumen. Pemerintah menetapkan beberapa peraturan mengenai “tanda”

untuk membedakan jenis-jenis obat yang beredar di Wilayah Republik Indonesia.

Beberapa peraturan tersebut antara lain:

a. UU RI No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika

b. UU RI No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika

c. KEPMENKES RI No. 2380/ASK/VI/83 tentang Tanda Khusus Obat Bebas dan

Obat Bebas Terbatas

d. KEPMENKES RI No. 2396/A/SK/VIII/86 tentang Tanda khusus Obat Keras

Daftar G

STIFI Bhakti Pertiwi


12

e. KEPMENKES RI No. 347/Menkes/SK/VII/90 tentang Obat Wajib Apotek

f. PERMENKES RI No. 688/ Menkes/ Per/ VII.1997 tentang Peredaran

Psikotropika

g. Peraturan Pemerintah No. 40 tahun 2013 tentang Obat Prekursor.

2.7.1 Undang-undang terkait Apotek

a. UU obat keras (St. No. 419 tgl 22 Desember 1949)

b. UU 3 Th 1953 tentang pembukaan apotek (Lembaran negara Th 1953 No 18)

c. UU no. 7 Th 1963 tentang Farmasi (LN Th 1963 No. 81, Tambahan LN No.

2580)

d. UU No. 23 Th 1992 tentang Kesehatan (mencabut UU No. 3 Th 1953 dan UU

No. 7 Th 1963)

e. UU No. 8 Th 1999 tentang perlindungan konsumen

f. UU No. 29 Th 2004 tentang praktik kedokteran

g. UU No. 36 Th 2009 tentang kesehatan (mencabut UU 23 Th 1992)

2.7.2 Peraturan Pemerintah

a. PP No. 20 Tahun 1962 tentang Lafal sumpah apoteker

b. PP No. 26 Tahun 1965 tentang Apotek

c. PP No. 25 Tahun 1980 tentang perubahan PP No. 26 Tahun 1965 tentang

apotek

d. PP No. 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan

e. PP No. 72 tahun 1998 tentang pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan

f. PP No. 51 tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian.

STIFI Bhakti Pertiwi


13

2.8 Pengabdian kepada Masyarakat

2.8.1 Dagusibu

Dagusibu sendiri merupakan sebuah singkatan dari Dapatkan, Gunakan,

Simpan, Buang yang ditujukan agar masyarakat lebih paham mengenai obat (PP

IAI, 2014). Penjelasan dari singkatan tersebut adalah :

1. Dapatkan

 Pastikan kita mendapat obat di tempat yang terjamin mutu dan kualitasnya

(obat asli dan berkhasiat). Tempat yang paling terjamin di indonesia adalah apotik

dan instalasi farmasi di rumah sakit.

2. Gunakan

Pastikan obat digunakan dengan benar sesuai dengan etik.

3. Simpan

 Agar obat bisa digunakan hingga masa kadarluasanya maka kita harus

menyimpan sesuai dengan petunjuk penyimpanan yang tepat.et yang tertera atau

sesuai petunjuk dari dokter dan apoteker

4. Buang

 Salah satu hal yang kurang diperhatikan oleh masyarakat adalah proses

membuang obat yang kadaluwarsa.

2.8.2 Gema Cermat

Berdasarkan SK Menteri Kesehatan RI Nomor

HK.02.02/MENKES/427/2015 Gema cermat adalah upaya bersama antar

pemerintah dan masyarakat melalui rangkaian kegiatan dalam rangka

STIFI Bhakti Pertiwi


14

mewujudkan kepedulian, kesadaran, pemahaman, dan keterampilah masyarakat

dalam menggunakan obat secara tepat dan benar. Tujuan dari gema cermat ini

adalah :

1. meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya

penggunaan obat secara benar.

2. meningkatkan kemandirian dan perubahan perilaku masyarakat dalam memilih,

mendapatkan, menggunakan, menyimpan, dan membuang obat secara benar

3. meningkatkan penggunaan obat secara rasional.

Sasaran germas cermat ini yaitu semua masyarakat, melibatkan lintas sektor

dan lintas program. Dengan strategi regulasi dan advokasi, edukasi dan

pemberdayaan masyarakat, serta komunikasi dan publikasi.

2.8.3 5 O

Kementerian Kesehatan mempromosikan tagline “Tanya Lima O”. Melalui

tagline ini diharapkan masyarakat dapat lebih aktif lagi mencari informasi tentang

obat, baik kepada tenaga kesehatan khususnya tenaga farmasi, maupun dari

sumber informasi lainnya yang valid dan terpercaya, seperti kemasan obat

(Setditjen farmalkes, 2017).

“Tanya Lima O” merupakan 5 (lima) pertanyaan minimal yang harus

terjawab sebelum seseorang mengonsumsi obat merujuk pada kata “obat”, yaitu:

1. Obat ini apa nama dan kandungannya?

Seseorang hendaknya mengetahui dan mengenali jenis obat apa yang akan

dikonsumsi. Diharapkan ia dapat memahami obat tersebut termasuk obat generik

STIFI Bhakti Pertiwi


15

atau bukan, termasuk golongan obat keras atau obat bebas, dan apa kandungan

obat

2. Obat ini apa khasiat/indikasinya?

Tujuan suatu pengobatan dengan menggunakan obat tertentu dapat tercapai

jika obat diberikan sesuai indikasi (rasional). Masyarakat atau pasien diharapkan

dapat memahami indikasi atau khasiat dari obat yang dikonsumsi.ersebut.

3. Obat ini berapa dosisnya?

Efek yang dihasilkan oleh suatu obat di dalam tubuh, juga tergantung pada

dosis yang digunakan.

4. Obat ini bagaimana cara menggunakannya?

Ada berbagai bentuk sediaan obat yang digunakan sesuai tujuannya. Masing-

masing bentuk sediaan diproduksi menggunakan bahan tambahan tertentu yang

memudahkan obat yang dikandung untuk diserap oleh tubuh.

5. Obat ini apa efek sampingnya?

Beberapa obat dapat menyebabkan efek samping tertentu yang seringkali

tidak diharapkan. Ada efek samping yang dapat ditolerir, seperti mengantuk,

sehingga harus menghindari berkendara jika sedang mengonsumsi obat tersebut,

atau mengiritasi lambung, sehingga harus digunakan setelah makan saat lambung

berisi makanan.

2.8.4 Swamedikasi

Swamedikasi menurut World Health Organization (1998) adalah pemilihan

dan penggunaan obat modern, herbal maupun tradisional oleh seorang individu

dalam mengatasi penyakit atau gejala penyakit. Swamedikasi dalam hal ini

STIFI Bhakti Pertiwi


16

dibatasi hanya untuk obat-obat modern, yaitu obat bebas dan obat bebas terbatas.

Swamedikasi biasanya dilakukan untuk mengatasi keluhan-keluhan dan penyakit

ringan yang banyak dialami masyarakat seperti demam, nyeri, batuk, flu, serta

berbagai penyakit lain.

2.8.5 Pelayanan Informasi Obat (PIO)

Pelayanan informasi obat merupakan kegiatan yang dilakukan oleh

apoteker dalam pemberian informasi mengenai obat yang tidak memihak, evaluasi

dilakukan dengan kritis dan dengan bukti terbaik dalam segala aspek penggunaan

obat kepada profesi kesehatan lain, pasien atau masyarakat. Informasi mengenai

obat termasuk obat resep, obat bebas dan herbal (Permenkes, 2014).

Informasi meliputi dosis, bentuk sediaan, formulasi khusus, rute dan

metode pemberian, farmakokinetika, farmakologi, terapeutik dan alternatif,

efikasi, keamanan penggunaan pada ibu hamil dan menyusui, efek samping,

stabilitas, interaksi, ketersediaan, harga, sifat fisika atau kimia dari obat lain - lain

(Permenkes, 2014).

STIFI Bhakti Pertiwi

Anda mungkin juga menyukai