I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setelah berhasil mengentaskan masalah niraksara dengan indeks mencapai 99,1%
(UNESCO, 2012), Indonesia masih dililit permasalahan rendahnya budaya baca. Tampaknya
kemampuan baca-tulis tidak berbanding lurus dengan minat baca masyarakat. Hasil survei
UNESCO tentang minat baca masyarakat Indonesia tahun 2012 memperlihatkan angka 0,001,
yang berarti dari 1.000 orang hanya satu orang yang memiliki minat baca tinggi (Kompas,
28/08/2015). Lebih jauh, laporan PIRLS pada tahun 2011 mengenai rata-rata indeks budaya
baca menunjukkan, dengan skala 0-1000, Indonesia berada di level budaya baca rendah, yaitu
di posisi 428 (Mullis et al., 2011). Khusus untuk pelajar, data dari PISA pada tahun 2012
menunjukkan, skor kemampuan membaca pelajar Indonesia adalah 396, menempatkan
Indonesia di posisi 64 dalam urutan negara-negara OECD (www.theguardian.com).
Kenyataan muram ini boleh jadi tidak sepenuhnya benar, sebab sudah ada berbagai upaya
baik oleh masyarakat, sekolah, dan pemerintah dalam membangun peningkatan budaya gemar
literasi terhadap masyarakat.
Salah satunya dengan tujuan upaya mendirikan Perpustakaan Mini Bersama di daerah atau
objek tertentu yang banyak dikunjungi oleh masyarakat umum. Seperti contohnya akan
didirikan di Taman Kota. Perpustakaan Mini Bersama nantinya akan didesain secara
minimalis khas era milenial agar masyarakat yang melewati objek tersebut dapat tertarik dan
bersedia untuk mengunjunginya. Dengan inovasi yang nantinya mengusung tagline “baca
sepuasnya, berdonasi seikhlasnya” yang berarti masyarakat mulai dari yang tua hingga muda
dapat membaca berbagai ragam buku, seperti buku fiksi, nonfiksi, novel, dongeng, dsb.
Kemudian juga, Perpustakaan Mini Bersama menerima masyarakat yang bersedia
mendonasikan buku.