Anda di halaman 1dari 14

Pendengaran

Seperti apa juga penglihatan, indera pendengaran, atau audisi, memberikan ikatan yang amat
penting dengan dunia sekitar kita. Karena hubungan sosial bergatung pada kemampuan
mendengarkan, ketika seseorang kehilangan pendengarannya, orang itu akan merasa terisolasi
secara sosial. Itu sebabnya banyak orang dengan gangguan pendengaran mendukung penuh ide
mengajarkan anak anak tuli American Sign Languange (ASL) atau system gerak tubuh laiinya,
yang memungkinkan mereka berkomunikasi dan memiliki hubungan dekat dengan orang lain
yang menguasai system bahasa ini.
Apa Yang Kita Dengar
Stimulus suara adalah gelombang tekanan yang tercipta ketika sebuah objek bergetar atau
bervibrasi (atau pelepasan udara) menyebabkan molekul molekul dalam zat penghantar bergerak
mengempul dan merenggang.Gerakan ini menghasilkan banyak variasi pada tekanan yang
menyebar ke seluruh penjuru.Zat yang menyebar ini umumnya adalah udara, tetapi gelombang
suara sebetulnya dapat juga berjalan melalui benda padat maupun cair, seperti yang mungkin
anda ketahui ketika anda meletakkan telinga anda pada tembok untuk mendengar suara di ruang
sebelah.
Seperti juga penglihatan, karakteristk fisik dari stimulus dalam hal ini, gelombang suara
berhubungan, dalam cara yang terprediksi, dengan aspek psikologis dari pengalaman auditori
kita:
1. Loudness(keras lembut suara) adalah dimensi psikologis dari pengalaman auditori yang terkait
intensitas tekanan gelombang.Semakin banyak energi yang terkandung dalam gelombang,
semakin tinggi pula puncak sebuah gelombang.Persepsi kita tentang keras lembutnya suara di
pengaruhi juga oleh tinggi atau rendahnya sebuah suara. Bila suara rendah dan tinggi memiliki
gelombang dengan amplitude yang sama besar, mungkin suara yang rendah akan terkesan lebih
lembut dan sunyi.
Intensitas suara diukur dalam unit yang disebut desibel (dB). Satu desibel sama dengan satu per
sepuluh bel, sebuah nama unit pengukuran yang di ambil dari nama Alexander Graham Bell
penemu telepon. Batas ambang mutlak rata rata pada manusia adalah nol desibel. Desibel tidak
memiliki jarak yang sama dan seimbang, seperti inci pada penggaris. Suara 60 desibel (seperti
dihasilkan oleh mesin penjahit) tidak berarti 50 persen lebih keras dari 40 desibel ( yang
dihasilkan pada saat berisik melainkan 100 kali lebih keras.
2. Pitch (tinggi rendah suara) adalah dimensi pengalaman auditori yang terkait dengan frekuensi
dari gelombang suara dan pada batasan tertentu, intensitasnya. Frekuensi mengacu pada seberapa
cepat udara (atau media perantara lain) bervibrasi yaitu, jumlah gelombang penuh, melalui satu
titik tertinggi dan terendah dari gelombang, yang dihasilkan dalam satu detik. Satu siklus per
detik di kenal dengan dengan 1 hertz (Hz). Telinga yang sehat biasanya mendeteksi frekuensi
pada jangkauan 16 Hz (nada terendah pada sebuah organ pipa) Hingga 20.000 Hz (suara yang
dihsilkan garukan kaki belalang)
3. Timbre (warna suara) adalah kualitas suara yang membedakan suara satu dengan yang lainnya.
Ini adalah dimensi pengalaman auditori yang terkait dengan kompleksitas gelombang suara yaitu
luas rentang frekuensi yang menyusun suatu glombang.Satu nada murni biasanya terdiri hanya
dari satu frekuensi, tetapi pada kenyataannya nada yang murni sangat jarang ditemukan.
Biasanya apa yang kita dengar merupakan kombinasi dari berbagai frekuensi yang menghasilkan
suatu warna suara yang khas. Timbre (warna suara) adalah apa yang membuat nada dimainkan
disebuah flute (yang menghasilkan nada yang relatife murni). Ketika ada banyak frekuensi
gelombang suatu yang hadir tetapi tidak hadir, kita akan mendengar noise. Ketika semua
frekuensi dari frektum suara muncul, mucul suara noise yang berdesis yang dikenal dengan white
noise. Beberapa orang terkadang menggunakan alat mesin penghasil white noise ini untuk
menutupi suara lain ketika mereka tidur.

Telinga Pada Dunia


Telinga terbagi dmenjadi bagian tengah luar dan dalam ,bagian telinga luar yang lembut dan
berbentuk seperti corong dirancang untuk mengumpulkan gelombang suara, tetapi pendengaran
tetap akan dapat berfungsi cukup baik bila kita tidak memilikinya. Bagian paling penting dalam
pendengaran tersembunyi di dalam kepala.Gelombang suara bergerak melalui telinga bagian luar
dan masuk kedalam sebuah kanal sepanjang 1inci untuk kemudian menyentuh membrane
berbentuk oval yang disebut sebagai gendang telinga.Gendang telinga sangat peka hingga dapat
merespon gerakan sebuah molekul tunggal. Gelombang suara menyebabkan gendang telinga
bergetar dengan frekuensi dan amplitude yang sama seperti gelombang itu sendiri.Getaran ini
diteruskan ke tiga tulang kecil dibagian tengah telinga, tulang-tulang kecil dalam tubuh manusia.
Tulang-tulang ini dikenal sebagai informal sebagai tulang’martil’, tulang landasan dan tulang
sanggurdi saling menggerakan satu dan lainnya, memusatkan kekuatan dari getaran yang
terjadi.Tulang yang berada paling dalam, tulang sanggurdi, kemudian mendorong membrane
yang mengarah ke telinga bagian dalam.
Organ pendengaran yang sesungguhnya yaitu organ korti adalah sebuah bilik yang terletak di
koklea yakni sebuah struktur sebuah telinga yang berbentuk seperti rumah siput.Organ korti
memerankan peran dalam pendengaran seperti retina dalam penglihatan.Organ korti
mengandung semua sel reseptor penting, yang berbentuk seperti bulu sikat dan biasa disebut
sebagai sel-sel rambut atau cilia.Kontak singkat yang amat keras dapat merusak sel-sel yang
rentan ini.Dalam masyarakat modern dengan adanya konser music rok, tempat hiburan yang
dapat memekakan telinga maupun pemutar mp3 yang seringkali dimainkan melalui Hp dapat
merusak pendengaran pada telinga dan itu sering terjadi pada remaja atau dewasa.Jika kita sering
mendengarkan music terlalu keras dapat menghancurkan sel-sel rambut yang ditelinga dan
sayangnya sel-sel rambut itu tidak dapat tumbuh dengan sendirinya.
Sel-sel rambut dalam koklea terdapat pada membrane basilar yang elastis, yang terlentang
sepanjang bagian dalam koklea.Ketika tekanan mencapai koklea terjadilah gerakan seperti
gelombang pada cairan yang terdapat pada koklea. Gelombang-gelombang pada cairan ini
mendorong membrane basiler dan membuatnya ikut bergerak seperti gelombang . Tepat diatas
sel-sel rambut juga terdapat membrane lain. Ketika sel-sel rambut ini bergerak naik turun, ujung
dari sel-sel rambut ini seperti menyikat membrane tersebut, dan sel-sel rambut membengkok.Ini
menyebabkan sel-sel rambut mengirimkan sinyal yang diteruskan sepanjang saraf auditori yang
kemudian membawa pesan ini menuju otak.Pola yang kusus dari gerakan sel-sel rambut dalam
koklea ini dipengaruhi oleh bagaimana membrane basiler bergerak. Pola inilah yang menentukan
kapan saraf mulai mengirimkan pesan dan seberapa cepat mereka melakukannya, dan kode yang
dihasilkan pada gilirannya akan membantu menentukan jenis suara yang kita dengar. Sebagai
contoh, bagaimana kita membedakan suara dengan nada tinggi sebagian besar tergantung pada
dimana aktivitas terjadi di membran basiler, aktivitas pada area yang berbeda akan
menghasiolkan kode saraf yang berbeda pula.

Membangun Dunia Auditori


Sama seperti kita tidak meihat kumpulan garis dan warna yang tidak teratur, kita juga tidak
mendengarkan kumpulan warna suara dan pitch yang saling tidak berhubungan.Melainkan kita
menggunakan kemampuan persepsi untuk mengorganisasikan suara dan untuk membangun
dunia auditori kita yang bermakna.
Contohnya di dalam kuliah psikologi, dosen mengharapkan anta untuk mempresepsikan
suaranya sebagai figur dan bunyi bunyi pesawat terbang yang terdengar, teriakan dari lapangan
olahraga atau suara jauh dari sebuah proyek pembangunan sebagai latar belakang.Apakah
harapan ini terwujud atau tidak tergantung pada kemana anda memutuskan menggunakan
pendengaran anda. Prinsip pendekatan(proxinity) nada adalah dalam melodi memberi tahu anda
nada mana yang menyatu untuk membentuk frase, prinsip kesinambungan (continuity)
membantu anda untuk tetap mendengarkan sebuah melodi pada sebuah biola ketika biola lain
sedang memainkan melodi berbeda, prinsip keserupaan (similarity) pada warna suara dan pitch
membantu anda membedakan suara sopran dalam paduan suara. Prinsip ketertutupan (closeure)
membantu memahami kata-kata dari penyiar radio ketika beberapa intervensi suara membuat
beberapa perkataannya sulit untuk dipahami.
Rasa : Sensasi Kelezatan
Rasa atau gustasi terjadi karena senyawa kimia merangsang ribuan reseptor yang ada dimulut ,
reseptor ini terletak terutama di lidah, namun beberapa reseptor juga ditemukan ditenggorokan,
dibagian dalam pipi, dan pada langit-langit mulut. Di bagian lidah manusia terdapat gumpalan
kecil yang disebut sebagai papilla yang terdiri dari beberapa bentuk. Dalam semua bentuk,
kecuali satu, sisi papillia dipenuhi dengan tunas perasa (taste buds), yang ketika dilihat dari atas
tampak seperti buah jeruk. Karena adanya perbedaan genetis , tunas perasa pada lidah manusia
berkisar antara 500 sampai 10.000 tunas perasa (miller dan Redy 1990). Tunas rasa biasa disebut
sebagai reseptor rasa. Reseptor yang sesungguhnya adalah sel-sel yang terdapat didalam tunas-
tunas ini, biasanya 15 sampai 50 sel dalam satu tunas.Sel-sel ini menjulurkan serat-serat kecil
melalui sebuah celah dalam tunas.Sel-sel reseptor digantikan sel-sel baru setiap 10 hari. Namun
saat usia 40th atau lebih jumlah keseluruan dari tunas rasa ini akan menurun.Para meneliti telah
membagi rasa menjadi 4 macam rasa dasar asin,asam,pahit,dan manis yang masing-masing
dihasilkan oleh senyawa kimia yang berbeda. Saat ini peneliti telah memasukkan rasa ke 5 yaitu
gurih atau sedap yang merupakan rasa dari monosodium glutamate (msg) yang dapat ditemukan
di dalam makanan yang penuh protein termasuk daging dll. Rasa pait dan asam dapat membantu
kita mengidentifikasi makanan yang beracun atau basi, rasa manis membantu kita mengenali
makanan yang menyehatkan atau kaya kalori.Rasa asin diperlukan untuk setiap fungsi tubuh.
Rasa gurih dapat membantu kita untuk mengidentifikasi makananan yang kaya protein.Bagian
tengah lidah tidak memiliki tunas perasa, dan karenanya tidak menghasilkan sensasi rasa
apapun.Setiap orang memiliki selera yang berbeda-beda ,beberapa orang menyukai brokoli dan
yang lainnya membencinya, beberapa orang dapat memakan cabai yang pedas tetapi yang
lainnya tidak dapat mentolerasi rasa pedas cabai. Alasan perbedaan itu muncul karna perbedaan
genetis yang berbeda.Beberapa orang dapat dengan rakus menghabiskan sebuah makanan yang
membuat orang lain semakin muak. Beberapa dari rasa yang dipelajari ini tampak mulai muncul
saat manusia berada dalam kandungan atau masa menyusui. Seorang bayi yang ibunya meminum
jus wortel saat sedang hamil aatu menyusui tampaknya mempunyai kecenderungan untuk lebih
antusias pada bubur yang dicampur jus wortel dibandingkan bubur yang dicampur air, sedangkan
bayi-bayi tanpa pengenalan semacam ini menunjukkan tidak adanya preferensi
tersebut(menela,jagnow 2001). Ketertarikan makanan dapat dipengaruhi oleh warna ,suhu dan
teksturnya.Apa yang kita sebut sebagai cita rasa sebetulnya merupakan bau dari aroma yang
dilepaskan oleh makanan yang diletakkan dari mulut kita.Pengaruh bau dalam rasa menjelaskan
mengapa anda mengalami kesulitan ketika anda sedang flu.Kebanyakan orang yang mengalami
gangguan kronis untuk mengalami sesuatu mempunyai gangguan dengan penciuman bukan rasa.
Bau : Sensasi Keharuman
Hellen keller, seorang pengarang ternama yang hebat, yang sudah buta dan tuli sejak masih anak
anak pernah menyebut aroma sebagai malaikat yang jatuh diantara indera indera yang ada.
Namun demikian indera penciuman kita , yang juga disebut olvaktori, meski terlihat memiliki
kemampuan jauh dibawah anjing pelacak, sebenarnya cukup baik dan hidung manusia
sesungguhnya dapat mengenali aroma yang tidak dapat di kenali oleh mesin canggih sekalipun.
Reseptor untuk indera penciuman ini adalah saraf khusus yang terdapat dalam bagian kecil di
membrane mulkosa di bagian atas dari tulang hidung kita, tepat di bawah mata. Jutaan reseptor
di setiap rongga hidung bertemu dengan molekul kimia yang terdapat pada udara.Ketika anda
menghirup udara anda menarik moleku molekul kini ke dalam rongga hidung, namun udara ini
dapat juga masuk melalui mulut.Molekul molekul ini mendorong muculnya respon di reseptor
yang terkombinasi bau khas.Sinyal dari reseptor ini kemudian di bawah ke bulbus olvaktori
diotak oleh saraf saraf olvaktori, yang terbuat dari akson akson reseptor, dari bulbus olfaktori,
sinyal sinyal tersebut kemudian dikirimkan ke bagian lebih tinggi dari otak.Menentukan kode
saraf untuk aroma merupakan sebuah tantangan. Lebih dari 10.000 bau yang kita deteksi ( bau
busuk, bau terbakar, bau harum, aroma buah, pedas, wangi bunga, wangi damar) tampaknya
tidak menunjukan adanya aroma yang lebih mendasar dibandingkan dengan aroma lainnya.
Lebih jauh, terdapat ribuan jenis reseptor penciuman, dengan setiap reseptor merespons bagian
tertentu dari struktur molekul aroma (Axel, 1995 Buck dan Axel 1991). Wewangian yang khas
mengaktifkan reseptor reseptor dalam kombinasi yang unik, dan sinyal dari berbagai tipe
reseptor dalam kombinasi yang unik, dan sinyal dari berbagai tipe reseptor yang berbeda beda ini
di satukan dalam neuron neuron tertentu di dalam otak. Beberapa neuron tampaknya hanya
merespons kombinasi aroma tertentu dan bukan satu aroma tertentu dalam satu kombinasi
aroma, yangm mungkin menjelaskan mengapa kombinasi antara cengkeh dan mawar di
persepsikan sebagai bunga anyelir dan bukan di persepsikan sebagai dua aroma yang berbeda
(Zou dan buck 2006)
PENELITIAN DARI JARAK DEKAT
Perilaku bebersih
Banyak pendapat menyatakan dampak dari suatu aroma tanpa dasar ilmu pengetahuan yang
cukup umtuk mendukung pendapat tersebut. Tapi sekarang, beberapa penelitian yang
membentuk suatu pengetahuan yang ilmiah telah dilakukan. Sebagai contoh, dalam tiga
penelitian di Belanda (Holland, Hendriks, & Aarts ; 2005). Para peneliti menanyakan sebuah
pertanyaan yang menarik : Dapatkan aroma jeruk pada produk pembersih (yang diletakkan di
ember yang tersembunyi) mengaktifkan konsep mental tentang bebersih dan bahkan berpengaruh
pada “perilaku bebersih” orang ?
Dalam penelitian yang pertama, mereka menunjukkan serangkaian huruf pada partisipan dan
menanyakan pada partisipan tersebut apakah rangaian huruf tersebut membentuk suatu kata.
Setengah dari rangkaian huruf tersebut merupakan kata dan setengahnya lagi tidak. Partisipan
yang dihadapkan pada aroma jeruk tersebut lebih cepat mengenali kata yang berhubungan
dengan kegiatan bebersih dibandingkan dengan kelompok kontrol. Mereka juga lebih cepat
mengenali kata yang berhubungan dengan kegiatan bebersih dibandingkan dengan kata yang
lain. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa aroma jeruk tersebut konsep bebersih dapat lebih
mudah diakses secara mental.
Dalam penelitian yang kedua, para peneliti meminta para partisipan untuk menuliskan lima
aktivitas yang rencanakan akan lakukan pada hari tersebut. Mereka yang dihadapkan pada aroma
jeruk menuliskan aktivitas bebersih lebih sering daripada para partisipan yang tidak dihadapkan
pada aroma jeruk. Sekali lagi terbukti bahwa aroma tersebut mengaktifkan konsep bebersih pada
pikiran mereka
Dalam penelitian yang ketiga, para peneliti pertama tama meminta para partisipan untuk mengisi
kuisioner (yang tidak berhubungan dengan penelitian ini) dan kemudian memindahkan mereka
ke ruangan yang berbeda dimana tidak ada aroma dan meminta mereka untuk duduk di meja dan
memakan biskuit yang beremah remah. Kamera video yang tersembunyi merekam pergerakan
tangan para partisipan. Para partisipan yang sebelumnya dihadapkan pada aroma tersebut lebih
sering membersihkan remah remah yang jatuh ke meja dibandingkan dengan partisipan dari
kelompok kontrol yang tidak dihadapkan pada aroma apapun. Tampaknya, aktivitas konsep
bebersih membuat mereka lebih mungkin melakukan perilaku tersebut secara nyata.
Dapatkan Anda memikirkan intepretasi yang berbeda dari hasil temuan ini ? salah satu
kemungkinannya ialah bahwa partisipan telah menebak hipotesis dari penelitian ini, akan tetapi
para peneliti telah memperkirakan ini. Di akhir tiap penelitian, para peneliti menanyakan kepada
para partisipan dan menemukan bahwa tidak ada dari mereka yang menyadari pengaruh aroma
tersebut. Bahkan, sebagian besar tidak menyadari adanya aroma tersebut sama sekali.
“penelitian-penelitian ini”. Tulis para peneliti. “telah memberikan bukti kuat bahwa aroma dapat
memiliki dampak bahwa sadar akan berpikir”.

Indera Peraba
Kegunaan kulit tidaklah sedangkal kulit itu sendiri. Selain melindungi bagian dalam tubuh, kulit
juga membantu kita mengenali objek-objek dan membangun keakraban dengan orang lain.
Dengan memberikan batasan antara diri kita dan hal lain yang ada di luar kita, kulit juga
memberikan kita perasaan mengenai diri kita sendiri sebagai sesuatu yang berbeda dari
lingkungan.
Indera dasar yang ada dalam kulit meliputi sentuhan (atau tekanan), panas, dingin, dan rasa
sakit. Dalam keempat tipe ini terdapat variasi seperti gatal, geli, dan rasa sakit terbakar.
Meskipun titik-titik tertentu pada kulit biasanya sangat peka pada empat sensasi dasar kulit
tersebut, untuk sekian lama para peneliti mengalami kesulitan menemukan reseptor-reseptoryang
berbeda untuk sensasi-sensasi ini, kecuali untuk tekanan. Kemudian peneliti dari Swedia
menemukan sebuah serabut saraf baru yang tampaknya memainkan peranan untuk jenis rasa
gatal tertentu (Schmelz dkk ; 1997). Para peneliti juga telah mengidentifikasikan kemungkinan
adanya reseptor dingin (McKemy, Neuhausser, & Julius ; 2002, Peier dkk ; 2002)
Mungkin juga akan ada serabut saraf khusus untuk sensasi kulit lainnya. Tetapi saat ini banyak
aspek dari sentuhan yang terus dipertanyakan secara ilmiah-misalnya mengapa menyentuh secara
lembut pada titik-titik yang merespons tekanan menghasilkan rasa geli, dan mengapa menggaruk
tubuh terasa melegakan (atau terkadang memperparah) rasa gatal, dan mengapa rangsangan titik
panas dan digin pada saat bersamaan tidak menghasilkan rasa hangat, tetapi memberi kita sensari
rasa panas. Menerjamahkan pesan dari indera di kulit pada akhirnya akan membuat kita mampu
membedakan kertas ampelas dari beludru, dan lem dari pelumas.
Misteri rasa sakit
Rasa sakit, yang tidak hanya meupakan indera peraba, tatpi juga indera internal. Telah diteliti
secara mendalam, Rasa sakit berbeda dari indera lainnya dalam cara yang sangat penting: Ketika
stimulus yang menghasilkanya dihilangkan, sensasinya mungkin akan tetap bertahan- terkadang
hingga tahunan. Raasa sakit kronis mengganggu kehidupan kita, memberikan tekanan terhadap
tubuh, den menyebabkan depresi dan keputusasaan.
Teori Gate-Control (Kontrol Gerbang) dan Rasa Sakit, yang pertama kali diajukan oleh
Psikolog Kanada Ronald Melzack dan ahli fisiologi dari Inggris, Patrick Wall (1965). Menurut
teori ini, impuls rasa sakit harus melewati sebuah “gerbang” pada tulang belakang. Gerbangini
bukanlah struktur yang nyata, namun sebuah pola aktivitas saraf yang dapat menghalangi atau
membiarkan pesan rasa sakit ini datang dari kulit, otot, dan organ organ internal. Biasanya,
gerbang ini tertutup, baik oleh impuls, menuju ke tulang belakang dari serabut besar yang
menanggapi tekanan dan rangsangan lainnya atau oleh sinyal yang turun dari otak itu sendiri.
Tetapi ketika jaringan tubuh terluka, serabut besar rusak dan serabut serabut kecil itupun
membuka gerbang ini, sehingga memungkinkan pesan rasa sakit mencapai otak kita. Karena
teori gate-control menekankan peran otak dalam mengatur pintu gerbang tadi, teori ini dengan
tepat memprediksikan bahwa pikiran dan perasaan dapat mempengaruhi reaksi kita terhadap rasa
sakit. Ketika kita memikirkan rasa sakit kita, memfokuskan perhatian pada rasa sakit tersebut,
menceritakannya pada orang lain alih-alih mengabaikannya.
Memperbarui Teori Gate-Control.Teori gate-control telah dianggap sangat bermanfaat, tetapi teori
ini tidak menjelaskan mengenai timbulnya rasa sakit yang kronis dan parah yang terjadi tanpa adanya
gejala cedera atau penyakit apapun. Dalam sebuah fenomena phantom pain contohnya ; seseorang
terus merasakan sakit yang tampaknya datang dari organ yang diamputasi atau dari organ yang sudah
diambil melalui sebuah operasi. Seorang yang diamputasi mungkin merasakan sakit, rasa terbakar,
atau pedih yang sama dari luka, kram betis, kaki gemetar, atau bahkan kuku jari yang tumbuh ke
dalam yang telah terjadi sebelum dilakukannya operasi. Bahkan ketika sumsum tulang belakang telah
terlukai dengan parah, orang yang diamputasi tetap melaporkan adanya phantom paindari area
dibawah kerusakan tersebut.
Untuk saat ini, belum ada teori yang dapat dengan lengkap menjelaskan mengenai phantom pai,atau
dalam hal ini rasa sakit biasa, yang ternyata dianggap sangat rumit, baik dari sisi psikologis maupun
fisiologis. Rasa sakit yang berbeda (tertusuk duri, memar, atau terkena panas setrika) melibatkan
perubahan kimia yang berbeda dan perubahan aktivitas sel saraf yang berbeda dilokasi rasa sakit atau
cedera, juga dalam sumsum tulang belakang dan otak. Perubahan-perubahan ini dapat menekankan
rasa sakit atau memperkuat rasa sakit dengan membuat neuron-neuron menjadi sangat aktif. Bukti
baru-baru ini menunjukkan bahwa sakit yang kronis dan patologis juga melibatkan glia, yaitu sel yang
mendukung sel-sel saraf. Serangan terhadap sistem kekebalan tubuh selama terinfeksi virus dan
bakteri, dan zat yang dilepaskan oleh neuron-neuron sepanjang jalur rasa sakit sesudah cedera,
mengaktifkan sel-sel glia dalam sumsum tulang belakang. Sel-sel glia kemudian melepaskan zat
pemicu yang dapat memperburuk rasa sakit dan mempertahankannya (Watkins & Maier ; 2003). Zat
kimia ini dapat menyebar hingga sumsum tulang belakang yang berada jauh dari lokasi dilepaskannya
senyawa ini. Hal ini dapat membantu menjelaskan mengapa orang yang cedera terkadang melaporkan
rasa sakit di bagian tlubuh yang lainnya yang sebetulnya tidak terlukai.

Biologi dan ekspetasi akan Rasa Sakit


Berpikir Positif dan Kekuatan dari Perilaku
Misteri lain dari rasa sakit adalah sangat beragamnya variasi antar individu. Kondisi tulang
belakang yang menyebabkan beberapa orang menderita sakit punggung yang menyiksa bisa saja
bukanlah masalah yang berarti bagi orang lain. Salah satu alasan terjadinya variasi ini mungkin
saja disebabkan oleh perbedaan genetic dalam pembuatan endrofin pereda rasa sakit (zubieta
dkk, 2003). Penjelasan lain berhubungan dengan perbedaan dalam harapan seseorang. Bila Anda
mengekspentasikan merasa sakit, Anda mungkin akan memusarkan perhatian pada rasa sakit
Anda dan menghasilkan self-fulfilling propercy. Jika Anda tidak mengekspentasikan merasa
sakit, ekspektasi Anda ini juga dapat menjadi bentuk self-fulfilling propercy. Belakangan ini,
peneliti telah menggunakan pemindian otak untuk menentukan efek dari berfikir positif terhadap
rasa sakit seseorang. Dalam satu penelitian, 10 sukarelawan yang berada dala kondisi sehat
diberikan rasa panas pada telapak kaki mereka (koyama dkk, 2005). pra sukarelawan telah dilatih
untuk mengekspentasikan sengatan panas yang bervariasi dalam intensitas yang tergantung pada
jeda antara suara yang diperdengarkan dan diberikannya sengatan panas. (smekain lama jeda,
semakin tinggi rasa panas) Fundancial MRI menunjukkan bahwa semakin tinggi rasa sakit yang
diekspentasikan oleh para sukarelawan, semakin tinggi aktivitas yang terjadi pada bagian tertentu
dari otak, dan sebagian besar otak ini adalah bagian yang sama yang berespons terhadap rasa
sakit yang sebenarnya. Persepsi penurunan rasa panas ini sama dengan apa yang mereka rasakan
apabila mereka menerima sebuah dosis morfin.
Penemuan seperti ini menunjukkan mekanisme placebo menurunkan rasa skit : ketika placebo
mempengaruhi ekspentasi “saya akan segera tidak lagi merasakan sakit”. placebo juga
mempengaruhi mekanisme otak yang memproses sakit. Memang, dalam penelitian yang lain,
ketika para partisipan diberikan “krim pereda rasa sakit” (yang sebenarnya adalah placebo) di
lengan mereka sebelum diberikan sengatan listrik yang menyakitkan, pindai MRI menunjukkan
adanya penurunan aktivitas di area otak yang sensitive akan rasa sakit (Wager dkk, 2004)
Placebo juga mendorong produksi endorphin, yakni opium pereda rasa sakit alami pada tubuh.
Peneliti dari riset lain menyuntik rahang para partisipannya dengan dengan larutan yang perlahan
lahan menyebabkan sakit namun tidak membahayakan dan meminta mereka menilai derajat rasa
sakit yang mereka alami (Zubieta dkk, 2005). Seiring dengan diteruskannya pemberian larutan
tersebut, para peneliti memberitahu beberapa partisipan informasi (yang salah) bahwa serum
pereda rasa sakit telah ditambahkan dan semua partisipan kembali diminta menilai rasa sakit
yang mereka rasakan sepanjang penilitian, pindai PET mencatat aktivitas endorphin di dalam
otak mereka. Mereka yang mendapatkan placebo memproduksi endorphin di bagian tertentu otak
mereka, hal yang juga akan terjadi apabila mereka mengkonsumsi obat pereda rasa sakit
menciptakan self-fulfilling prophecy.
Ekspektasi akan rasa sakit tidak hanya dipengaruhi oleh placebo akan tetapi juga oleh
lingkungan Anda (sebagai contoh, apakah lingkungan Anda membuat Anda merasa aman, atau
tidak nyaman?). Apa yang dikatakan oleh dokter Anda. Faktor psikologis seperti fokus pada diri
sendiri, dan kepercayaan budaya yang mengatur seberapa baikkah untuk menyadari gejala dan
mengekspresikan ketidaknyamana. Pengaruh nonmedis akan rasa sakit berkontribusi pada
muncul dan menghilangnya epidemic, seperti munculnya rasa sakit punggung, sakit leher, dan
cedera karena gerakan repetitive (Gawande, 1998). Individu yang menderita ketika epidemic
tersebut terjadi tidaklah berpura-pura, dan rasa sakit yang mereka alami bukan hanya di pikrian
mereka akan tetapi mungkin ada di otak mereka.
Lingkungan Dalam
Kita biasanya menganggap indera-indera sebagai saluran menuju “luar”. Tetapi dua indera kita
senantiasa memberikan infotmasi mengenai pergerakan tubuh kita sendiri. kinestesis
memberikan kata informasi tentang letak bagian tubuh kita dan memberitahu kita ketika bagian-
bagian ini bergerak. Informasi ini diberikan oleh reseptor rasa sakit dan tekanan yang terletak
dalam otot, sambungan otot, dan urat ( jaringan yang menghubungkan antara otot dengan
tulang). Tanpa kinestesis, Anda tidak akan dapat menyentuh hidung Anda dengan jari dalam
keadaan mata tertutup. Bahkan, Anda akan menemui kesulitan setiap kali Anda “tengah tertidur”
atau seberapa cerobohnya kita bila tetap mengunyah setelah dokter gigi menyuntikkan bius ke
rahang kita.
Ekuilibrium atau indera keseimbangan, memberikan kita informasi mengenai tubuh secara
keseluruhan. Bersama dengan pengelihatan dan peraba, indera ini memberitahu kita apakah kita
berdiri tegak atau sedang terbalik dengan kepala di bawah dan memberitahu kita apakah kita
sedang terjatuh atau sedang berputar-putar. Keseimbangan tergantung, terutama, pada tiga kanal
semisirkular yang terletak pada telinga bagian dalam. Tabung tabung tipis ini diisi cairan yang
bergerak dan menekan reseptor seperti rambut setiap kali kepala berputar. Reseptor reseptor ini
mengirim pesan yang berjalan melalui satu bagian saraf pendengaran yang tidak terlibat dalam
proses mendengar.
Biasanya, kinestesis dan ekuilibrium bekerja bersama untuk memberi kita kesadaran akan
kenyataan fisik kita sendiri, sesuatu yang kita terima begitu saja meskipun seharusnya tidak.
Oliver Sacks (1985) mengatakan cerita yang menyayat hati tenang Christina, seorang wanita
muda dari Inggris yang menderita kerusakan yang tidak dapat disembuhkan pada serabut serabut
saraf kinestesisnya. Awalnya, Christina selemas boneka kain; dia tidak dapat melakukan sit-up,
berjalan, ataupun berdiri. kemudian, secara perlahan, dia belajar untuk melakukan hal-hal ini,
dengan mengandalkan petunjuk visual dan keinginan yang kuat. Tetapi pergerakannya tetap
terlihat tidak alami; dia harus memegang garpu dengan kuat atau garpu tersebut akan jatuh.
Lebih penting lagi, meskipun kepekaan terhadap sentuhan ringan pada kulitnya tetap ada, ia
mengatakan tidak dapat merasakan dirinya sebagai seseorang yang hidup .”sepertinya sesuatu
telah diambil dari saya” katanya kepada Sacks.

 Kemampuan persepsi : asal usul dan pengaruhnya

Kemampuan alami
Pada manusia, Kemampuan pengindraan paling mendasar dan kemampuan persepsi adalah sesuatu
yang sifatnya bawaan dan berkembang pada masa yang sangat dini. Bayi dapat membedakan rasa asin
dan rasa manis dan dapat membedakan aroma yang bergam . Mereka dapat membedakan suara
manusia dari suara lainnya. Mereka akan terkejut pada suara bising serta memutarkan kepala mereka
menghadap sumber bising tersebut, menunjukkan bahwa mereka mempersepsikan suara sebagai
sesuatu yang berasal dari satu tempat dalam suatu ruang. Banyak kemampuan visual yang muncul
pada saat kita lahir, atau berkembang langsung sesudah lahiran. Bayi manusia dapat membedakan
ukuran dan warna pada usia dini, bahkan mungkin segera setelah merek lahir. Mereka dapat
membedakan kontras, bayangan-bayangan, dan pola kompleks hanya sesudah beberapa minggu
pertama sejak mereka lahir. Persepsi kedalaman berkembang pada beberapa bulan pertama.
Menguji persepsi bayi mengenai kedalaman membutuhkan ketrampilan yang cukup. Salah satu
prosedur cerdas yang digunakan selama beberapa dekade adalah meletakan bayi pada sebuah alat
yang disebut visual cliff (Gibson & Walk ;1960). “Tebing” ini berupa sebuah kaca yang menutupi
permukaan yang dangkal dan yang dalam.
Periode Kritis
Meskipun kebanyakan kemampuan persepsi bersifat bawaan, pengalaman juga memainkan
peranan penting. Bila seorang bayi kehilangan pengalaman tertentu pada periode waktu yang
penting -periode kritis- maka kemampuan persepsi mereka juga akan rusak. Kemampuan bawaan
tidak akan bertahan lama karena sel-sel dalam sistem saraf mengalami kemunduran, berubah,
atau gagal membentuk jalur saraf yang layak.
Salah satu cara untuk mempelajari periode penting ini adalah dengan melihat apa yang terjadi
ketika pengalaman persepsi di awal kehidupan gagl muncul. Untuk melakukan hal ini, para
peneliti biasanya mempelajari hewan yang kemampuan indera dan persepsinya serupa dengan
manusia. Contohnya, seperti bayi manusia , anak-anak kucing juga dilahirkan dengan
kemampuan visual untuk mendeteksi garis horizontal dan vertical. Serta orientasi ruang lainnya.
Pada saat lahir, anak kucing memiliki otak yang dilengkapi dengan sel-sel detector dengan fitur
yang sama seperti kucing dewasa. Tetapi bila mereka kekurangan pengalaman visual, sel-sel ini
akan mengalami kemunduran atau berubah dan persepsi mereka terganggu (Crair, Gillespie, &
stryker, 1998 ; Hirsch&Spinelli, 1970).
Dalam salah satu penelitian terkenal, anak kucing dihadapkan pada garis-garis vertical atau
garis-garis horizontal berwarna hitam dan putih. Kalung khusus membuat mereka tidak dapat
melihat yang lain, bahkan tubuh mereka sendiri. Setelah beberapa bulan, anak-anak kucing yang
hanya dihadapkan pada garis vertical tampak tidak dapat melihat, atau buta, pada semua kontur
horizontal; mereka menabrak semua penghalang horizontal, dan mereka lari untuk bermain
dengan tongkat yang dipegang secara vertical oleh eksperimenter tetapi tidak dengan tongkat
yang dipegang secara horizontal. sebaliknya, mereka yang dihadapkan terhadap garis-garis
horizontal menabrak benda benda yang vertical dan hanya bermain dengan tongkat horizontal
dan bukan yang vertical (Blackmore & Cooper, 1970)
Periode kritis untuk perkembangan indera juga terjadi pada manusia. Ketika orang dewasa yang
buta sejak bayi kembali dapat melihat, mereka dapat saja melihat, tetapi sering kali mereka tidak
dapat melihat dengan baik. Area-area di otak yang biasanya digunakan untuk pengelihatan
mungkin saja mengembangkan fungsi lain ketika individu ini buta. Sebagai hasilnya, persepsi
kedalaman mereka mungkin tidak terlalu baik, sehinga mereka selalu jatuh. Mereka tidak dapat
selalu menyesuaikan apa yang mereka lihat ; untuk mengenali benda, mereka mungkin harus
menyentuh atau membaui benda tersebut. Mereka mungkin sulit mengenali wajah maupun
ekspresi berbagai emosi. Mereka mungkin bahkan tidak mempunyai konstansi ukuran dan
mungkin mereka harus mengingatkan diri mereka sendiri bahwa orang yang berjalan menjauh
tidak mengecil ukurannya (Fine dkk, 2003). Tetapi bila kebutaan sejak lahir yang diderita oleh
bayi diperbaiki pada masa sedini mungkin selama terjadinya masa penting pada 9 bulan pertama
maka prognosis yang dihasilkan akan lebih baik (meskipun kemampuan membedakan stimulus
visual tidak akan pernah seratus persen normal). Dalam salah satu penelitian mengenai bayi yang
mendapatkan operasi untuk memperbaiki kemampuan visualnya ketika berada pada usia 9 bulan
kurang 1 minggu, perubahan dalam kemampuan visual mulai muncul hanya dalam satu jam
sesudah berlangsungnya operasi (Maurer dkk, 1999)
Temuan serupa juga berlaku untuk pendengaran ketika seorang dewasa yang terlahir tuli, atau
kehilangan kemampuannya mendengar sebelum dapat mulai belajar berbicara, setelah mereka
menerima implementasi koklea (alat yang merangsang saraf-saraf pendengaran dan
memungkinkan sinyal auditoris berjalan menuju otak), mereka cenderung mengalami
kebingungan akan suara yang masuk. mereka tidak dapat belajar berbicara dengan normal, dan
terkadang mereka meminta agar alat yang telah ditanam disingkirkan

Pengaruh Psikologis Dan Budaya


Fakta bahwa beberapa proses presepsi tampak sebagai kemampuan bawaan tidak berarti bahwa
orang-orang mempresepsikan dunia dalam cara-cara yang sama. Sebuah kamera tidak peduli apa yang
“dilihatnya.” Tetapi karena kita adalah manusia, kita peduli akan apa yang kita lihat, dengar, cicipi,
cium dan rasakan. Faktor-faktor psikologis kita dapat mempengaruhi bagaimana kita mempresepsikan
serta apa yang kita presepsikan. Berikut ini adalah beberapa faktor yang mempengaruhi
1. Kebutuhan. Ketika kita membutuhkan sesuatu, atau memiliki ketertarikan akan suatu hal, atau
menginginkanya, kita akan dengan mudah mempresepsikan sesuatu berdasarkan kebutuhan ini.
Sebagai contoh, seorang yang lapar akan lebih cepat melihat kata-kata yang berhubungan
dengan makanan ketika kata-kata ini ditampilkan dalam waktu yang sangat singkat di layar
(Wispe & Drambarean, 1953)

2. Kepercayaan. Apa yang kita anggap sebagai benar dapat mempengaruhi interpretasi kita
terhadap sinyal sensorik yang ambigu. Sebagai contoh, bila anda percaya akan adanya makhluk
luar angkasa yang secara berkala dating mengunjungi bumi, dan Anda melihat bundar di
langit , di mana terdapat beberapa titik referansiyang membantu Anda menilai jarak benda
tersebut, Anda mungkin telah “melihat” pesawat luar angkasa. (Sebagian penilitan tentang
melihat UFO menunjukkan bahwa benda yang dilihat sebenarnya adalah balon cuaca, roket
gas, armada militer, atau benda langit bias seperti planet dan meteor).

3. Emosi. Emosi dapat mempengaruhi interpretasi kita mengenai suatu informasi sensorik.
Seorang anak yang takut gelap dapat saja melihat hantu dan bukan sebuah juabbah yang
tergantung pada pintu, atau sesosok monster dan bukan boneka kesayangan. Rasa sakit, secara
khusus , juga dipengaruhi juga oleh emosi yang kita rasakan

4. Ekspektasi.Pengalaman masa lalu sering mempengaruhi cara kita mempersepsikan dunia


(Lachman, 1996). Kecenderungan untuk mempersespsikan sesuatu sesuai dengan harpan
disebut sebagai set persepsi (perceptual set). Set persepsi dapat sangat berguna; set persepsi
membantu kita mengisi kata-kata dalam sebuah kalimat, misalnya, sebelum kita sepenuhnya
mendengarkan kalimat tersebut. Tetapi set persepsi juga dapat menyebabkan terjadinya
kesalahan persepsi.
Persepsi bawah sadar
Ketika orang-orang tidak menyadari suara-suara percakapan, mereka mengolah dan
mengenali suara-suara tersebut pada tingkat tertentu. Bahkan ketika orang tepat melihat tepat di
hadapannya sesuatu sejelas seorang laki-laki berkostum gorilla, mereka mungkin tidak akan
menyatakan telah melihatnya bila perhatian terarah ke tempat lain. Tetapi suara dan pemandangan
seperti itu berada di atas ambang batas seseorang. Mungkin Anda pernah melihat iklanuntuk suatu
produk yang seharusnya dapat membantu anda mempelajari bahasa lain atau meningkatkan harga diri
anda (atau yang kita sukai, belajar mencintai pekerjaan rumah tangga) dengan memanfaatkan
“presepsi bawah sadar.” Apa fakta-faktanya?
Mempersepsikan Sesuatu Tanpa Sadar. Pertama, sebuah stimulus visual sederhana dapat
mempengaruhi perilaku Anda bahkan ketika Anda tidak sadar telah melihatnya. Contohnya, orang
terkadang dapat dengan tepat “merasakan”adanya perubahan pada lingkungan sekitar (katakanlah
warna atau letak suatu objek) meskipun perubahan yang terjadi terlalu cepat untuk disadari dan
diidentifikasi (Rensink, 2004). Dalam beberapa penelitian, para peneliti menggunakan metode yang
disebut sebagai priming, di mana seseorang dihadapkan pada informasi (baik secara eksplisit atau
tidak sadar) dan kemudian diuji untuk melihat apakah informasi tersebut mempengaruhi kinerja
mereka pada tugas lainnya.
Persepsi versus persuasi. Bila priming bawah sadar dapat mempengaruhi penilaian dan selera
seseorang, apakah priming bawah sadar ini dapat digunakan untuk memanipulasi sikap seseorang dan
perilakunya? Teknik-teknik persuasi bawah sadar merupakan topik yang panas pada tahun ‘50-an,
ketika seorang eksekutif periklanan menyatakan telah meningkatkan penjualan berondong jagung dan
minuman coke setelah menampilkan untuk waktu yang singkat tulisan EAT POPCORN dan DRINK
COKE pada layar bioskop, pernyataan ini ternyata merupakan omong kosong belaka, yang dibuat
untuk menyelamatkan perusahaan periklanan tersebut dari kebangkrutan. Sejak saat itu, para peneliti
telah bersikap skeptis, dan upaya-upaya untuk mendemonstrasikan persuasi bawah sadar berakhir
dengan mengecewakan.
Persepsi Ekstrasensorik
Mata, telinga, hidung, mulut dan kulit – kita bergantung pada organ-organ tersebut untuk
dapat berhubungan dengan dunia luar. Beberapa orang mengatakan bahwa mereka dapat mengirimkan
dan menerima pesan-pesandari dunia luar tanpa harus menggunakan jalur-jalur inderawi yang biasa,
dengan menggunakan persepsi ekstrasensorik (Extra sensory perception/ESP). Pengalaman yang
dilaporkan meliputi hal-hal seperti telepati, yaitu kemampuan yaitu kemampuan berkomunikasi
langsung antara pikiran seseorang dengan pikiran orang lain tanpa melibatkan sinyal sensorik pada
umumnya, dan prekognisi, yaitu persepsi akan kejadian yang belum terjadi.

Anda mungkin juga menyukai