Anda di halaman 1dari 2

PETERNAKAN BERORIENTASI KEWIRAUSAHAAN SOSIAL

Suhada Fajar Abdillah Universitas Jember


Indonesia merupakan negara yang dikenal sebagai negara agraris yang dibuktikan
dengan sebagian besar penduduk Indonesia bekerja pada bidang pertanian. Bahkan sektor
pertanian berdasarkan data Badan Pusat Statistk (BPS) mencatat bahwasannya sektor
pertanian berhasil menyerap tenaga kerja paling besar jka dibandingkan dengan sektor lainya
yakni mencapai 38,78 juta orang atau 29,59 %. Sektor pertanian sendiri memiliki beberapa
sub sektor yang meliputi sub sektor tanaman pangan, kehutanan, perkebunan, perikanan, dan
peternakan Peranan yang sangat penting juga dimiliki sektor pertanian yang berguna untuk
menunjang sektor sosial, sektor perdagangan, dan sektor perekonomian.. Sub sektor
peternakan menjadi salah satu sektor pertanian yang memiliki prospek yang sangat cemerlang
dimasa mendatang. Hal tersebut berdasarkan pada pertumbuhan jumlah penduduk yang setiap
tahunnya terus mengalami peningkatan, serta kesadaran masyarakat yang meningkat akan
pentingnya protein hewani bagi kesehatan tubuh manusia. Prospek yang cemerlang pada sub
sektor peternakan belum diimbangi dengan pengetahuan SDM (Sumber Daya Manusia)
khususnya para peternak tradisional yang belum berorientasi pada bisnis, sehingga banyak
dari peternak tradisional yang kehidupannya jauh dari kata sejahtera. Umumnya orientasi
peternak tradisional hewan ternaknya hanya dijadikan sebagai tabungan dan akan diuangkan
untuk kebutuhan yang sangat penting. Modal juga menjadi permasalahan klasik bagi peternak
tradisional dalam mewujudkan peternakan yang berorientasi bisnis. Sektor pertanian juga
mengalami telat dalam hal regenerasi, banyak pemuda yang enggan untuk terjun langsung ke
dalam sub sektor peternakan dikarenakan mereka lebih memilih bekerja sebagai buruh pabrik
atau karyawan dengan dalih gaji yang lebih terjamin. Minat pemuda yang kurang untuk
terjuan dalam sektor pertanian menjadikan persaingan yang ketat bagi masyarakat untuk
memperoleh pekerjaan, sehingga masyarakat harus dapat melakukan pengembangan diri baik
melalui soft skill atau hard skill untuk dapat menjadi tenaga kerja yang memiliki kualitas
yang baik serta berdaya saing. Ketika tenaga kerja yang berkualitas dan berdaya saing telah
terwujud harus diimbangi dengan terciptanya wirausahawan yang memiliki kuantitas yang
tinggi, sehingga semakin banyak terciptanya wirausahawan yang berkualitas maka semakin
banyak jumlah lapangan pekerjaan yang terbuka. Semangat dari pemuda untuk menjadi
wirausaha harus dipupuk sejak dini, Sub sektor peternakan dapat dijadikan pandangan dalam
berwirausaha dikarenakan peluang dan prospeknya yang cemerlang dimasa mendatang, sub
sektor peternakan juga dapat berbasis kewirausahaan sosial untuk menunjang kesejahteraan
masyarakat .
Kewirausahan sosial (social entrepreneurship) merupakan bagian dari perwujudan
nilai sosial yang dilakukan dengan cara bekerja sama dengan orang lain atau organisasi
masyarakat yang terlibat dalam suatu inovasi dan misi sosial untuk menyiratkan kegiatan
perekonomian. Terdapat dua kunci utama dari kewirausahaan sosial. Pertama, terdapatnya
inovasi-inovasi sosial yang dapat mengubah tatanan pada masyarakat agar menjadi lebih
sejahtera. Kedua, terciptanya individu yang mampu berdaya saing dengan zaman yaitu
kreatif, inovatif, beretika, dan berjiwa wirausaha (entrepreneurial). Kewiraushaan sosial
sangat penting untuk dilakukan untuk dapat membentuk karakter individu yang mengerti
akan permasalahan sosial dan menggunakan kemampuan berwirausaha untuk melakukan
perubahan-perubahan sosial terutama dalam bidang kesejahteraan, kesehatan, serta
pendidikan. Kewirausahaan sosial memiliki empat elemen utama yaitu social value,
innovation, civil society, and economic activity. Social value merupakan elemen yang paling
khas dari kewirausahaan sosial yakni dengan memberikan manfaat sosial bagi masyarakat
serta lingkungan sekitar secara nyata. Innovation hal yang wajib dimiliki pelaku
kewirausahaan sosial sehingga dapat memecahkan permasalahan sosial dengan cara-cara
yang inovatif dan memadukan antara kearifan lokal dengan inovasi sosial. Civil society
merupakan inisiatif serta partisipasi dari masyrakat sipil dengan mengoptimalkan modal
sosial pada masyarakat. Economic activity merupakan bagian dari kewirausahaan sosial
sehingga pelaku dapat menyeimbangkan antara aktivitas sosial dan aktivitas bisnis. Aktivitas
bisnis dilakukan untuk dapat menjamin dari kemandirian dan keberlanjutan misi sosial dari
organisasi. Pada tahun terakhir, aktivitas kewirausahaan sosial bentuk dan macamnya sangat
beragam dikarenakan terjadinya pergeseran kewirausahaan sosial yang semula merupakan
kegiatan “non profit” (yang meliputi bantuan, amal, donasi) menjadi suatu kegiatan yang
berorientasi pada bisnis.
Peternakan merupakan kegiatan pemeliharaan dan mengembangbiakkan hewan
ternak yang bertujuan untuk mendapatkan manfaat dan hasil dari kegiatan tersebut. Potensi
dari peternakan di Indonesia masih sangat terbuka lebar terutama dalam pemenuhan daging
merah. Impor daging merah di Indonesia terutama komoditas daging sapi masih sangat
tinggi, hal tersebut menunjukkan bahwasannya pemenuhan daging sapi dalam negeri belum
mencukupi dikarenakan masih harus melalui komoditas daging impor. Peternakan yang dapat
berorientasi kewirausahaan sosial yakni dengan melalui suatu wadah kemudian masyarakat
yang kurang mampu dapat diberikan ternak untuk dipelihara dengan sistem layaknya
kemitraan, sehingga masyarakat yang menjadi mitra tetap diberikan bimbingan dan
pengawasan dalam menjalankan peternakannya. Hal tersebut dapat menjadi suatu solusi bagi
masyarakat yang menganggur atau kurang mampu. Sehingga banyak masyarakat yang dapat
terbantu untuk dapat keluar dari jurang pengangguran dan dapat mensukseskan pengentasan
kemiskinan di Indonesia

Daftar Pustaka
Badan Pusat Statistik, 2021, Keadaan Ketenagakerjaan Indonesia Februari 2021,BPS.

Sofia, Irma Paramita. 2015. Konstruksi Model Kewirausahaan Sosial (Social


entrepreneurship) sebagai gagasan inovasi sosial bagi pembangunan
perekonomian. Jurnal Universitas Pembangunan Jaya. 2 (2) 1-23.

Efendi, Mansur. 2017. Pengelolaan Zakat Produktif Berwawasan Kewirausahaan


Sosial dalam Pengentasan Kemiskinan di Indonesia. Jurnal Ilmu Syari’ah
Dan Hukum. 2 (1) 22-38

Anda mungkin juga menyukai