RPHJP TBS Sah1

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 167

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/323254553

Forest Management Unit (FMU) TASIK BESAR SERKAP

Book · February 2018

CITATIONS READS

0 310

1 author:

Prayoto Tonoto
Hiroshima University
134 PUBLICATIONS   302 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

peatland fire View project

image processing View project

All content following this page was uploaded by Prayoto Tonoto on 16 April 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Rencana Pengelolaan Hutan
Jangka Panjang
(RPHJP)
Periode 2015 - 2024

KPHP MODEL TASIK BESAR SERKAP


KATA PENGANTAR

Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan


Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Model Tasik Besar Serkap periode
2015-2024 merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan sistem pengelolaan
hutan lestari pada wilayah kelolanya. RPHJP merupakan sebuah dokumen yang
akan menjadi pedoman dan acuan bagi pengelola KPHP Model Tasik Besar Serkap
dalam menjalankan tugasnya. KPHP Model Tasik Besar Serkap sebagai institusi
tingkat tapak dapat bersinergi dangan para pemangku kepentingan di wilayah
kerjanya dalam upaya mewujudkan suatu sistem pengelolaan hutan yang baik dan
lestari.
RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap ini merupakan dokumen rencana
pengelolaan yang berdasarkan kajian ilmiah serta data-data hasil inventarisasi
lapangan. RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap disusun secara sistematis yang
bertujuan untuk memberikan arah yang tepat didalam pelaksanaan pengelolaan
KPHP Model Tasik Besar Serkap dalam kurun waktu 10 (sepuluh) tahun.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan RPHJP ini. Kami sangat menyadari bahwa masih
banyak terdapat kekurangan dalam penyusunan RPHJP ini, sehingga kami
membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan RPHJP
selanjutnya.

Pekanbaru, Desember 2014

Penulis

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page i


RINGKASAN EKSEKUTIF

Kawasan KPHP Model Tasik Besar Serkap secara geografis terletak di antara
101°55’48’’ BT s/d 103°16’12’’ BT dan 00°10’12’’ LU s/d 00°43’48’’ LU dan
merupakan kawasan hutan rawa gambut terbesar yang tersisa di Pesisir Timur Pulau
Sumatera yang memiliki nilai konservasi tinggi. Kawasan ini termasuk ke dalam DAS
Kampar Sub DAS Sungai Serkap dan DAS Upih yang ditetapkan berdasarkan SK
Menteri Kehutanan Nomor 509/Menhut-VII/2010 Tanggal 21 September 2010
dengan luas wilayah 513.276 Ha. Secara administrasi wilayah pengelolaannya
terletak di Kabupaten Pelalawan dan Kabupaten Siak dengan rincian Hutan Produksi
Terbatas seluas 2.660 Ha, Hutan Produksi Tetap seluas 491.768 Ha dan Hutan
Produksi yang dapat dikonversi seluas 18.848 Ha.
Pada Tahun 2014 telah diterbitkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor
878/Menhut-II/2014 tentang Kawasan Hutan Provinsi Riau yang berpengaruh
terhadap fungsi kawasan dalam Wilayah KPHP Model Tasik Besar Serkap menjadi
kawasan dengan fungsi Hutan Produksi Tetap (HP) dan Hutan Lindung (HL). Selain
itu, terjadi penambahan luasan pada SM Tasik Danau Besar seluas ± 996 Ha, yang
berdampak pada pengurangan luasan Wilayah KPHP Model Tasik Besar Serkap.
Sebagian besar wilayah pengelolaan KPHP Model Tasik Besar Serkap telah
dibebani oleh perizinan, yang terdiri dari 17 IUPHHK-HT dengan luas 337.938 Ha, 4
IUPHHK-RE dengan luas 129.357 Ha dan 2 Izin Hutan Desa dengan luas 4.000 Ha.
Selain itu terdapat wilayah yang belum dibebani oleh perizinan dan areal ini
diperuntukkan sebagai Wilayah Tertentu KPHP Model Tasik Besar Serkap dengan
luas 41.981 Ha. Sebagian areal Wilayah Tertentu tersebut telah dialokasikan untuk
proyek kerjasama RI-Korea dalam skema REDD+ dengan jangka waktu pelaksanaan
selama 3 (tiga) tahun yang dimulai pada Tahun 2013 sampai dengan Tahun 2015.
Kegiatan ini merupakan langkah awal dalam membangun kapasitas untuk
pengembangan model pengelolaan hutan lestari yang rendah emisi. Dalam 10 tahun
ke depan diharapkan KPHP TBS bersama dengan pihak-pihak pengelola kawasan
dapat mengembangkan kegiatan jasa lingkungan karbon sebagai bagian dari
kegiatan usaha yang ada dengan menggunakan berbagai skema tidak hanya
perdagangan karbon, tetapi juga skema lainnya diantaranya supported NAMA
(Nationally Appropriate Mitigation Actions) dan program REDD+ nasional seluas
14.743 Ha. Sisa areal Wilayah Tertentu ini yaitu seluas 27.238 Ha dialokasikan

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page ii


sebagai Blok Pemanfaatan Kawasan, Jasa Lingkungan, dan Hasil Hutan Bukan
Kayu (HHBK).
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) KPHP Model Tasik
Besar Serkap ini disusun berdasarkan potensi yang ada di wilayah KPHP Model
Tasik Besar Serkap. Potensi-potensi tersebut meliputi potensi hasil hutan kayu
dengan jenis unggulan antara lain Akasia, Eukaliptus, Bakau, Balam, Bintangur,
Gerunggang, Mahang, Medang, Meranti, Punak, Ramin, Resak, Sonde, Suntai.
Potensi selanjutnya adalah potensi Hasil Hutan Bukan Kayu antara lain Damar,
Madu Hutan, Burung Wallet, Sagu, Sukun, Karet, Pakis Hutan, Kantung Semar,
Anggrek Hutan, Rama-Rama, Lokan, Harimau Sumatera, Beruang, Rangkong, Tapir,
Ikan Arwana dan Elang, serta potensi jasa lingkungan antara lain wisata bono,
wisata alam dengan minat khusus dan penyerapan karbon melalui REDD+.
Di dalam areal kerja KPHP Model Tasik Besar Serkap terdapat kawasan
konservasi berupa Suaka Margasatwa (SM) yang dikelola oleh Balai Besar
Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau yakni SM. Danau Pulau Besar,
SM.Tasik Belat, SM.Tasik Besar / Tasik Metas dan SM.Tasik Serkap/Tasik Sarang
Burung. Selain itu, pada areal kerja KPHP Model Tasik Besar Serkap juga terdapat
izin penggunaan kawasan hutan berupa izin pinjam pakai kawasan hutan berupa
jalan dari Sungai Rawa ke Teluk Lanus, Kabupaten Siak sepanjang 59.889 meter
dengan lebar 2,6 m. Selanjutnya terdapat juga persetujuan prinsip izin pinjam pakai
kawasan hutan untuk kegiatan operasi produksi sumur minyak dan gas bumi seluas
1,44 Ha an. SKK Migas-BOB Bumi Siak Pusako Pertamina Hulu.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) disusun untuk
merencanakan pengelolaan hutan oleh KPHP Model Tasik Besar Serkap selama
jangka waktu 10 (sepuluh) tahun. Penyusunan rencana kerja untuk jangka waktu
tersebut, KPHP Model Tasik Besar Serkap telah melakukan beberapa proses
identifikasi dan inventarisasi terhadap faktor – faktor pendukung dan penghambat
pelaksanaan pengelolaan hutan secara lestari baik terhadap produksi maupun
kondisi hutan. Beberapa kegiatan yang telah dilakukan diantaranya adalah
Inventarisasi Biogeofisik dan Inventarisasi Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat
di dalam dan sekitar areal kerja. Data hasil inventarisasi tersebut digunakan salah
satunya sebagai data pendukung dalam penyusunan RPHJP.
KPHP Model Tasik Besar Serkap dapat bermitra dengan para pemegang izin
dan masyarakat serta berkoordinasi dengan instansi lain. Hal ini diharapkan dapat
lebih menjamin pemantapan kawasan. Ancaman kemantapan kawasan dari
RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page iii
perubahan fungsi hutan dapat diminimumkan melalui koordinasi dan pemahaman
instansi lain. Selain itu, ancaman perambahan hutan diharapkan dapat diatasi
melalui program-program kemitraan dan pemberdayaan masyarakat yang
diselenggarakan maupun difasilitasi oleh KPHP Model Tasik Besar Serkap.
Berdasarkan Hasil Inventarisasi Sosial Ekonomi dan Budaya yang dilakukan di
beberapa desa di dalam dan di sekitar areal KPHP Model Tasik Besar Serkap
diketahui bahwa pendapatan rata – rata masyarakat berada di bawah upah minimum
rata – rata Provinsi Riau Tahun 2014 yaitu Rp1.700.000, yaitu berkisar antara
Rp1.000.000,- s/d Rp1.500.000,- per KK per bulan.
KPHP Model Tasik Besar Serkap diharapkan mampu berkomunikasi dan
memfasilitasi kelancaran program CSR dari perusahaan pemegang izin. Dana-dana
CSR dapat dipergunakan untuk membiayai modal awal kemitraan usaha dengan
masyarakat dan program-program kesehatan lingkungan.
Berdasarkan RPHJP yang telah ditetapkan, maka selanjutnya KPHP Model
Tasik Besar Serkap menyusun Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Pendek dan
Penyusunan Business Plan (Rencana Bisnis) Pengelolaan Hutan. Bussines Plan
disusun untuk merancang rencana pemanfaatan dan produksi terhadap areal yang
belum dibebani perizinan. Pemanfaatan areal yang belum dibebani perizinan dapat
dimanfaatkan sesuai dengan kondisi areal serta ketertarikan pihak – pihak lain yang
tidak menutup kemungkinan dapat dilakukan kerjasama antara Pihak KPHP dengan
Pihak Ketiga ataupun masyarakat di dalam atau sekitar kawasan.
Budidaya tanaman kehutanan diarahkan pada pengembangan tanaman bira-
bira dan tanaman mahang yang hasil produksinya akan dimanfaatkan untuk bahan
baku industri kertas dan industri palet kayu. Dipilihnya jenis ini untuk pengembangan
budidaya tanaman kehutanan dikaitkan dengan kesesuaian tempat tumbuh di areal
KPHP Model Tasik Besar Serkap yang umumnya merupakan areal gambut dan
berdasarkan hasil inventarisasi Biogeofisik, jenis mahang banyak dijumpai pada
kawasan bekas pembukaan lahan.
Sedangkan untuk pengembangan budidaya Hasil Hutan Bukan Kayu diarahkan
kepada jeins tanaman Gaharu, Karet, Sagu dan Rotan serta pemanfaatan getah
damar dari tumbuhan Dipterocarpaceae. Selain pemanfaatan tumbuhan sebagai
produk HHBK juga dikembangkan Budidaya Lebah Madu di lingkungan masyarakat
di dalam atau sekitar kawasan hutan sedangkan terhadap masyarakat yang
kehidupannya di pesisir pantai akan dikembangkan budidaya tambak perikanan di
sepanjang tepian hutan bakau. Pemilihan jenis tanaman serta budidaya madu dan
RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page iv
budidaya tambak perikanan dikaitkan dengan sosial budaya masyarakat yang
berada di dalam dan sekitar kawasan KPHP Tasik Besar Serkap sebagai
implementasi pengelolaan KPHP yang berbasis kearifan lokal.
Untuk pemanfaatan jasa lingkungan dan wisata alam di KPHP Model Tasik
Besar Serkap akan dikembangkan paket wisata alam berupa penelusuran sungai
menuju danau alami yang juga dapat dikombinasi dengan wisata memancing. Pada
kawasan konservasi yang berada di dalam kawasan KPHP Tasik Besar Serkap akan
dikembangkan penangkaran salah satu jenis ikan langka dan dilindungi yaitu ikan
arwana yang memiliki habitat di Kawasan Konservasi Suaka Margasatwa Danau
Besar Danau Bawah. Penangkaran ini dimasukan dalam rencana pengelolaan
Suaka Marga Satwa Danau Besar dan Danau Bawah mengingat saat ini ikan arwana
di Sungai Rawa yang berhulu di Danau Besar dan Danau Bawah telah sulit untuk
dijumpai karena banyaknya penangkapan yang dilakukan oleh oknum masyarakat
tanpa disertai pengawasan yang ketat.
Melalui penyelenggaraan kelas-kelas perusahaan dan kerjasama kemitraan
diatas diharapkan KPHP Model Tasik Besar Serkap memperoleh pendapatan yang
signifikan diluar dari anggaran APBN, APBD maupun sumber lainnya.
Rencana kegiatan KPHP Model Tasik Besar Serkap selama periode
2015-2024 meliputi 16 kegiatan, yaitu sebagai berikut:
1. Inventarisasi berkala wilayah kelola serta penataan hutan,
2. Pemanfaatan hutan pada wilayah tertentu KPHP Model Tasik Besar
Serkap,
3. Pemberdayaan masyarakat di sekitar KPHP Model Tasik Besar Serkap,
4. Pembinaan dan pemantauan (controlling) pada areal KPHP Model Tasik
Besar Serkap,
5. Peyelenggaraan rehabilitasi pada areal di luar izin,
6. Pembinaan dan pemantauan (controlling) pelaksanaan rehabilitasi dan
reklamasi pada areal yang sudah ada izin pemanfaatan dan pengunaan,
7. Penyelenggaraan perlindungan hutan dan konservasi alam,
8. Penyelenggaraan koordinasi dan sinkronisasi antar pemegang izin,
9. Koordinasi dan sinergi dengan instansi dan stakeholder terkait,
10. Penyediaan dan peningkatan kapasitas sdm,
11. Penyediaan pendanaan,
12. Penyediaan database
13. Rasionalisasi wilayah kelola,
RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page v
14. Review rencana pengelolaan,
15. Pengembangan investasi, dan
16. Pembangunan sistem MRV yang terintegrasi pada tingkat KPHP Model
Tasik Besar Serkap
Pembinaan, pengawasan ,dan pengendalian terhadap wilayah kerja KPHP
Model Tasik Besar Serkap yang dilakukan untuk kepentingan internal maupun
terhadap perizinan di dalam wilayah kerja KPHP Model Tasik Besar Serkap.
Demikian pula dengan kegiatan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan.
RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap merupakan pedoman dan acuan
dalam pelaksanaan pengelolaan wilayah kerja yang secara berkala atau periodik
akan direview sesuai dengan perkembangan yang ada.

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page vi


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. i

RINGKASAN EKSEKUTIF ..................................................................................... ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................ vii

DAFTAR TABEL .................................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. xiii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1


1.2 Maksud danTujuan ............................................................................. 4
1.3 Sasaran .............................................................................................. 5
1.4 Acuan Legal ....................................................................................... 6
1.5 Ruang Lingkup ................................................................................... 8
1.6 Pengertian .......................................................................................... 9

BAB II DESKRIPSI KAWASAN

2.1 Risalah Wilayah KPHP Model Tasik Besar Serkap ............................12


2.1.1 Sejarah Pembentukan KPHP Model Tasik Besar Serkap .......12
2.1.2 Letak Wilayah KPHP Model Tasik Besar Serkap ....................15
2.1.3 Rincian Pembagian Blok Pemanfaatan pada Wilayah
KPHP Model Tasik Besar Serkap ...........................................16
2.1.4 Iklim .........................................................................................20
2.1.5 Tutupan Lahan ........................................................................21
2.1.6 Izin Pemanfaatan ....................................................................22
2.1.7 Kondisi Biofisik Areal KPHP Model Tasik Besar Serkap .........24
2.2 Potensi Wilayah KPHP Model Tasik Besar Serkap ............................27
2.2.1 Potensi Flora ...........................................................................27
2.2.2 Potensi Fauna .........................................................................47
2.2.3 Potensi Jasa Lingkungan ........................................................48
2.3 Data dan Informasi Sosial Ekonomi dan Budaya ...............................53
2.3.1 Sejarah Konflik ........................................................................54
2.3.2 Kondisi Sosial, Ekonomi dan Budaya Masyarakat ..................54
RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page vii
2.4 Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan .....................83
2.5 Kondisi KPH dalam Perspektif Tata Ruang Wilayah
dan Pembangunan Daerah ................................................................84
2.6 Deskripsi Kawasan Konservasi ..........................................................85
2.7 Isu Strategis, Kendala dan Permasalahan .........................................86
2.7.1 Kebakaran Hutan dan Lahan ..................................................86
2.7.2 Perambahan............................................................................87
2.7.3 Perkembangan Perkebunan Kelapa Sawit ..............................87
2.7.4 Tata Hubungan Kerja ..............................................................87

BAB III VISI DAN MISI PENGELOLAAN KPH

3.1 Visi KPHP Model Tasik Besar Serkap ...............................................91


3.2 Misi KPHP Model Tasik Besar Serkap ...............................................92
3.3 Tujuan Pengelolaan KPHP Model Tasik Besar Serkap .....................93
3.4 Capaian yang Diharapkan Selama Periode 2015-2024 .....................93

BAB IV ANALISIS DAN PROYEKSI

4.1 Analisis Data dan Informasi ...............................................................94


4.1.1 Status Sumber Daya Hutan.....................................................94
4.1.2 Kontribusi Terhadap Ekonomi Wilayah ...................................98
4.2 Gambaran KPHP Model Tasik Besar Serkap ....................................99
4.2.1 Proyeksi Sumber Daya Hutan .................................................101
4.2.2 Proyeksi Ekonomi Wilayah ......................................................103
4.3 Analisis Kesenjangan .........................................................................106
4.3.1 Kesenjangan pada Aspek Sumber Daya Hutan ......................106
4.3.2 Kesenjangan pada Aspek Ekonomi ........................................106
4.3.3 Kesenjangan pada Aspek Sumber Daya Manusia ..................106
4.3.4 Kesenjangan pada Aspek Institusi ..........................................106

BAB V RENCANA KEGIATAN...............................................................................107

5.1 Inventarisasi Berkala Wilayah Kelola serta Penataan Hutan..............108


5.2 Pemanfaatan Hutan pada Wilayah Tertentu KPHP Model
Tasik Besar Serkap ............................................................................108
5.3 Pemberdayaan Masyarakat di Sekitar KPHP Model Tasik Besar
Serkap ................................................................................................109
5.4 Pembinaan dan Pemantauan (controlling) pada Areal KPHP Model
Tasik Besar Serkap ............................................................................109
RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page viii
5.5 Penyelenggaraan Rehabilitasi pada Areal di Luar Perizinan..............110
5.6 Pembinaan dan Pemantauan (controlling) Pelaksanaan
Rehabilitasi dan Reklamasi pada Areal yang Sudah
Ada Izin Pemanfaatan dan Penggunaan ...........................................111
5.7 Penyelenggaraan Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam ............111
5.8 Penyelenggaraan Koordinasi dan Sinkronisasi Antar Pemegang
Izin......................................................................................................112
5.9 Koordinasi dan Sinergi dengan Instansi dan Stakeholder Terkait ......112
5.10 Penyediaan dan Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Manusia
(SDM) .................................................................................................113
5.11 Penyediaan Pendanaan .....................................................................113
5.12 Penyediaan Database ........................................................................114
5.13 Rasionalisasi Wilayah Kelola .............................................................114
5.14 Review Rencana Pengelolaan ...........................................................115
5.15 Pengembangan Investasi ...................................................................115
5.16 Pembangunan Sistem MRV (Measurement, Reporting,
Verification) yang Terintegrasi pada Tingkat KPHP Model Tasik
Besar Serkap .....................................................................................116

BAB VI PEMBINAAN PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN

6.1 Pembinaan .........................................................................................142


6.2 Pengawasan ......................................................................................143
6.3 Pengendalian .....................................................................................143

BAB VII PEMANTAUAN EVALUASI DAN PELAPORAN

7.1 Pemantauan.......................................................................................145
7.2 Evaluasi .............................................................................................145
7.3 Pelaporan ..........................................................................................145

BAB VIII PENUTUP ................................................................................................147

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................148

LAMPIRAN .............................................................................................................151

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page ix


DAFTAR TABEL

No Hlm

2.1. Rincian Pembagian Luas Wilayah KPHP Model Tasik Besar Serkap ............. 13

2.2. Rincian Pembagian Blok Pemanfaatan pada Wilayah KPHP Model Tasik
Besar Serkap .................................................................................................. 14

2.3. Rincian Perubahan Luasan Wilayah dan Luasan Blok Pemanfaatan KPHP
Model Tasik Besar Serkap .............................................................................. 15

2.4. Pembagian Blok Pemanfaatan pada Wilayah KPHP Model Tasik


Besar Serkap .................................................................................................. 16

2.5. Rata-Rata Hari Hujan dan Curah Hujan Kabupaten Siak per Bulan
Tahun .............................................................................................................. 20

2.6. Rata-Rata Hari Hujan dan Curah Hujan Kabupaten Pelalawan per Bulan
Per Tahun ....................................................................................................... 21

2.7. Jenis dan Luas Tutupan Lahan KPHP Model Tasik Besar Serkap ................. 22

2.8. Izin Pemenfaatan yang Terdapat di areal KPHP Model Tasik


Besar Serkap .................................................................................................. 23

2.9. Fungsi Kawasan pada KPHP Model Tasik Besar Serkap ............................... 24

2.10. Pembagian Lokasi pada Wilayah Tertentu di KPHP Model Tasik


Besar Serkap .................................................................................................. 29

2.11. Potensi Hasil Hutan Kayu pada Wilayah Tertentu KPHP Model Tasik
Besar Serkap .................................................................................................. 30

2.12. Kelompok Hasil Hutan Bukan Kayu ................................................................ 38

2.13. Pola Penggunaan Lahan di Desa Rawa Mekar Jaya ...................................... 57

2.14. Jumlah Penduduk dan Jenis Kelamin di Desa Rawa Mekar Jaya .................. 58

2.15. Komposisi Penduduk berdasarkan Kelompok Umur di Desa Rawa Mekar


Jaya ................................................................................................................ 59

2.16. Jenis Mata Pencaharian Masyarakat Desa Rawa Mekar Jaya ....................... 60

2.17. Jumlah Ternak yang Ada di Desa Rawa Mekar Jaya ..................................... 60

2.18. Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Rawa Mekar Jaya ............................... 61

2.19. Pola Penggunaan Lahan di Desa Sungai Rawa ............................................. 63


RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page x
2.20. Jumlah Penduduk dan Jenis Kelamin di Desa Sungai Rawa .......................... 64

2.21. Komposisi Penduduk berdasarkan Kelompok Umur di Desa


Sungai Rawa .................................................................................................. 64

2.22. Jenis Mata Pencaharian Masyarakat Desa Sungai Rawa .............................. 65

2.23. Jenis dan Jumlah Ternak yang Ada di Desa Sungai Rawa ............................ 66

2.24. Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Sungai Rawa ...................................... 66

2.25. Jenis Penggunaan Lahan di Kelurahan Teluk Meranti.................................... 69

2.26. Jenis Penggunaan Lahan di Kecamatan Teluk Meranti Tahun 2012 .............. 70

2.27. Jumlah Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin ............................................... 70

2.28. Jumlah Penduduk berdasarkan Agama yang Dianut ...................................... 71

2.29. Jumlah Penduduk berdasarkan Suku di Kelurahan Teluk Meranti ................. 72

2.30. Persentase Jumlah Penduduk berdasarkan Sumber


Penghasilan Utama......................................................................................... 72

2.31. Persentase Kelompok berdasarkan Jenis Mata Pencaharian ......................... 73

2.32. Persentase Jumlah Hewan Ternak di Kelurahan Teluk Meranti ..................... 74

2.33. Pemegang Izin Usaha Pemanfaatan Hutan di Kawasan KPHP Model Tasik
Besar Serkap .................................................................................................. 83

2.34. Daftar Perusahaan yang Telah Mendapatkan Sertifikat PHPL


atau SVLK ....................................................................................................... 84

4.1. Penataan Blok yang Terdapat di KPHP Model Tasik Besar Serkap ............... 94

4.2. Perkembangan Hutan Kritis di Kabupaten Siak .............................................. 97

4.3. Perkembangan Hutan Kritis di Kabupaten Pelalawan..................................... 97

4.4. Kelas Perusahaan yang direncanakan di Wilayah Tertentu KPHP Model


Tasik Besar Serkap.........................................................................................104

4.5. Kerangka Analisis dan Proyeksi Kondisi KPHP Model Tasik


Besar Serkap ..................................................................................................105

5.1. Rencana Kegiatan KPHP Model Tasik Besar Serkap .....................................117

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page xi


DAFTAR GAMBAR

No Hlm

2.1. Peta Blok Pemanfaatan Hutan Tanaman ................................................ 16

2.2. Peta Blok Pemanfaatan Hutan Alam/Restorasi Ekositem (RE) .......... 17

2.3. Peta Blok Pemberdayaan Masyarakat ............................................................ 18

2.4. Peta Blok Pemanfaatan Kawasan, Jasa Lingkungan dan HHBK .................... 19

2.5. Peta Blok Khusus............................................................................................ 19

2.6. Peta Kawasan pada Areal KPHP Model Tasik Besa Serkap .......................... 24

2.7. Peta Tanah pada Areal KPHP Model Tasik Besar Serkap ............................. 26

2.8. Peta Aksesibilitas pada Areal KPHP Model Tasik Besar Serkap .................... 27

2.9. Damar yang Terdapat di Desa Penyengat ...................................................... 39

2.10. Sarang Burung Wallet Salah Seorang Warga di Kelurahan Teluk Meranti ..... 42

2.11. Tanaman Sagu Salah Satu Warga di Desa Penyengat .................................. 44

2.12. Kantung Semar (Nepenthes sp)...................................................................... 46

2.13. Anggrek Hutan ................................................................................................ 46

2.14. Paku Sarang Burung....................................................................................... 47

2.15. Ilustrasi Terjadinya Bono di Muara Sungai Kampar ........................................ 50

2.16. Fenomena Bono di Muara Sungai Kampar ..................................................... 50

2.17. Peta KPHP Model Tasik Besar Serkap berdasarkan Kawasan Hutan
Provinsi Riau (SK. Menteri Kehutanan Nomor 878/Menhut-II/2014) ............... 85

2.18. Skema Tata Hubungan Kerja Antara Dinas Kehuatan, Pemegang Izin
dan KPHP Model Tasik Besar Serkap ............................................................ 88

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page xii
DAFTAR LAMPIRAN

No

1. Peta Wilayah KPHP Model Tasik Besar Serkap

2. Peta Penutupan Lahan KPHP Model Tasik Besar Serkap

3. Peta DAS KPHP Model Tasik Besar Serkap

4. Peta Aksesibilitas KPHP Model Tasik Besar Serkap

5. Peta Tata Hutan KPHP Model Tasik Besar Serkap

6. Peta Penggunaan Lahan KPHP Model Tasik Besar Serkap berdasarkan


RTRWP 2014

7. Peta Perizinan KPHP Model Tasik Besar Serkap

8. Peta Tanah KPHP Model Tasik Besar Serkap

9. Peta Wilayah Tertentu KPHP Model Tasik Besar Serkap

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page xiii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kondisi hutan di Riau saat ini sangat memprihatinkan. Hal tersebut dapat dilihat
dari kondisi lapangan bahwa tidak semua kawasan hutan di Provinsi Riau tertutup
oleh vegetasi hutan. Berdasarkan data Dinas Kehutanan Provinsi Riau (2013)
penutupan Kawasan Hutan di Provinsi Riau adalah 3.032.912 Ha dan tidak berhutan
seluas 4.094.326 Ha. Hal ini menunjukkan bahwa Kawasan Hutan di Provinsi Riau
yang masih berhutan hanya sebesar 42,55 %, sementara sisanya sebesar 57,45 %
sudah tidak berhutan. Berkurangnya tutupan hutan ini disebabkan oleh banyaknya
kegiatan Illegal Logging baik yang dilakukan oleh perusahaan maupun masyarakat
sekitar hutan, konversi lahan hutan menjadi lahan perkebunan terutama Sawit,
lemahnya penegakan hukum dan pengelolaan di hampir seluruh kawasan hutan
yang ada di Provinsi Riau.
Semenanjung Kampar merupakan kawasan hutan rawa gambut di pesisir
Timur Sumatera. Luas Semenanjung Kampar adalah ± 680.000 Ha yang terletak di
Kabupaten Pelalawan dan Kabupaten Siak, Provinsi Riau dan berada diantara
Sungai Kampar dan Sungai Siak. Wilayah ini sebagian besar merupakan Kawasan
Hutan Produksi yang bernama Kelompok Hutan Tasik Besar Serkap dan sebagian
lagi merupakan Hutan Konservasi. Kawasan Hutan Produksi Tasik Besar Serkap
ditunjuk melalui Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK) berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 173/Kpts-II/1986 tanggal 6 Juni 1986 seluas
479.691 Ha serta telah ditata batas pada tahun 1995 dan telah disahkan oleh
Menteri Kehutanan dan Perkebunan pada tanggal 6 Oktober 1998. Kawasan Hutan
Produksi Tasik Besar Serkap terdiri dari beberapa Kelompok Hutan yaitu HP Tasik
Besar Serkap seluas 479.691 Ha, HPT S.Padi – padi/ ogis 14.277 Ha, SM Danau
Besar/Atas 28.533 Ha, SM Tasik Belat 229 Ha, SM Tasik Metas 2.587 Ha, SM Tasik
Serkap 6.085 Ha. Berdasarkan data citra landsat tahun 1990, areal yang berhutan
pada kawasan Hutan Produksi Tasik Besar Serkap adalah seluas ± 479.665 Ha
dan berdasarkan citra landsat luas yang berhutan pada tahun 2014 adalah
± 430.931,75 Ha.
Kawasan Semenanjung Kampar sebagian besar merupakan kawasan hutan
produksi (berdasarkan TGHK) yang sebagian besar lahannya sudah memiliki izin

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 1


pengusahaan hutan (HTI & HPH). Alih fungsi lahan gambut telah berlangsung sangat
pesat selama periode 1990 – 2007. Berdasarkan data WWF (2006) persentase
tutupan hutan pada tahun 1990 adalah 95% sedangkan pada tahun 2005 tinggal
63%. Degradasi lahan gambut akan mengakibatkan hilangnya keanekaragaman
hayati, rusaknya habitat berbagai jenis fauna, kemungkinan intrusi air laut, kenaikan
keasaman tanah, banjir di daerah hilir, keterbatasan sumber air bersih, penurunan
tanah, serta menghilangnya potensi karbon. Adanya penurunan luasan ekosistem
hutan rawa gambut di kawasan Semenanjung Kampar menjadi salah satu hal yang
patut diperhatikan. Semenanjung Kampar menjadi semakin penting di mata
Internasional karena merupakan kawasan ekosistem hutan rawa gambut yang
tersisa di Sumatera. Oleh karena itu, untuk mempertahankan keberadaan
ekosistem Hutan Rawa Gambut tersebut diperlukan suatu mekanisme pengelolaan
yang profesional.
Keluarnya kebijakan pemerintah untuk mempercepat pembangunan Kesatuan
Pengelolaan Hutan (KPH) di Indonesia merupakan salah satu upaya untuk menekan
laju kerusakan hutan akibat kegiatan illegal ataupun praktek pengelolaan hutan yang
tidak lestari. Keberadaan lembaga pengelola kawasan hutan pada tingkat tapak
diharapkan dapat memperbaiki sistem pengelolaan yang ada dan sekaligus
mengembangkan pola pengelolaan hutan yang tidak hanya berorientasi kepada
pengambilan kayu tetapi juga hasil hutan non-kayu dan jasa lingkungan melalui
kemitraan dengan berbagai pihak baik swasta maupun masyarakat. Pembangunan
KPH pada akhirnya diharapkan dapat mengurangi atau menghentikan kerusakan
hutan.
Pembangunan KPH telah dijadikan sebagai salah satu kebijakan kunci oleh
pemerintah untuk mendukung komitmen Indonesia dalam menurunkan emisi gas
rumah kaca nasional yang dituangkan dalam Peraturan Presiden Nomor 61/2011
tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAN GRK).
Keberadaaan KPH diharapkan dapat mengurangi tingkat deforestasi dan degradasi
hutan serta mendorong penerapan sistem pengelolaan hutan yang berkelanjutan dan
meningkatkan keberhasilan pelaksanaan kegiatan rehabilitasi lahan dan hutan. Pada
akhirnya keberadaan KPH akan dapat menurunkan tingkat emisi gas rumah kaca.
Dalam RAN GRK, pembangunan KPH diharapkan akan dapat memberikan dampak
menurunnya tingkat emisi gas rumah kaca dari sektor pengggunaan lahan,
perubahan tata guna lahan dan kehutanan yang dapat diukur, dilaporkan dan
diverifikasi (disebut sebagai MRV) yang tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 2


71/2011. Pada tahun 2020, sumbangan dari KPH terhadap penurunan emisi gas
rumah kaca nasional ditargetkan mencapai 31.15 juta ton CO 2 e / tahun.
Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Model Tasik Besar Serkap yang
dibentuk berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No 509/Menhut-VII/2010 pada
tanggal 21 September 2010 berada di dalam Kawasan Hutan Produksi Tasik Besar
Serkap dengan luasan sebesar 513.276 Ha. Sebagian besar areal pada KPHP
Model Tasik Besar Serkap yaitu seluas 471.295 Ha telah dimanfaatkan melalui
Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu – Hutan Tanaman (IUPHHK – HT), Izin
Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu – Restorasi Ekosistem (IUPHHK – RE) dan
Hutan Desa. Sebagian lainnya yaitu seluas 41.981 Ha merupakan areal yang tidak
dibebani izin dan menjadi wilayah tertentu yang dapat dikelola oleh KPHP Model
Tasik Besar Serkap. Selain luasan tersebut terdapat juga Kawasan Konservasi yang
bukan merupakan bagian dari Wilayah kelola KPHP Model Tasik Besar Serkap yaitu
Suaka Margasatwa Danau Pulau Besar, Suaka Margasatwa Tasik Belat, Suaka
Margasatwa Tasik Besar/Tasik Metas dan Suaka Margasatwa Tasik Serkap/Tasik
Sarang Burung.
Kawasan KPHP Model Tasik Besar Serkap merupakan bagian dari Daerah Aliran
Sungai (DAS) Kampar. DAS Kampar merupakan DAS terbesar di provinsi Riau
dengan panjang 580 Km, luas DAS 24.548 Km2. DAS Kampar meliputi wilayah
daerah aliran sungai hulu dan daerah aliran sungai hilir. Daerah aliran sungai
Kampar bagian hulu meliputi beberapa kecamatan antara lain : XIII Koto Kampar,
Bangkinang, Kampar Kiri dan Siak Hulu, sedangkan daerah aliran sungai Kampar
bagian hilir antara lain : Langgam, Pangkalan Kuras, Bunut dan Kuala Kampar.
DAS Kampar memegang peranan penting antara lain: merupakan tempat
keberadaan 1 waduk dari PLTA terbesar di Riau yakni PLTA Koto Panjang yang
beroperasi sejak tahun 1998. Selain itu DAS Kampar menjadi sumber air minum
bagi masyarakat Kabupaten Kampar, Pelalawan dan Kuantan Singingi di Riau, serta
Lima Puluh Kota di Sumatera Barat. Khusus di daerah Pelalawan, terdapat
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Kampar dengan debit 5-10 liter detik
dan dimanfaatkan untuk keperluan lain seperti areal pertanian (sayur-sayuran,
rambutan, durian, jagung dan nenas), perikanan (tambak udang, tambak ikan,
perikanan tangkap), transportasi dan industri.
KPHP Model Tasik Besar Serkap merupakan salah satu implementasi kebijakan
yang dikeluarkan oleh pemerintah dengan membentuk suatu unit pengelolaan
hutan di tingkat tapak atau yang disebut dengan Kesatuan Pengelolaan Hutan

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 3


(KPH). Kebijakan pembentukan KPH ini tertuang dalam Undang - Undang
Kehutanan No 41 Tahun 1999 dalam pasal 17 ayat 1 diuraikan bahwa pembentukan
wilayah pengelolaan hutan dilaksanakan untuk tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota dan
Unit Pengelolaan (Kesatuan Pengelolaan Hutan).
Sebagai sebuah institusi pengelola di tingkat tapak dalam menyelenggarakan
pengelolaan hutan, maka KPHP Model Tasik Besar Serkap harus mempunyai
rencana pengelolaan yang merupakan roh penggerak seluruh kegiatan untuk
mengarahkan pada pencapaian tujuan dari pengelolaan hutan yang telah ditetapkan.
Rencana Pengelolaan Hutan (RPH) tersebut dapat berupa Rencana Pengelolaan
Hutan Jangka Panjang dan Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Pendek yang
merupakan sebuah dokumen rencana pengelolaan hutan dan dibuat berdasarkan
hasil kegiatan tata hutan.

1.2. Maksud dan Tujuan

Maksud Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP


Model Tasik Besar Serkap adalah :
1). Menyediakan arahan bagi para pemegang izin dan para pihak yang
berkepentingan dalam kegiatan pembangunan kehutanan dan
pengembangan sistem pengelolaan hutan rendah emisi di wilayah KPHP
Model Tasik Besar Serkap.
2). Menyusun desain, strategi dan arah tindak pengelolaan ekosistem hutan
rawa gambut, pengelolaan sosial dan pengelolaan usaha berbasis kerjasama
dengan pemegang izin untuk kemandirian dan profesionalitas KPHP Model
Tasik Besar Serkap dalam mengembangkan sistem pengelolaan hutan lestari
dan rendah emisi.
Tujuan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)
KPHP Model Tasik Besar Serkap yaitu :
1). Menyusun dokumen RPHJP-KPHP Model Tasik Besar Serkap yang realistik
dengan mempertimbangkan keberadaan dan spesifikasi perizinan di areal
kerjanya, mempertimbangkan peran KPHP Model Tasik Besar Serkap dalam
penyelamatan ekosistem Semenanjung Kampar terutama pada aspek
pengelolaan hutan rawa gambut, serta mempertimbangkan dinamika sosial
dan kontribusi pembangunan wilayah Riau.

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 4


2). Menyusun desain, strategi dan arah tindak pengelolaan lestari ekosistem
hutan rawa gambut, pengelolaan sosial dan pengelolaan usaha berbasis
kerjasama dengan pemegang izin untuk kemandirian dan profesionalitas
KPHP Model Tasik Besar Serkap.

1.3. Sasaran

Adapun sasaran yang hendak dicapai adalah :


1). Tersedianya informasi tentang kondisi terkini wilayah KPHP Model Tasik
Besar Serkap dari aspek ekologi yang berkaitan dengan; a). spesifikasi
ekosistem gambut Semenanjung Kampar, b). keanekaragaman hayati, c).
kondisi fisik wilayah antara lain meliputi : jenis tanah, iklim, ketinggian,
geomorfologi, kelerengan, penutupan vegetasi, d). kondisi hutan yang
meliputi : jenis dan volume tegakan hutan, potensi non kayu dan e). kondisi
Daerah Aliran Sungai (DAS)
2). Tersedianya informasi tentang kondisi ekonomi yang berkaitan dengan;
a). aksesibilitas wilayah KPHP Model Tasik Besar Serkap, b). potensi
pendukung ekonomi sekitar wilayah KPHP Model Tasik Besar Serkap,
antara lain meliputi : industri kehutanan sekitar wilayah KPHP Model Tasik
Besar Serkap, peluang ekonomi yang dapat dikembangkan, keberadaan
lembaga-lembaga ekonomi pendukung kawasan, c). batas administrasi
pemerintahan dan d). nilai tegakan hutan baik kayu maupun non kayu
termasuk karbon dan jasa lingkungan, menelaah kondisi ekonomi yang
berkaitan dengan kinerja ekonomi para pemegang izin di areal kerja KPHP
Model Tasik Besar Serkap, peluang pengembagan usaha di luar yang telah
diselenggarakan oleh pemegang izin, kelembagan dan tata hubungan
usaha
3). Tersedianya informasi tentang kondisi sosial yang berkaitan dengan; a).
perkembangan demografi sekitar kawasan, b). pola-pola hubungan sosial
masyarakat dengan hutan, c). keberadaan kelembagaan masyarakat dan
d). pola penguasaan lahan oleh masyarakat di dalam dan sekitar kawasan
4). Terumuskannya visi - misi dan tujuan spesifik pada pengembangan KPHP
Model Tasik Besar Serkap 10 tahun kedepan
5). Tersedianya informasi tentang situasi dan strategi pengembangan KPHP
Model Tasik Besar Serkap dengan spesifikasi usaha, sosial, ekologi, dan

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 5


kaitannya dengan pengembangan ekonomi wilayah dan jasa lingkungan,
khususnya karbon.
6). Tersedianya strategi terbaik pada 10 tahun yang akan datang dan
menjabarkannya ke dalam rencana tindak pengelolaan hutan lestari dan
rendah emisi pada setiap kelas perusahaan, rencana pengelolaan
ekosistem hutan rawa gambut, rencana kemitraan dengan masyarakat,
rencana kemitraan usaha dengan para pemegang izin, rencana
pendanaan, rencana pemantauan dan pengendalian, serta rencana
penataan hubungan kerja dengan para pemegang izin dan dengan instansi
terkait.

1.4. Acuan Legal

Dasar hukum penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP


Model Tasik Besar Serkap terdiri dari :
1). Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya
Alam Hayati dan Ekosistem
2). Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya
Tanaman
3). Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan jo Undang-
Undang Nomor 19 Tahun 2004
4). Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas
Tanaman
5). Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan
6). Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
7). Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
8). Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
9). Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
10). Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang HGU, Hak milik, Hak
Pakai Atas Tanah
11). Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan
Kehutanan
12). Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi
Perangkat Daerah

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 6


13). Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Antara Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota
14). Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 jo Peraturan Pemerintah
Nomor 3 Tahun 2008 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana
Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan
15). Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional
16). Instruksi Presiden Nomor 10 Tahun 2011 tentang Penundaan Pemberian
Izin Baru dan Penyempurnaan Tata Kelola Hutan Alam Primer dan Lahan
Gambut
17). Peraturan Menteri Pertanian Nomor 26 Tahun 2007 tentang Pedoman
Perizinan Perkebunan
18). Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.6/Menhut-II/2009 tentang
Pembentukan Wilayah KPH
19). Peraturan Menteri Pertanian Nomor 14 Tahun 2009 tentang Pedoman
Pemanfaatan Lahan Gambut untuk Budidaya Kelapa Sawit
20). Permenhut P.6/Menhut-II/2010 tentang Norma, Standar, Prosedur dan
Kriteria (NSPK) Pengelolaan Hutan pada KPH Lindung (KPHL) dam KPH
Produksi (KPHP)
21). Permenhut P.42/Menhut-II/2010 tentang Sistem Perencanaan Kehutanan
22). Permenhut P.51/Menhut-II/2010 tentang Rencana Strategis Kehutanan
2010-2014
23). Permenhut No. P.49/Menhut-II/2011 tentang Rencana Kehutanan Tingkat
Nasional (RKTN) 2011-2030
24). Permenhut No. P.57/Menhut-II/2011 tentang Rencana Kerja Kementrian
Kehutanan tahun 2012
25). Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 509/Menhut-VII/2010 tentang
Penetapan wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Model
Tasik Besar Serkap
26). Peraturan Daerah Provinsi Riau Nomor 10 Tahun 1994 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Provinsi Riau
27). Peraturan Gubernur Riau nomor 47 tahun 2011 tentang Organisasi, tata
kerja dan uraian tugas Unit Pelaksana Tekhnis Kesatuan Pengelolaan
Hutan Produksi (UPT KPHP) Model Tasik Besar Serkap Provinsi Riau

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 7


28). Peraturan Dirjen Planologi No. P.05 Tahun 2012 tentang tata hutan dan
penyusunan rencana pengelolaan hutan
29). Surat Keputusan Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Riau Nomor: 820/UM-
PG/2964 tanggal 02 September 2013 tentang Penunjukan dan Penetapan
Pejabat Pelaksana Harian dan Personil Pegawai pada Unit Pelaksana
Teknis (UPT) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Model Tasik
Besar Serkap Dinas Kehutanan Provinsi Riau
30). Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2011 tentang rencana aksi nasional
penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) nasional
31). Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2011 tentang Inventarisasi Gas
Rumah Kaca
32). Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.30/Menhut-II/2009 tentang
Pengurangan Emisis Karbon dari Deforestasi dan Degradasi Hutan
33). Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.11/Menhut-II/2013 tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.36/Menhut-II/2009
tentang Tata Cara Perizinan Usaha Pemanfaatan Penyerapan dan/ atau
Penyimpanan Karbon pada Hutan Produksi dan Hutan Lindung
34). Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK. 335/Menhut-II/2014
tentang Unit Kerja yang Bertanggungjawab dalam Pelaksanaan Kebijakan
Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Sektor Kehutanan dan Beberapa
Lainnya yang Terkait

1.5. Ruang Lingkup

Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP Model Tasik


Besar Serkap, melingkupi:
1). Uraian situasi KPHP Model Tasik Besar Serkap yang meliputi (Biogeofisik,
Sosekbud, Tata Hutan, dan data informasi lainnya yang relevan).
2). Analisis dan proyeksi ke depan yang memberikan identifikasi dan
penetapan visi misi dan tujuan pengelolaan Sumberdaya Hutan KPHP
Model Tasik Besar Serkap
3). Penjabaran rencana-rencana periode 10 Tahun ke depan
4). Instrumentasi untuk melancarkan implementasi rencana yang telah
ditetapkan
5). Kelengkapan peta-peta kerja dan peta-peta pendukung

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 8


1.6. Pengertian

Berikut ini merupakan pengertian dari beberapa istilah yang terdapat di dalam
RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap:
1). Kawasan Hutan adalah Wilayah tertentu yang ditetapkan oleh Pemerintah
untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap.
2). Hutan Lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok
sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air,
mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan
memelihara kesuburan tanah.
3). Hutan Produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok
memproduksi hasil hutan.
4). Penataan Hutan (Tata Hutan) adalah kegiatan rancang bangun unit
pengelolaan hutan, mencakup pengelompokan sumber daya hutan sesuai
dengan tipe ekosistem dan potensi yang terkandung di dalamnya dengan
tujuan untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat
secara lestari.
5). Inventarisasi Hutan adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk
mengetahui dan memperoleh data dan informasi tentang sumber daya,
potensi kekayaan alam hutan, serta lingkungannya secara lengkap
6). Pengurusan Hutan adalah kegiatan penyelenggaraan hutan yang meliputi
perencanaan kehutanan, pengelolaan hutan, penelitian dan pengembangan,
pendidikan dan pelatihan, serta penyuluhan kehutanan dan pengawasan.
7). Pengelolaan Hutan adalah suatu kegiatan pengurusan hutan yang meliputi
kegiatan tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan,
pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan, rehabilitasi dan
reklamasi hutan, serta perlindungan hutan dan konservasi alam.
8). Perencanaan Kehutanan adalah proses penetapan tujuan, penetuan
kegiatan dan perangkat yang diperlukan dalam pengurusan hutan lestari
untuk memberikan pedoman dan arah guna menjamin tercapainya tujuan
penyelenggaraan kehutanan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat
yang berkeadilan dan berkelanjutan.
9). Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) adalah wilayah pengelolaan hutan
sesuai fungsi pokok dan peruntukannya, yang dapat dikelola secara efisien
dan lestari.

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 9


10). Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) adalah kesatuan
pengelolaan hutan yang luas wilayahnya seluruhnya atau didominasi oleh
kawasan hutan produksi.
11). KPH Model adalah wujud awal dari KPH yang secara bertahap
dikembangkan menuju situasi dan kondisi aktual organisasi KPH di tingkat
tapak.
12). Resort Pengelolaan Hutan adalah kawasan hutan dalam wilayah KPH yang
merupakan bagian dari wilayah KPH yang dipimpin oleh Kepala Resort KPH
dan bertanggungjawab kepada Kepala KPH.
13). Blok Pengelolaan pada wilayah KPH adalah bagian dari wilayah KPH yang
dibuat relatif permanen untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi
pengelolaan.
14). Petak adalah bagian dari Blok dengan luasan tertentu dan menjadi unit
usaha pemanfaatan terkecil yang mendapat perlakuan pengelolaan dan
silvikultur yang sama.
15). Rencana Pengelolaan Hutan KPH adalah rencana pada kesatuan
pengelolaan hutan yang memuat semua aspek pengelolaan hutan dalam
kurun jangka panjang dan pendek, disusun berdasarkan hasil tata hutan dan
rencana kehutanan, dan memperhatikan aspirasi, peran serta dan nilai
budaya masyarakat serta kondisi lingkungan dalam rangka pengelolaan
kawasan hutan yang lebih intensif untuk memperoleh manfaat yang lebih
optimal dan lestari.
16). Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang adalah rencana pengelolaan
hutan pada tingkat strategis berjangka waktu 10 (sepuluh) tahun atau
selama jangka benah pembangunan KPH.
17). Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Pendek adalah rencana pengelolaan
hutan berjangka waktu satu tahun pada tingkat kegiatan operasional
berbasis petak/blok.
18). Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir
periode perencanaan.
19). Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan
dilaksanakan untuk mewujudkan visi.
20). Strategi adalah langkah-langkah berisikan program-program indikatif untuk
mewujudkan visi dan misi.
21). Kebijakan adalah arah/tindakan yang diambil untuk mencapai tujuan.

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 10


22). Penggunaan Kawasan Hutan adalah kegiatan penggunaan kawasan hutan
untuk pembangunan di luar kegiatan kehutanan tanpa mengubah status dan
fungsi pokok kawasan hutan.
23). Pemanfaatan Hutan adalah bentuk kegiatan pemanfaatan kawasan hutan,
pemanfaatan jasa lingkungan, pemanfaatan hasil hutan kayu dan bukan
kayu serta memungut hasil hutan kayu dan bukan kayu secara optimal dan
adil untuk kesejahteraan masyarakat dengan tetap menjaga kelestariannya.
24). Evaluasi adalah suatu proses untuk mengukur pencapaian suatu tujuan
tertentu yang telah ditetapkan serta dilakukan secara sistematik dan teratur,
hasilnya digunakan sebagai umpan balik untuk perbaikan pelaksanaan
perencanaan selanjutnya.
25). Pengendalian adalah suatu proses atau upaya untuk mengurangi atau
menekan penyimpangan yang mungkin terjadi, sehingga diperoleh suatu
hasil sesuai dengan yang telah ditetapkan melalui pemantauan,
pengawasan dan penilaian kegiatan.
26). Menteri adalah Menteri yang diserahi tugas dan bertanggung jawab di
bidang kehutanan
27). Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Provinsi Riau.
28). Partisipatif adalah sebuah proses pelibatan pihak – pihak penerima manfaat
29). Kolaboratif adalah kegiatan antara dua orang atau lebih yang dilakukan
secara bekerja sama dalam suatu kelompok untuk memecahkan suatu
masalah guna mencapai tujuan tertentu.
30). REDD+ (Reduced Emission from Deforestation and Degradation plus)
merupakan program penurunan emiasi Gas Rumah Kaca (GRK) pada
negara-negara berkembang melalui kegiatan-kegiatan; pengurangan
deforestasi, pengurangan degradasi hutan, praktek konservasi, pengelolaan
hutan lestari dan peningkatan stok karbon.
31). MRV (Measurement, Reporting and Verification) merupakan suatu sistem
pengukuran, pelaporan dan verifikasi seberapa besar penurunan emisi dari
kegiatan REDD+.
32). NAMAs (Nationally Appropriate Mitigation Actions/ Aksi Mitigasi Nasional
yang Tepat) merupakan wahana utama untuk aksi-aksi mitigasi di negara
berkembang.
33). UNFCCC (United Nations Framework Convention on Climate
Change/Kerangka Kerja Konvensi PBB untuk Perubahan Iklim).

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 11


BAB II
DESKRIPSI KAWASAN

2.1 Risalah Wilayah KPHP Model Tasik Besar Serkap

2.1.1 Sejarah Pembentukan KPHP Model Tasik Besar Serkap

Hutan Produksi Tasik Besar Serkap merupakan salah satu Hutan


Produksi yang terdapat di Provinsi Riau dan merupakan sisa hutan
rawa gambut terbesar Sumatera yang terletak di pesisir Timur pulau
Sumatera. Hutan Produksi Tasik Besar Serkap merupakan salah satu
dari delapan (8) blok kawasan yang memiliki nilai konservasi tinggi
(High Conservation Value Forest) di Propinsi Riau (EoF, 2005). Pada
tahun 1997 World Resources Institute yang melakukan pemetaan hutan
belantara di Sumatera menyatakan Hutan Produksi Tasik Besar Serkap
merupakan salah satu dari empat hutan belantara yang sangat penting
di Sumatera. Namun akibat aktivitas eksploitasi dan konversi/alih fungsi
terhadap hutan alam di kawasan ini, luasan tutupan hutan alam terus
berkurang.
Pemerintah Propinsi Riau melalui Peraturan Daerah (PERDA)
Nomor 10 tahun 1994 mengenai Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi
(RTRWP) – Riau menetapkan kawasan ini sebagai Hutan Lindung
Gambut (HLG). Penetapan kawasan ini sebagai HLG sesuai dengan
Keputusan Presiden (KEPRES) No.32 tahun 1990 tentang pengelolaan
kawasan lindung. Namun berdasarkan TGHK tahun 1986 kawasan ini
berfungsi sebagai kawasan Hutan Produksi sehingga pengelolaan
hutan di Semenanjung Kampar selama ini dilakukan oleh pihak swasta
dalam bentuk Hak Pengusahaan Hutan dan Hutan Tanaman Industri.
Wilayah KPHP Tasik Bersar Serkap ini merupakan Kawasan Hutan
Produksi yang ditunjuk berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No.
173/Kpts-II/1986 tanggal 6 Juni 1986.
Sejak tahun 1960-an seiring dengan komersialisasi hutan yang
dikeluarkan oleh pemerintah, sebagian besar masyarakat di sekitar
kawasan ini mulai memanfaatkan kayu sebagai sumber ekonomi.
Mempertahankan ekosistem rawa gambut Semenanjung Kampar
berarti satu upaya memberi kesempatan bagi masyarakat untuk

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 12


mengelola lahan dan sumber daya alamnya secara berkelanjutan
dimana mereka tidak dimarginalkan dari tempat mereka bertahan
hidup.
Akhirnya, sebagaimana amanat Undang-undang No 41 tahun 1999
tentang Kehutanan dimana wilayah hutan akan terbagi kedalam KPH,
maka pada tahun 2009, Pemerintah Provinsi Riau menyusun
Rancang Bangun KPHP Model Tasik Besar Serkap. Kemudian, Usulan
Penetapan KPHP Model Tasik Besar Serkap (Kab. Pelalawan dan Kab.
Siak) oleh Gubernur Riau (Surat No. 522/Dishut/19.22 tgl 20 Sept
2010). Selanjutnya, Menteri Kehutanan sesuai Keputusan Nomor:
SK.509/Menhut-VII/2010 Tanggal 21 September 2010 menetapkan
Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi Model Tasik Besar
Serkap Kabupaten Pelalawan dan Kabupaten Siak seluas 513.276 Ha.
Penetapan KPHP Model Tasik Besar Serkap seluas 513.276 Ha
sesuai SK Menhut Nomor 509/Menhut-VII/2010 mengacu kepada
SK Menhut Nomor : 173/Kpts-II/1986 tanggal 06 Juni 1986 tentang
Penunjukkan Areal Hutan di wilayah Provinsi Riau Dati I Riau sebagai
Kawasan Hutan (Tata Guna Hutan Kesepakatan/TGHK). Berdasarkan
SK Menhut Nomor 509/Menhut-VII/2010 Kawasan KPHP Model Tasik
Besar Serkap terdiri dari Hutan Produksi Terbatas, Hutan Produksi
Tetap dan Hutan Produksi yang dapat Dikonversi. Rincian pembagian
luas wilayah dalam KPHP Model Tasik Besar Serkap dapat dilihat pada
Tabel 2.1 berikut ini:

Tabel 2.1 Rincian Pembagian Luas Wilayah KPHP Model Tasik Besar Serkap

Luas Persentase
No Kategori Pembagian Luas Wilayah
(Ha) (%)
1. Hutan Produksi Terbatas (HPT) 2.660 0,52
2. Hutan Produksi Tetap (HP) 491.768 95,81
Hutan Produksi yang dapat Dikonversi
3. 18.848 3,67
(HPK)
Total 513.276 100,00
Sumber: SK Menhut Nomor 509/Menhut-VII/2010

Berdasarkan perhitungan dengan teknologi Sistem Informasi


Geografis (SIG) didapatkan rincian blok pemanfaatan sebagaimana
Tabel 2.2 berikut ini:

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 13


Tabel 2.2 Rincian Pembagian Blok Pemanfaatan pada Wilayah KPHP Model
Tasik Besar Serkap
No Nama Blok Luas (Ha) Persentase (%)
1. Pemanfaatan Hutan Tanaman 337.938 65,84
2. Pemanfaatan Hutan Alam/RE 129.357 25,20
3. Pemberdayaan Masyarakat 4.000 0,78
Pemanfaatan Jasa Lingkungan dan
27.238 5,31
4. HHBK
5. Blok Khusus 14.743 2,87
Total 513.276 100,00
Sumber: Data Olahan KPHP Model Tasik Besar Serkap, 2014

Pada tahun 2014 Kementerian Kehutanan menerbitkan Surat


Keputusan Nomor 878/Menhut-II/2014 tentang Kawasan Hutan
Provinsi Riau. Surat Keputusan ini menyatakan bahwa Kawasan Hutan
Provinsi Riau adalah seluas ± 5.499.693 Ha, dengan rincian;
(a) Kawasan Suaka Alam (KSA) / Kawasan Pelestarian Alam (KPA) /
Taman Buru, seluas ± 633.420 Ha, (b) Kawasan Hutan Lindung (HL)
seluas ± 234.015 Ha, (c) Kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT)
seluas ± 1.031.600 Ha, (d) Kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) seluas
± 2.331.891 Ha dan (e) Kawasan Hutan Produksi yang dapat
Dikonversi (HPK) seluas ± 1.268.767 Ha.
Surat Keputusan Nomor 878/Menhut-II/2014 ini berpengaruh
terhadap perubahan fungsi kawasan Wilayah KPHP Model Tasik Besar
Serkap. Sejak dikeluarkannya keputusan tersebut seluruh kawasan
KPHP Model Tasik Besar Serkap menjadi kawasan dengan fungsi
Hutan Produksi Tetap (HP) dan Hutan Lindung (HL). Selain itu, terjadi
penambahan luasan pada SM Tasik Danau Besar seluas ± 996 Ha.
Adanya penambahan luasan pada kawasan SM Tasik Danau Besar
tersebut berdampak pada pengurangan luasan Wilayah Tertentu KPHP
Model Tasik Besar Serkap yang berarti mengurangi luasan total
Wilayah KPHP Model Tasik Besar Serkap.
Rincian perubahan luasan Wilayah dan luasan blok pemanfaatan
KPHP Model Tasik Besar Serkap berdasarkan Surat Keputusan Nomor
878/Menhut-II/2014 dapat dilihat pada Tabel 2.3 sebagai berikut:

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 14


Tabel 2.3 Rincian Perubahan Luasan Wilayah dan Luasan Blok Pemanfaatan
KPHP Model Tasik Besar Serkap
Perbandingan Rincian Wilayah KPHP Model Tasik Besar Berdasarkan
No
SK Menhut No 173/K173/Kpts-II/1986 dan SK Menhut No 878/Menhut-II/2014
SK Menhut
SK Menhut No
No
Berdasarkan Surat Keputusan 173/Kpts-
878/Menhut-
II/1986
II/2014
1. Hutan Produksi Terbatas (HPT) 2.660 0
Hutan Produksi Tetap (HP) 491.768 512.280*
Hutan Produksi yang dapat Dikonversi
(HPK) 18.848 0
Total 513.276 512.280*
Blok Pemanfaatan
Pemanfaatan Hutan Tanaman 337.938 337.938
2. Pemanfaatan Hutan Alam/RE 129.357 129.357
Pemberdayaan Masyarakat 4.000 4.000
Pemanfaatan Jasa Lingkungan dan HHBK 27.238 26.242*
Blok Khusus 14.743 14.743
Total 513.276 512.280
Sumber : Data Olahan KPHP Model Tasik Besar Serkap, 2014
Keterangan : * Perubahan luas wilayah akibat penambahan luas SM Tasik Danau
Besar

2.1.2 Letak Wilayah KPHP Model Tasik Besar Serkap

Secara geografis kawasan KPHP Model Tasik Besar Serkap terletak


di antara 101°55’48’’ BT s/d 103°16’12’’ BT dan 00°10’12’’ LU s/d 00°43’48’’ LU,
termasuk ke dalam DAS Kampar Sub DAS Sungai Serkap dan DAS Upih.
Batas kawasan KPHP Model Tasik Besar Serkap adalah sebelah Utara
berbatasan dengan Kabupaten Meranti, sebelah Selatan berbatasan dengan
Kabupaten Pelalawan, sebelah Timur berbatasan dengan Sungai Kampar dan
sebelah Barat berbatasan dengan Sungai Siak.
Kawasan KPHP Model Tasik Besar Serkap merupakan bagian dari
Daerah Aliran Sungai (DAS) Kampar. Wilayah ini berada pada bagian Hilir DAS
Kampar. DAS Kampar memegang peranan penting antara lain dimanfaatkan
sebagai PLTA terbesar di Riau yakni PLTA Koto Panjang dan menjadi sumber
air minum bagi masyarakat Kabupaten Kampar, Pelalawan dan Kuantan
Singingi di Riau, serta Lima Puluh Kota di Sumatera Barat.

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 15


2.1.3 Rincian Pembagian Blok Pemanfaatan pada Wilayah KPHP Model
Tasik Besar Serkap

Wilayah KPHP Model Tasik Besar Serkap terbagi kedalam 5 kategori


blok pemanfaatan, yaitu Blok Pemanfaaatan Hutan Tanaman, Blok
Pemanfaatan Hutan Alam/ Restorasi Ekosistem, Blok Pemberdayaan
Masyarakat, Blok Pemanfaatan Jasa Lingkungan dan Hasil Hutan Bukan Kayu
serta Blok Khusus. Rincian pembagian luasan masing-masing blok
pemanfaatan dapat dilihat pada Tabel 2.4 sebagai berikut :
Tabel 2.4 Pembagian Blok Pemanfaatan pada Wilayah KPHP Model Tasik Besar
Serkap
No Nama Blok Luas (Ha) Persentase (%)
1. Pemanfaatan Hutan Tanaman 337.938 65,84
2. Pemanfaatan Hutan Alam/RE 129.357 25,2
3. Pemberdayaan Masyarakat 4.000 0,78
4. Pemanfaatan Jasa Lingkungan dan HHBK 27.238 5,31
5. Blok Khusus 14.743 2,87
Total 513.276 100,00
Sumber: Data Olahan KPHP Model Tasik Besar Serkap, 2014

a. Blok Pemanfaatan Hutan Tanaman

Blok ini merupakan areal yang dibebani oleh perizinan untuk


pemanfaatan hutan tanaman. Di Blok ini terdapat 17 IUPHHK-HT. Peta blok
pemanfaatan hutan tanaman dapat dilihat pada Gambar 2.1 sebagai berikut :

Gambar 2.1 Peta Blok Pemanfaatan Hutan Tanaman

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 16


b. Blok Pemanfaatan Hutan Alam/Restorasi Ekosistem (RE)

Blok ini merupakan areal yang dibebani oleh perizinan untuk


pemanfaatan hutan alam/restorasi ekosistem. Di Blok ini telah terdapat 3
IUPHHK-RE dan telah diterbitkan 1 IUPHHK-RE yang merupakan areal
bekas IUPHHK-HA, sehingga total terdapat 4 IUPHHK-RE. Peta blok
pemanfaatan hutan alam/restorasi ekosistem dapat dilihat pada Gambar 2.2
sebagai berikut:

Gambar 2.2 Peta Blok Pemanfaatan Hutan Alam

c. Blok Pemberdayaan Masyarakat

Blok ini merupakan areal yang telah diterbitkan izin untuk pengelolaan
Hutan Desa. Di Blok ini terdiri dari 2 pengelolaan Hutan Desa. Peta blok
pemberdayaan masyarakat dapat dilihat pada Gambar 2.3 sebagai berikut:

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 17


Gambar 2.3 Peta Blok Pemberdayaan Masyarakat

d. Blok Pemanfaatan Kawasan, Jasa Lingkungan dan Hasil Hutan


Bukan Kayu (HHBK)

Blok ini merupakan sisa areal yang tidak terbebani oleh perizinan, atau
yang disebut dengan Wilayah Tertentu KPH. Wilayah ini diamanatkan untuk
dikelola oleh KPH secara mandiri yang terdiri dari 9 Lokasi yang tersebar di
Wilayah KPHP Model Tasik Besar Serkap. Seluruh wilayah ini direncanakan
untuk pemanfaatan jasa lingkungan dan produksi Hasil Hutan Bukan Kayu.
Peta blok pemanfaatan jasa lingkungan dan produksi Hasil Hutan Bukan
Kayu dapat dilihat pada Gambar 2.4 sebagai berikut :

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 18


Gambar 2.4 Peta Blok Pemanfaatan Jasa Lingkungan dan HHBK

e. Blok Khusus

Blok khusus pada dasarnya merupakan bagian dari areal yang belum
terbebani oleh perizinan (Wilayah Tertentu). Pada areal ini dicadangkan
untuk project kerjasama antara RI-Korea dalam skema REDD+ seluas ±
14.743 Ha dan telah dilakukan tata batas. Peta blok khusus dapat dilihat
pada Gambar 2.5 sebagai berikut :

Gambar 2.5 Peta Blok Khusus

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 19


2.1.4 Iklim

Wilayah KPHP Model Tasik Besar Serkap yang berada pada dua
Kabupaten yaitu Siak dan Pelalawan umumnya beriklim tropis. Berdasarkan
pada data dan informasi yang diperoleh dari Kabupaten Siak Dalam Angka
diketahui bahwa Kabupaten siak beriklim tropis, dengan suhu udara berkisar
antara 250 - 320 C.
Rata-rata hari hujan Kabupaten Siak per bulan per tahun adalah 7,41
hari/bulan/tahun. Rata-rata hari hujan tertinggi adalah pada tahun 2011 yaitu
sebesar 17,92 hari /bulan. Sedangkan yang terendah pada tahun 2013 yaitu
sebesar 1,45 hari /bulan. Rata-rata curah hujan Kabupaten Siak per bulan per
tahun adalah 106,53 mm. Rata-rata curah hujan per bulan tertinggi adalah pada
tahun 2011 yaitu sebesar 203,65 mm, sedangkan rata-rata curah hujan per
bulan terendah terdapat pada tahun 2013 yaitu sebesar 35,11 mm. Rincian
data Rata-Rata Hari Hujan dan Curah Hujan Kabupaten Siak per Bulan per
Tahun dapat dilihat pada Tabel 2.5 sebagai berikut :

Tabel 2.5 Rata-Rata Hari Hujan dan Curah Hujan Kabupaten Siak per Bulan per Tahun
Rata-Rata/Bulan
Kabupaten Tahun
HH CH
2004 6,08 94,58
2005 7,25 116,75
2006 4,33 82,58
2007 - -
2008 - -
Siak 2009 - -
2010 - -
2011 17,92 203,65
2012 - -
2013 1,45 35,11
2014 - -
Jumlah 37,03 532,67
Rata-Rata/Bulan/Tahun 7,41 106,53
Sumber: Siak dalam Angka 2004 s/d 2014

Selain itu berdasarkan pada data dan informasi yang diperoleh dari
Kabupaten Pelalawan Dalam Angka diketahui bahwa Kabupaten Pelalawan
beriklim tropis, dengan suhu udara berkisar antara 180 - 340 C. Rata-rata hari
hujan Kabupaten Pelalawan per bulan per tahun adalah 12,60 hari/bulan/tahun.

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 20


Rata-rata hari hujan tertinggi adalah pada tahun 2007 yaitu sebesar 15
hari/bulan. Sedangkan yang terendah pada tahun 2005 yaitu sebesar 8,83
hari/bulan. Rata-rata curah hujan Kabupaten Pelalawan per bulan per tahun
adalah 178,28 mm. Rata-rata curah hujan per bulan tertinggi adalah pada tahun
2007 yaitu sebesar 231,82 mm, sedangkan curah hujan per bulan yang
terendah terdapat pada tahun 2005 yaitu sebesar 122,97 mm.
Rincian data Rata-Rata Hari Hujan dan Curah Hujan Kabupaten
Pelalawan per Bulan per Tahun dapat dilihat pada Tabel 2.6 sebagai berikut:

Tabel 2.6 Rata-Rata Hari Hujan dan Curah Hujan Kabupaten Pelalawan per Bulan per Tahun
Rata-Rata/Bulan
Kabupaten Tahun
HH CH
2004 12,92 135,28
2005 8,83 122,97
2006 14,00 185,95
2007 15,00 231,82
2008 12,92 189,51
Pelalawan 2009 12,25 161,72
2010 12,67 192,92
2011 13,92 199,53
2012 10,92 184,79
2013 - -
2014 - -
Jumlah 113,42 1604,48
Rata-Rata/Bulan/Tahun 12,60 178,28
Sumber: Pelalawan dalam Angka 2004 s/d 2014

2.1.5 Tutupan Lahan

Wilayah KPHP Model Tasik Besar Serkap memiliki 14 jenis penutupan


lahan (BPKH Wilayah XIX, 2014). Data jenis dan luas tutupan lahan dapat
dilihat pada Tabel 2.7 sebagai berikut:

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 21


Tabel 2.7 Jenis dan Luas Tutupan Lahan KPHP Model Tasik Besar Serkap
No Jenis Tutupan Lahan Luas (Ha) (%)
1. Hutan rawa primer 10.698,19 2,08
2. Hutan tanaman 175.650,16 34,22
3. Perkebunan / Kebun 1.075,75 0,21
4. Permukiman / Lahan terbangun 42,95 0,01
5. Tanah terbuka 23.414,99 4,56
6. Tubuh air 215,96 0,04
7. Hutan rawa sekunder /bekas tebangan 276.374,28 53,85
8. Semak belukar rawa 19.104,12 3,72
9. Pertanian lahan kering 222,71 0,04
10. Pertanian lahan kering campur semak 2.350,85 0,46
11. Sawah / persawahan 655,64 0,13
12. Pertambangan / tambang 1.676,28 0,33
13. Rawa 1.794,13 0,35
Total 513.276 100
Sumber: BPKH Wilayah XIX Pekanbaru, 2014

Berdasarkan Tabel 2.7 diatas diketahui bahwa jenis tutupan lahan yang
mendominasi areal KPHP Model Tasik Besar Serkap adalah Hutan Rawa
Sekunder (53,85 %), selanjutnya diikuti dengan Hutan Tanaman (34,22%) dan
Tanah Terbuka (4,56 %) sedangkan luas penutupan lahan yang paling sedikit
adalah untuk Pemukiman (0,01 %.).

2.1.6 Izin Pemanfaatan

Pada sebagian besar wilayah KPHP Model Tasik Besar Serkap


merupakan areal yang telah terbebani oleh perizinan. Beberapa perizinan
tersebut meliputi 16 Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu – Hutan
Tanaman (IUPHHK – HT), 4 Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu –
Restorasi Ekosistem (IUPHHK – RE) dan 2 Izin Hutan Desa. Berikut ini adalah
nama – nama para pemegang izin yang terdapat di wilayah KPHP Model Tasik
Besar Serkap, sebagaimana tersaji pada Tabel 2.8

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 22


Tabel 2.8 Izin pemanfaatan yang terdapat di areal KPHP Model Tasik Besar Serkap

No Nama Perusahaan Jenis Izin No Surat Keputusan (SK) Luas (Ha)


Kabupaten Pelalawan
1 PT. RAPP IUPHHK-HT SK 180/Menhut-II/2013 141.795*
2 PT. Mitra Hutani Jaya IUPHHK-HT SK 101/Menhut-II/2006 9.240
3 PT. Satria Perkasa Agung IUPHHK-HT SK 60/ Menhut-II/2013 11.927,15
4 PT. Triomas FDI IUPHHK-HT SK. 522.21/IUPHHKHT/I/2003/012 9.625*
5 PT. Uni Seraya IUPHHK-HT SK 214/Menhut-II/2007 33.360
6 PT. Putra Riau Perkasa IUPHHK-HT SK 104/Menhut-II/2006 15.640
7 PT. Madukoro IUPHHK-HT SK. 522.21/IUPHHKHT/I/2003/017 15.000
8 PT. Selaras Abadi Utama IUPHHK-HT SK 382/Menhut-II/2004 13.600
9 CV. Bhakti Praja Mulia IUPHHK-HT SK. 522.21/IUPHHKHT/I/2003/011 5.800
10 CV. Alam Lestari IUPHHK-HT SK. 522.21/IUPHHKHT/I/2003/015 3.300
11 CV. Harapan Jaya IUPHHK-HT SK. 522.21/IUPHHKHT/I/2003/016 4.800
12 CV. Tuah Negeri IUPHHK-HT SK 215/Menhut-II/2007 1.480
13 PT. The Best One Uni Timber IUPHHK-RE SK 747/Menhut-II/2014 39.412
14 PT. Gemilang Cipta Nusantara IUPHHK-RE SK 395/Menhut-II/2012 20.265
15 PT. Sinar Mutiara Nusantara IUPHHK-RE SK 162/Menhut-II/2014 32.830
16 PT. Global Alam Nusantara IUPHHK-RE SK 230/Menhut-II/2014 36.850
17 Desa Segamai Kec. T. Meranti Hutan Desa SK 154/Menhut-II/2013 2.000
18 Desa Serapung Kec. K. Kampar Hutan Desa SK 155/Menhut-II/2013 2.000
Kabupaten Siak
19 PT. Arara Abadi IUPHHK-HT SK 703/Menhut-II/2013 45.431
20 PT. Ekawana Lestari Dharma IUPHHK-HT SK 733/Menhut-II/1997 9.300
21 PT. National Timber and Forest Product IUPHHK-HT SK 21/Menhut-II/2007 9.300
22 PT. Balai Khayang Mandiri IUPHHK-HT SK 20/Menhut-II/2007 22.250

Keterangan : * Tidak semua areal konsesinya berada di dalam Kawasan KPHP Model Tasik
Besar Serkap
Luasan sebagaimana tersaji pada Tabel 2.8 diatas merupakan luasan
wilayah perizinan sesuai dengan Surat Keputusan (SK) yang diterbitkan oleh
Kementerian Kehutanan. Namun demikian tidak seluruh wilayah perizinan
tersebut berada dalam Wilayah KPHP Model Tasik Besar Serkap. Berdasarkan
hasil perhitungan dengan teknologi Sistem Informasi Geografis (SIG) luas
keseluruhan perizinan IUPHHK-HT adalah 337.938 Ha, IUPHHK-RE adalah
129.357 Ha, dan Izin Hutan Desa adalah 2.000 Ha, dengan total luas
keseluruhan perizinan adalah 471.295 Ha.
Selain itu, terdapat juga izin penggunaan kawasan hutan berupa izin
pinjam pakai kawasan hutan untuk jalan atas nama Bupati Siak dari Sungai
Rawa ke Teluk Lanus, Kab. Siak Prov. Riau sesuai SK.323/Menhut-II/2012
tanggal 03 Juli 2012 sepanjang 59.889 meter dengan lebar 2,6 m dan luas
155,71 Ha. Selanjutnya terdapat juga persetujuan prinsip izin pinjam pakai

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 23


kawasan hutan untuk kegiatan operasi produksi sumur minyak dan gas bumi
seluas ± 1,44 Ha. SKK Migas-BOB Bumi Siak Pusako Pertamina Hulu sesuai
surat Menteri Kehutanan Nomor : S.476/Menhut-VII/2013.

2.1.7 Kondisi Biofisik Areal KPHP Model Tasik Besar Serkap

a. Fungsi Kawasan

Fungsi Kawasan hutan pada areal KPHP Model Tasik Besar Serkap
terdiri dari fungsi hutan produksi terbatas, hutan produksi dan hutan
produksi yang dapat di konversi. Adapun rincian masing – masing fungsi
kawasan sebagaimana tertera pada Tabel 2.9 sebagai berikut:
Tabel 2.9 Fungsi Kawasan pada KPHP Model Tasik Besar Serkap
No Fungsi Kawasan Luas (ha)
1. Hutan Produksi Terbatas 2.660
2. Hutan Produksi 491.768
3. Hutan Produksi yang di konversi 18.848
Total 513.276
Sumber: SK Menhut No. 509/Menhut-VII/2010

Adapun Peta Kawasan KPHP Model Tasik Besar Serkap berdasarkan


Surat Keputusan Menteri Kehutanan No: SK.509/Menhut-VII/2010 dapat
dilihat pada Gambar 2.6 berikut ini:

Gambar 2.6 Peta Kawasan pada Areal KPHP Model Tasik Besar Serkap

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 24


b. Kondisi Topografi

Berdasarkan peta topografi dan pengamatan langsung di lapangan,


keadaan topografi pada sebagian besar areal KPHP Model Tasik Besar
Serkap relatif datar (kemiringan 0 – 8 %) dengan ketinggian 6 – 20 mdpl.
Kondisi lahan hampir 100% meliputi dataran rawa gambut yang terbentuk
dari endapan aluvium muda dan tua yang terdiri dari endapan pasir,
danau, lempung, sisa tumbuhan dan gambut.

c. Jenis Tanah

Berdasarkan penggolongan jenis tanah, areal KPHP Model Tasik


Besar Serkap didominasi oleh tanah Organosol/ Gambut dan sebagian
kecil berupa tanah Aluvial dan Podsolik. Tanah Organosol sering disebut
tanah gambut yang mengandung banyak bahan organik tanah sehingga
perkembangan tanah dipengaruhi oleh tingkat kematangan, dekomposisi
dan sifat-sifat bahan organik yang bersangkutan. Secara morfologis, tanah
ini dicirikan oleh pembentukan horizon-horizon yang berwarna coklat
kelam sampai hitam, berkadar air tinggi dan bereaksi sangat
masam (pH 3-5).
Berdasarkan hasil penelitian Tropenbos (2010), secara umum gambut
yang terdapat di Kawasan Semenanjung Kampar merupakan tipe
ombrogen dan terbentuk dari penimbunan sisa-sisa tumbuhan baik berupa
batang, daun, akar dan bagian tumbuhan lainnya. Kondisi lingkungan
yang selalu terendam air mengakibatkan proses pelapukan tidak berjalan
dengan baik sehingga terjadi penimbunan bahan organik berupa material
gambut. Pada kondisi demikian, secara alami penimbunan bahan organik
lebih cepat dari proses dekomposisi, sehingga terbentuklah timbunan
material gambut yang membentuk kubah di bagian tengah. Peta Tanah
pada Areal KPHP Model Tasik Besar Serkap dapat dilihat pada Gambar
2.7 berikut ini :

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 25


Gambar 2.7 Peta Tanah pada Areal KPHP Model Tasik Besar Serkap

d. Aksesibilitas Kawasan

Aksesibilitas pada sebagian areal KPHP Model Tasik Besar Serkap


masih tergolong cukup sulit karena pada umumnya tidak bisa dijangkau
dengan kendaraan darat dan ditambah lagi dengan kondisi alam rawa
gambut yang di dalamnya terdapat sungai-sungai. Jalur transportasi yang
sering dimanfaatkan adalah transportasi air, sehingga tidak semua areal
KPHP Model Tasik Besar Serkap dapat dijangkau dengan mudah. Hal ini
menjadi kendala dalam pengelolaan hutan di areal KPHP Model Tasik Besar
Serkap. Berikut ini Peta Aksesibilitas pada Areal KPHP Model Tasik besar
Serkap sebagaimana yang tertera pada Gambar 2.8.

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 26


Gambar 2.8 Peta Aksesibilitas pada Areal KPHP Model Tasik Besar Serkap

2.2 Potensi Wilayah KPHP Model Tasik Besar Serkap

Penutupan vegetasi pada areal KPHP Model Tasik Besar Serkap didominasi
oleh vegetasi hutan alam dan vegetasi hutan tanaman (Accasia sp., Eucallyptus sp.,
Malaleuca sp.). Tutupan vegetasi tersebut memberikan konstribusi terhadap potensi
KPHP Model Tasik Besar Serkap. Beberapa potensi yang terdapat di areal KPHP
Model Tasik Besar Serkap adalah sebagai berikut:

2.2.1 Potensi Flora

Potensi flora yang terdapat di areal KPHP Model Tasik Besar Serkap
dibagi menjadi dua kelompok, yaitu hasil hutan kayu dan hasil hutan bukan
kayu. Penjelasan mengenai potensi hasil hutan kayu dan hasil hutan bukan
kayu dijelaskan sebagai berikut:

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 27


a. Hasil Hutan Kayu

Potensi Hasil Hutan Kayu (HHK) pada Kawasan KPHP Model Tasik
Besar Serkap dibagi kedalam 2 kategori, yaitu potensi Hasil Hutan
Kayu pada Areal Pemegang Izin dan Potensi Hasil Hutan Kayu pada
Wilayah Tertentu. Penjelasan mengenai potensi Hasil Hutan Kayu
tersebut adalah sebagai berikut:

a). Potensi Hasil Hutan Kayu pada Areal Pemegang Izin

Pada areal pemegang izin, potensi hasil hutan kayu didominasi


oleh jenis – jenis kayu hutan alam dan hutan tanaman. Jenis kayu
hutan alam seperti Meranti, Balam, Suntai, Punak, Ramin,
Kempas, Bintangur, Jangkang, Kelat dan jenis rimba campuran
lainnya. Sementara kayu – kayu hutan tanaman adalah jenis Akasia
(Acasia sp), Karet (Hevea sp, Kayu Putih (Melaleuca sp) dan
Ekaliptus (Eucalyptus sp). Berdasarkan analisa data Permanent
Plot Sampling (PSP) PT.RAPP diketahui pertumbuhan dan riap
Akasia Mangium pada jarak tanam 3 x 2 m pada tahun ketiga
adalah 18,7 m3/ha/thn dan pada tahun keenam adalah 30,9
m3/ha/thn. Pertumbuhan tanaman mencapai puncak pada umur
5 – 6 tahun dengan riap MAI antara 30,7 – 30,9 m3/ha/thn.

b). Potensi Hasil Hutan Kayu pada Wilayah Tertentu

Pada Wilayah KPHP Model Tasik Besar Serkap terdapat areal


yang tidak terbebani izin yaitu seluas 41.981 Ha. Areal ini dijadikan
sebagai Wilayah Tertentu yang akan dikelola oleh KPHP Model
Tasik Besar Serkap.
Pada Wilayah Tertentu KPHP Model Tasik Besar Serkap
tersebut, sekitar 14.743 Ha arealnya telah dicadangkan untuk
project kerjasama RI-Korea dalam skema REDD+. Oleh sebab itu,
maka sisa luas Wilayah Tertentu KPHP Model Tasik Besar Serkap
adalah sebesar 27.238 Ha. Areal tersebut akan dikelola untuk
pemanfaatan jasa lingkungan dan hasil hutan bukan kayu. Sisa
areal tersebut terbagi ke dalam beberapa lokasi. Posisi lokasi
tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.10 sebagai berikut:

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 28


Tabel 2.10 Pembagian Lokasi pada Wilayah Tertentu di KPHP Model
Tasik Besar Serkap
No Lokasi Posisi Luas (Ha) Keterangan
Desa Dayun, Kec. Dayun,
1 Lokasi A 2.153
Kab. Siak, Prov. Riau

Desa Dayun, Kec. Dayun,


2 Lokasi B 1.094
Kab. Siak, Prov. Riau

Desa Rawa Mekar Jaya, Lokasi C


3 Lokasi C Kec. Sungai Apit, Kab. 4.386 terdiri dari C1
Siak, Prov. Riau dan C2
Desa Penyengat & Desa
Teluk Lanus, Kec. Sungai Lokasi D
4 Lokasi D 7.343
Apit, Kab. Siak, Prov. terdiri dari D1
Riau dan D2
Lokasi E
terdiri dari E1
dan E2 yang
Desa Penyengat, Kec. merupakan
5 Lokasi E Sungai Apit, Kab. Siak, 14.743 areal Project
Prov. Riau Kerjasama
FMU/REDD+
(Blok
Khusus)
Desa Penyengat, Kec.
6 Lokasi F Sungai Apit, Kab. Siak, 3.377
Prov. Riau

Desa Teluk Lanus, Kec.


7 Lokasi G Sungai Apit, Kab. Siak, 1.901
Prov. Riau

Merupakan
8 Lokasi H Kecamatan Pelalawan 3.464 kawasan
lindung

HP The Best
9 Lokasi I Kecamatan Teluk Meranti 849
One

Desa Sungai Kina, Kec.


10 Lokasi J Kuala Kampar, Kab. 179
Pelalawan, Prov. Riau

Kel. Teluk Dalam, Kec.


11 Lokasi K Kuala Kampar, Kab. 2.492
Pelalawan, Prov. Riau

Total 41.981

Pada lokasi – lokasi tersebut dilakukan kegiatan inventarisasi


biogeofisik untuk mengetahui data dan informasi potensi hasil hutan
kayunya. Berdasarkan hasil pengukuran pada lokasi-lokasi tersebut
diketahui potensi hasil hutan kayu di Wilayah Tertentu KPHP Model
Tasik Besar Serkap adalah sebagai berikut:

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 29


Tabel 2.11 Potensi Hasil Hutan Kayu pada Wilayah Tertentu KPHP
Model Tasik Besar Serkap

Volume
Nama Volume
No. Koordinat Rata-Rata Keterangan
Lokasi Tegakan
(m3/ha)

Hutan
0° 39' 41" LU
primer
1. A dan 102° 39,41' 242,92 485,84
dengan ϴ
0" BT
40 cm
Hutan
00º 36’ 46,08” sekunder
2. B LU dan 102º 19’ 161,36 322,72 dengan
41,5” BT kerapatan
sedang
Hutan
0º 44’ 48,06” LU
Sekunder
3. C1 dan 102º 21’ 140,00 280,00
kerapatan
07,8” BT
tinggi

Hutan rawa
0° 44' 48,70" LU primer
4. C2 dan 102° 21' 179,71 359,42 dengan
7,0" BT kerapatan
sedang
Hutan
0° 44' 12,30" LU sekunder
5. D1 dan 102° 24' 292,92 585,84 dengan
35,5" BT kerapatan
sedang
Hutan rawa
primer
dengan
0° 41'59,4" kerapatan
6. D2 LUdan 102° 47' 108,80 217,60 sedang
01,8" BT dengan
diameter
rata-rata 30
cm
Hutan rawa
0° 41' 44,8" LU primer
7. E1 dan 102° 36' 175,49 350,98 dengan
00,3" BT kerapatan
sedang
0° 44' 26,1" LU Hutan
8. E2 dan 102° 22' 145,29 290,58 Rawa
40,9" BT Primer
Hutan
Rawa
Sekunder
0º 41’ 35,0” LU bekas
9.. F dan 102º 39’ 185,32 370,64 tebangan,
12,3” BT dengan
kondisi
Tegakan
dan

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 30


kerapatan
tinggi

hutan rawa
primer,
diameter
pohon tidak
0° 40' 22,9" LU terlalu
10. G dan 102° 46' 133,05 266,1 besar yang
59,9" BT rata – rata
hanya
sekitar
kurang dari
30 Cm
Hutan
Mangrove
karena
didominasi
oleh Jenis
Bakau
0° 39' 56,6" LU (Rhizophora
11. J dan 103° 09' 38,12 76,24 spp)
33,2" BT dengan
kondisi
Tegakan
dan
kerapatan
tinggi dan
sedang
Seluruh
12. K 0 0 areal
terbakar

Potensi hasil hutan kayu yang terdapat pada masing-masing


lokasi adalah sebagai berikut:
− Lokasi A
Lokasi A terletak di Desa Dayun, Kecamatan Dayun,
Kabupaten Siak, Riau. Lokasi A memiliki luas sebesar
2153 Ha. Namun, sejak dikeluarkannya SK Nomor 878/Menhut-
II/2014 sekitar 996 Ha luas lokasi A menjadi kawasan Suaka
Margasatwa Tasik Danau Besar. Sehingga, total luas lokasi A
menjadi 1147 Ha.
Tutupan lahan pada lokasi A terdiri dari hutan, areal terbuka
dan sawit dengan luas masing – masing adalah + 950 Ha
(hutan), + 450 Ha (sawit) dan + 722 Ha (Areal Terbuka).
Inventarisasi KPHP Model Tasik Besar Serkap pada lokasi A
dilaksanakan pada 2 (dua) unit plot contoh. Dari
keseluruhan pelaksanaan diketahui volume tegakan sebesar
485,84 m³ dengan rata – rata volume 242,92 m³/ha. Dari hasil

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 31


Inventarisasi KPHP Model Tasik Besar Serkap diketahui jenis
pohon didominasi oleh jenis Meranti, Pelawan, Kelat, dan
Bintangur. Sedangkan jenis pohon yang memiliki dominansi
terendah adalah Punak, Manggis Hutan, Jangkang, dan
Trenggayun. Untuk tingkat permudaan diketahui jumlah anakan
pada tingkat semai rata – rata berjumlah 218 anakan semai per
hektar, tingkat pancang rata – rata berjumlah 179 anakan per
hektar, dan tingkat tiang rata – rata berjumlah 65 batang pohon
per hektar.

− Lokasi B
Tutupan lahan pada lokasi B yaitu 100 % berhutan.
Berdasarkan hasil kegiatan Inventarisasi pada lokasi B, dapat
disimpulkan bahwa lokasi kegiatan inventarisasi Biogeofisik
pada lokasi B, yang berada di Kecamatan Sungai Apit,
Kabupaten Siak, Provinsi Riau. Lokasi kegiatan Inventarisasi
Regu B dikategorikan sebagai Hutan Sekunder karena tidak
ditemukannya bekan tebangan, dengan kondisi Tegakan dan
kerapatan tinggi dan sedang. Volume 2 plot sebesar 322,72 m3
dengan rata – rata 161,36 m³/ha. Dengan kubikasi rata – rata
per pohon terbesar mencapai 6,51m³. Jenis pohon pada lokasi
ini didominasi oleh Meranti (Shorea sp).

− Lokasi C1
Tutupan lahan pada lokasi C yaitu 100 % berhutan.
Berdasarkan hasil kegiatan Inventarisasi pada lokasi C1,
diketahui bahwa lokasi kegiatan inventarisasi Biogeofisik pada
lokasi C1, yang berada di Kec. Sungai Apit, Kabupaten Siak,
Provinsi Riau dikategorikan sebagai Hutan Rawa Sekunder
bekas tebangan, dengan kondisi Tegakan dan kerapatan tinggi.
Volume rata – rata dari 2 plot pengambilan data, mencapai 140
M³/Ha. Dengan kubikasi rata – rata per pohon terbesar
mencapai 7,79 m³, yaitu dari jenis pohon Kempas (Koompasia
mallacensis).
Sebaran pohon terbanyak dari jenis terong dan medang
yang mendominasi di kedua plot pengambilan data pada lokasi

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 32


C1 tersebut. Selain itu, adanya dominasi masing - masing
pohon endemik dataran rawa gambut, seperti tanaman Suntai
(Palaqium walsurifolium), Punak (Tetra merista glabra).
Keberadaan tanaman langka dan dilindungi yaitu jenis Ramin
(Gonystylus bancanus Kurz), merupakan tanda bahwa tegakan
di dalam areal pengamatan sangat baik.

− Lokasi C2
Lokasi C2 terletak di Desa Rawa Mekar Jaya, kecamatan
Sungai Apit, Kabupaten Siak, Riau. Tutupan lahan pada lokasi
C2 terdiri dari hutan, areal terbuka dan sawit. Inventarisasi
KPHP Model Tasik Besar Serkap pada lokasi C2 dilaksanakan
pada 2 (dua) unit plot contoh. Dari keseluruhan pelaksanaan
diketahui volume tegakan sebesar 359,43 m³ dengan rata –
rata volume 179,71 m³/ha. Dari hasil inventarisasi ini juga
diketahui jenis pohon didominasi oleh jenis Meranti, Kelat,
Bintangur, Balam, dan Tampui. Sedangkan jenis pohon yang
memiliki dominansi terendah adalah Bungku, Gelam Tikus,
Gerunggang, Kayu Ara, Kenari, Mahang, Meranti Bakau,
Meranti Kuning, dan Serai. Untuk tingkat permudaan diketahui
jumlah anakan pada tingkat semai rata – rata berjumlah 180
anakan semai per hektar, tingkat pancang rata – rata berjumlah
163 anakan per hektar, dan tingkat tiang rata – rata berjumlah
149 batang pohon per hektar.
Kondisi hutan secara umum di lokasi yang diinventarisasi
merupakan hutan rawa primer, namun diameter pohon tidak
terlalu besar yang rata – rata hanya sekitar kurang dari 30 cm,
diduga kedelaman gambut menjadi salah satu faktor
pertumbuhan tegakan tersebut yang diperkirakan mempunyai
kedalaman lebih dari 11 m, sehingga tegakan tidak bisa
tumbuh lebih besar dan lebih tinggi yang menyebabkan
tegakan tersebut akan rebah/tumbang karena akar tidak
mampu menahan bobot tegakan tersebut, hal ini di tandai
banyaknya pohon tumbang namun tidak ada bekas
penebangan / perambahan.

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 33


− Lokasi D1
Tutupan lahan pada lokasi D1 terdiri dari hutan, areal
terbuka dan sawit dengan luas masing – masing adalah
+ 950 Ha (hutan), + 335 Ha (sawit) dan + 798 Ha (Areal
Terbuka). Dari hasil Inventarisasi KPHP Model Tasik Besar
Serkap diketahui jenis pohon didominasi oleh jenis Kelat,
Meranti, Punak, Suntai, Jangkang, dan Bintangur. Sedangkan
jenis pohon yang memiliki dominansi terendah adalah Bandul,
Kandis, Kelemak, Kelincan, Kelumar, Kia–Kia, Manggis Hutan,
Milas, Pelara, Ramin, Selumar, Tempura.
Untuk tingkat permudaan diketahui jumlah anakan pada
tingkat semai rata – rata berjumlah 128 anakan semai per
hektar, tingkat pancang rata – rata berjumlah 109 anakan per
hektar, dan tingkat tiang rata – rata berjumlah 83 batang pohon
per hektar.
Kondisi tegakan di hutan yang dilaksanakan kegiatan
inventarisasi umumnya mempunyai potensi volume yang cukup
besar dengan berbagai keanekaragaman hayati. Namun,
sayangnya areal tersebut telah di blok-blok dengan batas kanal
oleh PT. Triomas, beberapa hamparan lahan juga sudah
terbuka dan terbakar.

− Lokasi D2
Tutupan lahan pada lokasi D2 terdiri dari hutan, areal
terbuka dan sawit. Dari hasil Inventarisasi KPHP Model Tasik
Besar Serkap diketahui jenis pohon didominasi oleh
jenis Meranti dan Kelat. Sedangkan jenis pohon yang
memiliki dominansi terendah adalah Seminai air, Para – para,
Sentul, Paran, Temaram, Terap dan Tentulang. Untuk tingkat
permudaan diketahui jumlah anakan pada tingkat semai
rata – rata berjumlah 51 anakan semai per hektar, tingkat
pancang rata – rata berjumlah 81 anakan per hektar, dan
tingkat tiang rata – rata berjumlah 164,5 batang pohon per
hektar.

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 34


Kondisi hutan secara umum di lokasi yang diinventarisasi
merupakan hutan rawa primer, namun diameter pohon tidak
terlalu besar yang rata – rata hanya sekitar kurang dari 30 cm,
diduga kedelaman gambut menjadi salah satu faktor
pertumbuhan tegakan tersebut yang diperkirakan mempunyai
kedalaman lebih dari 11 m, Sehingga tegakan tidak bisa
tumbuh lebih besar dan lebih tinggi yang menyebabkan
tegakan tersebut akan rebah/tumbang karena akar tidak
mampu menahan bobot tegakan tersebut, hal ini di tandai
banyaknya pohon tumbang namun tidak ada bekas
penebangan / perambahan.

− Lokasi E1
Tutupan lahan pada lokasi E1 terdiri dari hutan, Semak
Belukar dan Areal Terbuka. Dari hasil Inventarisasi KPHP
Model Tasik Besar Serkap diketahui jenis pohon didominasi
oleh jenis Meranti, Kelat. Sedangkan jenis pohon yang memiliki
dominansi terendah adalah Bintangur, Gelam Tikus, Jerejet,
Kelincan, Mahakai, Pelintai, Sepahit.
Pada tingkat permudaan diketahui jumlah anakan pada
tingkat semai rata – rata berjumlah 145 anakan semai per
hektar, tingkat pancang rata – rata berjumlah 86 anakan per
hektar, dan tingkat tiang rata – rata berjumlah 81 batang pohon
per hektar.
Kondisi hutan secara umum di lokasi yang diinventarisasi
merupakan hutan rawa primer, yang mempunyai volume
tegakan yang cukup besar. Tetapi pada beberapa RU (Record
Unit) ditemukan tidak adanya semai, pancang, tiang, pohon,
yang ada hanya semak belukar dan tanaman rambat.Di
beberapa titik juga ditemukan jalur papan yang dibuat oleh
perambah yang digunakan membawa kayu yang telah ditebang
dan kemudian dijadikan papan. Beberapa Pohon Jenis Punak
dan Suntai juga sudah mulai ditandai oleh perambah untuk
ditebang.

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 35


− Lokasi E2
Tutupan Lahan pada Lokasi E2 adalah Hutan Rawa Primer.
Berdasarkan pengamatan di lapangan tingkat kemiringan
lapangan Lokasi E2 adalah sebesar 0-8 %, berada pada
ketinggian 30 mdpl, jenis tanahnya adalah organosol (gambut).
Jumlah individu terbanyak diperoleh pada tingkat pohon dan
yang terendah pada tingkat tiang. Sedangkan jumlah individu
terbanyak berdasarkan plot pengamatan, diperoleh pada plot 2.
Terdapat 55 jenis vegetasi yang diperoleh dari hasil
inventarisasi, yaitu Antui, Arang-Arang, Bakau Hutan, Balam,
Bandul, Beringin, Bintangur, Bitis, Bongkok, Dara-Dara, Gamai,
Gelam Tikus, Gerunggang, Grejet, Jangkang, Kelat, Kelincan,
Kenari, Kopi-Kopi, Mahang, Mals, Mangga Hutan, Manggis
Hutan, Medang, Melilin, Mensirah, Meranti, Nasi-Nasi, Parak,
Pelawan, Pelintai, Penara, Petai, Petai Belalang, Punak,
Ramin, Resak, Segamai, Seminai, Sentul, Serang,
Situlang,Sonde, Suntai, Temaram, Tenggayun, Tepis, Terai,
Terantai, Terentang, Terong, Trembasa, Unal, Uncan dan
Undel. Jumlah jenis tertinggi diperoleh pada tingkat pancang
dan terendah pada tingkat tiang. Volume total tegakan adalah
sebesar 290,59 m3, dengan rata-rata per hektar sebesar
145,29 m3.
Berdasarkan hasil analisis indeks keanekaragaman Simpson
Blok E2 tergolong komunitas kompleks dan mantap.
Sedangkan berdasarkan perhitungan indeks keanekaragaman
Shannon-Wiener, Blok E2 tingkat keanekaragaman E2
tergolong sedang.

− Lokasi F
Tutupan lahan pada lokasi F yaitu 100 % berhutan. Lokasi
kegiatan Inventarisasi Regu F dikategorikan sebagai Hutan
Rawa Sekunder bekas tebangan, dengan kondisi Tegakan dan
kerapatan tinggi.
Volume rata – rata dari 2 plot pengambilan data, mencapai
185,32 m³/ha. Dengan kubikasi rata – rata dari 2 plot

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 36


pengamatan pohon terbesar mencapai 21,21 m³, yaitu dari
jenis pohon Meranti (Shorea sp), dan volume pohon terkecil
darikedua plot pengamatan mencapai 0,19 m³ dari jenis Simpur
(Dileniaceae). Dengan sebaran pohon terbanyak dari jenis
Kelat dan Kayu Tempurung yang mendominasi di kedua plot
pengambilan data.

− Lokasi G
Tutupan lahan pada lokasi G yaitu 100 % berhutan. Dari
hasil Inventarisasi KPHP Model Tasik Besar Serkap diketahui
jenis pohon didominasi oleh jenis Meranti, Punak, dan Suntai.
Sedangkan jenis pohon yang memiliki dominansi terendah
adalah Mahang, Tempurung, Pelantikus, Piandang, Mangga
Hutan, Kundal dan Garam-Garam.
Pada tingkat permudaan diketahui jumlah anakan pada
tingkat semai rata – rata berjumlah 80 anakan semai per hektar,
tingkat pancang rata – rata berjumlah 93,5 anakan per hektar,
dan tingkat tiang rata – rata berjumlah 134 batang pohon per
hektar.
Kondisi hutan secara umum di lokasi yang diinventarisasi
merupakan hutan rawa primer, namun diameter pohon tidak
terlalu besar yang rata – rata hanya sekitar kurang dari 30 cm,
diduga kedelaman gambut menjadi salah satu faktor
pertumbuhan tegakan tersebut yang diperkirakan mempunyai
kedalaman lebih dari 11 m, Sehingga tegakan tidak bisa
tumbuh lebih besar dan lebih tinggi yang menyebabkan
tegakan tersebut akan rebah/tumbang karena akar tidak
mampu menahan bobot tegakan tersebut, hal ini di tandai
banyaknya pohon tumbang namun tidak ada bekas
penebangan / perambahan.

− Lokasi J
Tutupan lahan pada lokasi J yaitu 100 % berhutan. Lokasi
kegiatan Inventarisasi Regu Blok J dikategorikan sebagai Hutan
Mangrove karena didominasi oleh Jenis Bakau (Rhizophora sp)
dengan kondisi Tegakan dan kerapatan tinggi dan sedang.

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 37


Volume rata – rata dari 2 plot pengambilan data, mencapai
38,12 m³/plot. Dengan kubikasi rata – rata per pohon terbesar
mencapai 0,34m³. Kondisi areal inventasrisasi didominasi oleh
tanaman Bakau (Rhizophora sp) yang mana sangan berfungsi
dalam mengurangi laju abrasi, yang mana akar Bakau
(Rhizophora sp) merupakan akar jangkang dapat menahan
tanah, dan merupakan habitat jenis ikan, udang, kepiting dan
lain-lain. Minimnya potensi hasil hutan non kayu yang dapat
dimanfaatkan dan dikembangkan didalam Blok J.

− Lokasi K
Kondisi fisik areal Lokasi K merupakan areal bekas terbakar.
Dimana umumnya areal bekas terbakar tersebut dimanfaatkan
oleh masyarakat untuk perladangan tanaman semusim. Namun
dibeberapa tempat telah menjadi kebun kelapa dan kelapa
sawit. Hingga saat dilaksanakannya kegiatan Inventarisasi
Biogeofisik, lokasi tempat pengambilan data merupakan areal
bekas terbakar yang belum dimanfaatkan dengan kondisi
tegakan mati.

b. Hasil Hutan Bukan Kayu

FAO (1999) menyatakan bahwa Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK)


merupakan barang yang dihasilkan benda hayati selain kayu yang
berasal dari hutan atau lahan sejenis. Pada umumnya HHBK terbagi
menjadi 9 kelompok, yaitu sebagai berikut:
Tabel 2.12 Kelompok Hasil Hutan Bukan Kayu
No. Kelompok HHBK Contoh Jenis
Getah Jelutung, Getah Merah, Getah Balam,
1. Getah-Getahan
Getah Karet Alam dan lain-lain
Pinang, Gambir, Rhizophora, Bruguiera dan
2. Tanin
lain-lain
Gaharu, Kemendangan , Jernang, Damar Mata
3. Resin Kucing, Damar Batu, Damar Rasak, Kemenyan
dan lain-lain
Minyak Gaharu, Minyak Kayu Putih, Minyak
4. Minyak Atsiri
Keruing, Minyak Kayu Manis
5. Madu Apis dorsata dan Apis melliafera
6. Rotan dan Bambu Semua jenis Rotan, Bambu dan Nibung
7. Penghasil Karbohidrat Sagu, Aren, Nipah, Sukun dan lain-lain
8. Hasil Hewan Sutra alam, Lilin Lebah
Tumbuhan Obat dan Aneka tumbuhan obat dari hutan, Anggrek
9.
Tanaman Hias Hutan, Palmae, Pakis dan lain-lain

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 38


Berdasarkan hasil pengamatan lapangan pada kegiatan
inventarisasi sosial, ekonomi dan budaya masyarakat dan inventarisasi
biogeofisik, beberapa hasil hutan bukan kayu yang terdapat di Desa-
Desa sekitar KPHP Model Tasik Besar Serkap dan kawasan hutannya
adalah sebagai berikut:

a). Damar
Lubis (1996) menyatakan bahwa Damar merupakan salah satu
jenis hasil hutan bukan kayu yang diproduksi oleh jenis-jenis
pohon dari genus: Hopea, Balonocarpus, Vatica, Canoriurn, dan
Agathis. Damar tumbuh secara alami di hutan hujan dataran rendah
sampai ketinggian sekitar 1.200 m dpl. Damar adalah istilah yang
umum digunakan di Indonesia untuk menamakan resin dari pohon-
pohon yang termasuk suku Dipterocarpaceae dan beberapa suku
pohon hutan lainnya. Kegunaan getah damar adalah sebagai
bahan baku cat, korek api, vernis, dan pelitur.
Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan khususnya di Desa
Penyengat, Kecamatan Sungai Apit, Kabupaten Siak Riau, damar
merupakan salah satu HHBK yang potensial untuk dikembangkan.
Masyarakat di Desa Penyengat bekerja sebagai pencari dan
pengumpul Damar. Biasanya Damar diperoleh dari areal konsesi
Hutan Tanaman (HT) perusahaan yang terbuka. Berikut ini adalah
Damar yang terdapat di Desa Penyengat:

Gambar 2.9 Damar yang Terdapat di Desa Penyengat

Biasanya Damar yang diperoleh oleh masyarakat, akan


dikumpulkan dan dijual kepada pengumpul. Proses penjualan

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 39


dilakukan dengan cara pemesanan. Harga jual Damar
di Desa Penyengat adalah Rp 1.000-1.200/Kg.

b). Madu Hutan


Salah satu produk hasil hutan bukan kayu yang menjadi
prioritas pengembangan Kementerian Kehutanan dan menjadi
komoditas unggulan adalah madu. Madu merupakan salah satu
produk hasil hutan yang sudah lama dikenal oleh masyarakat dan
memiliki banyak manfaat, diantaranya sebagai suplemen
kesehatan, kecantikan, anti toksin, obat luka, dan sebagai bahan
baku dalam industri makanan dan minuman.
Di Indonesia madu dihasilkan dari beberapa jenis lebah madu
diantaranya: Apis andreniyormis, Apis dorsata dorsata, Apis
dorsata binghami, Apis cerana, Apis koschevnikovi, Apis nigrocicta,
Apis mellifera. Dari berbagai jenis lebah madu tersebut, jenis Apis
dorsata merupakan lebah madu Asia yang paling produktif dalam
menghasilkan madu.Produksi madu lebah hutan di tingkat petani
telah mampu mencapai produktivitas yang relatif banyak.
Madu sebagai salah satu Hasil Hutan Bukan Kayu juga
terdapat di Kawasan KPHP Model Tasik Besar Serkap, terutama di
Desa Penyengat dan Desa Sungai Rawa. Berdasarkan hasil survey
Mei (2006) dalam Sudarmanik et. al (2006) menyatakan bahwa
pohon sialang dan lebah hutan terdistribusi pada delapan
kecamatan di Kabupaten Siak, salah satunya adalah Kecamatan
Sungai Apit dan tersebar di Desa Penyengat, Sungai Rawa,
Mengkapan, Kayu Ara, Lalang, Harapan dan Teluk Mesjid.
Selain itu, berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara
di lapangan terhadap 30 responden Desa Penyengat diketahui
bahwa Madu merupakan salah satu hasil hutan yang sering
dimanfaatkan oleh masyarakat baik untuk konsumsi pribadi
maupun untuk tujuan komersil (dijual). Saat ini, harga jual madu
hutan di Desa Penyengat adalah ± 80.000/botol. Oleh karena itu,
madu menjadi salah satu HHBK yang potensial untuk
dikembangkan pada Kawasan KPHP Model Tasik Besar Serkap.

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 40


c). Hasil Hewan
Berdasarkan Permenhut No 35 Tahun 2007, Hasil Hutan Bukan
Kayu yang termasuk ke dalam kelompok hasil hewan adalah
kelompok hewan buru yang terdiri dari Babi Hutan, Bajing Kelapa,
Berut, Biawak, Kancil, Kelinci, Lutung, Monyet, Musang, Rusa,
Buaya, Bunglon, Cicak, Kadal, Londok, Tokek, Ular, Katak, Alap-
Alap, Beo, Betet, Kakak Tua, Kasuari, Kuntul Merak, Nuri Perkici
dan Serindit. Kelompok hewan hasil penangkaran seperti Ikan
Arwana, Buaya, Kupu-Kupu dan Rusa dan kelompok hasil hewan
seperti Burung Wallet, Kutu Lak, Lebah dan Ulat Sutera.
Berdasarkan pengamatan lapangan Hasil Hutan Bukan Kayu
yang termasuk kategori hasil hewan pada Kawasan KPHP Model
Tasik Besar Serkap adalah Burung Wallet, Babi Hutan, Rusa,
Rama-rama, Lokan, dan Siput.
− Burung Wallet : Hasil Hutan Bukan Kayu yang beraal dari
hasil Burung Wallet terdapat pada sarangnya. Sarang
Burung Wallet terbuat dari air liur Burung Wallet bermanfaat
untuk kesehatan. Ada tiga jenis Burung Wallet yang bisa
dikonsumsi yaitu Collocalia fuciphaga, Collocalias maxima
dan Collocalia esculenta.
− Berdasarkan hasil pengamatan lapangan di Desa
Penyengat, Kecamatan Sungai Apit, Kabupaten Siak, Riau
dan Kelurahan Teluk Meranti, Kecamatan Teluk Meranti,
Kabupaten Pelalawan, Riau, sebagian masyarakat dengan
tingkat ekonomi yang memadai memanfaatkan wilayah hutan
disekitar desa meraka untuk membuat sarang Burung Wallet.
Berikut ini adalah salah satu bangunan peternakan Sarang
Burung Wallet di Kelurahan Teluk Meranti:

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 41


Gambar 2.10. Sarang Burung Wallet Salah Seorang Warga di
Kelurahan Teluk Meranti

Berdasarkan hasil wawancara dengan responden diketahui


bahwa pendapatan yang diperoleh dari hasil ternak Burung Wallet
± > Rp7.000.000/Bulan. Keuntungan yang diperoleh dari usaha
ini bergantung kepada kuantitas dan kualitas sarang yang
dihasilkan. Dalam sebulan, sarang dapat dipanen sebanyak 2 Kali.
− Hasil hewan lainnya yang terdapat di Kawasan KPHP Model
Tasik Besar Serkap adalah Hewan Buruan, meliputi Babi
Hutan dan Rusa.
− Hasil hewan berupa Rama-Rama, Lokan dan Siput. Pada
umumnya masyarakat di Desa Penyengat dan Kelurahan
Teluk Meranti, memanfaatkan waktu luang mereka untuk
mencari Rama-Rama, Lokan dan Siput di Hutan Manggrove
sekitar desa mereka, Hasil tangkapan dapat dijual maupun
dikonsumsi sendiri, Berdasarkan hasil wawancara di
Desa Penyengat harga jual untuk Rama-Rama adalah
Rp200/ekor, Lokan adalah Rp5000/Kg dan Siput adalah
Rp10.000/Kg.

d). Sagu
Di Indonesia, dikenal ada dua spesies sagu, yakni sagu sisika
yang berduri (Metroxylon rumphii Mart.) dan sagu beka yang tidak

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 42


berduri (Metroxylon sago Rottb.). Bintoro (2008) menyatakan
bahwa Pada umumnya tanaman sagu tumbuh liar, namun ada juga
yang sengaja ditanam oleh petani meskipun jarak tanam dan tata
ruasnya belum memenuhi syarat agronomis. Biasanya, sagu
tumbuh di daerah rawa yang berair tawar atau daerah rawa yang
bergambut dan di daerah sepanjang aliran sungai, sekitar sumber
air, atau di hutan rawa yang kadar garamnya tidak terlalu tinggi dan
tanah mineral di rawa-rawa air tawar dengan kandungan tanah liat
lebih dari 70% dan bahan organik 30%.
Sagu memiliki banyak manfaat dan kegunaan. Papilaya (2008)
menyatakan bahwa Dalam perspektif diversikasi pangan, sagu
dapat diolah mejadi berbagai macam bentuk sajian yang menarik.
Pati sagu dapat dioleh menjadi berbagai produk organis-tradisional,
antara lain: papeda, sinoli, ongol-ongol, sagu lempeng, sagu gula,
sagu tumbuh, bubur, sagu mutiara, bagea dan lainnya. Disamping
itu, pati sagu/tepung sagu kering sudah dapat diolah menjadi aneka
penganan/produk kontemporer-fungsional, antara lain: bika,
brownis, rollcook, bruder, roti, mie, bakso, dan lainnya.
Desa Penyengat, Kecamatan Sungai Apit, Kabupaten Siak
merupakan salah satu desa pada kawasan KPHP Model Tasik
Besar Serkap yang banyak membudidayakan tanaman Sagu. Sagu
biasanya menjadi penggati nasi bagi mereka. Di Desa Penyengat,
harga jual sagu berkisar antara Rp. 27.000- Rp.45.000/ Tual.
Berikut ini adalah Tanaman Sagu yang dibudidayakan oleh
masyarakat Desa Penyengat:

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 43


Gambar 2.11 Tanaman Sagu Salah Satu Warga di Desa Penyengat
Meskipun tanaman Sagu memiliki potensi yang tinggi untuk
dikembangkan, kendala yang sering dihadapi oleh warga adalah
kebakaran hutan dan lahan. Sering sekali tanaman mengalami
gagal panen akibat kebakaran yang terjadi. Hal ini sangat
meresahkan masyarakat pada umumnya.

e). Sukun
Buah Sukun merupakan buah yang dihasilkan oleh Tanaman
Sukun (Artocarpus communis). Buah sukun sebagai salah satu
buah dengan kandungan karbohidrat tinggi, memiliki banyak
kelebihan, diantaranya adalah kandungan phospor yang tinggi
dibandingkan dengan zat gizi lainnya.
Berdasarkan hasil pengamatan lapangan di Desa Penyengat,
Tanaman Sukun dapat tumbuh dengan baik dilahan masyarakat
yang merupakan jenis tanah gambut. Tanaman Sukun berbuah
dengan baik, namun tidak adanya pemanfaatan oleh masyarakat
setempat terkait pengolahan buah sukun tersebut.
Buah Sukun dapat diolah menjadi tepung sukun yang
meruapakan merupakan bahan baku berbagai olahan makanan
seperti brownies sukun, cake sukun maupun mie sukun. Hal ini
menjadi suatu potensi yang perlu dikembangkan di Desa
Penyengat yang merupakan bagian dari kawasan KPHP Model
Tasik Besar Serkap.

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 44


f). Karet
Karet (Hevea barisiliensis) merupakan tanaman yang dapat
memproduksi getah. Getah Karet merupakan bahan baku dalam
pembuatan ban kendaraan, conveyor belt, sabuk transmisi, dock
fender, sepatu dan sendal karet. Permintaan pasar untuk komoditi
karet semakin lama semakin meningkat. Oleh sebab itu, Karet
merupakan tanaman yang potensial dikembangkan.
Potensi tanaman Karet di Kawasan KPHP Model Tasik Besar
Serkap tergolong besar. Berdasarkan data yang diperoleh dari
BPS Siak (2014) produksi tanaman Karet di Kecamatan Sungai
Apit, pada Tahun 2013 adalah sebesar 217 Ton. Sedangkan
berdasarkan data yang diperoleh dari BPS Pelalawan (2014)
produksi tanaman Karet di Kecamatan Kuala Kampar adalah
sebesar 4.763,97 Ton dan Kecamatan Teluk Meranti adalah
44.848,32 Ton.
Berdasarkan hasil wawanacara di Desa Penyengat, Kecamatan
Sungai Apit, Kabupaten Siak, pada umumnya masyarakat
membudidayakan tanaman Karet dan Sagu sebagai salah satu
sumber penghasilan mereka. Namun, harga jual karet saat ini
mengalami penurunan yaitu sekitar Rp.5.000-6.000/Kg, hal ini tentu
saja berdampak kepada kerugian petani karet. Oleh sebab itu,
diperlukan upaya-upaya yang dapat dilakukan guna mengatasi
ketidakstabilan harga Karet di pasaran.

g). Tanaman Hias


Hasil Hutan Bukan Kayu yang termasuk kategori tanaman hias
yang ditemukan pada saat melakukan kegiatan inventarisasi
biogeofisik adalah Kantung Semar (Nepenthes sp.), Anggrek Hutan
dan berbagai Jenis Paku-Pakuan hutan. Berikut ini adalah jenis
tanaman hias yang dijumpai dilapangan:

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 45


Gambar 2.12 Kantung Semar (Nepenthes sp)

Gambar 2.13 Anggrek Hutan

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 46


Gambar 2.14 Paku Sarang Burung
Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan hasil hutan berupa
tanaman hias potensinya sangat bagus, namun kendalanya adalah
belum ada pemanfaatan khusus oleh masyarakat terkait dengan
keberadaan tanaman hias tersebut.

2.2.2 Potensi Fauna

KPHP Model Tasik Besar Serkap merupakan wilayah yang memiliki


keanekaragaman fauna yang masih cukup besar. Satwa liar yang ditemui terdiri
dari aves, mamalia dan reptilia. Kondisi habitatnya dapat dibagi menjadi habitat
hutan gambut primer, hutan gambut sekunder, danau, sungai, saluran air (kanal)
dan hutan gambut terbuka (meliputi jalan eksplorasi minyak, semak belukar,
bekas tebangan/ kebakaran).
Satwa liar yang masih bisa ditemui pada areal KPHP Model Tasik
Besar Serkap adalah Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae), Beruang
(Helarctos malayanus), Rangkong (Buceros rhinoceros), Tapir (Tapirus indicus),
Ikan Arwana (Scleropages formosus), Ungko (Hylobates agilis), Bluwok
(Mycteria cinerea), Punai Besar (Treron capellei), Alap-Alap Jambul
(Accipiter trivirgatus), Enggang Hitam (Anthracoceros malayanus), Elang Laut
Perut Putih (Haliaeetus leucogaster), Elang Bondol (Haliastur indus), Elang Kecil
(Hieraaetus kienerii), Blue-Crowned Hanging Parrot (Loriculus galgulus), Elang
Belalang (Microhierax fringiella), Punggok (Ninox scutulata), Collared Scops-Owl
(Otus lempiji), Alap-Alap Madu (Pernis ptilorhynchus), Long-Tailed Parakeet
(Psittacula longicauda), Elang Ular (Spilornis cheela) dan Elang Hitam
(Spizaetus cirrhatus).

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 47


Keanekaragaman fauna di kawasan ini tercermin dari berbagai jenis
fauna yang dijumpai. Hasil penelitian Tropenbos (2010) menemukan setidaknya
45 jenis mamalia yang termasuk dalam 18 Familia, 217 jenis burung yang
termasuk ke dalam 56 famili; 42 jenis reptil yang termasuk dalam 14 famili; serta
15 jenis amfibi yang termasuk ke dalam 3 famili. Selain itu, sebagai kawasan
perairan ekosistem rawa gambut dengan anak-anak sungai yang dipengaruhi
oleh fenomena pasang surut, di kawasan ini juga ditemui setidaknya 44 jenis
ikan, dimana 33 jenis diantaranya dikategorikan cukup berlimbah, seperti
Ikan Lele (Clarias batrachus, C. leiacanthus), Ikan Tuka (Chacha chaca),
Ikan Tapa (Wallaga leeri), Ikan Bade (Rasbora cephalotaenia), Ikan Lais Hitam
(Micronema hexapterus).
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh Tropenbos (2010),
kawasan Semenanjung Kampar juga merupakan habitat bagi sejumlah satwa liar
yang hampir punah (critically endangered/CR dan endangered/EN menurut
kategori Red Data Book IUCN 2009). Satwa liar yang termasuk kategori CR
adalah Harimau Sumatera (Panthera tigris Sumatrae) dan Biuku
(Callagur borneoensis). Selain itu, satwa liar yang dikategorikan EN yang
dijumpai di kawasan ini diantaranya adalah Arwana (Scleropages formosus).

2.2.3 Potensi Jasa Lingkungan

Jasa lingkungan adalah produk sumberdaya alam hayati dan


ekosistemnya yang berupa manfaat langsung (tangible) dan/atau manfaat tidak
langsung (intangible), yang meliputi antara lain: jasa wisata alam, jasa
perlindungan tata air (hidrologi), kesuburan tanah, pengendalian subsidensi,
keindahan dan keunikan alam, penyerapan dan penyimpanan karbon (carbon
offset). Jasa lingkungan dihasilkan dari berbagai jenis penggunaan lahan (hutan
atau pertanian), juga perairan baik air tawar (sungai, danau, rawa) maupun laut.
Jasa lingkungan dihasilkan dari perpaduan aset alami, kualitas manusia, kondisi
sosial yang kondusif, serta modifikasi teknik. Potensi jasa lingkungan yang
terdapat di wilayah KPHP Model Tasik Besar Serkap diantaranya adalah:
a. Wisata Bono

Kelurahan Teluk Meranti merupakan Ibukota Kecamatan Teluk


Meranti, Kabupaten Pelalawan, Riau. Secara geografis Kelurahan
Teluk Meranti terletak di bantaran Sungai Kampar dan wilayahnya
masih dipengaruhi pasang surut air Sungai Kampar. Kelurahan Teluk

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 48


Meranti merupakan pemekaran dari Desa Teluk Meranti pada Tahun
2004, berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Pelalawan No 8
Tahun 2004 tentang Pemekaran dan Perubahan Status Desa Menjadi
Kelurahan di Ibukota Kecamatan. Akses menuju Kelurahan Teluk
Meranti dapat dilakukan dengan menggunakan jalur darat dan jalur air.
Jarak dari Kabupaten Pelalawan ke Kelurahan Teluk Meranti yaitu
sekitar 131 Km. Kelurahan Teluk Meranti memiliki luas wilayah sebesar
179.800 Ha, yang terdiri dari daratan, Sungai dan Danau. Batas-batas
wilayah Kelurahan Teluk Meranti yaitu sebelah Utara berbatas dengan
Kecamatan Sei Apit Kabupaten Siak, sebelah Selatan berbatas dengan
Kelurahan Kerumutan Kecamatan Kerumutan, sebelah Barat berbatas
dengan Desa Teluk Binjai dan sebelah Timur berbatas dengan Desa
Pulau Muda.
Kelurahan Teluk Meranti terkenal dengan fenomena gelombang air
yang sering terjadi di muara Sungai Kampar, fenomena tersebut sering
disebut oleh masyarakat setempat sebagai Bono. Bono merupakan
fenomena alam yang karena kondisi di muara sungainya terjadi
pedangkalan berat sehingga ketika air pasang dating dari laut, air
pasang tidak dapat bergerak ke hulu dengan lancar namun tercegah
oleh endapan dan bentuk muara sungai yang menguncup. Selain itu,
penyebab terjadinbya Bono adalah gelombang pasang surut yang
bertemu dengan arus Sungai Kampar. Kondisi muara yang berbentuk
“V” memungkinkan pertemuan kedua masam arus tersebut, yaitu arus
pasang dan arus sungai dari hulu dan terbentuklah Bono.
Yulistiyanto (2009) di dalam penelitiannya menyatakan bahwa di
Sungai Kampar, muara sungai berbentuk seperti huruf “V”, massa air
masuk melalui mulut teluk yang lebar kemudian tertahan, hingga air laut
pasang memenuhi kawasan muara. Massa air yang terkumpul
kemudian terdorong kearah hulu yang meyebabkan semacam efek
tekanan kuat ketika melewati areal yang meyempit dan dangkal secara
konstan di mulut teluk. Ilustrasi terjadinya Bono dapat dilihat pada
Gambar 2.15. berikut ini:

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 49


Keterangan: a. Laut; b. Kecepatan pasang air laut < gerakan arus dari hulu
sungai; c. Tidal Bore (Bono) di muara sungai; d. daratan; e.
Kecepatan arus sungai dari hulu > kecepatan pasang air laut
dan f.Hulu Sungai Kampar.

Gambar 2.15 Ilustrasi terjadinya Bono di Muara Sungai Kampar

Berdasarkan Gambar 2.15 diatas diketahui bahwa fenomena bono


terjadi ketika gelombang pasang air laut bertemu dengan arus sungai
yang berasal dari hulu sungai di muara sungai. Kecepatan gelombang
pasang air laut lebih rendah dibandingkan dengan kecepatan arus
sungai tersebut, sehingga berakibat pada naiknya muka air di sekitar
muara sungai yang disebut Tidal Bore atau Bono. Berdasarkan
informasi yang diperoleh dari masyarakat di Kelurahan Teluk Meranti
tinggi bono dapat mencapai 4-6 meter. Kecepatan Bono mencapai 40
km/jam dan memasuki kearah hulu sungai hingga di daerah Tanjung
Pungai. Bono terbesar biasanya terjadi ketika musim penghujan dimana
debit air Sungai Kampar cukup besar yaitu pada bulan November dan
Desember.

Gambar 2.16. Fenomena Bono di Muara Sungai Kampar (Sumber: Gurindam


(2013)

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 50


Bono merupakan nama ombak pada sebuah sungai yang terletak di
Kelurahan Teluk Meranti. Ombak Bono, begitu masyarakat sekitar
sering menyebutnya. Ombak bono menjadi salah satu daya tarik wisata
yang patut dikembangkan, terlebih lagi area tersebut masuk ke dalam
kawasan KPHP Model Tasik Besar Serkap. Ombak bono menjadi
potensi jasa lingkungan yang menarik minat perhatian wisatawan lokal
maupun wisatawan mancanegara. Ombak Bono yang besar biasanya
muncul di bulan – bulan tertentu, dan puncaknya pada bulan November
dan pada saat itu wisatawan banyak melakukan kegiatan olahraga
seperti surfing. Tidak hanya ombaknya saja sebagai objek wisata, tetapi
ada banyak hal lain yang dapat dikembangkan dan menarik minat
perhatian wisatawan, seperti dilakukannya kegiatan upacara adat
masyarakat setempat dengan menampilkan ciri khas adat yang
terdapat di kelurahan tersebut, makanan tradisional, pakaian
tradisional, dan tarian tradisional. Diharapkan adanya kerjasama antara
pihak KPHP Model Tasik Besar Serkap dengan Dinas Pariwisata
setempat untuk menciptakan pengelolaan terhadap salah satu jasa
potensi lingkungan tersebut.

b. Wisata Alam dengan minat khusus

KPHP Model Tasik Besar Serkap memiliki beberapa tasik yang


tersebar dan memiliki potensi – potensi alam yang belum tergali.
Keberadaan tasik tersebut merupakan salah satu potensi jasa
lingkungan yang perlu dikembangkan lebih lanjut khusunya oleh KPHP
Model Tasik Besar Serkap.
Beberapa Tasik yang berada di KPHP Model Tasik Besar Serkap
adalah Danau Pulau Besar/ Danau Bawah (2 tempat), Tasik Belat (2
tempat), Tasik Metas (3 tempat), Tasik Mungkal (1 tempat), dan Tasik
Serkap (2 tempat). Danau Pulau Besar/ Danau Bawah, Tasik Belat (1
tempat), Tasik Serkap (2 tempat) merupakan kawasan konservasi yang
berada pada wilayah pengelolaan BBKSDA Riau. Sementara yang
lainnya yaitu Tasik Belat (1 tempat), Tasik Metas (3 tempat), Tasik
Mungkal (1 tempat) berada didalam wilayah KPHP Model Tasik Besar
Serkap.Kondisi tasik tersebut memiliki potensi keanekaragaman jenis
ikan air tawar yang khas dan sulit dijumpai di daerah lain. Sementari ini,

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 51


potensi tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk
menangkap ikan namun sebenarnya dapat dikembangkan lebih jauh
lagi terutama untuk sektor wisata alam rekreasi dan budaya.

c. Penyerapan Karbon melalui REDD+

Perubahan iklim global telah menjadi berita hangat dan


diperbincangkan. Pemerintah Republik Indonesia menaruh perhatian
yang sangat besar terhadap hal tersebut. Indonesia berkomitmen akan
menurunkan tingkat emisi Gas Rumah Kaca antara 26 % (tanpa
bantuan dari luar negeri) sampai dengan 41 % (dengan bantuan dari
luar negeri).
Komitmen tersebut telah ditindaklanjuti dengan dikeluarkannya
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2011 tentang
Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca yang
didalamnya meliputi kegiatan di bidang Pertanian, Kehutanan dan
Lahan Gambut, Energi dan Transportasi, Industri, Pengolahan Limbah,
dan kegiatan lainnya.
Pada sektor Kehutanan khususnya di kawasan Hutan Rawa
Gambut, pengurangan emisi yang diharapkan adalah sebesar 14 %
dari target di atas (52% dari target 26 %). Ini berarti sektor kehutanan
memainkan peranan yang sangat penting karena lebih dari separuh
keberhasilannya tergantung dari sektor kehutanan. Penurunan sebesar
itu harus didukung oleh upaya-upaya yang konkret di lapangan yang
salah satunya adalah dengan mengurangi emisi dari deforestasi dan
degradasi hutan atau yang lebih di kenal dengan sebutan REDD+.
Reducing Emission from Deforestration and Degradation (REDD+)
merupakan kegiatan untuk mengurangi emisi dari deforestasi dan
degradasi hutan. Hutan merupakan salah satu penyumbang emisi yang
paling besar nilainya. Implementasi REDD+ bertujuan untuk
meningkatkan stock karbon hutan, mendukung konservasi dan
managemen hutan berkelanjutan. Maksud dari mekanisme REDD+
adalah negara maju memberikan kompensasi kepada negara
berkembang yang masih memiliki hutan. Industri-industri yang terdapat
pada negara maju turut andil menyumbangkan emisi dan oleh karena
itu negara maju memberikan kompensasi kepada negara berkembang

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 52


yang masih memiliki hutan untuk tetap menjaga hutan mereka.
Kompensasi yang diberikan negara maju kepada negara berkembang
tidak hanya untuk menyelamatkan hutan dunia melainkan juga ikut
mensejahterakan masyarakat.
Sebagian dari Wilayah Tertentu dalam areal KPHP Model Tasik
Besar Serkap yaitu seluas 14.743 Ha sudah dicadangkan untuk tujuan
penyerapan karbon melalui skema REDD+. Penyerapan karbon
merupakan skema pemanfaatan jasa lingkungan yang bertujuan
menyimpan karbondioksida agar tetap berada di tumbuhan/hutan, laut,
tanah dan tidak lepas ke atmosfer. Ini merupakan salah satu bentuk
potensi jasa lingkungan yang dapat dipasarkan di mata Internasional
sekaligus melakukan pengelolaan hutan yang efisien dan lestari.
Artinya dengan hanya menjaga hutan yang ada, maka KPHP Model
Tasik Besar Serkap menerima imbalan dari negara – negara maju dan
berkembang.
Areal seluas 14.743 Ha telah dimanfaatkan untuk Proyek
Kerjasama RI Korea FMU/REDD+ Joint Project sebagai Areal
Demonstrasi REDD+ dengan jangka waktu pelaksanaan selama 3 (tiga)
tahun yang dimulai pada Tahun 2013 sampai dengan Tahun 2015.
Lokasi ini akan dimanfaatkan untuk perdagangan karbon dan akan
dikembangkan menjadi salah satu core bisnis bagi KPHP Model Tasik
Besar Serkap. Implementasi REED+ akan dibangun dan dijalankan di
areal ini dengan pengelolaan oleh institusi KPHP Tasik Besar Serkap.

2.3 Data dan Informasi Sosial Ekonomi dan Budaya

Kawasan KPHP Model Tasik Besar Serkapdihuni oleh sejumlah masyarakat


lokal yang mengandalkan kehidupannya dari sumberdaya alam di Kawasan
Semenanjung Kampar. Desa-desa berada di luar areal kerja KPHP M TBS. Terlepas
dari upaya untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat, upaya pemanfaatan
sumberdaya alam oleh masyarakat luas juga perlu memperhatikan keberlanjutan dan
kelestarian lingkungan. Dilain pihak, akses bagi masyarakat lokal untuk
memanfaatkan potensi sumberdaya alam di Kawasan Semenanjung Kampar perlu
dilakukan dalam kerangka membangun kemandirian masyarakat lokal serta upaya
pelestarian lingkungan. Praktek-praktek kearifan lokal masyarakat terutama dalam

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 53


upaya pelestarian lingkungannya perlu terus dikembangkan disamping memberikan
sarana dan prasarana bagi pengembangan ekonomi lokal.

2.3.1 Sejarah Konflik

Konflik yang umumnya terjadi di kawasan ini adalah pertentangan


dalam hal penguasaan lahan. Seperti di Desa Teluk Meranti adalah terkait
klaim atas lahan masyarakat yang saat ini telah menjadi bagian areal konsesi
PT. RAPP. Pihak-pihak yang terlibat di dalam konflik ini masyarakat, PT. RAPP
dan LSM. LSM yang dimaksud adalah JIKALAHARI, Scale Up, dan Green
Peace Asia Tenggara yang berperan mendampingi dan memfasilitasi
masyarakat untuk melakukan penolakan terhadap perusahaan PT. RAPP yang
beroperasi di wilayah tersebut. Pemicu konflik yang paling mendasar adalah
sejak adanya PT. RAPP yang mengantongi SK Menhut No 327 Tahun 2009
dengan areal konsesi seluas 151.254 Ha yang terletak di Kabupaten
Pelalawan.
Konflik kawasan juga terjadi di Desa Penyengat. Konflik yang terjadi
merupakan sengketa lahan antara masyarakat dengan beberapa perusahaan
yaitu PT. RAPP, PT. Arara Abadi, dan PT. Triomas. Beberapa isu terkait konflik
lahan yang terjadi di Desa Penyengat adalah konflik lahan seluas 4.000 Ha
milik masyarakat yang saat ini telah menjadi areal konsesi PT. RAPP.
Selanjutnya konflik lahan masyarakat Desa Penyengat yang berada di Dusun III
Sungai Mungkal yang diambil alih oleh PT. Triomas.
Selain itu, juga terjadi perbedaan pendapat antar masyarakat desa
mengenai batas wilayah. Konflik ini terjadi antara Desa Teluk Lanus dengan
Desa Penyengat dan Desa Penyengat dengan Desa Rawa Mekar Jaya. Desa
Rawa Mekar Jaya merupakan hasil pemekaran dari Desa Penyengat. Namun
hingga saat ini penyelesaian terhadap konflik tersebut belum ditemukan.

2.3.2 Kondisi sosial, ekonomi dan budaya masyarakat

Gambaran kondisi sosial, ekonomi dan budaya masyarakat di kawasan


KPHP Model Tasik Besar Serkap dapat dilihat dari kondisi 10 Kelurahan/Desa
sebagai berikut :

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 54


a. Desa Penyengat

Wilayah Desa Penyengat termasuk salah satu desa yang berada di


dalam wilayah Kecamatan Sungai Apit Kabupaten Siak Provinsi Riau.
Desa Penyengat juga merupakan salah satu desa yang berada di
dalam wilayah KPHP Model Tasik Besar Serkap. Desa ini memiliki luas
sekitar 54.000 Ha yang terbagi ke dalam tiga dusun, yakni Dusun I
(Dusun Penyengat), Dusun II (Dusun Tanjung Pal), dan Dusun III
(Dusun Sungai Mungkal). Desa Penyengat memiliki batas-batas
wilayah administratif, yakni sebelah utara berbatasan dengan Laut
Selat Panjang, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Dayun,
sebelah barat berbatasan dengan Desa Rawa Mekar Jaya, dan sebelah
timur berbatasan dengan Desa Teluk Lanus. Wilayah Desa Penyengat
Kecamatan Sungai Apit Kabupaten Siak terletak pada ketinggian 30
mdpl dengan suhu udara rata-rata 26° C.
Secara keseluruhan wilayah Desa Penyengat Kecamatan Sungai
Apit Kabupaten Siak memiliki jumlah penduduk sebanyak 1.438 orang
dengan jumlah laki-laki sebanyak 730 orang dan jumlah perempuan
sebanyak 708 orang yang terdiri dari 350 Kepala Keluarga (KK). Dusun
1 (Desa Penyengat) memiliki jumlah penduduk sebanyak 517 orang
dengan jumlah laki-laki sebanyak 268 orang dan jumlah perempuan
sebanyak 268 orang yang terdiri dari 129 KK. Dusun 2 (Tanjung Pal)
memiliki jumlah penduduk sebanyak 756 orang dengan jumlah laki-laki
sebanyak 376 orang dan jumlah perempuan sebanyak 380 orang yang
terdiri dari 181 KK. Dusun 3 (Sungai Mungkal) memiliki jumlah
penduduk sebanyak 165 orang dengan jumlah laki-laki sebanyak 79
orang dan perempuan sebanyak 86 orang yang terdiri dari 40 KK dan
suku asli yang mendiami Desa Penyengat Kecamatan Sungai Apit
Kabupaten Siak adalah suku asli anak rawa sedangkan bahasa daerah
yang sering mereka pergunakan adalah Bahasa Melayu.
Mayoritas penduduk Desa Penyengat menganut agama Budha
(652 orang), diikuti agama Protestan (614 orang), agama Islam (134
orang), dan penganut kepercayaan kepada Tuhan yang Maha Esa (38
orang). Dilihat dari segi pendidikan, sebagian besar masyarakat Desa
Penyengat tidak menamatkan pendidikannya di bangku sekolah, diikuti
lulusan SD sebanyak 308 orang, lulusan SMP/SLTP sebanyak 104

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 55


orang, lulusan SMA/SLTA sebanyak 69 orang, S1 sebanyak 10 orang,
D1-D3 sebanyak 6 orang, dan TK sebanyak 3 orang. Rata-rata mata
pencaharian penduduk Desa Penyengat adalah sebagai Buruh
Tani.Selain itu, penduduk juga memiliki mata pencaharian sebagai
Tani, Nelayan, Pedagang, Karyawan Swasta, Pertukangan, dan
Pegawai Negeri Sipil (PNS).
Fasilitas sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Desa Penyengat
terdiri dari 1 Musholla, 2 Gereja, 1 Vihara, 2 Puskesmas, 1 Sekolah
Dasar (SD), 1 Sekolah Menengah Pertama (SMP), 1 Madrasah, 1
Lapangan Sepak Bola, 2 Lapangan Volly, 1 Lapangan Badminton, 1
Lapangan Tenis Meja, 1 Gelanggang Remaja, 1 Rumah Adat, dan 1
Perpustakaan.
Jarak tempuh dari pusat kecamatan menuju desa adalah ±53 km
dan jarak tempuh dari ibukota provinsi menuju desa adalah ±196 km.
Prasarana perhubungan desa berupa jalan dusun/lingkungan
membentang sepanjang 3 Km, jalan desa membentang sepanjang 10
Km, dan jalan provinsi sendiri membentang sepanjang 196 Km serta
memiliki 3 buah Pelabuhan Laut. Alat transportasi yang sering
digunakan oleh masyarakat Desa Penyengat adalah Sepeda motor
dengan jumlah sebanyak 150 buah, Perahu dayung/ Sampan sebanyak
45 buah, Perahu motor sebanyak 22 buah, Sepeda sebanyak 20 buah,
mobil pribadi sebanyak 4 buah, dan angkot sebanyak 1 buah.
Masyarakat adat yang terdapat di Desa Penyengat merupakan
masyarakat Suku Asli Anak Rawa, namun masyarakat Suku Anak
Rawa yang terdapat di Desa Penyengat ini secara hukum belum
ditetapkan secara sah serta undang-undang yang mengatur tentang
adat yang berlaku di Desa Penyengat juga belum ditetapkan sehingga
jika ada ditemui kesalahan dalam aktivitas masyarakat di Desa
Penyengat maka langsung ditanggapi dengan hukum pidana.
Peran masyarakat adat di Desa Penyengat juga kurang terlihat
dengan baik dikarenakan masyarakat adat secara hukum belum
ditetapkan. Namun peran masyarakat Suku Asli Anak Rawa terhadap
wilayah hutan sekitar tempat tinggal mereka dapat dilihat dari upaya
mereka untuk tetap menjaga kelestarian hutan, salah satunya dengan
tidak memanfaatkan hasil hutan secara berlebihan.

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 56


b. Desa Rawa Mekar Jaya

Desa Rawa Mekar Jaya merupakan salah satu desa yang ada di
Kecamatan Sungai Apit, Kabupaten Siak, Propinsi Riau.Desa ini
merupakan pemekaran dari Desa Sungai Rawa, Kecamatan Sungai
Apit Kabupaten Siak pada tahun 2010.Pemekaran wilayah Desa Sungai
Rawa terjadi karena adanya pertambahan penduduk sehingga
menyebabkan luas area desa semakin sempit. Jarak Desa Rawa Mekar
Jaya ke Ibu Kota Kecamatan (Sungai Apit) sekitar 30 km, ke Ibu Kota
Kabupaten (Siak) sekitar 45 km dan ke Ibu Kota Propinsi (Riau) sekitar
120 km.
Luas wilayah Desa Rawa Mekar Jaya 168 km2 atau 16.800 hektar.
Batas-batas wilayah Desa Rawa Mekar Jaya adalah Sebelah Selatan
berbatasan dengan Desa Penyengat, Sebelah Utara berbatasan
dengan Desa Sungai Rawa, Sebelah Barat berbatasan dengan
Selatpanjang dan Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Sungai
Rawa. Secara administratif Desa Rawa Mekar Jaya terbagi ke dalam
dua dusun yaitu Dusun 1 dan Dusun 2. Jumlah penduduk Desa Rawa
Mekar Jaya adalah 862 orang, dengan jumlah Pria sebanyak 434 orang
dan jumlah Wanita sebanyak 428 orang serta jumlah Kepala Keluarga
(KK) sebanyak 226 jiwa.
Sebagian besar lahan di Desa Rawa Mekar Jaya digunakan
sebagai lahan perkebunan (± 600 hektar). Tanaman perkebunan yang
banyak diusahakan oleh petani adalah kelapa sawit sedangkan
tanaman tahunan yang ditanam diantaranya adalah kelapa. Kelapa
sawit merupakan tanaman yang banyak dijumpai di Desa Rawa Mekar
Jaya, penanamannya menyebar rata di seluruh desa. Data penggunaan
lahan di desa Rawa Mekar Jaya disajikan dalam Tabel 2.13.
Tabel 2.13. Pola Penggunaan Lahan di Desa Rawa Mekar Jaya
No Jenis Penggunaan Lahan Luas (ha)
1 Pemukiman 50,00
2 Sawah 5,00
3 Ladang 5,00
4 Tempat Rekreasi 8,00
5 Tanah Kas Desa 550,00
6 Tanah yang belum bersertifikat 1.500,00

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 57


No Jenis Penggunaan Lahan Luas (ha)
7 Perkebunan Rakyat 600,00
8 Bangunan umum 3,00
9 Sungai 3 buah
10 Rawa 50,00
11 Pemakaman 0,50
12 Lain-lain 1.500,00

Jumlah
Sumber :Monografi Desa Rawa Mekar Jaya Diolah, 2014.

Pola penggunaan lahan perkebunan, khususnya kebun kelapa


sawit banyak dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Rawa Mekar Jaya
karena harga jual komoditi tersebut di pasaran cukup tinggi dan
menjanjikan.Selain itu, alasan masyarakat banyak membudidayakan
komoditi tersebut karena dalam waktu dua minggu sekali hasil komoditi
tersebut sudah dapat dipanen. Jadi, bisa dikatakan hasil dari penjualan
komoditi ini dapat membantu perekonomian keluarga masyarakat Desa
Rawa Mekar Jaya jika asumsinya komoditi ini sudah bisa dipanen
ketika sudah mencapai usia 3-5 tahun.
Pada Juli 2014 penduduk Desa Rawa Mekar Jaya terdiri dari 226
rumah tangga. Mereka menyebar pada 2 dusun yang ada di desa Rawa
Mekar Jaya dengan kepadatan penduduk rata-rata 5 orang/km2
dengan perincian jumlah penduduk dapat dilihat pada Tabel 2.14
sebagai berikut:

Tabel 2.14 Jumlah Penduduk Dan Jenis Kelamin di Desa Rawa Mekar Jaya
Jenis Kelamin
No Nama Desa Jumlah (org) KK
Pria Wanita

1 Rawa Mekar Jaya 434 428 862 226

Jumlah 434 428 862 226


Sumber: Monografi Desa Rawa Mekar Jaya Diolah, 2014

Komposisi penduduk sebagian besar berumur 15-18 tahun yaitu


sebanyak 250 jiwa atau 30,45% dari keseluruhan penduduk
bedasarkan umur. Data komposisi penduduk berdasarkan kelompok
umur dapat dilihat pada Tabel 2.14. sebagai berikut:

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 58


Tabel 2.15 Komposisi Penduduk berdasarkan Kelompok Umur Di Desa Rawa
Mekar Jaya
Kelompok Umur Total (jiwa) Persentase (%)
0–3 - -
3–5 20 2,44
5–6 117 14,25
6 – 12 105 12,79
12 – 15 120 14,62
15 – 18 250 30,45
18 – 60 121 14,74
> 60 88 10,72
Jumlah 821 100,00
Sumber : Monografi Desa Rawa Mekar Jaya Diolah, 2014.

Kondisi ini memberikan indikasi banyaknya angkatan kerja


potensial atau usia produktif untuk bekerja, akan tetapi banyak
penduduk juga meninggalkan desa untuk melanjutkan pendidikan,
mencari pekerjaan dan pengalaman ke daerah lain. Masyarakat
meninggalkan desa karena adanya faktor pendorong yaitu lapangan
pekerjaan di desa hanya terbatas pada kegiatan pertanian dan
berkebun, sedangkan masyarakat ingin meningkatkan pendapatan dari
pekerjaan lain di luar pertanian. Selain itu tingkat pendidikan di desa
yang sangat rendah dikarenakan minimnya sarana pendidikan,
khususnya di tingkat lanjutan dan perguruan tinggi menjadi salah satu
alasan masyarakat pergi meninggalkan desa untuk menyekolahkan
anaknya ke Ibukota Kabupaten dan Ibukota Provinsi.
Mata pencaharian penduduk desa Rawa Mekar Jaya pada
umumnya adalah petani, yaitu 90 orang atau sebesar 30,0%,
sedangkan paling sedikit adalah penduduk dengan mata pencaharian
sebagai tukang batu atau kayu sebanyak 5 orang atau sebesar 1,67 %.
Rincian data persentase jenis mata pencaharian masyarakat di
Desa Rawa Mekar Jaya dapat dilihat pada Tabel 2.16 sebagai berikut:

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 59


Tabel 2.16. Jenis Mata Pencaharian Masyarakat Desa Rawa Mekar Jaya
Jumlah Penduduk Persentase
No Jenis Mata Pencaharian (orang) (%)
1. Petani 90 30,00
2 Buruh tani 100 33,33
3 Nelayan 3 1,00
4 Pegawai/Pensiunan (negeri/swasta) 3 1,00
5 Pedagang 9 3,00
6 Pertukangan 5 1,67
7 Swasta 90 30,00
Jumlah 300 100,00
Sumber : Monografi Desa Rawa Mekar Jaya Diolah, 2014.

Berdasarkan data tersebut di atas, masyarakat Desa Rawa Mekar


Jaya umumnya bermata pencaharian sebagai Petani dan Buruh tani.
Hal ini dikarenakan masyarakat tidak memiliki skill atau keahlian lain
yang memadai. Selain itu, tingkat pendidikan pada suatu masyarakat
juga mempengaruhi tingkat/jenis mata pencaharian. Jika tingkat
pendidikan suatu masyarakat rendah maka mata pencaharian yang
bisa dilakukan adalah mata pencaharian yang juga tidak memerlukan
keahlian khusus. Tingkat pendidikan yang rendah juga memberikan
peluang bagi masyarakat untuk membuka lahan dalam pemenuhan
kebutuhan hidup sehari-hari masyarakat desa.
Masyarakat Desa Rawa Mekar Jaya juga melakukan kegiatan
beternak, walaupun masih tergolong dalam usaha kecil. Berikut adalah
jumlah komoditi dalam bidang peternakan yang ada di Desa Rawa
Mekar Jaya sebagaimana tersaji pada Tabel 2.17.

Tabel 2.17. Jumlah Ternak yang Ada di Desa Rawa Mekar Jaya
No Jenis Jumlah (ekor) No Jenis Jumlah (ekor)
1. Kerbau - 5. Kambing/Domba 25
2. Sapi biasa 25 6. Ayam 120
3. Kuda - 7. Itik 80
4. Babi - 8. Unggas lainnya -
Sumber : Monografi Desa Rawa Mekar Jaya Diolah, 2014

Jumlah ternak yang banyak diusahakan oleh masyarakat adalah


jenis Ayam sebanyak 120 ekor dan Itik sebanyak 80 ekor. Rata-rata
masyarakat membudidayakan komoditi ini di sekitar pekarangan rumah
mereka.Kegiatan beternak ini juga menjadi nilai tambah untuk
meningkatkan perekonomian keluarga masyarakat Desa Rawa Mekar

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 60


Jaya. Komoditi di bidang peternakan ini menjadi bahan konsumsi
keluarga dan sebagian hasilnya dijual ke masyarakat sekitar untuk
menambah perekonomian keluarga.
Tingkat pendidikan masyarakat Rawa Mekar Jaya masih sangat
rendah yaitu 120 orang (27,71 %) tamat/tidak tamat SD, sedangkan
tamatan perguruan tinggi/Akademi sebanyak 5 orang (1,15 %). Berikut
adalah data tingkat pendidikan masyarakat Desa Rawa Mekar Jaya
sebagaimana tersaji pada Tabel 2.18.

Tabel 2.18. Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Rawa Mekar Jaya


No Tingkat Pendidikan Jumlah Penduduk (org) Persentase (%)
1 TK 40 9,24
2 SD tidak tamat 0 0,00
3 SD tamat 120 27,71
4 SLTP 65 15,01
5 SLTA 7 1,62
6 D1/D2/D3 3 0,69
7 S1 5 1,15
8 Madrasah 120 27,71
9 Pesantren 3 0,69
10 Pendidikan keagamaan 70 16,17

Jumlah 433 100,00


Sumber : Monografi Desa Rawa Mekar Jaya Diolah, 2014

Masyarakat Desa Rawa Mekar Jaya sebagian besar hanya


menamatkan pendidikan sampai ke tingkat Sekolah Dasar (SD) dan
Madrasah dengan persentase yang sama, yakni sebesar 27,71%.
Tingkat pendidikan yang rendah di Desa Rawa Mekar Jaya disebabkan
minat masyarakat terhadap pendidikan masih kurang. Selain itu,
tuntutan ekonomi juga menjadi salah satu faktor penghambat
masyarakat desa untuk melanjutkan tingkat pendidikan ke jenjang yang
lebih tinggi. Tuntutan ekonomi yang tinggi mengharuskan suatu
masyarakat bekerja untuk pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari
daripada melanjutkan tingkat pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Masyarakat adat yang terdapat di Desa Rawa Mekar Jaya
merupakan masyarakat Suku Akid, namun masyarakat Suku Akid yang
terdapat di Desa Rawa Mekar Jaya ini secara hukum belum ditetapkan

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 61


secara sah serta undang-undang yang mengatur tentang adat yang
berlaku di Desa Rawa Mekar Jaya juga belum ditetapkan sehingga jika
ada ditemui kesalahan dalam aktivitas masyarakat di Desa Rawa
Mekar Jaya maka langsung ditanggapi dengan hukum pidana.
Peran masyarakat adat di Desa Rawa Mekar Jaya juga kurang
terlihat dengan baik dikarenakan masyarakat adat secara hukum belum
ditetapkan. Namun peran masyarakat Suku Akid terhadap wilayah
hutan sekitar tempat tinggal mereka dapat dilihat dari upaya mereka
untuk tetap menjaga kelestarian hutan, salah satunya dengan tidak
memanfaatkan hasil hutan secara berlebihan.

c. Desa Sungai Rawa

Desa Sungai Rawa merupakan salah satu desa yang ada di


Kecamatan Sungai Apit, Kabupaten Siak, Propinsi Riau. Desa ini yang
disebut Desa Sungai Rawa pada masa penjajahan Belanda tahun 1940
adalah sebelumnya Kampung Penyengat atau Sungai Penyengat yang
dihuni oleh 2 suku, yaitu Suku Melayu yang masih ada sampai saat ini
dan Suku Asli yang sekarang disebut Suku Akid. Setelah pertumbuhan
penduduk semakin tahun semakin bertambah banyak, maka kedua
suku tadi membuat kata sepakat untuk mencari jalan terbaik guna
menyelesaikan masalah supaya tidak terjadi masalah sosial, seperti
Agama atau Kepercayaan, dimana Suku Melayu merupakan suku yang
ada di Desa Sungai Rawa sedangkan Suku Akid merupakan suku yang
ada di Desa Penyengat. Pemberian nama Desa Sungai Rawa adalah
karena adanya sebuah sungai yang membelahi desa dan di pinggir
sungai tersebut tumbuh sebatang pohon kayu, yakni Pohon Kayu
Rawa. Kedua wilayah desa ini masuk ke dalam wilayah Kecamatan
Sungai Apit Kabupaten Siak.
Jarak Desa Sungai Rawa ke Ibu Kota Kecamatan (Sungai Apit)
sekitar 40 km, ke Ibu Kota Kabupaten (Siak) sekitar 45 km dan ke Ibu
Kota Propinsi (Riau) sekitar 115 km. Luas wilayah Desa Sungai Rawa
247,43 km2 atau 24.743 hektar. Batas-batas wilayah Desa Sungai
Rawa yaitu Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Rawa Mekar
Jaya, Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Mengkapan, Sebelah

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 62


Barat berbatasan dengan Desa Dosan dan Sebelah Timur berbatasan
dengan Selatpanjang
Sebagian besar lahan di Desa Sungai Rawa digunakan sebagai
lahan perkebunan (± 376 hektar), yakni kelapa sawit seluas 365 Ha,
kelapa seluas 4 Ha, dan karet seluas 7 Ha. Tanaman perkebunan yang
banyak diusahakan oleh petani adalah kelapa sawit sedangkan
tanaman tahunan yang ditanam diantaranya adalah kelapa.
Kelapa sawit merupakan tanaman yang banyak dijumpai di
Desa Sungai Rawa, penanamannya menyebar rata di seluruh
desa.Pendapatan penduduk terbesar diperoleh dari kebun, khususnya
kebun kelapa sawit. Data penggunaan lahan di Desa Sungai Rawa
disajikan dalam Tabel 2.19.

Tabel 2.19 Pola Penggunaan Lahan di Desa Sungai Rawa


No Jenis Penggunaan Lahan Luas (ha)

1 Pemukiman 50,00
2 Perkantoran 0,50
3 Ladang 150,00
4 Kebun swasta 270,00
5 Tanah Kas Desa 25,50
6 Tanah yang belum dikelola 13.500,00
7 Perkebunan Rakyat 150,00
8 Bangunan umum 5,00
9 Pasar desa 0,50
10 Pasar wakaf 1,00
11 Pekarangan 135,00
12 Industri 1,00
13 Pertokoan 1,00
14 Pemakaman 1,00
15 Hutan 100,00

Jumlah 14.390,50
Sumber :Monografi Desa Sungai Rawa Diolah, 2014.

Pola penggunaan lahan yang paling banyak digunakan oleh


masyarakat Desa Sungai Rawa adalah dari lahan perkebunan rakyat
dan ladang dengan luas masing-masing 150 Ha dan penggunaan lahan
untuk kebun swasta seluas 270 Ha. Mayoritas masyarakat Desa Sungai

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 63


Rawa hanya menggunakan pola penggunaan lahannya untuk kegiatan
perkebunan/pertanian sedangkan jenis penggunaan lahan untuk
kawasan industri adalah pola penggunaan lahan yang masih minim
terdapat di Desa Sungai Rawa, yakni dengan luas sekitar 1 Ha. Jenis
penggunaan lahan untuk perkebunan rakyat, ladang, dan kebun swasta
banyak dimanfaatkan oleh masyarakat daripada jenis penggunaan
lahan untuk industri karena jenis penggunaan lahan industri
membutuhkan modal yang sangat besar dan investor yang banyak jika
akan melakukan kegiatan industri tersebut.
Pada Juli 2014, total jumlah penduduk Desa Sungai Rawa terdiri
dari 1.033 jiwa, dengan jumlah perempuan sebanyak 479 orang dan
jumlah laki-laki sebanyak 554 orang. Mereka menyebar pada 2 dusun
yang ada di desa Sungai Rawa dengan kepadatan penduduk rata-rata
5 orang/km2. Berikut adalah jumlah penduduk dan jenis kelamin yang
ada di Desa Sungai Rawa, sebagaimana tersaji pada Tabel 2.20.

Tabel 2.20 Jumlah Penduduk dan Jenis Kelamin Di Desa Sungai Rawa

Jenis Kelamin
No Nama Desa Jumlah (org) KK
Pria Wanita
1 Sungai Rawa 554 479 1.033 -

Jumlah 554 479 1.033 -

Sumber: Monografi Desa Sungai Rawa Diolah, 2014

Komposisi penduduk sebagian besar berumur 18-60 tahun yaitu


569 jiwa atau 57,07% dari keseluruhan penduduk berdasarkan umur
(lihat Tabel 2.21.).

Tabel 2.21 Komposisi Penduduk berdasarkan Kelompok Umur di Desa Sungai


Rawa
Kelompok Umur Total (jiwa) Persentase (%)
0–3 131 13,14
3–5 40 4,01
5–6 33 3,31
6 – 12 60 6,02
12 – 15 29 2,91
15 – 18 69 6,92
18 – 60 569 57,07
> 60 66 6,62
Jumlah 997 100,00
Sumber : Monografi Desa Sungai Rawa Diolah, 2014.

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 64


Kondisi ini memberikan indikasi banyaknya angkatan kerja
potensial atau usia produktif untuk bekerja, akan tetapi banyak
penduduk juga meninggalkan desa untuk melanjutkan pendidikan,
mencari pekerjaan dan pengalaman ke daerah lain. Masyarakat
meninggalkan desa karena adanya beberapa faktor pendorong, yaitu
lapangan pekerjaan di desa hanya terbatas pada kegiatan
pertanian/perkebunan sedangkan masyarakat ingin meningkatkan
pendapatan dari pekerjaan lain di luar pertanian. Selain itu, tingkat
pendidikan di desa yang masih kurang bagus, baik dari sarana dan
prasarana maupun dari tenaga pengajar menyebabkan masyarakat
banyak yang menyekolahkan anaknya ke daerah lain atau kota untuk
memperoleh pendidikan yang lebih baik.
Penduduk yang tersebar di Desa Sungai Rawa terdiri dari berbagai
mata pencaharian. Mata pencaharian penduduk Desa Sungai Rawa
pada umumnya adalah swasta, yaitu 379 orang atau sebesar 63,38%,
sedangkan paling sedikit adalah penduduk dengan mata pencaharian
sebagai PNS/pensiunan sebanyak 17 orang atau sebesar 2,84%
sebagaimana tersaji pada Tabel 2.22. berikut:

Tabel 2.22. Jenis Mata Pencaharian Masyarakat Desa Sungai Rawa


Jumlah Penduduk Persentase
No Jenis Mata Pencaharian (orang) (%)
1. Petani 102 17,06
2 Buruh tani 40 6,69
3 Nelayan 30 5,02
4 Pegawai/Pensiunan (negeri/swasta) 17 2,84
5 Pedagang 30 5,02
6 Swasta 379 63,38
Jumlah 598 100,00
Sumber : Monografi Desa Sungai Rawa Diolah, 2014.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Monografi Desa Sungai


Rawa, masyarakat desa banyak yang bekerja di Swasta (63,38%) yang
wilayahnya masih berada di dekat Desa Sungai Rawa, seperti PT.
Petroselat. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor pendorong, seperti
lapangan pekerjaan di desa yang terbatas pada kegiatan
pertanian/perkebunan dan juga dapat dipengaruhi dari tingkat
pendidikan masyarakat tersebut.

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 65


Kegiatan ekonomi masyarakat Desa Sungai Rawa juga ditunjang
dari kegiatan peternakan, yakni peternakan ayam, itik, sapi, dan
kambing sebagaimana tersaji pada Tabel 2.23.

Tabel 2.23. Jenis dan Jumlah Ternak yang Ada di Desa Sungai Rawa
No Jenis Jumlah (ekor) No Jenis Jumlah (ekor)
1. Kerbau - 5. Kambing 75
2. Sapi biasa 35 6. Ayam kampung 341
3. Kuda - 7. Itik 65
4. Babi - 8. Unggas lainnya -
Sumber : Monografi Desa Sungai Rawa Diolah, 2014

Berdasarkan data monografi tahun 2014, maka jumlah ternak yang


terbanyak di Desa Sungai Rawa adalah Ayam kampung sebanyak
341 ekor. Kegiatan ekonomi dalam bidang peternakan ini juga
dapat membantu perekonomian masyarakat. Mayoritas masyarakat
membudidayakan komoditas di bidang peternakan ini untuk kebutuhan
konsumsi pribadi maupun untuk dijual, baik dijual di dalam desa
maupun di luar desa. Lahan yang dibutuhkan untuk membudidayakan
komoditi ayam ini juga relatif kecil luasnya dibandingkan beternak sapi
dan kambing. Masyarakat biasanya membudidayakan ayam kampung
di sekitar pekarangan rumah, dengan membuat kandang.
Tingkat pendidikan masyarakat Desa Sungai Rawa cukup baik
yaitu adanya tamatan perguruan tinggi/Akademi sebanyak 6 orang
(2,65 %), selengkapnya data tingkat pendidikan dapat dilihat pada
Tabel 2.24. sebagai berikut :

Tabel 2.24. Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Sungai Rawa


No Tingkat Pendidikan Jumlah Penduduk (org) Persentase (%)

1 TK 38 16,81

2 Madrasah 36 15,93

3 SD tamat 42 18,58

4 SLTP 33 14,60

5 SLTA 47 20,80

6 D1/D2/D3 24 10,62

7 S1 6 2,65

Jumlah 226 100,00


Sumber: Monografi Desa Sungai Rawa Diolah, 2014

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 66


Tingkat pendidikan yang cukup baik di Desa Sungai Rawa
dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor internal maupun
eksternal. Faktor internal, masyarakat Desa Sungai Rawa memiliki
kemauan dan minat yang tinggi terhadap dunia pendidikan.Selain itu,
faktor eksternal seperti sarana dan prasarana yang memadai dan akses
menuju tempat yang mudah juga bisa menjadi salah satu alasan tingkat
pendidikan di Desa Sungai Rawa cukup baik.
Masyarakat adat yang terdapat di Desa Sungai Rawa merupakan
masyarakat Suku Akid, namun masyarakat Suku Akid yang terdapat di
Desa Sungai Rawa ini secara hukum belum ditetapkan secara sah
serta undang-undang yang mengatur tentang adat yang berlaku di
Desa Sungai Rawa juga belum ditetapkan sehingga jika ada ditemui
kesalahan dalam aktivitas masyarakat di Desa Sungai Rawa maka
langsung ditanggapi dengan hukum pidana.
Peran masyarakat adat di Desa Sungai Rawa juga kurang terlihat
dengan baik dikarenakan masyarakat adat secara hukum belum
ditetapkan. Namun peran masyarakat Suku Akid terhadap wilayah
hutan sekitar tempat tinggal mereka dapat dilihat dari upaya mereka
untuk tetap menjaga kelestarian hutan, salah satunya dengan tidak
memanfaatkan hasil hutan secara berlebihan.

d. Desa Teluk Lanus

Desa Teluk Lanus merupakan Desa yang terletak di Kecamatan


Sungai Apit Kabupaten Siak – Riau. Berdasarkan sejarahnya, desa
teluk lanus telah ada sejak tahun 80 an. Sebagian Wilayah Desa Teluk
Lanus merupakan Hutan Sekunder. Berdasarkan hasil Inventarisasi
diperoleh data bahwa 60% mata pencaharian penduduk adalah Bertani
dan sebagian memiliki kebun kelapa. Rata – rata tingkat Pendapatan
Masyarakat Desa Teluk Lanus diperkirakan Rp.1.000.000,- per bulan.
Berdasarkan potensi SDA dan SDM yang ada di Desa Teluk Lanus
maka potensi kerjasama yang dapat dibentuk dengan masyarakat
Teluk Lanus salah satunya adalah pengembangan hutan tanaman
rakyat dan atau hutan desa. Selain itu juga bisa dikembangkan potensi
agroforestri berupa tanaman jahe dan pinang.

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 67


Upaya untuk pengamanan kawasan hutan di sekitar desa teluk
lanus mengingat desa teluk lanus dekat dengan kawasan suaka
margasatwa tasik belat maka perlu dibentuk pengamanan suakarsa
oleh masyarakat desa dalam bentuk masyarakat mitra polhut. Setiap
pendatang yang akan berdomisili di Desa Teluk Lanus diwajibkan oleh
Kepala Desa / Sekdes untuk memiliki surat pindah dari tempat asal
sehingga seluruh pendatang di Desa Teluk Lanus terdata dan tercatat
oleh Aparat Desa. Hal ini sebagai salah satu upaya untuk mengurangi
resiko kerusakan lahan yang disebabkan oleh pendatang illegal serta
memudahkan aparat desa dalam melakukan pembinaan masyarakat
khususnya dibidang lingkungan.
Pada Desa Teluk Lanus, peran masyarakat adat terhadap hutan
yang berada di sekitar wilayah tempat tinggal mereka juga hampir sama
dengan masyarakat yang terdapat di Desa Penyengat, Desa Sungai
Rawa, dan Desa Rawa Mekar Jaya. Masyarakat yang menetap di Desa
Teluk Lanus mayoritas bukan masyarakat asli desa tersebut melainkan
masyarakat pendatang yang kebanyakan berasal dari Suku Jawa. Jadi,
peran masyarakat adat di desa ini kurang terlihat dengan baik. Peran
masyarakat adat terhadap hutan kurang terlihat dengan baik
disebabkan belum ditetapkannya masyarakat adat secara sah oleh
undang-undang. Selain itu, hukum adat yang terdapat di wilayah Desa
Teluk Lanus juga kurang berkembang dengan baik dikarenakan
perkembangan zaman yang semakin modern.

e. Kelurahan Teluk Meranti

Kelurahan Teluk Meranti, Kecamatan Teluk Meranti, Kabupaten


Pelalawan, Riau secara geografis terletak di bantaran Sungai Kampar,
dimana kondisi wilayahnya masih terkena dampak dari pasang surut air
Sungai Kampar. Kelurahan Teluk Meranti berjarak sekitar 131 Km dari
Ibukota Kabupaten Pelalawan.Kelurahan Teluk Meranti merupakan
pemekaran dari Desa Teluk Meranti berdasarkan Peraturan Daerah
Kabupaten Pelalawan No 8 Tahun 2004 Tentang Pemekaran dan
Perubahan Status Desa Menjadi Kelurahan di Ibukota Kecamatan.
Kelurahan Teluk Meranti memiliki luas wilayah sebesar 179.800 Ha,
yang terdiri dari daratan, Sungai dan Danau. Batas-batas wilayah

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 68


Kelurahan Teluk Meranti yaitu sebelah Utara berbatas dengan
Kecamatan Sei Apit Kabupaten Siak, sebelah Selatan berbatas dengan
Kelurahan Kerumutan Kecamatan Kerumutan, sebelah Barat berbatas
dengan Desa Teluk Binjai dan sebelah Timur berbatas dengan Desa
Pulau Muda. Wilayah Kelurahan Teluk Meranti terletak pada ketinggian
5,15 m dpl dengan topografi yang merupakan dataran rendah dan
memiliki suhu rata-rata sebesar 320 C. Wilayah Kelurahan Teluk
Meranti dialiri Sungai Kampar sebagai sungai induk dengan beberapa
anak sungai seperti Sungai Serkap, Sungai Turip, Sungai Merawang,
Sungai Bilah dan Sungai Kerumutan.
Sebagian besar lahan di Kelurahan Teluk Meranti merupakan lahan
hutan yaitu sebesar 12.000 Ha. Diikuti dengan perkebunan yaitu
sebesar 3000 Ha. Komoditi perkebunan yang dibudidayakan adalah
tanaman Karet dan Kelapa Sawit. Selain itu, terdapat jenis penggunaan
lahan untuk pertanian. Komoditi pertanian yang dibudidayakan adalah
Padi dan Palawija dengan luasan sebesar 200 Ha serta tanaman
sayur-sayuran sebesar 15 Ha, total keseluruhan penggunaan lahan
untuk pertanian adalah 215 Ha. Rekapitulasi data penggunaan lahan di
Kelurahan Teluk Meranti berdasarkan data profil Kelurahan Teluk
Meranti Tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel 2.25 sebagai berikut:

Tabel 2.25 Jenis Penggunaan Lahan di Kelurahan Teluk Meranti

No Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha)


1 Pemukiman 50
2 Pertanian 215
3 Perkebunan 3.000
4 Hutan 12.000
5 Semak Belukar 1.500
6 Rawa 500
Total 17.265
Sumber: Profil Kelurahan Teluk Meranti Diolah, 2014

Data jenis penggunaan lahan yang direkap berdasarkan data yang


didapatkan pada profil Kelurahan Teluk Meranti tersebut diatas masih
secara umumnya saja, data tersebut belum terperinci dengan jelas.
Sebagai data pendukung, potensi lahan menurut jenis penggunaannya
secara lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 2.26 berikut ini:

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 69


Tabel 2.26 Jenis Penggunaan Lahan di Kecamatan Teluk Meranti Tahun 2012
No Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha)
1 Sawah 0,9159
2 Ladang 0,6815
3 Tegalan 6,3357
4 Pekarangan 0
5 Bangunan dan Halaman 0
6 Perkebunan 6,2007
7 Lainnya 4,3937
Total 18,5275
Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Pelalawan dalam BPS
Kabupaten Pelalawan 2013

Tabel 2.25. menyatakan bahwa luas wilayah terbesar merupakan


Tegalan atau suatu daerah dengan lahan kering yang bergantung pada
pengairan air hujan, ditanami tanaman musiman atau tahunan dan
terpisah dari lingkungan dalam sekitar rumah yaitu seluas 6,3357 Ha.
Selanjutnya diikuti oleh jenis penggunaan lahan berupa Perkebunan
yaitu seluas 6,2007 Ha.
Secara keseluruhan penduduk yang terdapat di Kelurahan Teluk
Meranti merupakan Warga Negara Indonesia (WNI). Jumlah penduduk
berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 2.27 berikut ini:

Tabel 2.27 Jumlah Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin

Jumlah Penduduk (Jiwa)


No Jenis Kelamin
Tahun 2012 Tahun 2013
1 Laki-Laki 1.434 1.783
2 Perempuan 1.330 1.647
Total 2.764 3.430
Sumber: Profil Kelurahan Teluk Meranti Diolah, 2014

Jumlah penduduk tertinggi yaitu pada jenis kelamin Laki-Laki


sebanyak 1.434 Jiwa (Tahun 2012) dan 1.783 Jiwa (Tahun 2013).
Sedangkan terendah pada jenis kelamin Perempuan sebanyak 1.330
Jiwa (Tahun 2012) dan 1.647 Jiwa (Tahun 2013). Tabel 2.23.
Menyatakan bahwa terdapat pertambahan jumlah penduduk dari
Tahun 2012 hingga Tahun 2013, yaitu sebesar 666 Jiwa, dengan
rincian jumlah penduduk berjenis kelamin Laki-Laki bertambah
sebanyak 343 Jiwa dan jumlah penduduk Perempuan bertambah
sebanyak 317 Jiwa. Nilai kepadatan penduduk dapat diketahui dengan

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 70


membandingkan total jumlah penduduk pada Tahun 2013 (3.430 Jiwa)
dengan luas wilayah Kelurahan Teluk Meranti (1798 Km2) yaitu sebesar
2 Jiwa/Km2.
Penduduk di Kelurahan Teluk Meranti mayoritas memeluk agama
Islam, yaitu sebanyak 3 418 Jiwa (Tahun 2013), Sedangkan yang
terendah beragama Katholik yaitu sebanyak 12 Jiwa (Tahun 2013)
Jumlah penduduk berdasarkan Agama yang dianut dapat dilihat pada
Tabel 2.28. sebagai berikut:

Tabel 2.28. Jumlah Penduduk berdasarkan Agama yang Dianut

Jumlah Penduduk (Jiwa)


No Agama
Tahun 2012 Tahun 2013
1 Islam 2.752 3.418
2 Protestan 0 0
3 Katholik 12 12
7 Lainnya 0 0
Total 2.764 3.430
Sumber: Profil Kelurahan Teluk Meranti Diolah, 2014

Berdasarkan Tabel 2.27 dapat diketahui bahwa mayoritas


penduduk di Kelurahan Teluk Meranti menganut agama Islam. Data
pada Tahun 2012 maupun pada Tahun 2013 menyatakan bahwa
penduduk yang menganut agama Islam memiliki jumlah penduduk
tertinggi dibandingkan agama lainnya. Pertambahan jumlah penduduk
yang menganut agama Islam dari Tahun 2012 hingga Tahun 2013
adalah sebanyak 666 Jiwa. Sedangkan jumlah penduduk yang
menganut agama Katholik jumlahnya tetap.
Mayoritas penduduk di Kelurahan Teluk Meranti bersuku Melayu
yaitu sekitar 87,42 %, diikuti dengan suku Jawa sebesar 8,18 %. Data
jumlah penduduk dan persentasenya berdasarkan suku bangsa dapat
dilihat pada Tabel 2.29 berikut ini:

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 71


Tabel 2.29 Jumlah Penduduk Berdasarkan Suku di Keluarahan Teluk Meranti
No Suku Jumlah Penduduk (KK) Persentase (%)
1 Melayu 855 87.42
2 Jawa 80 8.18
3 Batak 20 2.04
4 Lainnya 23 2.35
Total 978 100
Sumber: Kantor Kelurahan Teluk Meranti Diolah, 2014

Keterangan untuk kategori lainnya meliputi beberapa suku seperti


Flores, Sumbawa, dan Madura. Berdasarkan Tabel 2.28 diketahui
bahwa suku Batak, merupakan suku dengan persentase terendah yaitu
sekitar 2,04 %. Suku batak mulai masuk ke Kelurahan Teluk Meranti
sekitar Tahun 2000 an.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten
Pelalawan (2013), mayoritas penduduk di Kelurahan Teluk Meranti
memiliki sumber penghasilan utama di bidang Pertanian yaitu sebanyak
902 KK atau sekitar 94,85 %. Sedangkan sumber penghasilan utama
paling sedikit adalah di bidang usaha Akomodasi yaitu sebanyak 4 KK
atau sekitar 0,42 %. Persentase jumlah penduduk berdasarkan sumber
penghasilan utamanya dapat dilihat pada Tabel 2.30 sebagai berikut:

Tabel 2.30 Persentase Jumlah Penduduk berdasarkan Sumber Penghasilan


Utama
No Lapangan Usaha/ Pekerjaan Jumlah Penduduk (KK) Persentase (%)
1 Pertanian 902 94.85
2 Industri Pengolahan 19 2.00
3 Perdagangan 26 2.73
4 Akomodasi 4 0.42
5 Lainnya 0 0.00
Total 951 100
Sumber: BPS Kabupaten Pelalawan (2013)

Selain itu, di Kelurahan Teluk Meranti terdapat beberapa kelompok


yang dibedakan berdasarkan jenis mata pencahariannya. Persentase
jumlah kelompok berdasarkan jenis mata pencahariannya dapat dilihat
pada Tabel 2.31 sebagai berikut:

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 72


Tabel 2.31 Persentase Kelompok berdasarkan Jenis Mata Pencaharian
Persentase
No Mata Pencaharian Jumlah Kelompok
(%)
1 Pemungut Hasil Hutan 20 16.95
2 Menangkap Ikan 40 33.90
3 Pengrajin/ Industri Kecil 18 15.25
Jasa-Jasa (Angkutan, Tukang,
4 40
Dsb) 33.90
Total 118 100.00
Sumber: Kantor Kelurahan Teluk Meranti Diolah, 2014

Tabel 2.30. menyatakan bahwa persentase jumlah kelompok


dengan mata pencaharian Menangkap Ikan (Nelayan) dan Jasa
memiliki persentase jumlah kelompok terbesar di Kelurahan Teluk
Meranti, yaitu sebesar 33,90%. Kelompok penyedia jasa terbagi
menjadi jasa angkutan mobil sebanyak 13 kelompok, jasa angkutan
speedboat sebanyak 3 kelompok, jasa angkutan kapal besar sebanyak
4 kelompok dan pertukangan sebanyak 20 kelompok. Selanjutnya dikuti
oleh kelompok dengan jenis mata pencaharian sebagai pemungut hasil
hutan, yaitu sebesar 16,95%. Hasil hutan yang dimanfaatkan oleh
masyarakat Kelurahan Teluk Meranti berupa kayu hutan yang
digunakan sebagai bahan untuk membuat rumah/bangunan, bahan
baku pembuatan kapal maupun sebagai bahan bakar masak (kayu
bakar). Hasil hutan lainnya yaitu Damar, beberapa masyarakat di
Kelurahan Teluk Meranti, memanfaatkan lahan hutan atau areal
konsesi perusahaan yang terbuka untuk mencari damar, biasanya
kegiatan ini dijadikan sebagai pekerjaan sambilan. Persentase jumlah
kelompok terkecil berdasarkan jenis mata pencahariannya adalah
Pengrajin/Industri kecil yaitu sebesar 15,25%.
Di Kelurahan Teluk Meranti, beberapa masyarakat juga menjadi
peternak. Beberapa jenis hewan ternaknya adalah Sapi, Kerbau,
Kambing, Ayam Buras, Ayam Ras dan Itik. Persentase jumlah hewan
ternak yang terdapat di Kelurahan Teluk Meranti berdsarkan data yang
diperoleh dari Dinas Peternakan Kabupaten Pelalawan Tahun 2012
dapat dilihat pada Tabel 2.32 sebagai berikut:

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 73


Tabel 2.32 Persentase Jumlah Hewan Ternak di Kelurahan Teluk Meranti
No Jenis Hewan Ternak Jumlah (Ekor) Persentase (%)
1 Sapi 109 0,40
2 Kerbau 4 0,01
3 Kambing 48 0,18
4 Ayam Buras 1.650 6,10
5 Ayam Ras 24.000 88,72
6 Itik 1.240 4,58
Total 27.051 100,00
Sumber: Dinas Peternakan Kabupaten Pelalawan (2012)

Berdasarkan Tabel 2.32. diketahui bahwa persentase jumlah


hewan ternak terbesar yang terdapat di Kelurahan Teluk Meranti adalah
jenis Ayam Ras, yaitu sebesar 88,72%, diikuti dengan jenis Ayam
Buras sebesar 6,10%. Sedangkan persentase jumlah hewan ternak
terendah adalah jenis Kerbau yaitu sebesar 0,01%.
Peran masyarakat adat terhadap hutan yang berada di sekitar
wilayah Kelurahan Teluk Meranti juga hampir sama dengan masyarakat
yang terdapat di Desa Penyengat, Desa Sungai Rawa, dan Desa Rawa
Mekar Jaya. Masyarakat yang menetap di Kelurahan Teluk Meranti
mayoritas bukan masyarakat asli desa tersebut melainkan masyarakat
pendatang/campuran. Jadi, peran masyarakat adat di desa ini kurang
terlihat dengan baik. Peran masyarakat adat terhadap hutan kurang
terlihat dengan baik disebabkan belum ditetapkannya masyarakat adat
secara sah oleh undang-undang. Selain itu, hukum adat yang terdapat
di wilayah Kelurahan Teluk Meranti juga kurang berkembang dengan
baik dikarenakan perkembangan zaman yang semakin modern.

f. Kelurahan Teluk Dalam

Kelurahan Teluk Dalam merupakan ibukota dari Kecamatan


Kuala Kampar Kabupaten Pelalawan – Riau. Pendapatan rata – rata
di kelurahan ini yaitu sebesar ± Rp. 1.700.000,-. Berdasarkan
pengamatan di lapangan di Kawasan Hutan Kelurahan Teluk Dalam
diketahui hampir 90 % wilayah tersebut telah terbakar. Terhadap areal
yang terbakar dapat direhabilitasi melalui program kerjasama
pembangunan HKm atau HTR. Selain program rehabilitasi dalam
bentuk kerjasama HTR atau HKm, untuk menambah pendapatan
masyarakat sekitar kawasan juga dapat ditempuh dengan

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 74


pengembangan peralihan komoditi khususnya buah kelapa dimana saat
ini masyarakat umumnya menjual kelapa yang telah dikupas. Sebagian
masyarakat pendatang umumnya untuk membuka lahan untuk
dijadikan areal pertanian dan kebun dengan cara membakar, hal
tersebut berdampak kepada potensi kerusakan lahan hutan di wilayah
kelurahan tersebut. Untuk itu perlu adanya penyuluhan dan sosialisasi
terhadap masyarakat di Kelurahan Teluk Dalam, dalam hal pencegahan
dan penanganan kebakaran hutan dan lahan.
Wilayah hutan yang hampir 90% mengalami kebakaran di
Kelurahan Teluk Meranti mengindikasikan bahwa peran masyarakat
adat di desa tersebut kurang berjalan dengan baik. Jika masyarakat
adat mengerti tentang bahaya kebakaran hutan, maka mereka akan
sangat menjaga hutan demi anak cucu mereka di masa yang akan
datang. Namun, belum adanya hukum yang menetapkan status
masyarakat adat di wilayah desa tersebut menyebabkan masyarakat
terkadang melakukan pelanggaran terhadap wilayah tempat tinggal
mereka. Seharusnya, peran masyarakat adat dan hukum adat sangat
diperlukan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat desa untuk
mengatur segala tindakan dan perbuatan masyarakat desa, terutama
dalam hal menjaga kelestarian hutan.

g. Kelurahan Pelalawan

Kelurahan ini memiliki wilayah seluas 25,691 Km² dengan


ketinggian ± 20 mdpl. Berdasarkan kondisi topografi, kelurahan ini
termasuk dataran rendah dengan keadaan suhu udara rata-rata 32°C.
Kelurahan ini dapat dijangkau melalui jalan darat dengan kendaraan
roda empat sejauh 118 Km dari kota Pekanbaru dan 37 Km dari ibukota
Kabupaten (Pangkalan Kerinci). Dilihat dari bidang pembangunan,
wilayah ini telah memiliki perkembangan prasarana yang cukup baik
seperti : rumah ibadah (Mesjid dan Musollah), bidang Kesehatan
(Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan Posyandu), bidang Pendidikan
(SD, SLTP, SLTA dan Madrasah), bidang olah raga, sosial, budaya dan
kesenian (sarana olah raga, sarana kesenian dan budaya), bidang
perhubungan (jalan, jembatan dan dermaga), dan pariwisata.

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 75


Pada umumnya masyarakat hidup sebagai petani karet, bercocok
tanam (padi dan palawija, sayur-sayuran dan buah-buahan), kelapa
sawit, beternak (sapi, kerbau, itik, ayam, dan kambing) dan nelayan.
Disamping itu sebagian masyarakat merupakan karyawan perusahaan
dan Pegawai Negeri Sipil (PNS). Berdasarkan data yang diperoleh dari
Monografi Kelurahan Pelalawan, jumlah penduduk di Kelurahan
Pelalawan adalah 2.305 jiwa dari 689 KK, dengan jumlah laki-laki
sebanyak 1.177 jiwa dan jumlah perempuan 1.128 jiwa. Kepadatan
penduduk kelurahan ini adalah sekitar 90 jiwa/Km². Penduduk daerah
ini terdiri dari suku Melayu, Suku Minang, Jawa, dan Batak.
Mata pencaharian utama penduduk adalah bertani (padi, palawija,
sayur-sayuran dan buah-buahan), berkebun karet dan kelapa sawit.
Sebagian masyarakat masih ada yang berusaha mencari dan beternak
ikan dengan cara membuat keramba, jaring dan lain-lain.
Berdasarkan data dan informasi yang diperoleh dari lurah,
penghasilan usaha perikanan masyarakat berkisar Rp. 500.000/bulan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan petani karet nilai produksi getah
karet yang dihasilkan dapat mencapai 100 kg/minggu dengan harga
jual rata-rata sebesar Rp. 16.000/kg. Sedangkan petani kelapa sawit
yang sudah pernah memanen dapat memperoleh hasil antara 1 – 2
ton/minggu dengan harga Rp. 1.600/kg. Namun penghasilan itu tidak
selalu sama pada masing-masing petani, karena ada juga masyarakat
yang masih hidup dalam golongan rendah dan ada yang kehidupannya
sudah tergolong mapan. Selain sebagai petani pada lahannya sendiri,
adakalanya beberapa warga bekerja sebagai buruh tani dan buruh
kebun. Pekerjaan sampingan untuk menambah pendapatan, juga
mengambil kayu di hutan untuk membuat rumah dan mengambil ikan
pada musim tertentu.
Sistem penguasaan lahan hutan yang sudah dikonversi menjadi
kebun atau ladang pada umumnya berdasarkan warisan nenek moyang
mereka. Sedangkan tanah adat, tidak ada ketentuan khusus tentang
batasan luas yang boleh dikelola oleh siapapun. Pelalawan merupakan
daerah yang sudah lama terbentuk sejak zaman Belanda. Pembukaan
lahan untuk kebun dimulai sejak pendatang sudah masuk ke Kelurahan

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 76


Pelalawan dengan cara menggarap atau membeli lahan dari
masyarakat setempat.
Kesadaran warga tentang pentingnya memelihara lingkungan
sudah mulai terasa. Hal ini disebabkan oleh tercemarnya Sungai
Kampar yang sebelumnya sangat diandalkan sebagai sumber mata
pencaharian nelayan. Saat ini Sungai Kampar tidak lagi dapat
diharapkan sebagai penghasilikan yang banyak seperti dahulu. Oleh
sebab itu warga sudah banyak yang beralih pekerjaan menjadi petani.
Peran masyarakat adat terhadap hutan yang berada di sekitar
wilayah Kelurahan Pelalawan juga hampir sama dengan masyarakat
yang terdapat di Desa Penyengat, Desa Sungai Rawa, dan Desa Rawa
Mekar Jaya. Masyarakat yang menetap di Kelurahan Pelalawan
mayoritas bukan masyarakat asli desa tersebut melainkan masyarakat
pendatang/campuran. Jadi, peran masyarakat adat di desa ini kurang
terlihat dengan baik. Peran masyarakat adat terhadap hutan kurang
terlihat dengan baik disebabkan belum ditetapkannya masyarakat adat
secara sah oleh undang-undang. Selain itu, hukum adat yang terdapat
di wilayah Kelurahan Pelalawan juga kurang berkembang dengan baik
dikarenakan perkembangan zaman yang semakin modern.

h. Desa Lalang Kabung

Desa Lalang Kabung merupakan salah satu desa yang baru


terbentuk pada Tahun 1999 sebagai hasil pemekaran dari Desa Delik
dan termasuk dalam wilayah pemerintahan Kecamatan Pelalawan
Kabupaten Pelalawan. Desa ini dapat ditempuh dengan kendaraan
roda empat melalui jalan darat dari Pangkalan Kerinci sejauh ± 25 Km.
Luas wilayah Desa Lalang Kabung adalah 20,000 Km². Desa ini
berbatasan dengan beberapa desa lainnya dan satu perusahaan yaitu :
di bagian Utara berbatasan dengan Desa Delik, di bagian Selatan
berbatasan dengan Desa Sering, di bagian Barat berbatasan dengan
pabrik RAPP, dan di bagian Timur berbatasan dengan Desa Simpang
Perak Jaya.
Topografi desa ini bergelombang dan datar dengan ketinggian ± 20
mdpl, dengan suhu udara 32°C dan terdapat beberapa sungai yaitu
Sungai Tepian Panjang dan Sungai Pelalawan yang bermuara ke

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 77


Sungai Kampar. Sarana publik yang ada di desa ini adalah sarana
pendidikan yang terdiri dari 1 unit SD dan 1 unit SLTP. Sarana bidang
kesehatan (Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan Posyandu), tenaga
medis (1 Orang Dokter dan 2 Orang Bidan), juga terdapat tenaga medis
tradisional serta sarana rumah ibadah (Mesjid, Musollah dan Surau).
Berdasarkan data yang diperoleh dari monografi desa, jumlah
penduduk Desa Lalang Kabung adalah sebanyak 1.964 jiwa dari 577
KK, dengan jumlah laki-laki sebanyak 1.015 jiwa dan jumlah
perempuan sebanyak 949 jiwa. Kepadatan penduduk desa ini adalah
98 jiwa/Km². Penduduk Desa Lalang Kabung terdiri dari Suku Melayu,
Suku Minang, Suku Jawa dan Suku Batak.
Mata pencaharian utama penduduk Desa Lalang Kabung adalah
bertani. Sebagian masyarakat berprofesi sebagai tenaga harian pada
perusahaan kayu (PT. RAPP) yang berada di lingkungan desa.
Disamping itu, ada juga yang beternak sapi dengan sistem bagi hasil.
Pertumbuhan/pergerakan ekonomi di desa ini tergolong cukup baik. Hal
ini didukung oleh kemauan warga dalam bekerja untuk meningkatkan
penghasilan demi memperjuangkan kehidupan keluarga kejenjang yang
lebih tinggi.
Berdasarkan hasil wawancara dengan petani karet, penghasilan
panennya rata-ratadapat mencapai 100 kg/minggu dengan Harga
Rp.17.000/kg. Sedangkan warga yang berkebun kelapa sawit dapat
menghasilkan 1 ton/minggu dengan Harga Rp. 1.600/kg. Pertanian
berupa tanaman palawija, sayur-sayuran maupun buah-buahan adalah
merupakan tanaman untuk menambah penghasilan bagi sebagian
warga. Hasil dari tanaman ini tidak selalu memuaskan karena tanaman
sering terganggu oleh hama, babi dan monyet. Di desa ini kepemilikan
tanah merupakan tanah warisan turun temurun dengan sistem
pewarisan tanah melalui musyawarah, dan sebagian lagi dengan cara
membeli dan menggarap.
Solidaritas yang dilakukan warga desa secara gotong-royong
adalah membersihkan fasilitas umum seperti: rumah ibadah, makam,
jalan lingkungan, dan posyandu. Hampir seluruh warga desa ikut
berpartisipasi dalam kegiatan gotong-royong. Kegiatan-kegiatan desa
selalu dipimpin oleh kepala desa. Kelompok organisasi atau asosiasi

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 78


yang ada di dalam desa baik yang sudah maupun yang belum berjalan
adalah LKMD, BPD, Karang Taruna, PKK dan Posyandu. Namun yang
paling berperan aktif untuk membantu kesejahteraan warga
desa/komunitas secara umum adalah pemuda (LKMD dan Karang
Taruna)
Masyarakat yang menetap di Desa Lalang Kabung merupakan
masyarakat suku pendatang/campuran atau masyarakat yang memang
pindah ke suatu tempat untuk membuka lahan baru demi memenuhi
kebutuhan mereka sehari-hari. Desa Lalang Kabung sendiri tidak
memiliki masyarakat adat dikarenakan masyarakat yang menetap
merupakan masyarakat pendatang. Dalam hal ini peran masyarakat
adat kurang terlihat dengan baik, khususnya terhadap hutan yang
berada di wilayah sekitar tempat tinggal mereka. Peran masyarakat
adat yang kurang terhadap hutan yang berada di lingkungan tempat
tinggal mereka dikarenakan belum ada penetapan status terhadap
masyarakat adat tersebut. Selain peran masyarakat, hukum adat yang
mengatur masyarakat di Desa Lalang Kabung juga tidak ada. Jikalau
sudah ditetapkan masyarakat adat pada desa tersebut, besar
kemungkinan masyarakat akan memakai hukum adat terlebih dahulu
sebelum memakai hukum pidana.

i. Desa Sungai Limau

Desa Sungai Limau terbentuk sejak Tahun 1912 dengan luas


wilayah ± 113.270 Ha yang terletak di antara Sungai Siak. Secara
administratif desa ini terletak di Kecamatan Pusako, Kabupaten Siak.
Desa ini memiliki topografi relatif datar dengan ketinggian ± 3 mdpl.
Desa Sungai Limau bisa dijangkau dengan menggunakan kendaraan
roda dua dan roda empat sejauh 25 Km dari Ibukota Kabupaten Siak
Sri Indrapura. Sarana publik yang ada di Desa Sungai Limau adalah
sarana pendidikan yang terdiri dari : 1 Unit PAUD, 1 Unit TK, 1 Unit SD
dan 1 Unit SLTP. Sarana ibadah terdiri dari 1 unit Mesjid dan 4 Surau,
sedangkan sarana kesehatan terdiri dari 1 unit polindes, 1 unit
posyandu. Sarana pendukung ekonomi terdiri dari warung desa dan
pasar yang dibuka sekali dalam satu minggu tepatnya pada Hari
Minggu.

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 79


Berdasarkan data statistik monografi Desa Sungai Limau Tahun
2011, jumlah penduduk Desa Sungai Limau adalah 801 jiwa dari 200
KK, dengan jumlah Laki-laki sebanyak 422 jiwa dan jumlah perempuan
sebanyak 379 jiwa. Penduduk Desa Sungai Limau teridri dari Suku
Melayu, Suku Minang, Suku Jawa dan Batak.
Mata pencaharian utama penduduk adalah bertani. Sebagian
penduduk ada yang bekerja di bidang pertukangan, nelayan, Pegawai
Negeri Sipil dan wiraswasta/pedagang. Berdasarkan data yang
diperoleh, terdapat 400 orang yang bertani/berkebun, 17 orang sebagai
tukang, 16 orang sebagai nelayan, 11 orang sebagai PNS dan 9 orang
sebagai wiraswasta/pedagang. Berdasarkan Hasil wawancara dengan
warga desa, kebun karet dapat menghasilkan60 – 70 kg/minggu
dengan Harga Rp16.000/kg. Sementara warga yang memiliki kebun
kelapa sawit dapat menghasilkan antara 1 – 2 ton/minggu dengan
Harga Rp.1.600/kg. Sedangkan penghasilan tambahan warga desa
diperoleh dari kegiatan mencari ikan di sungai dan jasa ojek.
Lembaga sosial formal yang ada di Desa Sungai Limau adalah
Lembaga Pemerintahan Desa, LPM, BPD dan PKK. LPM dan BPD
secara kelembagaan sudah ada sejak Tahun 2007. Lembaga ini
termasu membantu jalannya pemerintahan desa terutama dibidang
pembangunan dan mengawasi jalannya peraturan desa. Struktur
organisasi kelembagaan ini terdiri dari ketua, wakil ketua, sekretaris,
bendahara serta di bantu 7 orang anggota. Apabila ada konflik secara
internal maupun eksternal yang terjadi di desa ini, kelembagaan
berperan untuk menangani konflik tersebut dengan cara musyawarah
sesuai dengan hukum adat yang berlaku.
Masyarakat yang menetap di Desa Sungai Limau merupakan
masyarakat suku pendatang/campuran atau masyarakat yang memang
pindah ke suatu tempat untuk membuka lahan baru demi memenuhi
kebutuhan mereka sehari-hari. Desa Lalang Kabung sendiri tidak
memiliki masyarakat adat dikarenakan masyarakat yang menetap
merupakan masyarakat pendatang. Dalam hal ini peran masyarakat
adat kurang terlihat dengan baik, khususnya terhadap hutan yang
berada di wilayah sekitar tempat tinggal mereka. Peran masyarakat
adat yang kurang terhadap hutan yang berada di lingkungan tempat

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 80


tinggal mereka dikarenakan belum ada penetapan status terhadap
masyarakat adat tersebut. Selain peran masyarakat, hukum adat yang
mengatur masyarakat di Desa Lalang Kabung juga tidak ada. Jikalau
sudah ditetapkan masyarakat adat pada desa tersebut, besar
kemungkinan masyarakat akan memakai hukum adat terlebih dahulu
sebelum memakai hukum pidana.

j. Desa Dayun

Desa Dayun terbentuk sejak tahun 1960 dengan luas wilayah


± 84.000 Ha. Desa ini terletak di Kecamatan Dayun, Kabupaten Siak.
Topografi desa ini relatif datar dengan ketinggian ± 3 mdpl. Desa Dayun
dapat ditempuh dari ibukota kabupaten Siak Sri Indrapura dengan
kendaraan roda dua dan roda empat sejauh 20 Km.
Sarana Pendidikan yang terdapat di Desa Dayun adalah PAUD &
TK, SD, SLTP, SMA. Sarana ibadah terdiri dari Mesjid, Musolah, Surau,
dan Gereja. Sedangkan sarana kesehatan terdiri dari Puskesmas,
Polindes dan Posyandu, serta tenaga medis antara lain : Dokter, Mantri
dan Bidan Desa. Sarana pendukung ekonomi terdiri dari warung,
koperasi, bank dan pasar.
Berdasarkan data statistik monogarafi Desa Dayun Tahun 2011,
jumlah penduduk Desa Dayun adalah 5.196 jiwa dari 1.190 KK, dengan
jumlah laki-laki sebanyak 2.746 jiwa dan jumlah perempuan sebanyak
2.450 jiwa. Penduduk Desa Dayun terdiri dari Suku Melayu, Suku
Minang, Suku Jawa dan Suku Batak.
Mata pencaharian utama penduduk Desa Dayun adalah bertani dan
berkebun. Selain itu ada juga yang bekerja sebagai Pegawai Negeri
Sipil, TNI, Karyawan/i PT. Badan Operasi Bersama (B.O.B), pedagang
dan nelayan. Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat yang
memiliki kebun karet seluas ± 3 Ha, dapat menghasilkan getah antara
65 – 70 kg/minggu dengan harga jual Rp16.000/kg. Sementara
warga yang memiliki kebun sawit dapat menghasilkan panen 1,5 – 2
ton/minggu dengan harga jual Rp.1.600/kg. Disamping itu, untuk
menambah pengHasilan, warga desa juga mengambil ikan di sungai
pada waktu musim tertentu.

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 81


Hasil yang di peroleh dari kebun karet dan sawit dijual kepada toke
yang datang dari Siak dan Pekanbaru. Para petani mengumpulkan
getah dan sawit pada tempat penampungan di tempat yang sudah
ditentukan untuk transaksi. Sebagai sarana transportasi warga untuk
memenuhi keperluan sehari-hari adalah menggunakan kenderaan
sendiri karena belum adanya angkutan umum.
Lembaga sosial formal yang sudah ada di pemerintahan Desa
Dayun diantaranya Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM), Badan
Pemusyawarahan Desa (BPD) dan PKK. Kelembagaan ini berdiri sejak
Tahun 2000 dan warga desa sangat mendukung adanya kelembagaan
ini karena bermanfaat bagi warga desa terutama di bidang
pembangunan. Disamping itu, terdapat juga lembaga sosial seperti
perwiridan yang bermanfaat bagi warga desa dalam hal mendiskusikan
berbagai keperluan dan perencanaan pada masa yang akan datang
diantaranya kelompok pengajian untuk kalangan bapak dan ibu. Pada
waktu tertentu warga melakukan upacara adat seperti acara pernikahan
yang dilakukan dengan cara budaya melayu.
Masyarakat yang menetap di Desa Dayun merupakan masyarakat
suku pendatang/campuran atau masyarakat yang memang pindah ke
suatu tempat untuk membuka lahan baru demi memenuhi kebutuhan
mereka sehari-hari. Desa Dayun sendiri tidak memiliki masyarakat adat
dikarenakan masyarakat yang menetap merupakan masyarakat
pendatang. Dalam hal ini peran masyarakat adat kurang terlihat dengan
baik, khususnya terhadap hutan yang berada di wilayah sekitar tempat
tinggal mereka. Peran masyarakat adat yang kurang terhadap hutan
yang berada di lingkungan tempat tinggal mereka dikarenakan belum
ada penetapan status terhadap masyarakat adat tersebut. Selain peran
masyarakat, hukum adat yang mengatur masyarakat di Desa Dayun
juga tidak ada. Jikalau sudah ditetapkan masyarakat adat pada desa
tersebut, besar kemungkinan masyarakat akan memakai hukum adat
terlebih dahulu sebelum memakai hukum pidana.

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 82


2.4 Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan

Pada areal KPHP Model Tasik Besar Serkap terdapat 23 pemegang izin Usaha,
diantaranya 17 perusahaan pemegang Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu
Hutan Tanaman (IUPHHK-HT), 4 perusahaan pemegang Izin Usaha Pemanfaatan
Hasil Hutan Kayu Restorasi Ekosistem (IUPHHK-RE) dan 2 Pemegang izin Usaha
Hutan Desa. Nama-nama perusahaan pemegang izin di kawasan KPHP Model Tasik
Besar Serkap terdapat pada Tabel 2.33 sebagai berikut:

Tabel 2.33 Pemegang Izin Usaha Pemanfaatan Hutan di Kawasan KPHP Model Tasik Besar
Serkap
No. Nama Pemegang Hak Lokasi Jenis Izin Status Luas (Ha)
Kab.
1. PT. RAPP IUPHHK-HT Aktif 141.795
Pelalawan
Kab.
2. PT. Mitra Hutani Jaya IUPHHK-HT Aktif 9.240
Pelalawan
Kab.
3. PT. Satria Prkasa Agung IUPHHK-HT Aktif 11.975,15
Pelalawan
Kab.
4. PT. Triomas FDI IUPHHK-HT Aktif 9.625
Pelalawan
Kab.
5. PT. Uni Seraya IUPHHK-HT Aktif 33.360
Pelalawan
Kab.
6. PT. Putra Riau Perkasa IUPHHK-HT Aktif 15.640
Pelalawan
Kab.
7. PT. Madukoro IUPHHK-HT Aktif 15.000
Pelalawan
Kab.
8. PT. Selaras Abadi Utama IUPHHK-HT Aktif 13.600
Pelalawan
Kab.
9. CV. Bhakti Praja Mulia IUPHHK-HT Aktif 5.800
Pelalawan
Kab.
10. CV. Alam Lestari IUPHHK-HT Aktif 3.300
Pelalawan
Kab.
11. CV. Harapan Jaya IUPHHK-HT Aktif 4.800
Pelalawan
Kab.
12. CV. Tuah Negeri IUPHHK-HT Aktif 1.480
Pelalawan
Kab. Baru
13. PT. The Best One IUPHHK-RE 39.412
Pelalawan disahkan
Kab.
14. PT. Gemilang Cita Nusantara IUPHHK-RE Aktif 20.265
Pelalawan
Kab.
15. PT. Global Alam Nusantara IUPHHK-RE Aktif 32.830
Pelalawan
Kab.
16. PT. Sinar Mutiara IUPHHK-RE Aktif 36.850
Pelalawan
Hutan Desa Segamai Kec. Teluk Kab.
17. Hutan Desa Aktif 2.000
Meranti Pelalawan
Hutan Desa Serapung Kec. Kuala Kab.
18. Hutan Desa Aktif 2.000
Kampar Pelalawan
19. PT. Arara Abadi Kab. Siak IUPHHK-HT Aktif 45.431
20. PT. Ekawana Lestaridharma Kab. Siak IUPHHK-HT Aktif 9.300
PT. National Timber & Forest
21. Kab. Siak IUPHHK-HT Aktif 9.300
Product
22. PT. Balai Khayang Mandiri Kab. Siak IUPHHK-HT Aktif 22.250
Sumber: Dinas Kehutanan Provinsi Riau & Ditjen Bina Usaha Kehutanan (BUK) Kementerian
Kehutanan (2011)

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 83


Dari sekian perizinan IUPPHK yang ada di Kawasan KPHP Model Tasik Besar
Serkap, beberapa diantaranya telah melaksanakan pengelolaan berdasarkan
Kriteria Dan Standar Pengelolaan Hutan Produksi Secara Lestari serta telah
memperoleh Sertifikat Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK). Berikut daftar IUPHHK di
dalam Kawasan KPHP Model Tasik Besar Serkap yang telah dinilai oleh Lembaga
Penilai PHPL dan telah memperoleh SVLK.

Tabel 2.34 Daftar Perusahaan yang Telah Mendapatkan Sertifikat PHPL atau SVLK

No Nama Perusahaan Lembaga Penilai -VLK Kriteria dan Nomor Hasil Penilaian

A. Kabupaten Pelalawan

1. PT. RAPP PT. Mutu Agung Memenuhi : No. LVLK-003/MUTU/LK-058


Lestari (03 agustus 2012-02 Agustus 2015)
2. PT. Mitra Hutani Jaya PT. Mutu Hijau Lulus : No. 0003/MHI-VLKH (14 November
Indonesia 2012-13 November 2015)
3 PT. Satria Perkasa Agung PT. Equality Indonesia Lulus : No. 001.3/EQC-PHPL/IX/2014 (18
september 204-24 Oktober 2018)
4 PT Triomas FDI PT. Equality Indonesia Lulus : No 035/EQC-VLK/III/2013 (12
Maret 2013- 11 Maret 2016)

5 PT. Uni Seraya PT. Equality Indonesia Lulus : No. 045/EQC-VLK-III/2013 (28
Maret 2013-27 Maret 2016)

6 PT. Selaras Abadi Utama PT. Mutu Agung Memenuhi : No. LVLK-003/MUTU/LK-050
Lestari ( 25 Juni 2012-24 Juni 2015)

B. Kabupaten Siak
7 PT. Arara Abadi PT. Sarbi International Baik : No 07-SIC-04.01 (16 April 2011-15
Certification April 2014)
8 PT. Ekawana Lestari Dharma Pt. Equality Indonesia Lulus : No. 044/EQC-VLK/III/2013 (28
Maret 2013-27 Maret 2016)
9 PT. Balai Khayang Mandiri PT. TUV Rheinland Memenuhi : No. 824 303 120007 (06 Juli
Indonesia 2012-05 Juli 2015)

Sumber: Dephut (2014a,b) dan AFMC (2014)

2.5 Kondisi KPH dalam Perspektif Tata Ruang Wilayah dan Pembangunan
Daerah

Dalam pembangunan daerah, KPHP Model Tasik Besar Serkap memiliki peran
dalam mendukung tercapainya target pembangunan, baik dalam pembangunan
jangka panjang maupun jangka menengah. Keberadaan KPHP Model Tasik Besar
Serkap dapat menjadi penggerak perekonomian dan solusi dalam pengelolaan
kawasan hutan tingkat tapak di Provinsi Riau. KPHP Model Tasik Besar Serkap
diharapkan mampu mengurangi angka kemiskinan, pembukaan lapangan kerja yang

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 84


berarti pengurangan jumlah pengangguran dan memberi kontribusi dalam
pendapatan daerah.
KPHP Model Tasik Besar Serkap selaku pengelola kawasan hutan tingkat
tapak, dapat melakukan pengelolaan dengan melibatkan masyarakat di sekitar.
Pengelolaan yang melibatkan masyarakat dengan skema kemitraan menjadi salah
satu pilihan yang dapat dijalankan. Dalam hal ini, dukungan dari para pihak menjadi
penentu keberhasilan program ini.

Gambar 2.17. Peta KPHP Model Tasik Besar Serkap Berdasarkan Kawasan Hutan Provinsi
Riau (SK. Menteri Kehutanan Nomor 878/Menhut-II/2014)

2.6 Deskripsi Kawasan Konservasi

Kawasan Konservasi di Semenanjung Kampar berupa Suaka Mergasatwa.


Terdapat 4 suaka margasatwa yang berada di bawah pengelolaan BKSDA Riau.
Keempat kawasan konservasi tersebut adalah Suaka Margasatwa Tasik Belat,
Suaka Margasatwa Pulau Besar/ Danau Bawah, SM Tasik Serkap, SM. Tasik Metas.
Penetapan kawasan hutan sebagai SM dengan mempertimangkan bahwa kawasan
ini merupakan kawasan yang memiliki karakteristik yang khas yaitu tipe
hujan dataran rendah dengan keanekaragaman hayati tinggi yang, menjadi habitat

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 85


berbagai jenis satwa langka dan teranam punah disamping juga sebagai penyangga
sistem kehidupan disekitarnya.

2.7 Isu Strategis, Kendala dan Permasalahan

Kondisi ekosistem KPHP Model Tasik Besar Serkap yang didominasi oleh
gambut tergolong rawan fisik. Pembukaan lahan gambut untuk hutan tanaman yang
disertai dengan pembuatan kanal di sekitarnya dikhawatirkan akan merubah pola
hidrologi secara ekstrim. Apabila pengaturan air terus berlanjut diperkirakan akan
berdampak pada percepatan aliran lateral dan merubah airasi sehingga akan
mempercepat proses oksidasi dan dekomposisi di kubah gambut. Dampak ikutan
berikutnya adalah meningkatnya laju emisi karbon dan laju subsidensi di KPHP
Model Tasik Besar Serkap. Permukaan gambut akan menyusut dan sangat mungkin
akan mengakibatkan permukaan tanah tenggelam di bawah permukaan laut
selamanya (Wosten et al. 1997).
Pengatusan air/pengeringan lahan gambut juga akan menyebabkan hilangnya
daya menyerap air dan daya tumpu lahan karena adanya sifat hidrofobisitas yang
tidak terbalikkan. Hal ini berdampak meningkatnya jumlah pohon yang tumbang di
kawasan hutan yang terpengaruh oleh pengeringan. Gambut yang mengalami
pengeringan berlebihan hingga merusak sifat koloid gambut juga tidak dapat
menyerap air sehingga menjadi bahan yang mudah terbakar dan meningkatkan
tingkat bahaya kebakaran di kawasan ini.

2.7.1 Kebakaran Hutan dan Lahan

Kebakaran hutan dan lahan menjadi permasalahan yang setiap tahun


terjadi di Riau, tepatnya pada wilayah semenanjung Kampar. Kebakaran ini
terjadi karena dipicu oleh kebiasaan masyarakat dan perusahaan membakar
lahan untuk pembangunan kebun.
Biasanya persoalan kebakaran ini menjadi semakin bertambah apabila
diikuti dengan musim panas yang berkepanjangan, sehingga kebakaran hutan
dan lahan telah menjadi masalah tahunan yang serius. Kebakaran hutan dan
lahan tidak hanya berdampak pada daerah kejadian saja, tetapi juga
berdampak dengan daerah negara tetangga. Kondisi fisik dan lahan yang di
dominasi oleh gambut juga berpengaruh terhadap timbulnya kebakaran.
Lokasi – lokasi yang mengalami penurunan muka air menyebabkan kekeringan
gambut sehingga apabila kemarau panjang maka gambut tersebut mudah

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 86


terbakar. Hal ini menjadi tantangan KPH utuk meminimalisir kemugkinan
terjadinya kebakaran hutan di areal wilayah KPHP Model Tasik Besar Serkap.

2.7.2 Perambahan

Sejak semula telah ada upaya perusakan hutan pengalihan (konversi)


kawasan hutan menjadi perkebunan kelapa sawit. Perambahan menjadi isu
yang tidak dapat dilepaskan dari pengelolaan hutan di Riau. Isu lain yang
muncul adalah masalah pembalakan kayu hutan (illegal logging). Para
perambah secara agresif telah mengubah lahan yang mereka kuasai secara
sepihak untuk ditanami tanaman yang pada umumnya adalah kelapa sawit.
Pelaku perambahan dan illegal logging sebagian besar adalah
pendatang dari luar Provinsi Riau. Perambah umumnya datang dari Provinsi
Sumatera Utara. Mayoritas perambah lahan hutan secara besar-besaran
adalah spekulan lahan dan mafia bisnis sawit, dan hanya sebagian kecil
perambah yang benar-benar miskin dengan jumlah penguasaan lahan kecil
atau sekadar buruh upahan para spekulan.
Perambahan dan pembakaran lahan hutan berdampak langsung pada
kehidupan dan mata pencarian masyarakat sekitar kawasan hutan. Masyarakat
merasakan makin sulitnya mencari buah-buahan hutan, ikan di sungai dan
hewan buruan untuk dikonsumsi. Di sisi lain, ekosistem hutan juga semakin
rusak dan sejumlah hewan dilindungi seperti harimau kian terdesak habitatnya.

2.7.3 Perkembangan Perkebunan Kelapa Sawit

Perkebunan kelapa sawit di Riau saat ini telah berkembang pesat.


Sebagian besar lokasi perkebunan awalnya merupakan areal Kawasan Hutan.
Kelapa sawit saat ini menjadi komoditas utama non migas di Riau. Konversi
hutan menjadi perkebunan kelapa sawit menjadi sorotan para pengamat
lingkungan sebagai salah satu penyebab kerusakan lingkungan. Pesatnya
pertumbuhan sawit menjadi ancaman terhadap keberadaan hutan khususnya di
semenanjung Kampar areal perkebunan kelapa sawit terdiri dari perkebunan
besar dan perkeunan masyarakat.

2.7.4 Tata Hubungan Kerja

Saat ini tata hubungan kerja antara KPHP Model Tasik Besar Serkap
belum terlalu jelas. Mengingat keberadaan pemegang izin telah terlebih dulu

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 87


ada dibandingkan KPHP Model Tasik Besar Serkap. Diharapkan di masa
mendatang posisi KPHP Model Tasik Besar Serkap menjadi semakin jelas,
sehingga dapat mengkoordinir seluruh kegiatan yang berada pada areal KPHP
Model Tasik Besar Serkap. Skema kondisi tata hubungan kerja antara Dinas
Kehutanan, Pemegang Izin dan KPHP Model Tasik Besar Serkap saat ini dan
harapan di masa yang akan datang (tata hubungan kerja ideal) dapat dilihat
pada Gambar 2.18. sebagai berikut:

(a) (b)
Keterangan : (a) Kondisi tata hubungan kerja saat ini dan (b) tata hubungan kerja ideal

Gambar 2.18. Skema tata hubungan kerja antara Dinas Kehutanan, Pemegang Izin
dan KPHP Model Tasik Besar Serkap.

Dari sejumlah kebijakan yang ada menyangkut KPH, belum ada pengaturan
secara jelas, bagaimana kedudukan lembaga KPH terkait dengan lembaga
kehutanan saat ini. PP No 6 Tahun 2007 hanya mengatur bahwa pemerintah
dan atau pemerintah provinsi dan atau pemerintah kabupaten/kota sesuai
kewenangannya menetapkan organisasi KPH sehingga bagaimana kedudukan
lembaga KPH dengan lembaga kehutanan daerah yang ada dan UPT
Kementerian Kehutanan yang ada di daerah belum jelas.

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 88


BAB III
VISI DAN MISI PENGELOLAAN KPH

Kebijakan pembentukan KPH dalam upaya memperbaiki sistem pengelolaan


hutan pada tingkat tapak sebenarnya telah tertuang dalam Undang-Undang
No 41 Tahun 1999. Namun, hingga tahun 2007 mandat pembentukan KPH
terbengkalai yang disebabkan oleh dinamika politik lahan dan politik ekonomi
kehutanan. Hingga terbitnya Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2007 jo PP No. 3
tahun 2008 tentang Tata Hutan, Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta
Pemanfaatan Hutan yang manjadi dasar pengelolaan hutan yang lestari. KPH hadir
sebagai solusi penanganan sistem pengelolaan kawasan hutan di tingkat tapak.
Dalam perjalanannya, setelah pembentukan KPH resmi disahkan oleh Menteri
Kehutanan. Setiap unit KPH berkewajiban membuat suatu dokumen Rencana
Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) sebagai pedoman dalam
melaksanakan tugasnya dilapangan. Begitu pula dengan KPHP Model Tasik Besar
Serkap, sebagai salah satu KPH di Provinsi Riau yang dibentuk berdasarkan
Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK 509/Menhut-VII/2010 juga tidak terlepas
dari kewajiban untuk membuat Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang di
wilayah kelolanya.
Dalam rangka penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang, hal
yang paling penting untuk merumuskan visi dan misi pengelolaannya adalah
keselarasan dengan visi dan misi pembangunan nasional dan pembangunan daerah
khususnya pada sektor kehutanan. Sebagaimana visi yang tertuang di dalam
Rencana Jangka Panjang Pembangunan Nasional tahun 2005-2024 yaitu
“Indonesia yang mandiri, maju, adil dan makmur” yang dapat diwujudkan dengan
misi pembangunan nasional sebagai berikut:
1. Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya dan
beradab berdasarkan falsafah Pancasila
2. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing
3. Mewujudkan masyarakat demokratis berlandaskan hukum
4. Mewujudkan Indonesia aman, damai dan bersatu
5. Mewujudkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan
6. Mewujudkan Indonesia asri dan lestari

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 89


7. Mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat
dan berbasis kepentingan nasional
8. Mewujudkan Indonesia berperan penting dalam pergaulan dunia Internasional
Setiap komponen kebijakan pengelolaan yang ada baik di tingkat pusat maupun
daerah, perlu adanya keselarasan dengan Visi dan Misi Pembangunan Nasional
yang tahun 2005-2024 tersebut. Oleh karena itu, Provinsi Riau menetapkan visi dan
misi yang selaras yang tertuang dalam Peraturan Daerah Provinsi Riau nomor 36
Tahun 2001 yaitu “Terwujudnya Provinsi Riau sebagai Pusat Perekonomian dan
Kebudayaan Melayu dalam Lingkungan Masyarakat yang Agamis, Sejahtera
Lahir dan Batin di Asia Tenggara Tahun 2020”, dan sebagai upaya untuk
mewujudkan Visi tersebut, maka diperlukan Misi pembangunan Provinsi Riau
sebagai berikut:
1. Mewujudkan Provinsi Riau sebagai pusat perekonomian
2. Mewujudkan perekonomian yang berkelanjutan dan bersaing
3. Mewujudkan masyarakat Riau yang mandiri dan sejahtera
4. Mewujudkan keseimbangan pembangunan antar wilayah
5. Mewujudkan kerjasama pembangunan antar wilayah
6. Mewujudkan kehidupan masyarakat yang berakhlak
7. Mewujudkan kebudayaan Melayu sebagai payung kebudayaan
8. Meningkatkan kemampuan dan kompetensi Pemerintahan Daerah
9. Mewujudkan keamanan dan kenyamanan masyarakat
10. Mewujudkan masyarakat madani
11. Mewujudkan lingkungan yang lestari
12. Mewujudkan dukungan sistem informasi pembangunan yang handal.
Selain itu, dalam pembangunan di sektor Kehutanan, Kementerian Kehutanan
melalui Permenhut No. P.51/Menhut-II/2010 tentang Renstra Kementerian
Kehutanan tahun 2010-2014 telah menetapkan visi, yaitu “Hutan Lestari untuk
Kesejahteraan Masyarakat yang berkeadilan”. Dalam upaya mewujudkan visi
tersebut Kementerian Kehutanan merumuskan enam kebijakan prioritas dalam
pembangunan kehutanan, yaitu : 1) Pemantapan kawasan hutan, 2) Rehabilitasi
hutan dan peningkatan daya dukukng DAS, 3) Pengamanan hutan dan pengendalian
kebakaran hutan, 4) Konservasi keanekaragaman hayati, 5) Revitalisasi
pemanfaatan hutan dan industri kehutanan dan 6) Pemberdayaan masyarakat di

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 90


sekitar hutan. Dengan merujuk kepada visi pembangunan di sektor Kehutanan
tersebut, maka Dinas Kehutanan Provinsi Riau telah merumuskan visi dan misinya
dalam Visi Dinas Kehutanan Provinsi Riau tahun 2009-2013 yaitu “Terwujudnya
Kelestarian Fungsi Hutan sebagai Sistem Penyangga Kehidupan Guna
Mendukung Kesejahteraan Rakyat Menuju Visi Riau 2020 ”, dan dalam upaya
mewujudkan visi tersebut maka diperlukan misi sebagai berikut:
1. Menjamin keberadaan hutan
2. Mengoptimalkan manfaat hutan
3. Menguatkan kelembagaan
Perumusan visi dan misi pengelolaan KPHP Model Tasik Besar Serkap perlu
dilakukan dengan merujuk kepada visi dan misi Pembangunan Nasional,
Pembangunan Provinsi maupun Pembangunan di sektor Kehutanan. Selain itu
perumusan Visi dan Misi ini dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi
biogeofisik, sosial, ekomomi dan budaya serta isu-isu strategis yang terdapat di
wilayah kelola KPHP Model Tasik Besar Serkap.

3.1 Visi KPHP Model Tasik Besar Serkap

Visi KPHP Model Tasik Besar Serkap tahun 2015-2024 adalah “Menjadi
pengelola Kawasan Hutan Rawa Gambut yang Unggul, produktif, ekonomis,
lestari, rendah emisi serta berbasis kemitraan masyarakat”.
Wilayah KPHP Model Tasik Besar Serkap yang merupakan bagian dari
Ekosistem Semenanjung Kampar, memiliki kompleksitas tersendiri dalam
pengelolaanya. Hal ini disebabkan oleh adanya berbagai macam kepentingan yang
bernaung dalam wilayah tersebut. KPHP Model Tasik Besar Serkap diharapkan
mampu mengelola wilayahnya sehingga dapat menjadi pengelola yang unggul,
produktif karena dapat menjadikan wilayah kelolanya sebagai salah satu sumber
kegiatan perekomomian, ekonomis dengan memberdaya gunakan sumberdaya yang
ada dengan baik dan tepat sasaran, lestari, rendah emisi serta berbasis kemitraan
masyarakat. KPHP Model Tasik Besar Serkap akan menjadi ujung tombak
pengelolaan hutan tingkat tapak yang mampu meningkatkan kesejahteraan
masyarakat yang hidup di sekitar kawasannya.

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 91


3.2 Misi KPHP Model Tasik Besar Serkap

Misi KPHP Model Tasik Besar Serkap adalah sebagai berikut:


a. Tata kelola Hutan Rawa Gambut yang profesional
b. Pelestarian ekosistem hutan dan keanekaragaman hayati
c. Pemantapan, pengamanan, dan perlindungan kawasan hutan
d. Melaksanakan Best Management Practice yang lebih ekonomis dan rendah
emisi bagi seluruh pemegang izin pemanfaatan hutan
e. Fasilitasi partisipasi masyarakat dalam pengelolaan hutan berbasis kearifan
lokal
f. Optimalisasi pemanfaatan potensi sumberdaya hutan secara multipihak dan
berbasiskan kemandirian
Setelah adanya visi dan misi KPHP Model Tasik Besar Serkap, maka
diharapkan ada capaian yang diperoleh dari pengelolaan hutan oleh KPHP Model
Tasik Besar Serkap, yakni :
a. Tertatanya blok dan petak pada kawasan KPHP Model Tasik Besar Serkap
yang pengelolaannya dilakukan secara partisipatif, kolaboratif, dan
berkelanjutan sesuai dengan kearifan lokal potensinya
b. Terlaksananya sistem tata kelola dan pengawasan sesuai fungsi, peran,
dan tanggung jawab KPHP dalam pembangunan sektor kehutanan
c. Terlaksananya kegiatan rehabilitasi dan konservasi yang optimal pada
lahan kritis di wilayah KPHP Model Tasik Besar Serkap
d. Terciptanya Kawasan KPHP Model Tasik Besar Serkap yang mantap
dalam berwirausaha
e. Peningkatan kesejahteraan dan ruang partisipasi masyarakat sekitar
wilayah KPHP Model Tasik Besar Serkap yang berbasis kearifan lokal
masyarakat
f. Terciptanya ruang bisnis bagi KPHP Model Tasik Besar Serkap di Jasa
Lingkungan, Wisata, Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK), dan Hasil Hutan
Kayu (HHK) di lokasi blok pemanfaatan di wilayah tertentu
g. Terwujudnya Kelas Perusahaan Karbon pada IUPHHK – RE, Kawasan
Lindung HTI dan Kawasan yang belum dibebani perizinan
h. Terjalinnya hubungan yang harmonis dan saling menguntungkan antara
KPHP Model Tasik Besar Serkap dengan Para Pemegang Kepentingan

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 92


i. Terwujudnya kemandirian dan profesionalitas KPHP Model Tasik Besar
Serkap dalam melaksanakan dan mengembangkan sistem pengelolaan
hutan lestari dan rendah emisi
j. Terbangunnya sistem pengukuran, pelaporan dan verifikasi (MRV) dan
sistem informasi yang terintegrasi baik pada tingkat KPH, maupun dengan
kabupaten, propinsi dan nasional untuk mengukur keberhasilan
pelaksanaan kegiatan pengelolaan hutan yang rendah emisi

3.3 Tujuan Pengelolaan KPHP Model Tasik Besar Serkap

Pengelolaan KPHP Model Tasik Besar Serkap bertujan untuk :


a. Menjamin terselenggaranya pemanfaatan hutan melalui kombinasi skema
perizinan, kemitraan dan pemberdayaan masyarakat
b. Memelihara dan memulihkan lingkungan lahan gambut sebagai bagian dari
ekosistem Semenanjung Kampar
c. Berkontribusi terhadap pembangunan wilayah yang rendah emisi

3.4 Capaian yang Diharapkan selama Periode 2015-2024

a. Mantapnya kawasan hutan di areal KPHP Model Tasik Besar Serkap


b. Terpelihara dan Pulihnya lingkungan Gambut sebagai bagian dari
ekosistem Semenanjung Kampar
c. Terpeliharanya tingkat keanekaragaman hayati
d. Meningkatnya pendapatan masyarakat
e. Terjaminnya keberlangsungan usaha pemegang izin
f. Kemandiriaan KPHP Model Tasik Besar Serkap secara finansial
g. Terwujudnya kontribusi KPHP Model Tasik Besar Serkap pada Pendapatan
Asli Daerah (PAD)
h. Terwujudnya kontribusi KPHP Model Tasik Besar Serkap pada pola
pengelolaan hutan lestari yang rendah emisi dan penurunan emisi nasional
i. Terehabilitasinya areal yang terdegradasi menjadi kelas-kelas perusahaan
yang menguntungkan
j. Tercegahnya perambahan hutan termasuk oleh perkebunan kelapa sawit
k. Terkendalinya kebakaran hutan
l. Terkelolanya KPHP Model Tasik Besar Serkap oleh tenaga professional

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 93


BAB IV
ANALISIS DAN PROYEKSI

4.1. Analisis Data dan Informasi

4.1.1 Status Sumber Daya Hutan


a. Pemantapan kawasan

Areal kerja KPHP Model Tasik Besar Serkap didominasi oleh areal
kerja pemegang izin. Kondisi saat ini mengenai areal pemegang izin
tersebut adalah pada sebagian areal pemegang izin sudah dilakukan
kegiatan tata batas, sedangkan sebagiannya lagi sedang dalam proses
kegiatan tata batas. KPHP Model Tasik Besar Serkap dibagi ke dalam
5 blok yang dapat dilakukan pengelolaan di dalam wilayah kerjanya,
sebagaimana tersaji pada Tabel 4.1 sebagai berikut :
Tabel 4.1 Penataan Blok yang Terdapat di KPHP Model Tasik Besar Serkap
No Nama Blok Luas (Ha) Persentase (%)
1 Blok Pemanfaatan HHK-HT 337.938 65,84
2 Blok Pemanfaatan HA/RE 129.357 25,2
3 Blok Pemberdayaan Masyarakat 4000 0,78
4 Blok Pemanfaatan Kawasan, 27.238 5,31
Jasa Lingkungan & HHBK
5 Blok Khusus 14.743 2,87
Total 513.276 100,00
Sumber : Data Olahan KPHP Model Tasik Besar Serkap, 2014
Berdasarkan Tabel 4.1 di atas, terlihat bahwa di KPHP Model Tasik
Besar Serkap memiliki luasan yang paling besar dari Blok Pemanfaatan
HHK-HT, yaitu seluas 337.938 Ha. Luas Blok yang besar tersebut
sebanding dengan pemegang izin pemanfaatan HHK-HT yang terdapat
pada KPHP Model Tasik Besar Serkap. Oleh karena itu, adanya
pembagian blok yang jelas seperti ini diharapkan dapat mempermudah
untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yang sudah dibuat dalam
RPHJP tahun 2015-2024, salah satunya kegiatan Monitoring dan
Evaluasi Perizinan di Wilayah KPHP Model Tasik Besar Serkap.
Pada penataan blok tersebut, terdapat wilayah tertentu yang belum
dibebani izin pengelolaan dan dapat dilakukan pemanfaatan, yaitu
seluas 41.981 Ha. Wilayah tertentu dibagi ke dalam Blok Pemanfaatan

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 94


Jasa Lingkungan dan HHBK seluas 27.238 Ha yang belum dilakukan
pengelolaan dan sisanya seluas 14.743 Ha dicadangkan untuk kegiatan
REDD+ project kerjasama antara Pemerintah RI-Korea. Wilayah
Tertentu yang terdapat di Areal Kerja KPHP Model Tasik Besar Serkap
sebagian besar masih hutan alam.
Selain itu, isu-isu konflik yang terjadi dan mencakup areal kerja
KPHP Model Tasik Besar Serkap adalah antara masyarakat dengan
pemegang izin. Isu yang marak terjadi adalah terkait dengan konflik
lahan, kebakaran dan perambahan yang terjadi di areal pemegang izin
Blok Pemanfaatan RE (Restorasi Ekosistem) yang terdapat di KPHP
Model Tasik Besar Serkap saat ini masih dalam proses perubahan
status dari Blok Pemanfaatan HHK-HA menjadi Blok Pemanfaatan RE
dengan luas wilayah 129.357 Ha.

b. Pemeliharaan dan pemulihan lingkungan

Areal kerja KPHP Model Tasik Besar Serkap hampir seluruhnya


didominasi oleh lahan gambut dengan berbagai kedalaman. Wetland
telah membuat analisis kedalaman lahan gambut dan untuk sementara
sudah tersedia data untuk wilayah KPHP Model Tasik Besar Serkap.
Dari pengamatan di lapangan ditengarai bahwa kanalisasi
sudah menyebabkan penurunan permukaan air dan subsidensi gambut.
Kanalisasi tersebut menyebabkan kerentanan terhadap ancaman
kebakaran hutan di areal KPHP Model Tasik Besar Serkap. Kebakaran
tidak terjadi pada Hutan Alam dan Hutan Tanaman yang di kelola
dengan baik. Dari hasil pengamatan di lapangan saat ini masih ada
blok-blok Hutan Alam pada Wilayah Tertentu KPHP Model Tasik Besar
Serkap yang masih bagus.

c. Pengelolaan kawasan konservasi

Di dalam areal kerja KPHP Model Tasik Besar Serkap terdapat


kawasan konservasi yang dikelola oleh Badan Konservasi Sumber
Daya Alam (BKSDA) yakni SM. Danau Pulau Besar, SM.Tasik Belat,
SM.Tasik Besar / Tasik Metas dan SM.Tasik Serkap/Tasik Sarang

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 95


Burung. Status pengelolaan Kawasan konservasi pada saat ini adalah
pada tahap penyediaan data dan informasi serta perumusan dokumen
rencana pengelolaan suaka margasatwa.

d. Pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan

Pada areal kerja KPHP Model Tasik Besar Serkap, sebagian besar
sudah dibebani oleh perizinan. Beberapa perizinan tersebut meliputi
17 Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu – Hutan Tanaman
(IUPHHK – HT) dengan luas 337.938 Ha, 4 Izin Usaha Pemanfaatan
Hasil Hutan Kayu – Restorasi Ekosistem (IUPHHK – RE) seluas
129.357 Ha dan 2 Izin Hutan Desa seluas 4.000 Ha. Oleh karena itu,
luas total wilayah perizinan yang terdapat di KPHP Model Tasik Besar
Serkap adalah seluas 471.295 Ha.
Selain itu, pada areal kerja KPHP Model Tasik Besar Serkap juga
terdapat izin penggunaan kawasan hutan berupa izin pinjam pakai
kawasan hutan. Izin pinjam pakai kawasan hutan untuk jalan atas nama
Bupati Siak dari Sungai Rawa ke Teluk Lanus, Kab. Siak Prov. Riau
sesuai SK.323/Menhut-II/2012 tanggal 03 Juli 2012 sepanjang 59.889
meter dengan lebar 2,6 m dan luas 155,71 Ha. Selanjutnya terdapat
juga persetujuan prinsip izin pinjam pakai kawasan hutan untuk
kegiatan operasi produksi sumur minyak dan gas bumi seluas 1,44 Ha
an. SKK Migas-BOB Bumi Siak Pusako Pertamina Hulu sesuai surat
Menteri Kehutanan Nomor : S.476/Menhut-VII/2013.

e. Rehabilitasi dan reklamasi kawasan hutan

Menurut PP No. 76 Tahun 2008, rehabilitasi hutan dan lahan


adalah upaya untuk memulihkan, mempertahankan, dan meningkatkan
fungsi hutan dan lahan sehingga daya dukung, produktivitas, dan
peranannya dalam mendukung sistem penyangga kehidupan tetap
terjaga. Reklamasi hutan adalah usaha untuk memperbaiki atau
memulihkan kembali lahan dan vegetasi hutan yang rusak agar dapat
berfungsi secara optimal sesuai dengan peruntukkannya. Data tingkat
perkembangan hutan yang terdapat di KPHP Model Tasik Besar

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 96


Serkap terbagi menjadi dua wilayah, yaitu tingkat perkembangan hutan
di Kabupaten Siak dan tingkat perkembangan hutan di Kabupaten
Pelalawan yang dapat dilihat pada Tabel 4.2 sebagai berikut.
Tabel 4.2 Perkembangan Hutan Kritis di Kabupaten Siak
Fungsi
No Kawasan Tingkat Perkembangan Hutan (Ha) Total
Hutan
Tidak Potensial Agak Kritis Kritis Sangat
Kritis Kritis Kritis
1 Hutan 0 0 0 0 0 0
Lindung
(HL)
2 Hutan 310,28 553,25 24.345,14 16.529,92 79,74 41.818,33
Produksi
Terbatas
(HPT)
3 Hutan 1.663,28 14.082,16 209.783,69 20.036,26 155,48 245.720,87
Produksi
Biasa
(HP)
Total 1.973,56 14.635,41 234.128,83 36.566,18 235,22 287.539,20
Sumber : BPDAS Indragiri Rokan, 2011

Tabel 4.3 Perkembangan Hutan Kritis di Kabupaten Pelalawan


Fungsi
No Kawasan Tingkat Perkembangan Hutan (Ha) Total
Hutan
Tidak Potensial Sangat
Agak Kritis Kritis
Kritis Kritis Kritis
1 Hutan
Lindung 0 0 0 0 0 0
(HL)
2 Hutan 1.039,61 41.126,84 261.912,31 43.347,01 2.493,47 349.919,24
Produksi
Terbatas
(HPT)
3 Hutan 236,45 3.432,91 346.025,11 0 0 349.694,47
Produksi
Biasa
(HP)
Total 1.276,06 44.559,75 607.937,42 43.347,01 2.493,47 699.613,71
Sumber : BPDAS Indragiri Rokan, 2011
Berdasarkan hasil analisa data di atas, dapat dilihat luas tingkat
perkembangan hutan di KPHP Model Tasik Besar Serkap pada
berbagai fungsi kawasan hutan di wilayah kerja Kabupaten Siak dan
Kabupaten Pelalawan tanpa mengetahui dimana letak areal hutan yang
kritis. Oleh karena itu, perlu dilakukan identifikasi terhadap lahan kritis
sebagai langkah awal untuk melakukan upaya rehabilitasi dan
reklamasi hutan dan lahan di KPHP Model Tasik Besar Serkap itu
sendiri.

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 97


f. Kinerja pemanfaatan

Dari sisi nasional kinerja perusahan-perusahaan yang beroperasi di


Riau dan secara khusus di kawasan KPHP Model Tasik Besar Serkap
cukup signifikan. Namun, dari sisi pendapatan daerah masih belum
optimal. Hal Ini disebabkan kebijakan dan regulasi pada waktu lalu
memang mengarah pada mekanisme sentralisasi penerimaan negara
dari pemanfaatan usaha hasil hutan.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan nomor:
SK.696/Menhut-II/2013 tentang Penetapan Daerah Penghasil
dan Dasar Penghitungan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Sektor
Kehutanan Untuk Tahun 2013 diketahui bahwa Penerimaan
Negara Bukan Pajak (PNBP) Provinsi Riau pada Tahun 2013 yaitu
sebesar Rp605.831.181.794,54,- dengan rincian IIUPH sebesar
Rp1,299,308,400.00,- PSDH sebesar Rp261.788.122.053,50,- dan DR
sebesar Rp342.743.751.341,04,- .

4.1.2 Kontribusi Terhadap Ekonomi Wilayah

a. Kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pemerintah daerah Provinsi Riau menerima pendapatan dari operasi


izin-izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu dalam bentuk sebagai
berikut:
a) Dana Alokasi Khusus (DAK) yang bersumber pada penerimaan
Provisi Sumberdaya Hutan dan Dana Reboisasi (PSDH-DR).
Penerimaan Provisi Sumberdaya Hutan Tahun 2013 sebesar
Rp65.153.294.449,- dan untuk penerimaan Dana Reboisasi
Tahun 2013 sebesar Rp130.438.047.014,77,- .
b) DAK Kehutanan untuk Provinsi Riau mulai tahun 2011 dengan
alokasi anggaran sebesar Rp1.251.300.000,- Tahun 2012
sebesar Rp1.338.610.000,- Untuk Tahun 2013 Provinsi Riau
tidak menerima alokasi dana DAK Kehutanan.
c) Dana Bagi Hasil (DBH) untuk Provinsi Riau Tahun 2013
sebesar Rp189.678.245.609,- dengan perincian yaitu terdiri
RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 98
dari PSDH Rp107.961.803.924,- dan DR Rp81.716.441.685,- .
Untuk Tahun 2014 sebesar Rp229.376.477.631,- dengan
perincian yaitu terdiri dari PSDH Rp151.811.800.726,- DR
Rp76.971.484.212,- dan IIUPH (Iuran Izin Usaha Pemanfaatan
Hutan) sebesar Rp593.192.693,- .
d) Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
e) Penerimaan lain (Pajak Penghasil (PPH), Pajak Pertambahan
Nilai (PPN), Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan lain-lain

b. Pendapatan masyarakat

Berdasarkan Hasil Inventarisasi Sosial Ekonomi dan Budaya yang


dilakukan di beberapa desa di dalam dan disekitar areal KPHP Model
Tasik Besar Serkap diketahui bahwa pendapatan rata – rata
masyarakat berkisar antara Rp1.000.000,- s/d Rp1.500.000,- per KK
per bulan. Hal ini tentunya masih dibawah upah minimum rata – rata
Provinsi Riau Tahun 2014 yaitu Rp1.700.000,-

c. Status kinerja ekonomi KPHP Model Tasik Besar Serkap

Sekarang ini KPHP Model Tasik Besar Serkap dalam tahap


pembangunan kapasitas dan belum mempunyai pendapatan.
Pendanaan untuk pembangunan kapasitas diperoleh dari APBN, APBD
dan bantuan luar negeri Kerjasama Korea-Indonesia (FMU/REDD+).

4.2. Gambaran KPHP Model Tasik Besar Serkap 10 Tahun Mendatang

KPHP Model Tasik Besar Serkap sebagai institusi pengelolaan hutan tingkat
tapak tentunya harus memiliki rencana pengelolaan hutan baik untuk jangka panjang
maupun jangka pendek. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)
disusun untuk merencanakan pengelolaan hutan oleh KPHP Model Tasik Besar
Serkap selama jangka waktu 10 (sepuluh) tahun.
Penyusunan rencana kerja untuk jangka waktu tersebut, KPHP Model Tasik
Besar Serkap telah melakukan beberapa proses identifikasi dan inventarisasi
terhadap faktor – faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan pengelolaan
hutan secara lestari baik terhadap produksi maupun kondisi hutan. Beberapa

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 99


kegiatan yang telah dilakukan diantaranya adalah Inventarisasi Biogeofisik dan
Inventarisasi Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat di dalam dan sekitar areal
kerja. Data hasil inventarisasi tersebut digunakan salah satunya sebagai data
pendukung dalam penyusunan RPHJP.
Berdasarkan RPHJP yang telah ditetapkan maka selanjutnya KPHP Tasik
Besar Serkap menyusun Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Pendek dan
Penyusunan Business Plan (Rencana Bisnis) Pengelolaan Hutan. Bussines Plan
disusun untuk merancang rencana pemanfaatan dan produksi terhadap areal yang
belum dibebani perizinan. Pemanfaatan areal yang belum dibebani perizinan dapat
dimanfaatkan sesuai dengan kondisi areal serta ketertarikan pihak – pihak lain yang
tidak menutup kemungkinan dapat dilakukan kerjasama antara Pihak KPHP dengan
Pihak Ketiga ataupun masyarakat di dalam atau sekitar kawasan.
Di wilayah KPHP Model Tasik Besar Serkap terdapat 11 lokasi yang belum
dibebani perizinan yang tersebar di dalam areal kerja dengan total luas areal yang
belum dibebani perizinan seluas 41.981 Ha dari total luas KPHP Model Tasik Besar
Serkap seluas 513.276 Ha atau sebesar 8,18 % dari total luas keseluruhan areal
kerja.
Saat ini dari seluas 41.981 Ha telah dimanfaatkan untuk Proyek Kerjasama RI
Korea sebagai Areal Demonstrasi REDD+ (Carbon) seluas 14.743 Ha dengan jangka
waktu pelaksanaan selama 3 (tiga) tahun yang dimulai pada Tahun 2013 sampai
dengan Tahun 2015. Kegiatan ini merupakan langkah awal dalam membangun
kapasitas untuk pengembangan model pengelolaan hutan lestari yang rendah emisi.
Dalam 10 tahun ke depan diharapkan KPHP Model Tasik Besar Serkap bersama
dengan pihak-pihak pengelola kawasan dapat mengembangkan kegiatan jasa
lingkungan karbon sebagai bagian dari kegiatan usaha. Berbagai skema yang dapat
digunakan tidak hanya perdagangan karbon, tetapi juga skema lainnya diantaranya
supported NAMA (Nationally Appropriate Mitigation Actions) dan program REDD+
nasional.
Sisa Wilayah Tertentu seluas 27.238 Ha selanjutnya akan dimanfaatkan untuk
pengembangan budidaya tanaman kehutanan, budidaya Hasil Hutan Bukan Kayu
(HHBK) serta pemanfaatan jasa lingkungan berupa penangkaran fauna dan wisata
alam. Budidaya tanaman kehutanan diarahkan pada pengembangan tanaman
bira-bira dan tanaman mahang yang hasil produksinya akan dimanfaatkan untuk

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 100
bahan baku industri kertas dan industri palet kayu. Dipilihnya jenis ini untuk
pengembangan budidaya tanaman kehutanan dikaitkan dengan kesesuaian tempat
tumbuh di areal KPHP Model Tasik Besar Serkap yang umumnya merupakan areal
gambut dan berdasarkan hasil inventarisasi Biogeofisik, jenis mahang banyak
dijumpai pada kawasan bekas pembukaan lahan.
Sedangkan untuk pengembangan budidaya Hasil Hutan Bukan Kayu diarahkan
kepada jenis tanaman Gaharu, Karet, Sagu dan Rotan serta pemanfaatan getah
damar dari tumbuhan Dipterocarpaceae. Selain pemanfaatan tumbuhan sebagai
produk HHBK juga dikembangkan Budidaya Lebah Madu di lingkungan masyarakat
di dalam atau sekitar kawasan hutan sedangkan terhadap masyarakat yang
kehidupannya di pesisir pantai akan dikembangkan budidaya tambak perikanan di
sepanjang tepian hutan bakau. Pemilihan jenis tanaman serta budidaya madu dan
budidaya tambak perikanan dikaitkan dengan sosial budaya masyarakat yang
berada di dalam dan sekitar kawasan KPHP Tasik Besar Serkap sebagai
implementasi pengelolaan KPHP yang berbasis kearifan lokal.
Untuk pemanfaatan jasa lingkungan dan wisata alam di KPHP Model Tasik
Besar Serkap akan dikembangkan paket wisata alam berupa penelusuran sungai
menuju danau alami yang juga dapat dikombinasi dengan wisata memancing. Pada
kawasan konservasi yang berada di dalam kawasan KPHP Tasik Besar Serkap akan
dikembangkan penangkaran salah satu jenis ikan langka dan dilindungi yaitu ikan
arwana yang memiliki habitat di Kawasan Konservasi Suaka Margasatwa Danau
Besar Danau Bawah. Penangkaran ini dimasukan dalam rencana pengelolaan
Suaka Marga Satwa Danau Besar dan Danau Bawah mengingat saat ini ikan arwana
di Sungai Rawa yang berhulu di Danau Besar dan Danau Bawah telah sulit untuk
dijumpai karena banyaknya penangkapan yang dilakukan oleh oknum masyarakat
tanpa disertai pengawasan yang ketat.

4.2.1 Proyeksi Sumber Daya Hutan

Dengan adanya KPHP Model Tasik Besar Serkap yang bermitra


dengan para pemegang izin dan masyarakat serta dengan berkoordinasi
dengan instansi lain, diharapkan pemantapan kawasan dapat lebih terjamin.
Ancaman kemantapan kawasan dari perubahan fungsi hutan dapat
diminimumkan melalui koordinasi dan pemahaman instansi lain. Ancaman

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 101
kemantapan kawasan dari perambahan hutan diharapkan dapat diatasi
oleh program-program kemitraan dan pemberdayaan masyarakat yang
diselenggarakan maupun difasilitasi oleh KPHP Model Tasik Besar Serkap.
Pemeliharaan terhadap keanekaragaman hayati dapat lebih terjamin
karena diperoleh joint programme antara KPHP Model Tasik Besar Serkap
dengan pemegang izin terutama dalam hal perancangan dan pengelolaan
areal dengan nilai konservasi tinggi serta dukungan KPHP Model Tasik Besar
Serkap terhadap IUPHHK-RE.
KPHP Model Tasik Besar Serkap mempunyai areal yang mendominasi
ekosistem Semenanjung Kampar. Ekosistem ini dicirikan oleh keberadaan
Hutan Rawa Gambut dan untuk itu pemerintah telah memberikan kebijakan
yang jelas melalui INPRES Moratorium yaitu INPRES No 6 Tahun 2013
tentang Penundaan Pemberian Izin Baru dan Penyempurnaan Tata Kelola
Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut, yang merupakan perpanjangan dari
INPRES No 10 Tahun 2011 yang lebih dikenal dengan INPRES Moratorium
yang sudah berakhir pada bulan Mei 2013. Moratorium tersebut dimaksudkan
untuk menghentikan sementara terhadap kegiatan-kegiatan eksploitatif
tertentu di hutan gambut sampai dengan terjadinya perubahan tata kelola
kehutanan yang lebih baik.KPHP Model Tasik Besar Serkap adalah bentuk
perbaikan tata kelola kehutanan di tingkat tapak dan oleh karenanya secara
tepat merespon pesan utama dari INPRES tersebut.
Keberadaan KPHP Model Tasik Besar Serkap diharapkan mampu
bekerjasama dengan para pemegang izin dan para pihak lainnya untuk
meyelenggarakan pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan.
Dengan demikian kebakaran hutan yang bersifat meluas dapat ditangani pada
tingkat landscape yang dikelola dan dikendalikan bersama oleh KPHP Model
Tasik Besar Serkap bersama mitranya.
KPHP Model Tasik Besar Serkap diharapkan mampu berkomunikasi
dan memfasilitasi kelancaran program CSR dari perusahaan pemegang izin.
Dana-dana CSR dapat dipergunakan untuk membiayai modal awal kemitraan
usaha dengan masyarakat dan program-program kesehatan lingkungan
termasuk diantaranya program sungai bersih. KPHP Model Tasik Besar
Serkap juga diharapkan memfasilitasi pelaksanaan kewajiban pemegang izin

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 102
dalam pemantauan dan kelola lingkungan sebagaimana dimandatkan di
dalam dokumen Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL).
KPHP Model Tasik Besar Serkap juga mempunyai mandat untuk
bekerja bersama dengan para pemegang izin dan mitranya untuk
selalu meningkatkan kinerjanya. Peningkatan kinerja diukur dari aspek
produksi/ekonomi, aspek sosial dan aspek lingkungan. Pada kaitan ini KPHP
Model Tasik Besar Serkap menggunakan standar kinerja pengelolaan hutan
produksi lestari sebagaimana telah dicantumkan di dalam Keputusan
Menteri Kehutanan Nomor : 09.1/Kpts-II/2000 tentang Kriteria dan Standar
Pengelolaan Hutan Produksi Secara Lestari. Dengan demikian KPHP Model
Tasik Besar Serkap mempunyai posisi yang paling tepat untuk bekerja
mendampingi pemegang izin dan membina secara terstruktur di tingkat tapak.
Dengan adanya KPHP Model Tasik Besar Serkap pengelolaan
kawasan konservasi dilakukan secara lebih intensif melalui kerjasama antara
Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam (BBKSDA) Riau dengan KPHP
Model Tasik Besar Serkap. Intensifikasi kerjasama diharapakan mampu
membuka peluang-peluang untuk pemanfaatan yang lestari berbasis potensi
yang ada di dalam kawasan konservasi tersebut.

4.2.2 Proyeksi Ekonomi Wilayah

Pada saaat KPHP Model Tasik Besar Serkap telah beroperasi secara
penuh, maka akan diperoleh pendapatan yang lebih besar. KPHP Model Tasik
Besar Serkap diharapkan mampu membangkitkan pendapatan dari
pengelolaan wilayah tertentu. KPHP Model Tasik Besar Serkap juga
diharapkan bekerjasama dengan para pemegang izin untuk menciptakan
kemitraan usaha terutama hasil hutan bukan kayu dan jasa lingkungan
sehingga daripadanya akan diperoleh pendapatan yang signifikan.
KPHP Model Tasik Besar Serkap juga akan memperoleh bagian pendapatan
dari kemitraan usaha dengan masyarakat.

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 103
Di dalam mengelola wilayah tertentu KPHP Model Tasik Besar Serkap
akan menyelenggarakan kelas perusahaan sebagai berikut:
Tabel 4.4. Kelas Perusahaan yang Direncanakan di Wilayah Tertentu KPHP Model
Tasik Besar Serkap
Kelas Perusahaan
No Tempat Kayu (Pertukangan, Jasling (Karbon,
HHBK Keterangan
Bahan Baku Serpih) Penangkaran, dll)
KPHP,
1 Lokasi A Karet , MPTS
Kemitraan
Rotan, Madu, KPHP,
2 Lokasi B Karbon, sumber benih
Damar, MPTS Kemitraan
Bira – bira dan Gaharu, Karet, KPHP,
3 Lokasi C
Mahang MPTS Kemitraan
Karet, Rotan, Sagu,
Bira – bira dan KPHP,
4 Lokasi D Madu, Damar,
Mahang Kemitraan
MPTS
Kemitraan RI-
5 Lokasi E Karbon, sumber benih
Korea
Rotan, Madu, KPHP,
6 Lokasi F Karbon, Wisata Alam
Damar Kemitraan
Rotan, Madu, KPHP,
7 Lokasi G Karbon, Wisata Alam
Damar Kemitraan
Rotan, Madu, KPHP,
8 Lokasi H Jabon Wisata Alam
Damar, MPTS Kemitraan
Sumber benih, wisata KPHP,
9 Lokasi I
Alam Kemitraan
Budidaya Kepiting
KPHP,
10 Lokasi J Bakau, Arwana, Wisata Alam
Kemitraan
dan Buaya
Bira – bira dan Rotan, Sagu, Madu KPHP,
11 Lokasi K
Mahang Damar, MPTS Kemitraan
Sumber benih, wisata
Areal Pengelolaan
12 Alam, dan penangkaran
Konservasi kolaboratif
in-situ

Di dalam upaya peningkatan pendapatan, KPHP Model Tasik Besar


Serkap bekerjasama dengan pemegang izin. Bentuk-bentuk kerjasama adalah
sebagai berikut:
a. Kemitraan HHBK antara KPHP Model Tasik Besar Serkap,
pemegang izin dan masyarakat terutama pada areal-areal yang
rawan perambahan dan kebakaran hutan.
b. Kemitraan penyelenggaraan pencegahan kebakaran hutan
c. Kemitraan usaha pasca panen
Kemitraan jasa lingkungan dalam bentuk wisata alam (danau),
penyelamatan dan perlindungan lingkungan (penangkaran Ikan Arwana),
penyerapan dan atau penyimpan karbon.
Melalui penyelenggaraan kelas-kelas perusahaan dan kerjasama
kemitraan diatas diharapkan KPHP Model Tasik Besar Serkap memperoleh
pendapatan yang signifikan diluar dari anggaran APBN, APBD maupun
sumber lainnya.

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 104
Analisis data dan proyeksi kondisi KPHP Model Tasik Besar Serkap
pada Tahun 2024 adalah sebagai berikut:
Tabel 4.5 Kerangka Analisis dan Proyeksi Kondisi KPHP Model Tasik Besar Serkap
Aspek Strategis Status 2014 Harapan/Proyeksi 2023

Status SDH
Konflik dan perambahan
• Konflik dan
ditangani secara kolaboratif
perambahan ditangani
• Kepentingan (Konflik
oleh masing – masing
Perambahan)
perusahaan
Keanekaragaman hayati
dan ekosistem gambut
• Keanekaragaman
diurus dan dikelola pada
hayati dan ekosistem
tingkat landscape oleh kph
gambut dikelola
• Lingkungan bekerjasama dengan para
ditingkat unit
(Keanekaragaman hayati dan pihak.
perusahaan menurut
Gambut)
kemampuan
perusahaan
SDH dimanfaatkan kayu
dan non kayu dan jasling
• SDH dimanfaatkan
melalui kerjasama antara
kayunya oleh
• Pemanfaatan (IUPHHK-HTI) kph dengan perusahaan,
perusahaan
masyarakat dan lembaga
lain
Kontribusi KPH
KPH dapat menghitung
sendiri PAD yang berasal
• Masih Dikelola Oleh dari perizinan – perizinan di
Dinas Kehutanan dalam areal kerja KPH
Kabupaten Atau Yang
• Pendapatan Asli Daerah
Membidangi. Masyarakat dapat berperan
(PAD) (Pendapatan Nasional
serta dalam pengelolaan
Bukan Pajak (PNBP), Pajak)
• Masih Dilakukan pemanfaatan areal melalui
Sebatas Kebutuhan dan program CSR didalam
• Rencana pengelolaan
Kemampuan kawasan perizinan melalui
masyarakat (Corporate Social
Pendanaan oleh fasilitasi KPH
Responsibility /CSR),
perizinan Melakukan kerjasanma
kemitraan, Hutan Desa)
dengan pihak ke 3 atau
masyarakat dalam
• Project Management pemanfaatan areal
• Kemitraan KPH (Kemitraan
Unit Korea-Indonesia kawasan yang belum
WT, Carbon, Bisnis lain)
FMU/REDD+ Joint dibebani perizinan untuk
Project in Tasik Besar meningkatkan pendapatan
Serkap dan kesejahteraan
masyarakat sekitar
kawasan

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 105
4.3. Analisis kesenjangan

4.3.1 Kesenjangan pada Aspek Sumber Daya Hutan


a. Belum adanya protokol tata hubungan kerja antara KPHP Model
Tasik Besar Serkap dengan para pemegang izin
b. Belum adanya pedoman yang menyangkut kewenangan untuk
membina dan bekerjasama dengan pemegang izin

4.3.2 Kesenjangan pada Aspek Ekonomi


a. Belum terwujudnya mekanisme legal bagi KPHP Model Tasik Besar
Serkap untuk memperoleh pendapatan (Pola Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD)
(Permendagri No. 61 Tahun 2007 Tentang pedoman teknis
pengelolaan keuangan badan layanan umum daerah))
b. Pedoman terkait Kewenangan KPHP (Permenhut No. P.39/
Menhut-II/ 2013 Tentang pemberdayaan masyarakat melalui
kemitraan kehutanan) yang bermitra dengan pemegang izin belum
menjadi pegangan yang jelas bagi KPHP.

4.3.3 Kesenjangan pada Sumber Daya Manusia


a. Belum optimalnya jumlah dan kualifikasi personil yang bekerja
di UPT KPHP Model Tasik Besar Serkap
b. Penunjukkan pejabat eselon di Provinsi Riau masih ditentukan oleh
Kepala Daerah yang terkadang tidak sesuai antara tugas yang
diemban dengan latar belakang pendidikan.

4.3.4 Kesenjangan pada Aspek Institusi


a. Belum terwujudnya Institusi KPH sesuai dengan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2010 tentang Pedoman Organisasi
dan Tata Kerja KPHP dan KPHL yang menyatakan bahwa KPHP
berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur melalui
Sekretaris Daerah.
b. Belum diterapkannya pola pengelolaan keuangan PPK-BLUD

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 106
BAB V
RENCANA KEGIATAN

Dalam rangka mewujudkan visi KPHP Model Tasik Besar Serkap sebagai
pengelola kawasan hutan rawa gambut yang unggul, produktif, ekonomis, lestari,
rendah emisi dan berbasis kemitraan masyarakat, maka diperlukan rencana-rencana
kegiatan yang dapat mewujudkan visi tersebut selama periode 2015-2024. Setiap
rencana yang dibuat merupakan penyesuaian dari hasil analisis keadaan lapangan
wilayah KPHP Model Tasik Besar Serkap.
Rencana kegiatan KPHP Model Tasik Besar Serkap selama periode
2015-2024 meliputi 16 kegiatan, yaitu sebagai berikut:
1. Inventarisasi berkala wilayah kelola serta penataan hutan,
2. Pemanfaatan hutan pada wilayah tertentu KPHP Model Tasik Besar
Serkap,
3. Pemberdayaan masyarakat di sekitar KPHP Model Tasik Besar Serkap,
4. Pembinaan dan pemantauan (controlling) pada areal KPHP Model Tasik
Besar Serkap,
5. Peyelenggaraan rehabilitasi pada areal di luar izin,
6. Pembinaan dan pemantauan (controlling) pelaksanaan rehabilitasi dan
reklamasi pada areal yang sudah ada izin pemanfaatan dan pengunaan,
7. Penyelenggaraan perlindungan hutan dan konservasi alam,
8. Penyelenggaraan koordinasi dan sinkronisasi antar pemegang izin,
9. Koordinasi dan sinergi dengan instansi dan stakeholder terkait,
10. Penyediaan dan peningkatan kapasitas sdm,
11. Penyediaan pendanaan,
12. Penyediaan database
13. Rasionalisasi wilayah kelola,
14. Review rencana pengelolaan,
15. Pengembangan investasi, dan
16. Pembangunan sistem MRV yang terintegrasi pada tingkat KPHP Model
Tasik Besar Serkap

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 107
5.1 Inventarisasi Berkala Wilayah Kelola serta Penataan Hutan

Tata hutan merupakan kegiatan rancang bangun unit pengelolaan hutan,


mencakup kegiatan pengelompokan sumberdaya hutan sesuai tipe ekosistem dan
potensi yang terkandung di dalamnya dengan tujuan untuk memperoleh manfaat
yang sebesar-besarnya bagi masyarakat secara lestari. Tata hutan merupakan hal
utama dalam pengelolaan hutan.
Tata hutan merupakan kegiatan awal yang perlu dilakukan untuk memastikan
pemanfaatan dan penggunaan sumberdaya hutan, ekonomi, sosial budaya
dan linkungan serta memperhatikan kebijakan-kebijakan pemerintah provinsi,
kabupaten/kota termasuk integrasi dan tata ruang. Kegiatan inventariasi dan tata
hutan pada KPHP Model Tasik Besar Serkap dilakukan secara berkala selama kurun
waktu 10 Tahun mendatang.
Kegiatan inventarisasi yang akan dilakukan di wilayah kelola KPHP Model Tasik
Besar Serkap terdiri dari pengumpulan data hasil kegiatan Inventarisasi Hutan
Menyeluruh Berkala (IHMB) pada areal perizinan yang terdapat di wilayah kerja
KPHP Model Tasik Besar Serkap, Monitoring hasil inventarisasi dalam rangka
Rencana Kerja Tahunan (RKT) pemegang izin, inventarisasi potensi hasil hutan
bukan kayu (HHBK) pada areal izin pemanfaatan, identifikasi kondisi KPH,
inventarisasi potensi kayu berkala, pembuatan dan pengamatan Permanent
Sampling Plot (PSP), inventarisasi potensi hasil hutan bukan kayu berkala,
inventarisasi potensi satwa berkala dan inventarisasi potensi jasa lingkungan.

5.2 Pemanfaatan Hutan pada Wilayah Tertentu KPHP Model Tasik Besar
Serkap

Wilayah tertentu merupakan wilayah hutan yang situasi dan kondisinya belum
menarik bagi pihak ketiga untuk mengembangkan pemanfaatannya, berada di luar
areal izin pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan. Pada kawasan KPHP
Model Tasik Besar Serkap terdapat areal yang belum dibebani oleh perizinan
dengan luasan sebesar 41.981Ha. Namun, dari luas total areal tersebut sebagian
areal yaitu seluas 14.743 Ha telah dicadangkan untuk project kerjasama RI-Korea
dalam skema REDD+. Jadi, terdapat sekitar 27.238 Ha sisa areal yang tidak
terbebani oleh perizinan pada Wilayah KPHP Model Tasik Besar Serkap. Areal ini

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 108
dijadikan sebagai Wilayah Tertentu yang pengelolaannya akan dilakukan oleh KPHP
Model Tasik Besar Serkap.
Pemanfaatan hutan pada Wilayah Tertentu KPHP Model Tasik Besar Serkap
terdiri dari beberapa kegiatan, yaitu : identifikasi potensi dan penyusunan business
plan pemanfaatan kawasan hutan, jasa lingkungan dan hasil hutan kayu/bukan kayu
(HHK/HHBK, Karbon), identifikasi potensi dan penyusunan business plan kerjasama
pemanfaatan hutan melalui pola kemitraan dengan masyarakat, pemanfaatan
wilayah tertentu untuk usaha jasa lingkungan, hasil hutan kayu/hasil hutan bukan
kayu dan karbon oleh KPHP Model Tasik Besar Serkap, membangun kerjasama
pemanfaatan wilayah tertentu dengan pihak swasta, membangun kerjasama wilayah
tertentu dengan pihak masyarakat, pemanfaatan wilayah tertentu untuk usaha
budidaya arwana, kepiting dan buaya, pemanfaatan wilayah tertentu untuk usaha
budidaya sagu, karet dan tanaman hortikultura dan pemanfaatan wilayah tertentu
untuk usaha budidaya Buaya.

5.3 Pemberdayaan Masyarakat di Sekitar KPHP Model Tasik Besar Serkap

Dalam upaya mengembangkan kehidupan sosial ekonomi dan budaya


masyarakat yang hidup di sekitar kawasan KPHP Model Tasik Besar Serkap, maka
diperlukan suatu bentuk kegiatan yang disebut pemberdayaan masyarakat.
Pemberdayaan masyarakat di sekitar KPHP Model Tasik Besar Serkap meliputi
beberapa rencana kegiatan yaitu: peningkatan kapasitas masyarakat desa di sekitar
KPHP Model Tasik Besar Serkap di bidang Usaha Kecil Menengah (UKM), fasilitasi
pengembangan unit UKM di desa-desa sekitar KPHP Model Tasik Besar Serkap,
pembuatan business plan potensi wisata di desa-desa sekitar KPHP Model Tasik
Besar Serkap, pembangunan usaha wisata di desa-desa sekitar KPHP Model Tasik
Besar Serkap, optimalisasi lahan tidak produktif di desa-desa sekitar KPHP Model
Tasik Besar Serkap untuk kegiatan agrosilvopastura dan atau agroforestry dan
pembangunan usaha tambak silvofishery (Kepiting Bakau) bersama masyarakat.

5.4 Pembinaan dan Pemantauan (controlling) pada Areal KPHP Model Tasik
Besar Serkap

KPHP Model Tasik Besar Serkap merupakan wilayah pengelolaan hutan yang
didominasi oleh berbagai bentuk penggunaan kawasan hutan. Penggunaan kawasan

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 109
hutan tersebut harus dilakukan tanpa mengubah status dan fungsi pokok kawasan
hutan. Dalam upaya memastikan terwujudnya fungsi pokok kawasan hutan yaitu
fungsi konservasi, lindung dan produksi maka diperlukan dilakukannya kegiatan
pembinaan dan pemantauan terhadap berbagai bentuk penggunaan kawasan hutan
yang berada di wilayah KPHP Model Tasik Besar Serkap.
Pembinaan dan pemantauan yang dilakukan meliputi beberapa kegiatan, yaitu:
pembinaan dan pemantauan usaha pemanfaatan pada wilayah KPHP Model Tasik
Besar Serkap, pembinaan dan pemantauan pelaksanaan penataan batas luar areal
kerja unit pemanfaatan hutan pada wilayah KPHP Model Tasik Besar Serkap,
pembinaan dan pemantauan kegiatan perlindungan hutan berbasis pemberdayaan
masyarakat di dalam areal KPHP Model Tasik Besar Serkap dan pembinaan
pemantauan potensi konflik dan resolusi konflik pada wilayah KPHP Model Tasik
Besar Serkap.

5.5 Penyelenggaraan Rehabilitasi pada Areal di Luar Perizinan

Dalam mewujudkan upaya untuk memulihkan, mempertahankan dan


meningkatkan fungsi hutan sehingga daya dukung, produktivitas dan peranannya
dalam mendukung sistem penyangga kehidupan tetap terjaga maka perlu dilakukan
suatu kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan. Penyelenggaraan kegiatan rehabilitasi
merupakan tanggung jawab KPH sebagai pengelola di wilayah kerjanya. Namun,
yang menjadi fokus kegiatan rehabilitasi KPHP Model Tasik Besar Serkap adalah
seluruh areal/lahan kritis yang berada di luar perizinan. Hal ini dikarenakan
kewajiban melakukan kegiatan rehabilitasi di areal yang telah dibebani oleh perizinan
merupakan tanggung jawab setiap pemegang izin.
Berdasarkan data perkembangan hutan kritis di Kabupaten Siak dan
Kabupaten Pelalawan seperti yang tersaji pada Tabel 4.2 dan 4.3 diketahui bahwa
lahan kritis di kedua kabupaten tersebut digolongkan menjadi 3 Kategori yaitu agak
kritis, kritis dan sangat kritis. Namun luasan tersebut masih mencakup keseluruhan
luas areal yang berada di masing-masing kabupaten. Oleh sebab itu, perlu dilakukan
kegiatan identifikasi lahan kritis dan areal terganggu terlebih dahulu. Kegiatan ini
dibutuhkan untuk menganalisis areal mana saja yang merupakan lahan agak kritis,
kritis, dan sangat kritis yang berada di luar perizinan pada wilayah KPHP Model
Tasik Besar Serkap. Selanjutnya kegiatan yang akan dilakukan adalah rehabilitasi

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 110
terhadap lahan tersebut. Selain itu kegiatan lainnya adalah rehabilitasi kawasan
pesisir pantai. Tujuan kegiatan rehabilitasi kawasan pesisir pantai adalah untuk
memulihkan fungsi hutan yang berada di sekitar ekosistem Semenanjung Kampar.

5.6 Pembinaan dan Pemantauan (Controlling) Pelaksanaan Rehabilitasi dan


Reklamasi Pada Areal Yang Sudah Ada Izin Pemanfaatan dan Penggunaan

Pada wilayah yang telah dibebani oleh perizinan, kegiatan rehabilitasi dan
reklamasi hutan dan lahan menjadi tanggung jawab para pemegang izin tersebut.
KPHP Model Tasik Besar Serkap sebagai institusi tingkat tapak berkewajiban
melaksanakan kegiatan pembinaan dan pemantauan (controlling) atas kegiatan
rehabilitasi dan reklamasi hutan dan lahan para pemegang izin yang areal kerjanya
termasuk ke dalam kawasan KPHP Model Tasik Besar Serkap.
Kegiatan-kegiatan pembinaan dan pemantauan tersebut dilakukan setiap
tahunnya. Beberapa kegiatan yang akan dilakukan terdiri dari pembinaan dan
pemantauan rehabilitasi hutan rawa gambut bersama para pemegang izin dengan
pendampingan Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS), pembinaan dan
pemantauan rehabilitasi hutan rawa gambut bersama masyarakat dengan
pendampingan Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS), pembinaan dan
pemantauan reklamasi tambang bersama para pemegang izin dengan
pendampingan Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) dan pembinaan
dan pemantauan restorasi ekosistem dengan pendampingan Balai Pemantauan
Pemanfaatan Hutan Produksi (BP2HP).

5.7 Penyelenggaraan Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam

Penyelenggaraan perlindungan hutan bertujuan untuk menjaga hutan, hasil


hutan, kawasan hutan dan lingkungannya agar fungsi lindung, fungsi konservasi dan
fungsi produksi suatu kawasan hutan dapat tercapai secara optimal dan lestari.
Penyelenggaraan perlindungan hutan dan konservasi alam pada kawasan KPHP
Model Tasik Besar Serkap diwujudkan melalui berbagai macam kegiatan seperti:
kerjasama konservasi di areal KPHP Model Tasik Besar Serkap dengan BBKSDA
Riau, pemanfaatan kawasan konservasi untuk kegiatan penangkaran Ikan Arwana,
pengamanan hutan bersama masyarakat, pemegang izin, BBKSDA Riau dan KPHP
Model Tasik Besar Serkap dan pihak terkait dan pembinaan dan pemantauan
pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan dan lahan bersama masyarakat,
RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 111
pemegang izin, BBKSDA Riau dan KPHP Model Tasik Besar Serkap dan pihak
terkait.

5.8 Penyelenggaraan Koordinasi dan Sinkronisasi Antar Pemegang Izin

Dalam upaya menyamakan persepsi dalam mewujudkan pengelolaan


kawasan KPHP Model Tasik Besar Serkap antar pemegang izin yang areal kerjanya
berada di dalam kawasan KPHP Model Tasik Besar Serkap, maka diperlukan
penyelenggaraan koordinasi dan sinkroniasi antar pemegang izin.
Pada dasarnya penyelenggaraan koordinasi dan sinkronisasi antar para
pemegang izin ini di kawasan KPHP Model Tasik Besar Serkap terbagi ke dalam dua
kegiatan, yaitu koordinasi dan sikronisasi dengan pemegang izin dengan cara
melakukan kegiatan sharing dan flowing. Selanjutnya kegiatan sharing dan flowing
ini dapat diwujudkan dengan berbagai tahapan kegiatan seperti membuka diskusi,
sosialisasi dan konsultasi RPHJP, penyusunan protocol tata hubungan kerja,
membuka kerjasama untuk pemberdayaan masyarakat, membuka kerjasama untuk
penanggulangan kebakaran hutan dan lahan, menyelenggarakan pelayanan
integrasi dan legalisasi rencana karya, menyelenggarakan pelayanan fasilitasi
penyelesaian masalah-masalah administrasi dan kepemerintahan yang dihadapi oleh
pemegang izin dan menyelenggarakan sistem pelaporan.
Kegiatan kedua adalah koordinasi dan sinkronisasi dengan masyarakat dengan
cara melakukan kegiatan sharing dan flowing. Beberapa tahapan kegiatan yang
direncanakan adalah membuka dan memelihara komunikasi, sosialisasi dan
konsultasi RPHJP, penyusunan sistem kemitraan, membangun usaha sistem
kemitraan, membuka kerjasama untuk penanggulangan kebakaran lahan dan hutan,
menyelenggarakan pelayanan fasilitasi penyelesaian masalah-masalah administrasi
dan kepemerintahan yang dihadapi oleh masyarakat dan menyelenggarakan sistem
pelaporan. Kegiatan-kegiatan tersebut akan dilakukan sepanjang tahun selama
periode sepuluh tahun mendatang.

5.9 Koordinasi dan Sinergi dengan Instansi dan Stakeholder Terkait

Sebagai suatu institusi pengelola kawasan hutan tingkat tapak, KPHP Model
Tasik Besar Serkap bertugas untuk melakukan koordinasi dan sinergi dengan
instansi dan stakeholder terkait. Koordinasi merupakan suatu kegiatan yang
RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 112
dilakukan untuk menyatukan suatu tujuan, dalam hal ini adalah tujuan mengelola
kawasan KPHP Model Tasik Besar Serkap agar tetap lestari. Kegiatan koordiansi
dan sinergi dengan instansi dan stakeholder terkait dilakukan setiap tahun. Berbagai
instansi dan stakeholder tersebut diantaranya Kementerian Kehutanan, Dinas
Kehutanan Kabupaten Siak, Dinas Kehutanan Kabupaten Pelalawan, Dinas
Kehutanan Provinsi Riau, APHI, LSM JIKALAHARI, BBKSDA Riau, BP2HP Wilayah
III Pekanbaru, BPDAS INROK, BPKH Wilayah XIX Pekanbaru, Dinas Pariwisata
Provinsi Riau, Dinas Kelautan dan Perikanan BPM, masyarakat di desa-desa sekitar
KPHP Model Tasik Besar Serkap.

5.10 Penyediaan dan Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM)

Salah satu penentu keberhasilan pengelolaan kawasan KPHP Model Tasik


Besar Serkap adalah tersedianya sumber daya manusia yang kompeten.
Penyediaan dan peningkatan kapasitas SDM KPHP Model Tasik Besar Serkap dapat
diwujudkan dengan melakukan beberapa kegiatan seperti penyusunan analisis
kebutuhan SDM, recruitment SDM, peningkatan kapasitas/trainning SDM dan
masyarakat, sertifikasi kompetensi/ profesi SDM, pembinaan dan pemantauan dan
evaluasi kinerja SDM.
KPHP Model Tasik Besar Serkap berusaha untuk terus menerus memperbaiki
peforma kinerja para pegawai/SDM-nya dengan melakukan kegiatan pelatihan
(training). Harapannya adalah KPHP Model Tasik Besar Serkap mampu menjadi
suatu institusi pengelola hutan rawa gambut yang unggul bersamaan dengan
tersedianya SDM yang kompeten.

5.11 Penyediaan Pendanaan

Selain sumber daya manusia komponen penting lainnya dalam upaya


mewujudkan pengelolaan KPHP Model Tasik Besar Serkap yang lestari adalah
ketersediaan dana. Dana merupakan kebutuhan inti untuk kelancaran proses-proses
kegiatan KPHP Model Tasik Tasik Besar Serkap. Penyediaan pendanaan dapat
bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBN) serta sumber-sumber lainnya seperti LSM,
NGO dan Perusahaan.

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 113
Kegiatan-kegiatan penyediaan dana APBN, APBD, Bantuan Luar Negeri (BLN)
dan sumber lainnya diperlukan hingga KPHP Model Tasik Besar Serkap mampu
berdiri sendiri atau mampu menghasilkan dari pengelolaan wilayah kelolanya.
Kegiatan-kegiatan penyediaan pendanaan lainnya adalah dengan melakukan
penyiapan PPK-BLUD. Sebagai awal kegiatan pengelolaan KPHP Model Tasik
Besar Serkap telah melakukan kerjasama dengan pihak luar negeri dalam hal ini
adalah Korea. Kerjasama yang dilakukan adalah proyek pencadangan karbon dalam
skema REDD+, dengan begitu pendanaan beberapa program kegiatan di awal
pembangunan KPHP Model Tasik Besar Serkap selain berasal dari APBN, APBD
juga berasal dari proyek kerjasama ini.

5.12 Penyediaan Database

Database merupakan kumpulan data-data dan informasi terkait Kawasan KPHP


Model Tasik Besar Serkap. Pembaharuan terhadap database perlu dilakukan seiring
dengan perkembangan pengelolaan KPHP Model Tasik Besar Serkap dikemudian
hari. Rencana kegiatan yang akan dilakukan KPHP Model Tasik Besar Serkap terkait
penyediaan database adalah penyediaan database meliputi database SDH,
management dan bisnis, REDD+, DAS, Gambut, Sosial Ekonomi dan Budaya serta
konservasi.
Selain itu, kegiatan lainnya adalah pengumpulan data pengelolaan hutan dari
pemegang izin dan mitra, pengumpulan data pengelolaan hutan dari instansi terkait,
scanning dokumen, digitasi peta perizinan dan pengelolaan hutan, capacity building,
penyediaan sarana dan prasarana, penyediaan citra satelit, analisa penutupan
vegetasi dan kebakaran hutan, pembuatan/pengelolaan website KPHP Model Tasik
Besar Serkap dan pemasaran produk online.

5.13 Rasionalisasi Wilayah Kelola

Kepastian wilayah kelola merupakan hal penting dalam upaya pengelolaan


hutan. Oleh karena itu, rasionalisasi wilayah kelola KPHP Model Tasik Besar Serkap
perlu dilakukan. Kepastian wilayah kelola dapat diperoleh dari kegiatan penataan
batas. KPHP Model Tasik Besar Serkap sebagai institusi tingkat tapak
merencanakan melakukan kegiatan rasionalisasi luas wilayah kelola KPHP Model
Tasik Besar Serkap sesuai dengan perkembangan RTRWP, penyelesaian legalitas

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 114
areal kerja Hak Guna Usaha (HGU) Sawit dan penyelesaian legalitas perubahan
kawasan lainnya.

5.14 Review Rencana Pengelolaan

Dalam praktek pengelolaan kawasan KPHP Model Tasik Besar Serkap di


lapangan akan terdapat beberapa perbedaan dengan rencana pengelolaan yang
telah dibuat. Hal ini disebabkan oleh kondisi lapangan yang cenderung mengalami
perubahan, sehingga perlu dilakukan review terhadap rencana pengelolaan yang
telah dibuat agar lebih baik dan tepat sasaran. Upaya-upaya yang dilakukan dalam
memperbaiki rencana pengelolaan dapat ditempuh dengan cara melakukan review
deskripsi wilayah, review visi dan misi, review rencana kegiatan dan review peta-
peta. Kegiatan ini dilakukan setiap kali dibutuhkan adanya perbaikan terhadap
rencana pengelolaan.

5.15 Pengembangan Investasi

Pembentukan KPH diharapkan akan menjadi ujung tombak pengelolaan hutan


di tingkat tapak. KPH hadir sebagai solusi untuk meningkatkan kesejahteraan,
terutama masyarakat sekitar hutan. Oleh karena itu, KPH diwajibkan mandiri dan
mampu mengelola wilayah kerjanya hingga memberikan keuntungan baik bagi KPH
itu sendiri, masyarakat sekitar hutan maupun negara.
KPHP Model Tasik Besar Serkap sebagai salah satu KPH di provinsi Riau
berupaya melakukan kegiatan pengembangan investasi melalui penyusunan
business plan, pembentukan PPK-BLUD, pengembangan usaha hasil hutan kayu,
pengembangan usaha hasil hutan bukan kayu termasuk lebah madu hutan,
pengembangan usaha budidaya tanaman Karet (Hevea brasiliensis), pengembangan
usaha budidaya Sagu (Metroxylon sagu), pengembangan usaha budidaya
silvofishery termasuk Arwana, Kepiting dan Buaya, pengembangan usaha budidaya
tanaman agroforestry dan atau agrosilvopastura, pengembangan usaha kredit
karbon, pengembangan usaha wisata, menjalin kemitraan dengan stakeholder,
penangkaran rusa dan pengembangan kegiatan aksi penurunan emisi dengan
pemegang izin lain dan pihak lain melalui berbagai skema yang ada (perdagangan
karbon, supported NAMAs, REDD+, dan green CSR).

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 115
5.16 Pembangunan Sistem MRV (Measurement, Reporting, Verification) yang
Terintegrasi pada Tingkat KPHP Model Tasik Besar Serkap

MRV merupakan istilah yang digunakan oleh UNFCCC (United Nations


Framework Convention on Climate Change/ Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang
Perubahan Iklim) dalam melaksanakan inventarisasi gas rumah kaca. Gas Rumah
Kaca (GRK) adalah gas yang terkandung dalam atmosfer baik alami maupun
antropogenik yang menyerap dan memancarkan energi. Prinsip MRV diterapkan
untuk mengumpulkan data setiap jenis hutan dan penutupan hutan dan besaran
kandungan karbon yang terdapat di dalamnya, yang berbeda untuk setiap jenis
hutan.
KPHP Model Tasik Besar Serkap, sebagai salah satu KPHP yang kawasannya
merupakan Hutan Rawa Gambut dengan cadangan karbon terbesar telah dijadikan
areal proyek kerjasama antara RI dan Korea dalam skema REDD+. Proyek ini
berlangsung selama periode 2013-2015. KPHP Model Tasik Besar Serkap
berkewajiban melakukan kegiatan pengukuran, pelaporan dan verifikasi data terkait
penyerapan karbon tersebut. Pembangunan sistem MRV yang terintegrasi pada
tingkat KPHP Model Tasik Besar Serkap dapat diwujudkan dengan melakukan
pembangunan mekanisme kelembagaan MRV tingkat KPHP Model Tasik Besar
Serkap, sinkronisasi sistem MRV KPHP Model Tasik Besar Serkap dengan sistem
MRV tingkat propinsi dan nasional dan pembangunan kapasitas SDM KPHP Model
Tasik Besar Serkap dalam melaksanakan kegiatan pengukuran dan pelaporan hutan
lestari yang rendah emisi.

Penjelasan setiap rencana kegiatan yang akan dilakukan dapat dilihat pada
Tabel 5.1. berikut ini:

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 116
Tabel 5.1. Rencana kegiatan KPHP Model Tasik Besar Serkap
Tata Waktu
Judul Rencana Sumber Lokasi
No Keterangan
Kegiatan Kegiatan 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 Dana Kegiatan

Pengumpulan
data hasil
kegiatan IHMB
pada areal
perizinan yang
- √ - - - - - - - - -
terdapat di
wilayah kerja
KPHP Model
Tasik Besar Areal kerja
Serkap pemegang
Inventarisasi APBN izin
berkala Monitoring hasil atau IUPHHK-
wilayah inventarisasi APBD HT dan
1 dalam rangka
kelola serta √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ IUPHHK-
penataan Rencana Kerja RE
hutan Tahunan (RKT)
pemegang izin
Setiap Tahun
Inventarisasi
potensi hasil
hutan bukan kayu
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √
(HHBK) pada
areal izin
pemanfaatan
Inventarisasi APBN, Lokasi-
potensi kayu √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ APBD lokasi
berkala dan pada

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 117
Tata Waktu
Judul Rencana Sumber Lokasi
No Keterangan
Kegiatan Kegiatan 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 Dana Kegiatan
Pembuatan dan Pihak Wilayah
Pengamatan Lainnya Tertentu
Permanent √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Setiap Tahun
Sampling Plot
(PSP)
Inventarisasi
potensi hasil
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √
hutan bukan kayu
(HHBK) berkala
Inventarisasi
potensi satwa √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
berkala
Inventarisasi
potensi jasa
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √
lingkungan
berkala
Identifikasi
potensi dan
Pemanfaatan penyusunan
Project KI
hutan pada business plan
FMU
Wilayah pemanfaatan
REDD, Wilayah
2. Tertentu kawasan hutan, √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
APBN tertentu -
KPHP Model jasa lingkungan
dan
Tasik Besar dan hasil hutan
APBD
Serkap kayu/ bukan kayu
(HHK/HHBK,
Karbon)

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 118
Tata Waktu
Judul Rencana Sumber Lokasi
No Keterangan
Kegiatan Kegiatan 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 Dana Kegiatan
Identifikasi
potensi dan
penyusunan
business plan
kerjasama
- √ - - - - - - - -
pemanfaatan
hutan melalui
pola kemitraan
dengan pihak
swasta

Identifikasi APBN,
potensi dan APBD
penyusunan dan
business plan Pihak
kerjasama - √ √ √ √ √ √ √ √ √ Lainnya
pemanfaatan
hutan melalui
pola kemitraan
dengan
masyarakat
Setiap Tahun
Pemanfaatan
wilayah tertentu
untuk usaha Jasa
lingkungan, Hasil
Hutan Kayu/
Hasil Hutan - √ √ √ √ √ √ √ √ √
Bukan Kayu dan
karbon oleh
KPHP Model
Tasik Besar
Serkap

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 119
Tata Waktu
Judul Rencana Sumber Lokasi
No Keterangan
Kegiatan Kegiatan 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 Dana Kegiatan

Membangun
kerjasama
pemanfaatan
- √ √ √ √ √ √ √ √ √
wilayah tertentu
dengan pihak
swasta

Membangun
kerjasama
pemanfaatan
- √ √ √ √ √ √ √ √ √
wilayah tertentu
dengan pihak
masyarakat
Pemanfataan
wilayah tertentu
untuk usaha
- √ √ √ √ √ √ √ √ √
budidaya
Arwana, Kepiting
dan Buaya

Pemanfaatan
wilayah tertentu
untuk usaha
budidaya Sagu, - √ √ √ √ √ √ √ √ √
Karet dan
Tanaman
Hortikultura

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 120
Tata Waktu
Judul Rencana Sumber Lokasi
No Keterangan
Kegiatan Kegiatan 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 Dana Kegiatan

Peningkatan
Desa-
kapasitas
Desa di
Pemberdayaan masyarakat desa
APBN, sekitar
masyarakat di di sekitar KPHP
APBD KPHP
3. sekitar KPHP Model Tasik - √ √ √ √ √ √ √ √ √ Setiap Tahun
dan Model
Model Tasik Besar Serkap di
Pihak Tasik
Besar Serkap bidang Usaha
Lainnya Besar
Kecil Menengah
Serkap
(UKM)

Fasilitasi
pengembangan
unit UKM di desa-
desa sekitar - √ √ √ √ √ √ √ √ √
KPHP Model
Tasik Besar
Serkap
Identifikasi dan
pembuatan
business plan
potensi wisata di
- √ √ √ √ √ √ √ √ √
desa-desa sekitar
KPHP Model
Tasik Besar
Serkap
Pembangunan
usaha wisata di
desa-desa sekitar
- √ √ √ √ √ √ √ √ √
KPHP Model
Tasik Besar
Serkap

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 121
Tata Waktu
Judul Rencana Sumber Lokasi
No Keterangan
Kegiatan Kegiatan 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 Dana Kegiatan
Optimalisasi
lahan tidak
produktif di desa-
desa sekitar
KPHP Model
Tasik Besar - √ √ √ √ √ √ √ √ √
Serkap untuk
kegiatan
agroforestry dan
atau
agrosilvopastura
Pembangunan
usaha tambak
silvofishery
- √ √ √ √ √ √ √ √ √
(Kepiting bakau)
bersama
masyarakat
Pembinaan Pembinaan dan
IUPHHK-
dan pemantauan Setiap
APBN, HT,IUPHH
pemantauan usaha Tahun,
APBD K-RE,
(controlling) pemanfaatan termaksuk
4. √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ dan Hutan
pada areal pada wilayah juga
Pihak Desa dan
KPHP Model KPHP Model pemegang
Lainnya Wilayah
Tasik Besar Tasik Besar izin berbasis
Tertentu
Serkap Serkap masyarakat

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 122
Tata Waktu
Judul Rencana Sumber Lokasi
No Keterangan
Kegiatan Kegiatan 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 Dana Kegiatan
Pembinaan dan
pemantauan
pelaksanaan
penataan batas
luar areal kerja
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √
unit pemanfaatan
hutan pada
wilayah KPHP
Model Tasik
Besar Serkap
Pembinaan dan
pemantauan
kegiatan
perlindungan
hutan berbasis Setiap Tahun
pemberdayaan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
masyarakat di
dalam areal
KPHP Model
Tasik Besar
Serkap
Pembinaan,
pemantauan
potensi konflik,
dan resolusi
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √
konflik pada
wilayah KPHP
Model Tasik
Besar Serkap

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 123
Tata Waktu
Judul Rencana Sumber Lokasi
No Keterangan
Kegiatan Kegiatan 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 Dana Kegiatan

Identifikasi lahan
kritis dan areal - √ √ √ √ √ √ √ √ √ Terlebih
terganggu dahulu
Lahan dilakukan
Kritis identifikasi
lahan kritis
Penyelenggar APBD, yang berada
aan APBN di luar areal
5. rehabilitasi Rehabilitasi lahan dan perizinan
pada areal di kritis dan areal - √ √ √ √ √ √ √ √ √ Pihak pada KPHP
luar perizinan terganggu lainnya Model Tasik
Besar
Pesisir Serkap.
pantai di Kegiatan ini
dalam dilakukan
Rehabilitasi wilayah setiap tahun
kawasan pesisir - √ √ √ √ √ √ √ √ √ KPHP
pantai Model
Tasik
Besar
Serkap

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 124
Tata Waktu
Judul Rencana Sumber Lokasi
No Keterangan
Kegiatan Kegiatan 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 Dana Kegiatan

Pembinaan
dan Pembinaan dan
Pemantauan pemantauan
(controlling) rehabilitasi hutan
pelaksanaan rawa gambut
APBN,
rehabilitasi bersama para
APBD Areal
dan pemegang izin
6. √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ dan pemegang Setiap Tahun
reklamasi dengan
Pihak izin
pada areal pendampingan
Lainnya
yang sudah Balai
ada izin Pengelolaan
pemanfaatan Daerah Aliran
dan Sungai (BPDAS)
pengunaan

Pembinaan dan
pemantauan
rehabilitasi hutan
rawa gambut
bersama
masyarakat Wilayah Setiap 2
√ - √ - √ - √ - √ √
dengan Tertentu Tahun Sekali
pendampingan
Balai
Pengelolaan
Daerah Aliran
Sungai (BPDAS)

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 125
Tata Waktu
Judul Rencana Sumber Lokasi
No Keterangan
Kegiatan Kegiatan 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 Dana Kegiatan
Pembinaan dan
pemantauan
reklamasi
tambang
bersama para
pemegang izin
dengan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
pendampingan
Balai
Areal
Pengelolaan
Pemegang Setiap Tahun
Daerah Aliran
Izin
Sungai (BPDAS),
BP2HP
Pembinaan dan
pemantauan
Restorasi
Ekosistem √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
dengan
pendampingan
(BP2HP)
Kerjasama
Penyelenggar konservasi di
areal KPHP APBN,
aan
perlindungan Model Tasik √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ APBD Kawasan
7. Besar Serkap dan Konservas Setiap Tahun
hutan dan
dengan BBKSDA Pihak i
konservasi
Riau Lainnya
alam

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 126
Tata Waktu
Judul Rencana Sumber Lokasi
No Keterangan
Kegiatan Kegiatan 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 Dana Kegiatan

Pengamanan
hutan bersama
masyarakat, Wilayah
pemegang izin Tertentu
BBKSDA Riau, √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ dan Areal
KPHP Model Pemegang
Tasik Besar Izin
Serkap dan pihak
terkait lainnya

Pembinaan dan
pemantauan
Pencegahan dan
penanggulangan Areal
kebakaran hutan KPHP
dan lahan Model
bersama Tasik
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √
masyarakat, Besar
pemegang izin, Serkap
BBKSDA Riau, dan
KPHP Model Sekitarnya
Tasik Besar
Serkap dan pihak
terkait lainnya.

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 127
Tata Waktu
Judul Rencana Sumber Lokasi
No Keterangan
Kegiatan Kegiatan 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 Dana Kegiatan
Koordinasi dan
sinkronisasi
dengan
pemegang izin:
melakukan
kegiatan Sharing
dan flowing:
1. Membuka
Komunikasi
2. Sosialisasi dan
konsultasi
Penyelenggar RPHJP
aan
3. Penyusunan APBN,
koordinasi
protocol tata APBD Areal
dan
8. hubungan kerja √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ dan Pemegang *)
sikronisasi
Pihak Izin
antar 4. Membuka Lainnya
pemegang kerjasama untuk
izin pemberdayaan
masyarakat
5. Membuka
kerjasama untuk
penanggulangan
perambahan
6. Membuka
kerjasama untuk
penanggulangan
kebakaran lahan
dan hutan

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 128
Tata Waktu
Judul Rencana Sumber Lokasi
No Keterangan
Kegiatan Kegiatan 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 Dana Kegiatan

7.Menyelenggara
kan pelayanan
integrasi dan
legalisasi
rencana karya
8.Menyelenggara
kan pelayanan
fasilitasi
penyelesaian
masalah –
masalah
administrasi dan
kepemerintahan
yang dihadapi
oleh pemegang
izin
9.Menyelenggara
kan sistem
pelaporan
bersama
Koordinasi dan
sinkronisasi
dengan
masyarakat: APBN,
melakukan APBD Wilayah
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ *)
kegiatan Sharing dan pihak Tertentu
dan flowing lainnya
1. Membuka dan
memelihara
komunikasi

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 129
Tata Waktu
Judul Rencana Sumber Lokasi
No Keterangan
Kegiatan Kegiatan 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 Dana Kegiatan
2. Sosialisasi
dan konsultasi
RPHJP
3. Penyusunan
sistem kemitraan
4. Membangun
usaha sistem
kemitraan
5. Membuka
kerjasama untuk
penanggulangan
kebakaran lahan
dan hutan
6.Menyelenggara
kan pelayanan
fasilitasi
penyelesaian
masalah –
masalah
administrasi dan
kepemerintahan
yang dihadapi
oleh masyarakat
7.Menyelenggara
kan sistem
pelaporan
bersama

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 130
Tata Waktu
Judul Rencana Sumber Lokasi
No Keterangan
Kegiatan Kegiatan 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 Dana Kegiatan
Koordinasi
Koordinasi dan
dan sinergi APBN,
sinergi dengan
dengan APBD
9. instansi dan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ *) Setiap Tahun
instansi dan dan pihak
stakeholder
stakeholder lainnya
terkait
terkait
Penyusunan
kebutuhan
SDM akan
difinalisasi
bersamaan
dengan
penyusunan
bussines
plans.
Dengan
Penyediaan KPHP demikian
APBN,
dan Penyusunan Model akan
APBD
10. peningkatan analisis √ - - - - - - - - - Tasik diperoleh
dan pihak
kapasitas kebutuhan SDM Besar daftar
lainnya
SDM Serkap kebutuhan
SDM yang
sesuai
dengan
lahan profesi
yang akan
dikembangka
n oleh KPHP
Model Tasik
Besar
Serkap.

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 131
Tata Waktu
Judul Rencana Sumber Lokasi
No Keterangan
Kegiatan Kegiatan 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 Dana Kegiatan

Pemerinta
h,
Pemerinta
h Daerah Disesuaikan
Recruitment SDM √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ dan KPHP dengan
Model kebutuhan
Tasik
Besar
Serkap
Peningkatan
Dalam dan
kapasitas /
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Luar
Training SDM
Negeri
dan Masyarakat
KPHP
Sertifikasi Model
kompetensi/ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Tasik
profesi SDM Besar
Serkap
KPHP
Pembinaan,
Model
pemantauan dan
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Tasik
evaluasi kinerja
Besar
SDM
Serkap
Penyediaan dana KPHP
Dana
Anggaran Model
Penyediaan Konvergensi
11. Pendapatan dan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ APBN Tasik
pendanaan Kementrian
Belanja Negara Besar
Kehutanan
(APBN) Serkap

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 132
Tata Waktu
Judul Rencana Sumber Lokasi
No Keterangan
Kegiatan Kegiatan 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 Dana Kegiatan

Penyediaan dana
Anggaran
Pendapatan dan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ APBD -
Belanja Daerah
(APBD)
Penyediaan dana
Project
Bantuan Luar √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ BLN
kerjasama
Negeri (BLN)
Penyediaan dana Perusahaan,
Sumber
dari sumber dana √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ LSM dan
dana lain
lain lainya
Penyiapan PPK-
√ √ - - - - - - - - APBN -
BLUD
Database
SDH,
Management
dan Bisnis,
Penyediaan
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ REDD+,
Database
KPHP DAS,
APBN, Gambut,
Model
Penyediaan APBD Sosial dan
12. Tasik
database dan pihak Konservasi
Besar
lainnya
Serkap
Pengumpulan
data pengelolaan
Fasilitasi
hutan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
BUK
daripemegang
izin dan mitra

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 133
Tata Waktu
Judul Rencana Sumber Lokasi
No Keterangan
Kegiatan Kegiatan 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 Dana Kegiatan

Pengumpulan
data pengelolaan
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √
hutan dari
instansi terkait

Scanning -
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Dokumen
Digitasi peta
perizinan dan
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √
pengelolaan
hutan
Akhir Tahun
2024 Seluruh
Capacity Building √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Personil
KPHP telah
disertifikasi

Penyediaan
Sesuai
sarana dan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
kebutuhan
prasarana

Penyediaan citra Setiap 2


√ - √ - √ - √ - √ √
satelit Tahun sekali

Analisa
penutupan
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Setiap Tahun
vegetasi dan
kebakaran hutan

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 134
Tata Waktu
Judul Rencana Sumber Lokasi
No Keterangan
Kegiatan Kegiatan 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 Dana Kegiatan
Pembuatan/peng
elolaan WEB
KPHP Model √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Tasik Besar
Serkap
Pemasaran
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √
produk online

Rasionalisasi
luas wilayah
KPHP
kelola KPHP APBN,
Model
Model Tasik APBD
- √ - - - - - - - - Tasik -
Besar Serkap dan pihak
Besar
dengan lainnya
Serkap
Rasionalisasi perkembangan
13. wilayah RTRWP
kelola

Stakeholder
APBN, terkait :
Penyelesaian APBD, Dishutbun
Triomas
legalitas areal √ √ √ - - - - - - - dan Siak, BPN
FDI, Siak
kerja HGU Sawit Perusaha Kabupaten
an Siak, BPN
Provinsi Riau

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 135
Tata Waktu
Judul Rencana Sumber Lokasi
No Keterangan
Kegiatan Kegiatan 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 Dana Kegiatan

KPHP
Penyelesaian APBN,
Model
legalitas APBD
- - √ √ √ √ √ √ √ √ Tasik -
perubahan dan pihak
Besar
kawasan lainnya lainnya
Serkap

Review deskripsi
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √
wilayah
Review visi dan KPHP
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ APBN,
Review misi Model
APBD Saat
14. rencana Tasik
dan pihak dibutuhkan
pengelolaan Review rencana Besar
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ lainnya
Serkap
kegiatan

Review peta-peta √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Penyusunan KPHP
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Model
Business Plan
Tasik
Pembentukan Besar
√ - - - - - - - - -
PPK-BLUD Serkap
Pengembangan APBN,
usaha Hasil
15.
Pengembang √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ APBD
an Investasi Hutan Kayu dan pihak
(HHK) lainnya
Pengembangan
usaha Hasil
hutan bukan
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √
kayu, termasuk
lebah madu
hutan

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 136
Tata Waktu
Judul Rencana Sumber Lokasi
No Keterangan
Kegiatan Kegiatan 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 Dana Kegiatan

Pengembangan
usaha Karet
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √
(Hevea
brasiliensis)
Wilayah
Pengembangan
Tertentu
usaha Sagu
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ KPHP
(Metroxylon
Model
sagu)
Tasik
Besar
Serkap
dan desa -
sekitar
Pengembangan
usaha budidaya
Silvofishery
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √
termasuk
Arwana, Kepiting
dan Buaya

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 137
Tata Waktu
Judul Rencana Sumber Lokasi
No Keterangan
Kegiatan Kegiatan 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 Dana Kegiatan

Pengembangan
usaha budidaya
tanaman
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Agroforestry dan
atau
agrosilvopastura

Pengembangan
usaha kredit √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
karbon

Pengembangan Wisata alam,


√ √ √ √ √ √ √ √ √ √
usaha wisata dan budaya

Menjalin Stakeholder
kemitraan (minimal 3
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √
dengan (tiga) naskah
stakeholder Wilayah kerjasama)
Tertentu

Penangkaran Sesuai
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Rusa kebutuhan

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 138
Tata Waktu
Judul Rencana Sumber Lokasi
No Keterangan
Kegiatan Kegiatan 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 Dana Kegiatan

Pengembangan
kegiatan aksi
penurunan emisi
dengan
pemegang izin Kawasan
Kerjasama
lain dan pihak KPHP
RI-Korea
lain melalui Model
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ sebagai
berbagai skema Tasik
kegiatan
yang ada Besar
awal
(perdagangan Serkap
karbon,
supported NAMA,
+
REDD , green
CSR)

Pembangunan
mekanisme
APBN,
kelembagaan
APBD
MRV tingkat √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
dan pihak
Pembanguna KPHP Model
lainnya
n sistem MRV Tasik Besar
yang Serkap
terintegrasi
16.
pada tingkat
Sinkronisasi
KPHP Model
sistem MRV
Tasik Besar
KPHP Model APBN,
Serkap
Tasik Besar APBD
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Serkap dengan dan pihak
sistem MRV lainnya
tingkat propinsi
dan nasional

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 139
Tata Waktu
Judul Rencana Sumber Lokasi
No Keterangan
Kegiatan Kegiatan 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 Dana Kegiatan

Pembangunan
kapasitas SDM
pada KPHP
Model Tasik
Besar Serkap APBN,
dalam APBD
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √
melaksanakan dan pihak
kegiatan lainnya
pengukuran dan
pelaporan hutan
lestari yang
rendah emisi

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 140
Keterangan :
1. Terhadap Potensi Hasil Hutan Kayu, Hasil Hutan Bukan Kayu dan Jasa
Lingkungan, dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Hasil hutan kayu dikembangkan pemanfaatannya sesuai dengan
rencana karya umum pemegang izin yang beroperasi diareal kerja KPH
TBS. di wilayah tertentu KPH TBS tidak mempunyai rencana untuk
pengembangan bisnis HHK.
b. Potensi HHBK yang teridentifikasi selama proses inventarisasi, survey
sosial ekonomi, konsultasi publik, dan proses penyusunan rencana
adalah sebagai berikut:
1) Sagu
2) Karet
3) Ikan konsumsi
4) Ikan hias
5) Sayuran dan holtikultura
6) Buah – buahan
7) MakananSuplemen/ Obat - obatan
8) Walet
9) Lebah Madu
10) Penangkaran Rusa
c. Potensi Jasa Lingkugan
1) Wisata alam Bono
2) Wisata Pantai
3) Wisata minat khusus/ tasik
4) Karbon
2. *) Stakeholder terkait antara lain : Kementerian Kehutanan, Dinas
Kehutanan Kabupaten Siak, Dinas Kehutanan Kabupaten Pelalawan, Dinas
Kehutanan Provinsi Riau, APHI, LSM JIKALAHARI, BBKSDA Riau, BP2HP
Wilayah III Pekanbaru, BPDAS INROK, BPKH Wilayah XIX Pekanbaru,
Dinas Pariwisata Provinsi Riau, Dinas Kelautan dan Perikanan BPM,
masyarakat di desa-desa sekitar KPHP Model Tasik Besar Serkap

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 141
BAB VI
PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN

6.1. Pembinaan

1). Fokus Pembinaan Landscape


a. Integrasi KPHP Model Tasik Besar Serkap dengan strategi pengelolaan
ekosistem Semenanjung Kampar
b. Penerapan REDD + di areal kerja IUPHHK untuk pemenuhan Strategi dan
Rencana Aksi Propinsi (SRAP) Riau
c. Penerapan integrasi pengelolaan KPH TBS dengan pengelolaan berbasis
lahan dari sektor lainnya
2). Fokus Pembinaan SDM
a. Pembinaan SDM bidang kompetensi teknis (termasuk MRV)
b. Pembinaan SDM bidang kompetensi bisnis
c. Pembinaan SDM bidang kompetensi keuangan
d. Pembinaan SDM bidang kompetensi industri
e. Pembinaan SDM bidang kompetensi manajemen SDH
f. Pembinaan SDM bidang kompetensi pendampingan masyarakat
g. Pembinaan SDM bidang kompetensi management system MRV
3). Fokus Pengawasan Sistem
a. Pembinaan terhadap system informasi
b. Pembinaan terhadap manajemen mutu
c. Pembinaan terhadap system laporan
d. Pembinaan terhadap sertifikasi kinerja
e. Pembinaan terhadap kepatuhan pada kesepakatan dan perjanjian kerja
dan usaha
4). Fokus Pengendalian upaya penegakan hukum
a. Pembinaan terhadap pemahaman mengenai aturan dan hukum
b. Pembinaan terhadap kepatuhan pada adat lokal yang masih berlaku
c. Pembinaan terhadap etika penyelesaian konflik
d. Pembinaan terhadap praktis penyelenggaraan proses hukum

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 142
6.2. Pengawasan

Pengawasan yang dilakukan oleh Pemerintah didasarkan pada Norma, Standar,


Prosedur, dan Kriteria (NSPK) untuk pengelolaan hutan produksi. Selain itu juga
mencakup pengawasan terhadap efektifitas pelaksanaan tugas dekonsentrasi, pinjaman
dan hibah luar negeri sejauh terkait dengan pengelolaan KPHP Model Tasik Besar
Serkap. Pengawasan yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Riau melalui Dinas
Kehutanan meliputi pengawasan terhadap efektifitas pelaksanaan pembinaan
penyelenggaraan KPHP Model Tasik Besar Serkap yang memiliki keterkaitan dengan
kewenangan Pemerintah Provinsi. Pengawasan secara formal dilakukan secara berkala
setiap 6 bulan sekali. Namun dalam keadaan tertentu dapat dilakukan pengawasan
secara khusus. Hasil pengawasan digunakan sebagai bahan perbaikan perencanaan
dan pelaksanaan pengelolaan, dan/atau perbaikan terhadap pengelolaan KPHP Model
Tasik Besar Serkap ke depan.

6.3. Pengendalian

Pengendalian meliputi kegiatan monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan


pengelolaan KPHP Model Tasik Besar Serkap. Kegiatan monitoring dilakukan agar hasil
yang dicapai dapat memenuhi atau sesuai dengan target yang telah ditetapkan.
Monitoring dan evaluasi secara formal dilakukan secara berkala setiap 6 bulan sekali.
Namun dalam keadaan tertentu dapat dilakukan monitoring dan evaluasi secara khusus.
Hasil pengendalian digunakan sebagai bahan evaluasi perbaikan perencanaan dan
pelaksanaan pengelolaan dan/atau perbaikan terhadap pengelolaan KPHP Model Tasik
Besar Serkap di masa yang akan datang.
Kegiatan Monitoring dan Evaluasi yang akan dilakukan di Kawasan KPHP Model
Tasik Besar Serkap antara lain:
a. Monitoring dan Evaluasi perizinan pada kawasan KPHP Model Tasik Besar
Serkap di Kabupaten Siak.
b. Monitoring dan Evaluasi perizinan pada kawasan KPHP Model Tasik Besar
Serkap di Kabupaten Pelalawan.
c. Monitoring dan Evaluasi kegiatan aksi mitigasi di kawasan KPHP Model Tasik
Besar Serkap sebagai bagian mekanisme MRV

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 143
Pengendalian terhadap program kemitraan dengan masyarakat, untuk
mendapatkan hasil maksimal dari program kemitraan dengan masyarakat yang
dilakukan dalam kawasan KPHP Model Tasik Besar Serkap sebaiknya mengandung
prinsip partisipatif, keterbukaan, kesetaraan yang didasari pada keberlanjutan sosial dan
lingkungan.
Proses pengendalian atas program kemitraan dengan masyarakat dilaksankan
bersama-sama melalui perencanaan, untuk dapat mengetahui capaian/hasil yang
disepakati maupun kendala yang dihadapi sehingga ada solusi atas persoalan yang
muncul.
Program kemitraan yang dikembangkan dalam kawasan KPHP Model Tasik
Besar Serkap selain memberi manfaat secara ekonomi bagi masyarakat juga mampu
menciptakan atmosfir kondusif parapihak dalam pengelolaan kawasan KPH.

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 144
BAB VII
PEMANTAUAN, EVALUASI DAN PELAPORAN

7.1 Pemantauan
Pemantauan pengelolaan KPHP Model Tasik Besar Serkap dimulai dari tingkat
pusat hingga daerah. Pada tingkat pusat, pemantauan dapat dilakukan oleh
Kementerian Kehutanan melalui Menteri Kehutanan. Pada tingkat daerah, pemantauan
dapat dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Riau melalui Gubernur dan Kepala Dinas
Kehutanan serta Pemerintah Kabupaten Siak dan Kabupaten Pelalawan. Sedangkan di
tingkat tapak dapat dilakukan oleh Pengelola KPHP Model Tasik Besar Serkap sendiri.
Pemantauan dilakukan secara berkala setahun sekali. Namun dalam keadaan tertentu
dapat dilakukan pemantauan secara khusus. Hasil pemantauan dapat dijadikan alat
untuk perbaikan dan penyesuaian kembali terhadap kegiatan-kegiatan pengelolaan
KPHP Model Tasik Besar Serkap agar tetap sesuai dengan kebutuhan dan
perkembangan yang terjadi.

7.2 Evaluasi
Evaluasi dapat dilakukan oleh Kementerian Kehutanan untuk tingkat pusat. Pada
tingkatan daerah, Pemerintah Provinsi Riau melalui Kepala Dinas Kehutanan dan
Pemerintah Kabupaten Siak serta Kabupaten Pelalawan dapat memberikan penilaian
atau evaluasi terhadap kegiatan KPHP Model Tasik Besar Serkap. Adapun evaluasi
secara internal dilakukan oleh Pengelola KPHP Model Tasik Besar Serkap sendiri untuk
tingkat tapak. Evaluasi dilakukan secara berkala setahun sekali. Namun dalam keadaan
tertentu dapat dilakukan evaluasi secara khusus. Hasil evaluasi dapat dijadikan bahan
rujukan untuk perbaikan dan penyesuaian kembali terhadap kegiatan-kegiatan
pengelolaan KPHP Model Tasik Besar Serkap agar tetap berjalan sesuai dengan target
dan tingkat pencapaian yang telah ditentukan.

7.3 Pelaporan
Pelaporan dilakukan kepada instansi vertikal yang memiliki keterkaitan secara
kewenangan teknis dan politis (kebijakan). Pada tingkat Pusat, pelaporan disampaikan
kepada Kementerian Kehutanan melalui Menteri Kehutanan. Pada tingkat Provinsi,
pelaporan disampaikan kepada Gubernur Provinsi Riau melalui Kepala Dinas

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap Page 145


Kehutanan. Sedangkan di tingkat Kabupaten, pelaporan disampaikan kepada
Pemerintah Kabupaten Siak dan Kabupaten Pelalawan. Pelaporan dilakukan secara
berkala setahun sekali. Namun untuk kepentingan-kepentingan dan tujuan-tujuan
tertentu, pelaporan dapat diberikan sesuai waktu yang dibutuhkan.

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap Page 146


BAB VIII
PENUTUP

Karakteristik kawasan KPHP Model Tasik Besar Serkap yang merupakan


kawasan hutan gambut memiliki potensi besar terhadap perekonomian
nasional dan daerah. Di sisilain, kawasan gambut rentan terhadap berbagai
gangguan kelestarian lingkungan yang akan berpengaruh pada keberlanjutan
pembangunan, termasuk kegiatan ekonomi di kawasan tersebut.
Pertentangan kepentingan tersebut harus diselaraskan dalam upaya
mewujudkan pengelolaan sumber daya alam di kawasan KPHP Model Tasik Besar
Serkap yang lestari dan berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan merupakan
pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengorbankan
kemampuan generasi mendatang untuk mencukupi kebutuhannya. Pembangunan
berkelanjutan merupakan sesuatu yang lebih dari sekedar pertumbuhan.
Keterpaduan antara pertimbangan lingkungan dan ekonomi sebagai strategi utama
pembangunan berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan harus mempunyai fokus
tidak hanya pada keseimbangan antara kebutuhan dan penyediaan sumberdaya,
tetapi juga keseimbangan dalam warisan budaya.
Kesepahaman parapihak pemangku kepentingan pengelolaan sumberdaya
alam di Kawasan KPHP Model Tasik Besar Serkap dan pengawasan yang intensif
oleh institusi yang berwenang menjadi hal strategis dalam upaya mewujudkan
pengelolaan yang lestari sehingga memberikan manfaat bagi para pihak. Konsep
pengelolaan sumberdaya alam kawasan KPHP Model Tasik Besar Serkap ini
diharapkan mampu menjadi alas justifikasi untuk diterbitkannya sebuah legalitas
yang menjadi acuan dalam pengelolaan kawasan KPHP Model Tasik Besar Serkap.

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 147
DAFTAR PUSTAKA

Anti Forest Mafia Coalition, 2014. SVLK Flawed: an independent Evaluation of


Indonesia’s timber Legality Certification System

Badan Pusat Statistik Pelalawan, 2014. Pelalawan dalam Angka 2014. Diakses
dari http://pelalawankab.bps.go.id/publikasi2014/dda_2014/index.html (21
November 2014) (15.00 WIB)

Badan Pusat Statistik Siak, 2014. Siak Dalam Angka 2014. Diakses dari
http://siakkab.bps.go.id/?hal=publikasi_detil&id=43. (21 November 2014)
(15.15 WIB)

Badan Pusat Statististik Kabupaten Pelalawan, 2013. Kabupaten Pelalawan dalam


Angka 2013. Badan Pusat Statistik Kabupaten Pelalawan. Diakses dari
http://pelalawankab.bps.go.id/publikasi/dda_2013/index.html (9 Oktober 2014)
(13.00 WIB).

Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah XIX, 2014. 14 jenis penutupan lahan di
Wilayah KPHP Model Tasik Besar Serkap. Pekanbaru

Bintoro, H.M.H. 2008. Bercocok Tanam Sagu. IPB Press. Bogor. 71 hal.

BKSDA, 2012. Rencana Pengelolaan Jangka Panjang Suaka Margasatwa Tasik


Belat Periode Tahun 2013 s/d 2022 Kabupaten Siak Provinsi Riau.

Departemen Kehutanan, 2014a. Data Verifikasi Legalitas Kayu.


http://www.dephut.go.id/index.php/common/vlk. 1 10 Oktober 2014 (11.30
WIB)

Departemen Kehutanan, 2014b. Data PHPL.


http://www.dephut.go.id/index.php/common/phpl. 10 Oktober 2014 (12.00
WIB)

Dinas Kehutanan Provinsi Riau & Ditjen Bina Usaha Kehutanan (BUK) Kementerian
Kehutanan. 2011. Data Pemegang Ijin Usaha Pemanfaatan Hutan di Kawasan
KPHP Model Tasik Besar Serkap.

Dinas Kehutanan Provinsi Riau. 2013. Laporan Tahunan Dinas Kehutanan Provinsi
Riau

Dinas Peternakan Kabupaten Pelalawan. 2012. Persentase Jumlah Hewan Ternak di


Kelurahan Teluk Meranti

Eyes on the Forest (2005). News: APRIL’S New Road Threatens Natural Forest in
Kampar Peninsula. Diakses dari
http://www.eyesontheforest.or.id/index.php?page=news&action=view&id=11
(10 Oktober 2014) (11.00 WIB)

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 148
FAO. 1999. Non Wood Forest Products and Income Generation. FAO Corporate
Document Repository. Departement of Forestry FAO, Rome.

Gurindam. 2013. Rekor Steven William King Terjauh Berselancar Terpecahkan.


Diakses dari http://gurindam12.co/2013/02/14/rekor-steven-william-king-
terjauh-berselancar-terpecahkan/ (12 Oktober 2014) (10.00 WIB)

Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung.

Lubis, Z. 1996. damar: kajian tentang pengambilan keputusan dalam pengelolaan


lahan hutan pada dua komunitas.

Monografi Desa Sungai Rawa Tahun 2014.

MonografiDesaRawaMekar Jaya Tahun 2014.

Papilaya,E,C. Sagu Sebagai Pangan Organis-Fungsional Untuk Kesehatan,


Widyakarya Nasional Pangan Dan Gizi (WNPG) IX 26 – 27 Agustus 2008

Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.35/Menhut-Ii/2007 tentang Hasil Hutan


Bukan Kayu.

Profil Kelurahan Teluk Meranti Tahun 2014.

Sudarmalik, Y. Rochmayanto dan Purnomo. 2006. Peranan Beberapa Hasil Hutan


Bukan Kayu (HHBK) di Riau dan Sumatera Barat. Prosiding Seminar Hasil
Litbang Hasil Hutan 2006 : 199-219.

Surat Gubernur Riau Nomor 522/Dishut/19.22 Tanggal 20 September 2010 tentang


Usulan Penetapan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Model
Tasik Besar Serkap

Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : S.476/Menhut-VII/2013.

Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 173/Kpts-II/1986 tentang Penunjukkan


areal hutan di wilayah DATI I Riau sebagai Kawasan Hutan

Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 509/Menhut-VII/2010 tentang


Penetapan Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Model
Tasik Besar Serkap Kabupaten Pelalawan dan Kabupaten Siak Provinsi Riau

Tropenbos, 2010. Buku I: Baseline Data dan Informasi di Semenanjung Kampar.


Tropenbos International Indonesia Programme

Undang-Undang Kehutanan No 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan

Wösten, J.H.M., A.B. Ismail, and A.L.M. van Wijk. 1997. Peat subsidence and its
practical implications: A case study in Malaysia. Geoderma 78: 25-36.

WWF Indonesia. 2006. Overview of the Status of Natural Forests in Kuala Kampar,
Riau, Sumatera, Indonesia: Proposed Expansion of the Peninsula’s Existing
RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 149
Conservation Areas. Submitted to the Indonesian Ministry of Forestry on 7
February 2006

Yulistiyanto,B., 2009. Fenomena Gelombang Pasang Bono di Muara Sungai


Kampar. Journal dinamika teknik sipil. (9:1). (Halaman 19-26)

RPHJP KPHP Model Tasik Besar Serkap 2015 - 2024 Page 150
LAMPIRAN

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai