780 1076 2 PB
780 1076 2 PB
PERUBAHAN FONOLOGIS
KATA-KATA SERAPAN DARI BAHASA ARAB
DALAM BAHASA INDONESIA
Syamsul Hadi*, Siti Chamamah Soeratno**,
M. Ramlan***, dan I Dewa Putu Wijana****
* Doctorandus, Sarjana Utama, Master of Arts, Staf Pengajar Jurusan Sastra Asia Barat,
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
** Profesor, Doktor, Staf Pengajar Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya Universi-
tas Gadjah Mada, Yogyakarta.
*** Profesor, Doktorandus, Staf Pengajar Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
**** Profesor, Doktor, Sarjana Utama, Master of Arts, Staf Pengajar Jurusan Sastra Indonesia,
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
4 rela ridha
No
No KataSerapan
Kata Serapan Asalnya
Asalnya Transliterasi
Transliterasi
Semua kata tersebut di atas mempunyai Dam yang terjadi dalam kata-katamushalla
58 Aferesis
musala damm
konsonan rangkap di akhir kata. Konsonan serapan dari bahasa Arab ini pada umumnya
rangkap tersebut terlihat dengan jelas pada 69 tamat
adalah hak chaqq
penghilangan fonem / ’/ yang terletaktammat
transliterasi dari setiap kata. Oleh karena di pada posisi awal. Selain itu, didapatkan
dalam bahasa Indonesia konsonan rangkap 710 tasawuf
aferesis jinn
jinpada kata i'tiqãd dan istirãchah yangtashawwuf
tidak pernah menduduki posisi ultima (akhir), berubah menjadi tekad dan rehat. Pada kata
maka semua konsonan rangkap di akhir kata 11 khasyang diserap menjadi rehat/rihat chāshsh
istirãchah
selalu mengalami pelesapan salah satunya. terjadi penghilangan dua silabe, di tengah
Secara umum kedua jenis perubahan 12 di khath
dan awal kata. khathth
tersebut di atas dapat dimasukkan ke dalam
jenis sinkopi (perubahan karena pelesapan d.13 Apokope
syak syakk
bunyi di tengah kata) maupun apokopi
(perubahan yang disebabkan karena pele- Apokope (apocope) adalah pemenggal-
sapan bunyi di akhir kata). an satu bunyi atau lebih dari ujung kata
(Kridalaksana, 1984:15). Perubahan yang
c. Aferesis disebabkan karena pelesapan bunyi-bunyi
pada akhir kata ini merupakan perubahan
Aferesis (aphaeresis) adalah penanggal- bunyi yang sangat lazim terjadi dalam
an bunyi dari awal sebuah ujaran. Pada berbagai bahasa. Untuk kata-kata serapan
umumnya penghilangan konsonan di awal dari bahasa Arab biasanya pemenggalan
kata serapan dari bahasa Arab ini adalah bunyi terakhir terjadi pada ismul-mamdãd,
fonem ( ‘ ). Contoh penanggalan bunyi ismul-manqãsh, ismul-maqshãr, dan ismul-
tersebut dapat dilihat pada tabel 4. mansã b.
Ismul-mamdã d adalah isim (nomina) Dalam bahasa Arab, akhir dari setiap
yang huruf akhirnya hamzah dan huruf isim tersebut di atas selalu dibaca, seperti
sebelumnya adalah alif. Isim manqãsh adalah tampak pada transliterasinya. Akan tetapi,
isim yang huruf akhirnya ya` tanpa titik dan setelah terserap ke dalam bahasa Indone-
tanpa harakat, sedangkan harakat huruf sia pelafalan hamzah di akhir tersebut dilesap-
sebelumnya adalah kasrah. Adapun ismul- kan sehingga kata baq~ dan seterusnya
maqshãr adalah isim yang huruf akhirnya sampai wudhã diucapkan dengan baka dan
berupa ya tanpa titik dan huruf sebelumnya wudhu.
berharakat fatchah, sedangkan ismul-mansãb No Kata Serapan Asalnya Transliterasi
2). Ismul-Maqsh ãr adalah isim yang huruf
adalah isim yang ber-y~ nisbah di akhir. adil alif berwujud y~ tanpa titik dan
14 akhirnya ‘ādil
Pelafalan akhir dari keempat isim ter- harakat huruf sebelumnya adalah
sebut selalu dilesapkan setelah terserap 15 alim ‘ālim
fatchah. Contoh penanggalan akhir jenis
dalam bahasa Indonesia. Contoh untuk 16 ini amal ‘amal
dapat dilihat pada tabel 6.
masing-masing adalah sebagai berikut.
17 amaliah ‘amaliyyah
Semua ismul-maqshãr tersebut di atas,
1). Ismul-Mamdãd adalah isim yang huruf 18 akhirnya
huruf Arab di dalam bahasa Arab ‘arab
akhirnya hamzah. Contohnya dapat memang selalu tidak dilafalkan, akan tetapi
19 ilmiah ‘ilmiyyah
dilihat pada tabel 5. selalu ditulis. Kebiasaan tidak dilafalkannya
20 inayah ‘ināyah
Tabel 5. Apokope pada21 umur ãd
Ismul-Mamd ‘umr
22 unsur ‘unshur
No Kata Serapan Asalnya Transliterasi
23 baka baqā`
24 fana fanā`
25 fukaha fuqahā`
26 hawa chawā`
27 juz juz`
28 wudhu wudhū`
aaa
Perubahan Fonologis Kata-kata Serapan dari Bahasa Arab
huruf terakhir tersebut terbawa setelah kata- 4). Ismul-Mansh ã b adalah isim yang
kata tersebut terserap ke dalam bahasa In- mendapatkan tambahan y ~’u’n-nisbah
donesia. yang berwujud y~ ’ dobel tanpa titik di
akhir kata. Contohnya dapat dilihat pada
3). Ismul-Manqãsh adalah isim yang huruf tabel 8.
achirnya y~ tanpa titik dan harakat huruf
sebelumnya kasrah. Contoh apokope Contoh-contoh tersebut di atas adalah
untuk ismul-manq ã sh dapat dilihat isim yang huruf akhirnya y~’u’n-nisbah. y~’u’n-
No Kata Serapan Asalnya Transliterasi
pada tabel 7. nisbah tersebut dilafalkan dengan pendobelan
Adha y~’u’n-nisbah ini menjadi-
huruf. Penambahan
29 adh-cha
Semua ismul-maqshãr tersebut huruf kan sebuah isim yang sebelumnya berharakat
akhirnya adalah y~’ tanpa titik, sedangkan tanwin 30berubah pengucapannya menjadi
Asyura ‘asyura
harakat sebelumnya adalah kasrah. Dalam berbunyi [i] tanpa y~’ dobel (syaddah). Ke-
bahasa Arab huruf akhir dari isim-isim ter- biasaan31pengucapan
aula dalam bahasa Arab ini aula
sebut tidak dilafalkan. Hal tersebut berlaku terbawa setelah kata-kata tersebut terserap
pula setelah terserap ke dalam bahasa In- ke dalam32 bahasa
dakwa Indonesia. da’wa
donesia.
33 fatwa fatwa
37 kadi qādhiy
38 mahdi mahdiy
39 muzaki muzakkiy
Perubahan bunyi /j/ yang merupakan fonem bahasa Indonesia /d/, sedangkan ciri
perubahan dari /z/ terjadi pada kata zaman fonem geser terdapat dalam fonem bahasa
yang sering berubah menjadi kata jaman. Indonesia /z/. Kedua fonem bahasa Indone-
Bunyi /p/ dipandang sebagai bunyi yang lebih sia tersebut yakni /d/-/z/ merupakan fonem
kuat dari pada bunyi /f/, bunyi /j/ lebih kuat bersuara.
dari pada bunyi /z/. Pada kata fahm yang Kata hadir yang mengendur peng-
diserap menjadi paham, terjadi penguatan ucapannya menjadi had-lir terdapat ciri
bunyi /f/ menjadi bunyi /p/ disebabkan bahwa fonetis dari fonem bahasa Arab /d-l/ menjadi
bunyi /f/ bukan merupakan fonem asli bahasa fonemNo bahasa Indonesia /d/ dan /l/.Asalnya
Kata Serapan Fonem Transliterasi
Indonesia. Fonem /f/ merupakan fonem /d-l/ mempunyai ciri-ciri fonetis apiko alveo-
58
lar hambat, jamanbersuara. Ciri apiko-alveolar zamān
pinjaman, sedangkan fonem /p/ adalah fonem
terdapat dalam fonem bahasa Arab /l/
asli bahasa Indonesia. Pada kata tersebut 59 paham fahm
sedangkan ciri-ciri hambat terdapat pada
di samping terjadi penguatan bunyi /f/ menjadi
fonem 60 bahasa
pikir Indonesia /d/. fikr
/p/, juga terdapat epentesis atau penambahan
Kata bahasa Arab maghrib yang diserap
bunyi pada tengah kata, yaitu bunyi /a/.
menjadi maghrib terdapat pengenduran ciri-
ciri fonetis dari fonem bahasa Arab /g-h/
h. Pengenduran Bunyi menjadi fonem bahasa Indonesia /g/ dan /h/.
Fonem bahasa Arab /g-h/ mengandung ciri-
Oleh karena beberapa fonem khas
ciri fonetis dorso-velar, geser, bersuara. Ciri-
bahasa Arab yang terserap dalam bahasa
ciri dorso velar terdapat pada fonem bahasa
Indonesia sering dilambangkan dengan dua
Indonesia /g/, sedangkan ciri-ciri geser
huruf misalnya / / ditulis dengan /ts/, / / terdapat dalam fonem /h/.
dengan /dz/ dan / / dengan /dl/ maka sering
terjadi pengenduran dalam pengucapan. Penambahan Bunyi
Pada pengenduran ini sebuah bunyi bahasa
Arab yang semula tunggal, berkembang Penambahan bunyi ini ada beberapa
menjadi suatu urutan bunyi, masing-masing jenis yakni protesis, epentesis (ekskresens
dengan ciri semula. Dari data yang ditemu- atau anaptiksis), dan paragog. Jenis per-
kan hanya beberapa kata saja, dan itupun ubahan yang berupa penambahan bunyi
merupakan variasi bentuk pengucapan dari cukup banyak ditemukan pada kata-kata
bentuk lainnya, contohnya untuk hal itu dapat serapan dari bahasa Arab. Penambahan itu
diketahui dari tabel 11. terjadi di tengah maupun di akhir kata.
Jenis penambahan yang berupa protesis disisipkan vokal /a/ sehingga menjadi sabar.
(prothesis) yakni penambahan vokal atau Pada kata shabr terjadi pula perubahan
konsonan pada awal kata untuk memudahkan konsonan /sh/ menjadi konsonan /s/.
lafal (Kridalaksana, 1984: 163) pada kata-
kata serapan dari bahasa Arab tidak b). Penyisipan vokal /i/ pada gugus
ditemukan. konsonan. Contohnya dapat diketahui
pada tabel 13.
1). Epentesis
Vokal yang disisipkan pada gugus
Epentesis (epenthesis, excrescent)
konsonan tersebut di atas adalah sejenis
adalah penyisipan bunyi atau huruf ke dalam
dengan vokal sebelumnya. Pada semua
kata, terutama kata pinjaman untuk menye-
contoh tersebut di atas vokal sebelumnya
suaikan dengan pola fonologis bahasa
adalah vokal /i/. Untuk itu, vokal yang
peminjam (Kridalaksana, 1984:46). Gejala
disisipkan adalah vokal /i/. Seperti terlihat dari
penambahan bunyi berupa penyisipan ini
contoh, misalnya kata fikh, fikr dan witr
sering juga disebut sebagai anaptiksis.
disisipkan
No vokalKata
/i/ sehingga fikih,
Serapan menjadi Asalnya Transliterasi
Anaptiksis (anaptyxis) ialah penyisipan vokal
fikir, dan witir.
pendek di antara dua konsonan atau lebih 61 ad-zan adzān
untuk menyederhanakan struktur suku kata
(Kridalaksana: 1984:13). Gejala epentesis ini 62 had-lir vokal /u/ pada gugus
c). Penyisipanan chādlir/chādhir
konsonan. Contohnya dapat diketahui
dapat berupa perubahan yang disebabkan 63 tabel
mag-hrib maghrib
pada 14.
oleh penambahan konsonan di antara dua
konsonan dan di antara konsonan dan vokal 64 mit-sal mitsāl
Vokal yang disisipkan pada gugus
serta. penambahan vokal di tengah kata untuk 65 tersebut
wud-lu di atas adalah sejenis wudlū`/wudhū`
konsonan
memisahkan dua konsonan. Penambahan
dengan vokal sebelumnya. Pada semua
yang paling lazim terjadi adalah penambahan
contoh tersebut di atas vokal sebelumnya
vokal /a/, /i/, dan /u/. Contohnya masing-
adalah vokal /u/ Untuk itu, vokal yang disisip-
masing adalah sebagai berikut.
kan adalah vokal /u/ Seperti terlihat dari
contoh, misalnya kata hukm dan ufq disisip-
a). Penyisipan vokal /a/ dalam gugus
kan vokal /u/ sehingga menjadi hukum dan
konsonan dapat diketahui dari tabel 12.
ufuk.
Vokal yang disisipkan pada gugus
konsonan tersebut di atas adalah sejenis 2). Paragog
dengan vokal sebelumnya. Pada semua
Paragog (paragogue) adalah penambah-
contoh tersebut di atas vokal sebelumnya
an bunyi pada akhir kata untuk keindahan
adalah vokal /a/. Untuk itu, vokal yang
disisipkan adalah vokal /a/. Seperti terlihat bunyi atau kemudahan lafal (Kridalaksana,
dari contoh, misalnya kata sahm dan shabr 1984:139) Penambahan bunyi ini biasanya
antara hm dan br disisipkan vokal /a/ sehingga terjadi pada posisi akhir sebuah kata yang
menjadi saham dan antara konsonan br berakhir dengan konsonan, dengan penam-
No NoKata Kata
Serapan
Serapan Asalnya
Asalnya Transliterasi
Transliterasi
75 66 fikihakad fiqh ‘aqd
76 67 isimbadan ism badn
77 68 izin faham idznfahm
78 69 jilid lafal jild lafzh
79 70 jisimmahar jismmahr
80 71 miliknalar milknadzr
81 72 pikirkadar qadr
fikr/pikr
bahan vokal, namun biasanya hal ini sangat Menurut penelitian Al-Munjid (1978) sahm
82 73 sihirsaham sichr
jarang terjadi. Adapun perubahan yang dise- berjudul Al-Mufashshal fil-Alfazh al-Farisiyyah
babkan karena penambahan bunyi pada akhir 83 74 syirik
Al-Mu'arrabahsabar
'Kata-kata Arab dari Bahasa syirkshabr
kata untuk kata-kata serapan dari bahasa Arab Persi', tidak ditemukan bahwa kata-kata
84 witir witr
ini contohnya dapat diketahui dari tabel 15. tersebut merupakan kata serapan bahasa
Pada kata-kata tersebut di atas terjadi Persi. Demikian pula projek penelitian
penambahan /i/ dan /u/. Penambahan bunyi etimologi yang dilakukan oleh Jones (1978)
/a/ tidak ditemukan. Menurut Baroroh-Baried yang memuat kata-kata serapan dari bahasa
(1970:10) kata-kata yang mengalami Persi dan bahasa Arab juga tidak terdapat
penambahan vokal /u/ dan /i/ di akhir tersebut penyataan bahwa bahwa kata-kata tersebut
kemungkinan berasal dari bahasa Tamil atau berasal dari bahasa Persi.
bahasa Parsi. Untuk itu, hal ini perlu diteliti
lebih lanjut.
j. Metatesis k. Monoftongisasi
Metatesis (metathesis) adalah perubah- Perubahan karena bergabungnya dua
an letak huruf, bunyi, atau suku kata dalam bunyi yang berbeda menjadi sebuah bunyi
kata (Kridalaksana, 1984:123). Perubahan ini tunggal dan kemudian mengandung
jarang terjadi, dalam penyerapan kata dari sejumlah ciri fonetis dari kedua bunyi semula
bahasa Arab. Dari data yang terkumpul disebut sebagai monoftongisasi. Kata-kata
hanya didapatkan sebuah kata yang serapan yang mengalami proses perubahan
mengandung perubahan metatesis ini, yakni bunyi ini dapat diketahui dari tabel 16.
kata seluar/serawal (<sirwal ). Proses Jika dicermati gejala monoftongisasi ini
metatesis yang terjadi pada perubahan kata terjadi pada kata-kata serapan yang me-
sirwal, mula-mula mengalami pelemahan ngandung diftong /ai/ dan /au/. Contoh yang
bunyi /i/s/i/rwal menjadi /e/ sehingga menjadi mengandung diftong /ai/ adalah chairan,
seluar, dan terjadi juga variasi bentuknya haibat, dan maidan, serta khaimah. Adapun
yakni serawal.
yang berdiftong /au/ adalah kata taubat. Perubahan konsonan /m/ dan /n/
Kedua diftong tersebut berubah menjadi menjadi /† / dan konsonan /n/ menjadi
sebuah bunyi, sehingga terjadilah kata heran, konsonan /m/ juga disebabkan adanya usaha
hebat, medan dan tobat. untuk menjadikan kedua konsonan yang
berurutan itu menjadi konsonan yang homor-
l. Asimilasi gan. Konsonan /k/ merupakan konsonan
hambat dorso velar, sedangkan konsonan /
Asimilasi (assimilation) adalah proses m/ merupakan konsonan nasal bilabial dan
perubahan bunyi yang mengakibatkan mirip konsonan /n/ merupakan konsonan nasal
atau sama dengan bunyi lain di dekatnya apiko-alveolar. Oleh karena pengaruh konso-
(Kridalaksana, 1984:17). Perubahan bunyi ini nan /k/ maka konsonan /m/ dan /n/ berubah
biasanya disebabkan oleh pengaruh bunyi menjadi konsonan /†/ yang merupakan
lain, yakni jika sebuah bunyi menyebabkan konsonan yang homorgan dengan konsonan
bunyi lain berubah sehingga dua bunyi /k/, yakni sebagai konsonan dorso-velar.
tersebut menjadi hampir sama atau mirip satu Demikian juga konsonan /n/ yang berubah
sama lain. Adapun contoh untuk asimilasi
menjadi /n/ pada kata minbar menjadi
tersebut adalah kata mimbar (<minbar mimbar. Karena pengaruh konsonan /b/ yang
), mungkar (<munkar ) dan
merupakan konsonan hambat bilabial, maka
mungkin (< mumkin ).
konsonan /n/ yang merupakan konsonan
Bunyi /m/ dan /n/ pada kata mumkin,
nasal apiko-alveolar berubah menjadi konso-
munkar berubah menjadi /?/ karena pengaruh
nan /m/ yang merupakan konsonan yang
bunyi /k/ yang mengikutinya. Karena
homorhgan dengan konsonan /b/ yang
pengaruh bunyi /k/ yang merupakan bunyi
merupakan konsonan bilabial.
dorso-velar, bunyi /m/ dan /n/ berubah
Asimilasi yang terjadi pada fonem-
menjadi bunyi /†/ yang juga merupakan bunyi
fonem dari contoh-contoh tersebut di atas
dorso-velar. Perubahan dari /m/ dan /n/
merupakan asimilasi regresif, yakni perubah-
masih mempertahankan ciri-ciri nasalnya.
an bunyi yang disesuaikan dengan ciri-ciri
Perubahan yang masih mempertahan-
bunyi yang mengikutinya dan merupakan
kan ciri nasalnya adalah perubahan dari /n/
asimilasi parsial atau asimilasi sebagian.
menjadi /m/ pada kata minbar yang berubah
setelah diserap menjadi mimbar. Pada kata
m. Disimilasi
tersebut bunyi /n/ berubah menjadi /m/ yang
merupakan bunyi bilabial karena pengaruh Disimilasi (dissimilation) adalah per-
bunyi /b/ yang juga bilabial. ubahan yang terjadi bila dua bunyi yang
sama berubah menjadi tak sama (Krida- hilangan /h/ di akhir kata, dan akhirnya
laksana, 1984:41). Perubahan yang berupa menjadi kata astaga.
disimilasi ini tidak begitu banyak ditemukan
pada kata-kata serapan dari bahasa Arab. 4. Kesimpulan
Contohnya terbatas pada kata absah
(<afshah ) dan jamhur (< jumhur ) Berdasarkan teori Crowly tentang per-
Pada kata afshach yang berubah ubahan bunyi, ternyata ada beberapa
menjadi absah terjadi disimilasi dari bunyi / perubahan bunyi yang tidak ditemukan dalam
f/ yang merupakan bunyi geser menjadi penyerapan kata-kata Arab dalam bahasa
bunyi /b/ sehingga menjadi tidak serupa Indonesia ini, yakni haplologi, reduksi gugus
dengan bunyi /s/ yang mengikutinya yang konsonan (cluster cluster reduction), protesis
juga merupakan bunyi geser. Perubahan dari (penambahan bunyi di awal kata), dan
/f/ menjadi /b/ juga merupakan penguatan perubahan bunyi tak normal (abnormal sound
bunyi. Pada contoh yang keduakata jumhur change). Akan tetapi, ditemukan dua gejala
yang berubah menjadi jamhur, vokal /u/ perubahan lain yakni monoftongisasi dan
berubah menjadi vokal /a/ sehingga menjadi penyingkatan.
tidak serupa dengan vokal lain dalam kata
tersebut, yakni /u/ DAFTAR PUSTAKA