Anda di halaman 1dari 11

Accelerat ing t he world's research.

MAKALAH PENTINGNYA DOA DI


DALAM PERJANJIAN LAMA DAN
APLIKASINYA BAGI GEREJA MASA
KINI
Wenny Waruwu

Related papers Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

Konsep ibadah dalam perjanjian lama PL I


sept ianus laia

Ibadah ely
ely sabet h

KONSEP IBADAH DALAM PERJANJIAN LAMA


dert i afriana
MAKALAH

PENTINGNYA DOA DI DALAM PERJANJIAN LAMA DAN APLIKASINYA

BAGI GEREJA MASA KINI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah :

LITURGIKA

PROGRAM SARJANA TEOLOGI (S.Th.)

Dosen Pengampu:

Purwanto, M.Div., M.Th.

Stephanus Frans Yohanes Songan, S.Th., M.Pd.

Oleh:

Wenny Kristiani Waruwu

198. ST.11.17

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI TABERNAKEL INDONESIA

(STTIA)

Surabaya, Desember 2018


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kata Gereja bukanlah seperti anggapan pada umumnya, diartikan sebagai


bangunan gedung Gereja. Bila kita membandingkan konsep gereja yang dibicarakan
dalam Alkitab dengan konsep gereja umumnya. Menurut pemahaman jemaat pada
umumnya akan terdapat perbedaan yang cukup besar. Gereja yang dimaksud dalam
perjanjian lama adalah sekolompok orang yang dipanggil, dan sekelompok orang itu
merupakan orang yang memiliki persekutuan yang indah pada Tuhan. Oleh sebab itu,
Gereja yang dimaksud dalam perjanjian lama bukan suatu bangunan gedung atau
sistem oraganisasi melainkan sekelompok umat Allah, tubuh Kristus dan persekutuan
yang sesungguhnya dalam Tuhan.
Dalam Perjanjian Lama dijelaskan bahwa nabi-nabi dan umat Allah melakukan
persekutuan di bait Allah dan disinagoge pada hari sabat, hari yang mereka khususkan
untuk bersekutu dengan Tuhan. Kehidupan gereja adalah kehidupan yang indah,
dimana dalam kesempatan ini umat Allah memiliki kesempatan untuk bersekutu lebih
dekat lagi dengan Allah. ibadah dalam perjanjian lama berbeda dengan konsep ibadah
dalam perjanjian baru. Perbedaan yang harus kita perhatiakan agar kita lebih mengerti
konsep ibadah dalam dua zaman ini. Dalam perjanjian lama, Allah memberi petunjuk
yang spesifik mengenai bagaimana,kapan dan dimana bertemu atau beribadah kepada
Allah. Dalam makalah ini penulis akan menjelaskan pentingnya doa di dalam
perjanjian lama dan aplikasinya bagi gereja masa kini.
B. RUMUSAN MASALAH
- Menjelaskan tentang Konsep Ibadah Dalam Perjanjian Lama
- Menjelaskan Aplikasi bagi Gereja Masa Kini
-Menjelaskan tentang Ibadah
-Menjelaskan tentang Persekutuan
-Menjelaskan tentang Kesaksian
C. TUJUAN
-Untuk Mengetahui Konsep Ibadaha Dalam Perjanjian Lama
-Untuk Mengetahui, Sejauh manakah pentingnya Aplikasi Bagi Gereja Masa Kini
-Untuk Mengetahui, Seberapa Pentingnya Kesaksian di dalam Sebuah Ibadah

1
BAB II
KONSEP IBADAH DALAM PERJANJIAN LAMA DAN
APLIKASINYA BAGI GEREJA MASA KINI
A. Konsep ibadah dalam Perjanjian lama
Pada awalnya kita menemukan adanya ibadah atau persembahan pribadi kepada
Allah (Kej. 4:4 Habel memberikan persembahan kepada Tuhan, Kel. 24:26). Hal itu
menunjukkan bahwa pada dasarnya ibadah adalah merupakan ungkapan batin
seseorang yang mengakui bahwa Allah berdaulat, penuh kuasa dan baik. Atau ibadah
adalah menunjukkan ketinggian spIritual seseorang yang disertai ungkapan pujian dan
syukur kepada Tuhan, karena Ia patut disembah (Ayub 1:20; Yos 5 :14). Harus
dipahami bahwa Allah kita adalah Allah yang transenden dan imanen. Allah yang
tidak sama dan terpisah dari ciptaanNya, juga merupakan Allah yang berkomunikasi
dengan umat manusia. Allah menerima penyembahan dari umat-Nya.
Pada waktu Allah memilih suatu bangsa bagi diri-Nya, Allah juga memberikan
cara bagaimana bangsa itu dapat bertemu dengan Tuhan, jadi Dia memberikan ibadah
tabernakel di mana Israel dapat menghadap Allah yang Mahakudus. Di tempat ini
Tuhan akan bertemu dengan Israel (Kel. 25:22; 29:42, ).
Kemudian, pelaksanaan ibadah itu berkembang menjadi ibadah umat. Musa
adalah seorang tokoh yang dianggap sebagai peletak dasar dari ibadah umat yang
diorganisir, dan yang menjadikan Tuhan sebagai alamat ibadah satu-satunya. Ibadah
umat diorganisir di dalam Kemah Pertemuan, dan upacaranya dipandang sebagai
pelayanan suci dari pihak umat untuk memuji Tuhan.
Pada perkembangan selanjutnya, setelah Kemah Pertemuan, lahirlah Bait Suci
dan Sinagoge sebagai tempat ibadah bagi Israel. Perkembangan ini didasari oleh
pemahaman bahwa ibadah adalah merupakan faktor penting dalam kehidupan
Nasional Yahudi. Bait Suci dihancurkan oleh Babel, dibentuk kebaktian Sinagoge
karena pelaksanaan ibadah tetap dirasakan sebagai kebutuhan penting. Disamping
tempat ibadah, orang Yahudi juga memiliki kalender tahunan untuk upacara agamawi.
Diantaranya yang amat penting adalah : Hari Raya Paskah (Kel. 12:23-27), Hari Raya
Perdamaian (Im. 16 : 29 - 34), Hari Raya Pentakosta , Hari Raya Pondok Daud, dan
Hari Raya Roti Tidak Beragi (Kel.12:14-20).
Pemimpin ibadah di Bait Suci dan Sinagoge adalah para Imam. Mereka adalah
keturunan Lewi yang telah dikhususkan untuk tugas pelayanan ibadah. Para imam
memimpin ibadah umat pada setiap hari Sabat dan pada Hari Raya agama lainnya.

2
Ibadah di Sinagoge terdiri dari : Shema, doa, pembacaan Kitab Suci dan
penjelasannya. Ibadah juga berkaitan dengan kewajiban-kewajiban agama, yakni
perintah-perintah Tuhan ( Ul.11:8-11 ). Jadi, pada hakekatnya ibadah bukanlah hanya
merupakan pelaksanaan upacara keagamaan di tempat-tempat ibadah, akan tetapi
adalah mencakup pelaksanaan kewajiban agama, seperti : sunat, puasa, pemeliharaan
Sabat, torah dan doa. Dengan demikian, ibadah juga harus mengandung makna bagi
hidup susila.
Dalam Perjanjian Lama ada beberapa contoh ibadah pribadi (Kej 24:26; Kel.
33:9-34:8). Tapi tekanannya adalah pada ibadat dalam jemaat ( Mzm 42:4; I Taw
29:20). Dalam kemah pertemuan dan dalam Bait Suci tata upacara ibadah adalah yang
utama. Terlepas dari korban-korban harian setiap pagi atau sore, perayaan Paskah dan
penghormatan Hari Pendamaian merupakan hal penting dalam kalender tahunan
Yahudi. Upacara agamawi berupa pencurahan darah, pembakaran kemenyan,
penyampaian berkat imamat dan lain lain, cenderung menekankan segi upacaranya
sehingga mengurangi segi rohaniah ibadahnya, dan bahkan sering memperlihatkan
pertentangan antara kedua sikap itu ( Mzm 40:6; 50:7-15; Mi 6:6-8 ). Tapi banyak
ibadah di Israel yang dapat mengikuti ibadah umum misalnya di Mazmur 93; 95-100)
dan doa-doa bersama misalnya Mazmur 60; 79; 80, dan memanfaatkanya untuk
mengungkapkan kasih dan syukur mereka kepada Allah ( Ul 11:13 ) dalam tindakan
ibadah rohani batiniah yang sungguh-sungguh.
Ibadah umum yang sudah demikian berkembang yang dilaksanakan dalam kemah
pertemuan dan Bait Suci, berbeda sekali dari ibadah pada zaman yang lebih awal
ketika para Bapak leluhur percaya, bahwa Tuhan dapat disembah di tempat mana pun
Dia dipilih untuk menyatakan diriNya. Tapi bahwa ibadat umum di bait Suci
merupakan realitas rohani, jelas dari fakta bahwa ketika tempat suci itu dibinasakan,
dan masyarakat Yahudi terbuang di babel, ibadat tetap merupakan kebutuhan dan
untuk memenuhi kebutuhan itu diciptakanlah, kebaktian sinagoge yang terdiri dari:
1. Shema
2. Doa-doa
3. Pembacaan Kitab Suci
4. Penjelasan
Tapi kemudian di Bait Suci yang kedua kebaktian-kebaktian harian, sabat,
perayaan-perayaan tahunan dan puasa-puasa, serta pujian dan buku puji-pujian

3
memastikan, bahwa ibadah tetap merupakan faktor amat penting dalam kehidupan
nasional Yahudi.
Alkitab menunjukkan kepada kita bahwa ibadah secara mendasar adalah
merupakan satu respons sebagai pribadi atau sebagai jemaat kepada perbuatan Allah
yang Mahatinggi. Pola ini dapat ditemukan di dalam Alkitab sebagai berikut : Allah
yang Mahakuasa bertindak atas nama umat Allah, umat Allah merespons dengan
ucapan syukur dan pujian, Allah menerima tindakan ibadah mereka. Pola ini secara
konsisten dapat ditemukan di dalam seluruh bagian Alkitab, dengan titik pusat
kebenarannya adalah di dalam ibadah, Allah adalah inisiator. Atau dengan kata lain,
ibadah adalah satu respons manusia kepada inisiatif Allah.
Ekspresi ibadah dalam Perjanjian Lama dapat ditemukan dalam kisah
pemanggilan Abraham sebagai Bapak bangsa-bangsa. Panggilan Abraham disertai
janji-janji berkat Allah seperti kemasyuran, pengaruh, keturunan dan pemilik tanah.
Sebagai respons Abraham terhadap janji-janji ini, Abraham menyembah Allah dengan
membuat mezbah (Kej. 12:7-8; 13:18). Serta mempersembahkan korban (Kej. 15:1-11;
22:13-14). Kemudian juga ketika Nuh keluar dari bahtera setelah Air Bah tindakan
pertamanya adalah membangun mezbah dan beribadah kepada Tuhan (Kej. 8:20) ini
merupakan catatan pertama di Perjanjian Lama tentang ibadah kepada Tuhan melalui
korban penumpahan darah di atas mezbah. Persembahan korban bakaran kemudian
dinyatakan sebagai korban persembahan (Im. 1:1-7). Selanjutnya dalam kisah
keluarnya bangsa Israel dari Mesir, ibadah mejadi dasar dan sebagai blueprint
(kerangka kerja terperinci) untuk semua bentuk ibadah masa depan. Allah
menyelamatkan umat-Nya dari perbudakan adalah peristiwa penting dalam Perjanjian
Lama. Inilah salib dan kebangkitan dalam Perjanjian Lama yang digenapi di dalam
Perjanjian Baru. Keluaran telah memberikan kepada Israel beberapa jalan untuk
beribadah kepada Allah. Ekspresi utama termasuk mempersembahkan korban
binatang pada Paskah (Kel 12:1-28), mempersembahkan semua yang sulung atau
pertama lahir kepada Tuhan menjadi milik Tuhan (Kel 13:1-2), dan menyanyikan
puji-pujian dengan sorak sorai dan penuh kemenangan yang dipimpin oleh Musa dan
Miriam (Kel 15:1-21).
Di Gunung Sinai Allah menentukan tiga hari raya yang harus diadakan dalam
rangka mempersembahkan ibadah kepada Allah setiap tahun. Pertama, hari raya roti
tidak beragi, kedua, hari raya menuai dan ketiga, hari raya pengumpulan hasil (Kel

4
23:14-19). Perintah ini telah tertanam di dalam kesadaran umat Tuhan bahwa ibadah
melibatkan pengertian waktu yang kudus.
Kemudian pertemuan Allah dengan Musa, Harun, Naab dan Abihu tujuh puluh
tua-tua Israel di Gunung Sinai (Kel 24:1-8) adalah bagian penting. Ini adalah
pertemuan antara Allah dan Israel. Pertemuan ini berisi struktur elemen-elemen dasar
bagi pertemuan antara Allah dan umat-Nya. Elemen-elemen ini sangat penting bagi
ibadah umum, yang kemudian akan ditentukan detailnya dalam ibadah Yahudi dan
Kristen. Selanjutnya Webber mengemukakan ada lima elemen, yaitu:
1. Ibadah adalah pangilan Allah. Allah yang memanggil umat-Nya untuk bertemu
dengan-Nya.
2. Umat Tuhan diatur dalam satu tanggungjawab terstruktur. Artinya ada yang
bertanggungjawab. Musa adalah pemimpin. Tetapi untuk mengatur ibadah dan
lain-lainnya adalah tugas Harun, Nadab, Abihu. 70 tua-tua Israel, pemuda dan umat.
3. Pertemuan antara Allah dan Umat bersifat proklamasi Firman. Allah berbicara
kepada umat-Nya dan memperkenalkan diri-Nya kepada mereka. Hal ini berarti
ibadah belumlah lengkap tanpa mendengar Firman Tuhan.
4. Umat setuju dan menerima perjanjian dengan syarat-syaratnya yang memberi
makna kepada komitmen umat secara subjektif untuk mendengar dan taat kepada
Firman Allah. Dengan kata lain, aspek penting dalam ibadah disini adalah
pembaharuan komitmen pribadi secara terus-menerus. Di dalam ibadah umat Tuhan
membaharui janji yang telah ada antara Allah dan umat-Nya sendiri.
Puncak hari pertemuan itu ditandai dengan symbol pengesahan, satu materai
perjanjian. Dalam Perjanjian Lama Allah selalu menggunakan darah korban sebagai
materai hubungan-Nya dengan manusia. Pengorbanan ini menunjuk kepada korban
Yesus Kristus.
Dengan demikian Allah adalah pusat ibadah Perjanjian Lama. Umat Tuhan atau
manusia beribadah adalah sebagai respons dalam ucapan syukur kepada karya Allah
di dalam hidup manusia
.
B. Aplikasi bagi Gereja masa kini
Kehidupan umat percaya dalam Perjanjian Lama sangat memberikan dampak
yang baik bagi kita untuk kehidupan bergereja pada zaman sekarang ini. Kebanyakan
kita hanya mengerti bagaimana kita pergi ke gereja dan pulang dengan membawa
pengertian yang baru dari Firman yang dijelaskan oleh pendeta. Namun kita tidak

5
pernah memaknai apa arti dari ibadah yang kita laksanakan itu. Untuk itu kita perlu
mencontohi cara hidup umat perjanjian lama atau nabi-nabi yang ada dalam perjanjian
lama, supaya kerohanian kita bisa bertumbuh dengan baik. Agar kerohanian dapat
bertumbuh, orang Kristen seharusnya berperan di dalam gereja sebagai berikut:
a. Ibadah
Allah pernah memberi perintah kepada kita untuk menjadi anggota-anggota
dalam persekutuan. Perjanjian Lama mencatat bangsa Israel setiap tahun mempunyai
banyak hari raya, pertemuan kudus dan hari peringatan tradisional. Allah dengan jelas
berfirman, "Kamu adalah umatKu”. “Kamu harus datang ke hadapanKu
mempersembahkan diri untuk beribadah kepadaKu" (Imamat 23 ). Bila kita memasuki
ibadah dalam persekutuan orang Kristen, kita telah mengambil bagian dalam empat
fungsi ibadah: perayaan, pendidikan, pertobatan dan penyerahan diri. Ibadah
merupakan suatu perayaan. Dari ibadah bangsa Israel dalam Perjanjian Lama dan
ibadah jemaat dalam Perjanjian Baru, sampai ibadah jemaat gereja masa kini,
seluruhnya meninggikan dan merayakan kuasa abadi dan kasih setia Allah. Melalui
Yesus Kristus menyelesaikan karya besar penyelamatan dan penebusan umat
sederhana, juga merayakan karya ajaib Roh Kudus hingga kini, melalui jemaat
memuliakan Allah dan menjadi berkat bagi sesama. Dalam ibadah terdapat
pendidikan.
Dalam ibadah Allah berfirman kepada kita melalui Roh Kudus. Dia membimbing
kita ke jalan yang benar. Tatkala Firman Tuhan dibacakan, diceritakan atau
disampaikan, Roh Kudus juga berkarya menggerakkan kita, berfirman kepada kita,
mendidik dan membimbing kita agar kerohanian kita dapat bertumbuh.
Dalam ibadah kita sadar akan dosa kita dan bertobat. Mendengar Firman Tuhan
dalam ibadah, kita memberi respon terhadap Firman Allah biasanya berupa
puji-pujian dan perayaan. Tetapi ada juga respon lebih khusus yakni kesadaran akan
dosa dan pertobatan pribadi. Contohnya, ketika nabi Yesaya melihat Kemuliaan Allah,
dia menyadari kenajisan dan dosa dalam dirinya. Yesaya 6 Penyerahan diri dalam
ibadah. Tatkala kita melihat dosa dan kenajisan yang ada dalam diri kita dan Allah
dengan kasih setiaNya mengampuni dosa kita, menyucikan dan menerima kita,
sepatutnya kita sekali lagi menyatakan komitmen kita mempersembahkan diri untuk
hidup bagi Tuhan.

6
b. Persekutuan
Jemaat sekarang ini harus memiliki cara hidup yang sama seperti kehidupan
orang-orang Kristen dalam masa perjanjian lama dimana mereka hidup bersatu dalam
persekutuan dan saling mendukung satu dengan yang lain. Persekutuan yang baik
akan mennghasilkan cara hidup jemaat yang baik pula. Kehidupan persekutuan
berfungsi sebagai Terang dan Garam. Dalam persekutuan di gereja, jemaat harus
berperan sebagai Terang dan Garam. Dalam persekutuan jemaat timbul wujud
masyarakat baru. Dalam Alkitab tertulis, “Demikian juga kita, walaupun banyak
adalah satu tubuh di dalam Kristus, tetapi kita masing-masing adalah anggota yang
seorang terhadap yang lain” (Roma 12 : 5 ).
Persekutuan jemaat merupakan model kehidupan baru dari persekutuan umat
Allah. Di dalamnya terdapat bagi rasa, pengajaran, penghiburan dan nasehat.
Kehidupan jemaat seperti bara api, bila berpisah dari sumber api akan kehilangan
energi panasnya. Dalam Alkitab dikatakan "menjadi satu dengan Kristus" artinya
adalah menjalin hubungan erat dengan anggota tubuh Allah lainnya. Saling
berpengaruh dalam karunia roh agar hidup berkelimpahan.

c. Kesaksian
Dalam zaman Perjanjian Lama banyak nabi-nabi yang kehidupannya menjadi
saksi bahwa Tuhan itu adalah Allah yang luar biasa, sehingga dari hidup mereka,
banyak orang yang diselamatkan oleh nama Allah dan banyak orang yang bertobat
dan mengikuti apa yang telah difirmankan Allah lewat hamba-Nya. Peran jemaat di
dalam gereja adalah saksi, memberi kesaksian tentang Allah yang penuh kasih,
mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal Yesus Kristus, disalibkan demi dosa manusia,
mati menanggung dosa manusia, dan bangkit dari kematian supaya setiap orang yang
percaya kepada-Nya memperoleh hidup yang kekal. Selain itu juga memberi saksi
hidup dalam kehidupan memuliakan nama-Nya. Dalam Alkitab tertulis, "Jika engkau
makan, atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain,
lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah." (I Korintus 10:31), memberi
kesaksian bahwa kita "saling memperhatikan, supaya kita saling mendorong dalam
kasih dan dalam pekerjaan baik" (Ibrani 10:24). Inilah makna keberadaan gereja yang
nyata.

7
BAB III
KESIMPULAN
Tidak dapat disangkal bahwa ibadah memegang peranan sentral dalam semua
agama-agama di dunia ini. Tanpa ibadah, suatu agama akan kehilangan hakekatnya.
Melalui ibadah manusia mengadakan hubungan vertikal dengan yang ilahi dan
mewujudkan nilai-nilai rohaninya dalam kehidupan bersama (horizontal). Jadi
idealnya, ibadah menjadi ciri dimana manusia hidup dalam relasi yang benar dengan
Allah dan dengan sesamanya. Ibadah selalu berfokus tunggal yaitu ketika Allah
bertindak menyatakan kasih-Nya kepada kita dan Ia jugalah yang mendorong
tanggapan kita atas semua pernyataan kasih-Nya.
Ibadah adalah jawaban manusia terhadap panggilan Allah, terhadap
tindakan-tindakan-Nya yang penuh kuasa yang berpuncak pada tindakan pendamaian
dalam Kristus. Ibadah adalah kegiatan puji-pujian dalam penyembahan yang
mensyukuri kasih Allah yang merangkul kita dan kebaikan kasih-Nya yang menebus
kita dalam Kristus, Tuhan kita.
Ibadah adalah suatu ‘bakti’ kita kepada sang pencipta dan persembahan hidup
kita secara keseluruhan kepada Allah. Banyak hal yang bisa kita contohi dari
kehidupan orang-orang percaya yang ada dalam zaman perjanjian lama khususnya
dalam hal cara mereka beribadah kepada Tuhan. Yang sangat ditekankan dalam
perjanjian lama yaitu fokus kita kepada Tuhan dan cara hidup kita dengan sesama
yang mencerminkan bahwa kita ini adalah umat Tuhan yang hidup dibawah aturan
Tuhan dan melaksanakan apa yang Tuhan perintahkan kepada kita, dan juga menjadi
terang bagi orang-orang yang ada disekitar kita. Dengan cara seperti ini, maka
kehidupan gereja masa kini akan menjadi berkembang baik secara kuantitas maupun
kualitas.

8
DAFTAR PUSTAKA
 Alkitab, Lembaga Alkitab Indonesia, Jakarta, 1974
 J. D. Douglas, Ensiklopedia Alkitab Masa Kini, YKBK/OMF, Jakarta 2004
 Paul Enns, The Moody Handbook Of Theology: Buku Pegangan
Teologi, Literatur SAAT, Malang, 2006
 William Dyrness, Tema-Tema Dalam Teologi Perjanjian Lama, Gandum Mas,
Malang, 2004.
 Balasuriyan Tissa. Teologi Siarah, Bpk Gunung Mulia, Jakarta, 2004.

Anda mungkin juga menyukai