Anda di halaman 1dari 3

Membasuh Dosa

 “Syarat masuk Surga itu mudah,” kata seorang Kyai, yang bikin jama’ah pengajiannya
tersentak penuh harap. “Yaitu,” lanjutnya, “… kita tidak punya dosa. Karena kalau masih ada
dosa, seperti piring dan perkakas kotor, tidak bisa langsung dimasukkan dan ditata dalam
lemari penyimpan. Harus dicuci dulu. Begitu juga manusia, tidak bisa langsung masuk
Surga, harus dibersihkan dulu dosa dan salahnya, aib dan celanya.”

Dosa itu dalam Kitab Suci disebut dengan beberapa istilah: itsmun, dzanbun, khathi-atun,
syarrun, khintsun, sayyi-atun, ma’shiyatun, jurmun, haramun, fisqun, fasadun, fujurun,
munkarun, fahisyatun, khabtun, lamam, wizrun, dan tsiqalun. Nama-nama yang beragam itu
mengandung arti beragam pula, juga hukum dan cara penyelesaian atau pengampunan
yang berbeda-beda. Banyaknya istilah untuk “dosa” menunjukkan betapa banyak dan
beragam perilaku manusia yang bisa bikin Tuhan murka, Rasul-Nya kecewa, setan-setan
berosrak bahagia, serta bermuara kepada kerugian dan bahkan kebinasaan bagi pelakunya.

Tiap hari, bahkan tiap saat, manusia dikelilingi atau dirundung perbuatah dosa, setidaknya
peluang bahkan dorongan berbuat dosa. Bukankah Iblis, yang adalah predecessor seluruh
golongan yang disebut sebagai setan itu, telah men-declare, “Akan aku datangi mereka dari
depan, dari belakang, dari kanan dan kiri mereka …” (A’raf:17)? Sebut saja satu keadaan,
situasi, pekerjaan, atau kegiatan manusia … pasti di situ setan hadir melakukan intervensi,
agitasi, dan provokasi keburukan, atau melancarkannya dalam bentuk bisikan (hamazah)
dari suatu posisi yang tidak diketahui manusia.

Artinya, hampir mustahil kebanyakan kita nantinya menghadap atau kembali kepada Tuhan,
saat ajal tiba, dalam keadaan sinless, suci tanpa dosa. Untuk itu, Tuhan memberi solusi:
membuka pintu taubat. Dosa yang tidak ditaubatkan atau dimintakan ampunan akan
berbuntut pada kecelakaan, derita, dan kehinaan, bukan hanya di Akhirat, tetapi juga dalam
hidup kekinian.

Dalam salah satu munajatnya, ‘Ali bin Abi Thalib menyebut akibat-akibat buruk dosa.
Dengan bibir yang bergetar, ia berbisik kepada Tuhannya, “Allahumma ghfir liya dz-
dzunuuba l-latii … Ya Allah, ampuni dosa-dosaku yang: meruntuhkan penjagaan,
mendatangkan petaka, merusak kenikmatan, merintangi doa, mengundang bencana.” Dan
tentu saja, di Akhirat dosa akan menghalangi si pendosa memasuki Surga.

Sebagai bentuk kotoran atau noda (dirt, stain) dalam jiwa, dosa bisa bersih jika Tuhan
berkenan mengguyurkan air suci pengampunan-Nya. Kita bisa meminta kepada-Nya,
terlebih di Ramadhan ini …

‫ت ا ْل ُم ْذن ِِبيْنَ ۔‬
ِ ‫ َيا ُمقِ ْيلَ َع َث َرا‬،ِ‫ام َتحِنْ َق ْل ِب ْي فِ ْي ِه ِب َت ْق َوى ا ْلقُلُ ْوب‬ ْ ‫اَل ٰلّ ُه َّم‬
ْ ‫ َو‬،ِ‫ َو َط ِّه ْرن ِْي فِ ْي ِه مِنَ ا ْل ُع ُي ْوب‬،ِ‫اغسِ ْلن ِْي فِ ْي ِه مِنَ ال ُّذ ُن ْوب‬

Ya Allah, basuh jiwaku hari ini dari dosa-dosa, bersihkan pribadiku dari aib dan cela,
teguhkan hatiku dengan takwa, wahai Yang Memaklumi kecerobohan para pendosa.
DIANTARA kita sudah tidak asing mendengar kata dosa.  Ada beberapa
istilah dalam Al-Quran untuk menyebut dosa atau kemaksiatan,
diantaranya itsm (‫)إثم‬, dzanb (‫)ذنب‬, ‘ishyan (‫يان‬%%‫)عص‬, huub (‫وب‬%%‫)ح‬, sayyi-ah (
‫)سيئة‬, dan khathi-ah (‫)خطيئة‬. Istilah-istilah ini sama-sama merujuk kepada
pengertian dosa dan poelanggaran, namun masing-masing punya
kekhasan makna.

Itsm (‫ )اإلثم‬dan dzanb (‫ )الذنب‬biasanya sama-sama diartikan dosa. Secara


bahasa, ‫ذنب‬%%‫ ال‬makna aslinya ekor. Dosa disebut demikian karena ia
merupakan akibat sesuatu perbuatan, yakni datang di belakang sesuatu.
Atau, karena ia merupakan sesuatu yang dianggap kotor akibat
akhirnya, seperti umumnya ekor binatang.

Adapun ‫ اإلثم‬makna aslinya adalah lambat/buth-u (‫ )البطء‬dan telat/ta-


akhkhur (‫)التأخّ ر‬. Dosa disebut demikian karena orang yang berdosa itu
lambat dari kebaikan dan telat darinya.

Sedangkan ‘ishyan (‫يان‬%%%%‫)العص‬, biasanya diartikan kedurhakaan atau


maksiat. Makna aslinya adalah berpisah, seperti anak untuk yang tidak
mau lagi ikut induknya karena dia sudah tidak lagi menyusu/disapih.
Orang bermaksiat diserupakan dg ini krn ia tdk mau mngikuti petunjuk
Allah, memisahkan diri, dan berbuat semaunya sendiri.

Kemudian huub (‫)الحوب‬, makna aslinya adalah hardikan untuk mencegah


untuk melakukan sesuatu. Dosa disebut demikian karena pada dasarnya
ia merupakn sesuatu yang dilarang, atau karena pelakunya sadar bahwa
hal itu sebenarnya dilarang.

Adapun sayyi’ah (‫يئة‬%%‫ )الس‬adalah kebalikan dari hasanah (‫نة‬%%‫)الحس‬, aslinya


berakar kepada kata suu’ (‫)السوء‬. Makna aslinya adalah segala hal yang
membuat seseorang sedih dan berduka, baik urusan duniawi maupun
ukhrawi. Dosa kecil dan kesalahan (duniawi) biasanya disebut juga
dengan sayyi’ah, karena ia membuat pelakunya sedih dan resah, merasa
tidak nyaman, merasa bersalah.
Terakhir, khothi-ah (‫)الخطيئة‬, yang aslinya berakar dari kata khotho’ (‫)الخطأ‬.
Makna aslinya adalah berbelok dari arah yang semestinya, alias meleset
atau tidak tepat sasaran. Khoti’ah dan sayyi’ah mirip, karena sering
dipakai untuk mnyebut dosa kecil atau kekeliruan-kekeliruan.

Tapi umumnya khoti’ah digunakan untuk mnyebut hal-hal secara tidak


sengaja dilakukan. Misal, ingin memanah kijang tapi meleset terkena
manusia. Maka, kebalikan dari khotho’ adalah showab (‫)الصواب‬, yakni pas,
kena, atau tepat sasaran.*/Alimin Muhtar , dari berbagai sumber

Anda mungkin juga menyukai