Anda di halaman 1dari 7

PENDAHULUAN

Dasar psikologi Analisis Kontrastif adalah teori transfer yang diuraikan

dan di formulasikan di dalam suatu teori psikologi Stimulus-Responsi Behavioris

(James, 1968:20). Menurut paham teori belajar psikologi behaviorisme yang

mendominasi Anakon, kesalahan berbahasa terjadi karena transfer negatife

(penggunaan sistem B1 dalam ber-B2).

Bahasa inggris berdasarkan penuturnya (masyarakat Osing) berkedudukan

sebagai bahasa ibu. Dalam kaitannya dengan kedudukannya sebagai bahasa ibu,

Bahasa inggris memiliki peranan sebagai alat komunikasi dalam

kehidupan,sehari-hari. Bahasa inggris memiliki keunikan dalam pelafalannya

yaitu adanya diftong “ai” dalam vocal “i”, adanya diftong “au” untuk vocal “u”

dan adanya palatalisasi [y], dalam bahasa inggris kerap muncul pada leksikon

yang mengandung [ba], [ga], [da], [wa]. Dalam bahasa inggris tidak mengenal

bentuk Ngoko-Krama seperti bahasa Jawa pada umumnya, yang membedakan

adalah pronomina yang disesuaikan dengan kedudukan lawan bicaranya. Bahasa

osing tersebut cenderung kasar jika digunakan oleh orang Banyuwangi asli.

Setiap lambang bunyi bahasa mempunyai lafal atau ucapan tertentu yang

tidak boleh dilafalkan menurut kemauan masing-masing pemakai bahasa. Pemakai

bahasa Indonesia yang ingin pengucapannya baik, harus berusaha mematuhi

kaidah yang berlaku di dalam bahasa tersebut.

 
PEMBAHASAN

1. Wujud perbedaan
            Bahasa Indonesia adalah alat komunikasi yang digunakan oleh bangsa
Indonesia. Bahasa Indonesia digunakan dalam acara resmi maupun tidak resmi.
Sedangkan Bahasa daerah adalah bahasa sehari-hari yang digunakan oleh daerah
tertentu, misalnya masyarakat Banyuwangi menggunakan bahasa daerah yaitu
bahasa osing.
            Bahasa Indonesia dan bahasa inggris memiliki perbedaan dalam sistem
fonologi yaitu  Bahasa inggris dalam sistem pelafalannya mempunyai diftong [ai]
untuk vocal [i] pada bahasa inggris khususnya Banyuwangi selalu terlafal ai,
contohnya “Bengi” terbaca “Bengai” yang dalam bahasa Indonesia berarti malam.
Sedangkan dalam bahasa Indonesia diftong [ai] untuk vocal [i] tidak ada karena
jika diftong [ai] untuk vocal [i] dalam bahasa Indonesia akan menjadi 2 suku kata
yang berbeda, contohnya “Main”. Kata “Main” tersebut bukanlah diftong, karena
[ai] untuk vocal [i] masing-masing mendapat aksen yang hampir sama dan
membentuk suku kata tersendiri sehingga kata “Main” masing-masing terdiri atas
dua suku kata yaitu “Ma-in”.
1. Prediksi Kesalahan
Fonologi adalah bidang Linguistik atau ilmu bahasa yang menyelidiki,
mempelajari dan menganalisis dan membicarakan reruntuhan bunyi-bunyi bahasa
yang dihasilkan oleh alat ucap manusia beserta fungsinya. Fonologi mempunyai
dua cabang pembahasan yaitu Fonetik dan Fonemik.
Bahasa inggris, dalam bidang fonologi sangat berpengaruh karena dalam
berbahasa Indonesia siswa sering mencampurkan bahasa ibu dengan bahasa
Indonesia (B1 dan B2). B1 sangat berperan dalam berbahasa karena aksen bahasa
ibu lebih menonjol jika dibandingkan dengan berbahasa Indonesia. Dalam tataran
fonologi kesalahan berbahasa meliputi:
1. Kesalahan pelafalan fonem karena Perubahan fonem
2. Kesalahan pelafalan fonem karena Penghilangan fonem
3. Kesalahan pelafalan fonem karena Penambahan fonem
4. Pembentukan gabungan atau gugus konsonan dari fonem konsonan
tunggal
5. Perubahan pelafalan kata atau singkatan
Sebelumnya telah diketahui bahwa fonetik merupakan salah satu bidang ilmu
yang membahas pengucapan bunyi-bunyi bahasa atau fonem suatu bahasa.
Kesalahan fonetis membuka kemungkinan terjadinya penafsiran pendengar
terhadap makna ucapan itu. Fonem yang ada di dalam bahasa inggris yang
diucapkan atau dilafalkan menurut sistem yang berlaku sebagai berikut:
a)      Kesalahan pelafalan fonem karena penambahan fonem
Kesalahan penambahan fonem di karenakan pemakai bahasa tersebut
menambahkan fonem tertentu pada kata-kata yang di lafalkan. Contoh kesalahan
penambahan fonem.
Bahasa inggris:
“Myakne weh, isun weh kesel ambai lare ikau”.
Bahasa Indonesia:
“Biarkan saja, saya sudah jengkel dengan anak itu”.
Contoh tersebut merupakan prediksi kesalahan pada penambahan fonem yaitu
“Makne” yang dalam bahasa osing di lafalkan menjadi “Myakne”. Pada kalimat
tersebut kata “Makne” terjadi karena penambahan fonem konsonan yaitu kata
“Makne” menjadi “Myakne”, terjadi penambahan konsonan “y” pada kata
“Makne” dalam bahasa osing sehingga menyebabkan pelafalan tidak baku jika
dilafalkan dalam Bahasa Indonesia. Kata “Myakne dalam bahasa Indonesia berarti
“Biarkan”.
b)      Perubahan fonem konsonan
Terdapat banyak kesalahan pelafalan karena fonem-fonem tertentu berubah atau
tidak di ucapkan sesuai kaidah. Di antara contoh kesalahan tersebut adalah
sebagai berikut:
Bahasa Indonesia
Bahasa Inggris
Februari
Rafi
November
Pebruari
Rapi
Nopember
Bahasa INGGRIS:
“Isun ulyan pebruari arepe’ kawin, tekoo ya”.
Bahasa Indonesia:
“Saya bulan februari mau nikah, datang ya”
Contoh tersebut merupakan prediksi kesalahan berbahasa pada perubahan fonem
konsonan. Masyarakat inggris sering kali melafalkan huruf “F” dengan huruf “P”
sehingga menyebabkan terjadinya perubahan fonem konsonan dari F ke P, yang
seharusnya “Februari” di lafalkan “Pebruari” oleh masyarakat inggris.
Masyarakat Inggris melafalkan  huruf “F” menjadi “P”, begitu juga huruf “V” di
lafalkan menjadi “P”. Jadi, masyarakat Inggris susah untuk melafalkan huruf “F
dan V”, sehingga hal tersebut menjadi kebiasaan masyarakat Inggris melafalkan
huruf “F dan V” menjadi “P”.
c)      Perubahan pelafalan kata atau singkatan
Dalam melafalkan singkatan seharusnya tetap dibaca menurut tulisan tersebut,
banyak orang yang ragu-ragu dalam melafalkan singkatan, keragu-raguan tersebut
di sebabkan oleh pengaruh lafal bahasa daerah atau lafal bahasa asing. Padahal,
semua kata atau singkatan yang terdapat dalam bahasa Indonesia harus di lafalkan
secara lafal Indonesia. Misalnya:
Bahasa Indonesia
Bahasa Inggris
NG (No Good)
Na gud
Bahasa Ingrris:
“Na gud oro weh lare iku, sampe’ kaget isun”
Bahasa Indonesia:
“NG (No Good-Tidak Bagus) anak itu, saya sampai terkejut”.
Bukan hanya Bahasa Indonesia yang terpengaruh oleh bahasa daerah tetapi bahasa
inggris juga ikut berperan dalam kesalahan pelafalan. Contoh diatas merupakan
kesalahan pelafalan dalam singkatan yang seharusnya tetap di baca “En Ge” tetapi
orang Osing membacanya “Na Gud”. NG (No Good) diartikan dalam Bahasa
Indonesia bearti tidak bagus tetapi dikarenakan aksen bahasa ibu perubahan
pelafalan kata atau singkatan terjadi dalam orang inggris sehingga melafalkan NG
tersebut menjadi “Na Gud”. Prediksi kesalahan pelafalan kata atau singkatan
seperti contoh diatas disebut dengan kesalahan adaptasi yakni terjadi karena
pemakai bahasa menyesuaikan kata-kata bahasa Indonesia menurut kemampuan
fisiologis atau kebiasaan berbahasa dalam bahasa daerahnya.
Kata “Na gud” dalam bahasa inggris merupakan kata makian yang digunakan
seseorang untuk seseorang yang membuat orang tersebut jengkel. Seperti contoh
diatas, kata “Na gud” di gunakan pada seseorang yang telah membuat orang
tersebut terkejut sehingga orang tersebut menggunakan kata “Nagud” untuk
memaki orang tersebut.
Kata “Na gud” jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia menjadi “Busyet dah”.
Namun kata “Na gud” tersebut berasal dari kata bahasa inggris yaitu “No Good”
yang diartikan ke dalam bahasa Indonesia berarti “Tidak Bagus”. Namun kata
“Busyet dah” dalam bahasa Indonesia merupakan kata yang tidak baku atau biasa
disebut dengan bahasa gaul yang sehingga menyebabkan kesalahan berbahasa
Indonesia dan bahasa daerah.
d)     Kesalahan pelafalan karena penghilangan fonem vocal
Kesalahan pelafalan karena penghilangan fonem  juga sering terjadi di dalam
bahasa inggris. Misalnya;
Bahasa Indonesia
Bahasa Inggris
Sekolah
Sepuluh
Skolah
Spoloh
Bahasa inggris:
“Apuwo iro’ heng skolah mau?”.
Bahasa Indonesia:
“Kenapa kamu tadi tidak sekolah?”.
Prediksi kesalahan pada kalimat diatas merupakan kesalahan pelafalan
penghilangan fonem. Fonem sekolah menjadi skolah yang seharusnya “Sekolah”
terbaca “skolah” oleh masyarakat osing.
e)      Pembentukan gabungan atau gugus konsonan dari fonem konsonan tunggal
Diftong adalah dua vokal berurutan yang diucapkan dalam satu kesatuan waktu.
Dua deret vokal yang diucapkan dengan serentak itu menyebabkan terjadinya
perubahan pada kualitas bunyinya. Misalnya au menjadi o, ai menjadi e, oi
menjadi oe. Dalam sebuah percakapan atau tuturan, proses perubahan bunyi juga
dapat terjadi sebaliknya. Artinya, selain dua bunyi vokal dapat berubah menjadi
satu bunyi vokal, satu bunyi vokal juga dapat berubah menjadi dua bunyi vokal.
Misalnya dalam bahasa Indonesia bunyi o menjadi au pada kata topan menjadi
taufan. Apabila dua vokal tidak berada pada suku kata yang sama, maka deret
vokal tersebut tidak termasuk dalam kategori diftong. Misalnya au pada kata ma-
u, ai pada kata ma-in, dan lainnya.
Sedangkan dalam bahasa Inggris, terapat diftong ai untuk vokal i. misalnya:
Bahasa Indonesia
Bahasa Iggris
Begini
Gedigai
 
Bahasa Inggris:
“Ceritone iku sing gedigau tapi ceritone ikau gedigai”
Bahasa Indonesia:
“Ceritanya itu tidak seperti itu tapi begini ceritanya”.
             Contoh diatas merupakan salah satu prediksi kesalahan pembentukan
gabungan atau gugus vocal [ai] untuk vocal [i] pada bahasa osing. Pada kalimat
diatas, kata “Gedigi” menjadi “Gedigai”, hal tersebut merupakan pembentukan
gabungan atau gugus vocal [ai] untuk vocal [i].
Selain terdapat diftong ai untuk vocal i, ditong au untuk vocal u juga terdapat
pada bahasa osing. Misalnya
Bahasa Indonesia
Bahasa Osing
Abu
Awau
Bahasa Inggris
“Pas gunung kelud meledos, umyahe riko seng keneng awau ne’?”
Bahasa Indonesia:
“Ketika gunung kelud meletus, rumah anda tidak terkena abunya?”.
            Contoh diatas merupakan contoh prediksi kesalahan pembentukan
gabungan atau gugus vocal [au] untuk vocal [u] pada bahasa inggris. Contoh
tersebut merupakan pelafalan pembentukan gabungan yaitu fonem “awu” terbaca
“awau” dalam bahasa osing.
 
Kesimpulan
Sistem fonologi dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris terdapat perbedaan
pada diftong dan palatalisasi, perbedaan tersebut mempengaruhi dalam pelafalan
bahasa Indonesia, terutama pengaruh B1 sangat menonjol terhadap B2.
Sesuai dengan sistem Bahasa Indonesia ,ketidaktepatan pengucapan atau
melafalkan fonem-fonem merupakan adanya gejala penyimpangan atau kesalahan
berbahasa Indonesia. Pada umumnya kesalahan itu terjadi pada pengucapan
fonem:
a)      Perubahan fonem
b)      Penghilangan fonem
c)      Penambahan fonem
d)     Perubahan pelafalan kata atau singkatan
e)      Pembentukan gabungan atau gugus konsonan dari fonem konsonan tunggal.
 

Anda mungkin juga menyukai