Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN DIAGNOSA DHF

OLEH

NI komang Ita Juliani

P07120017123

TINGKAT 2.4 DIII KEPERAWATAN

KEMENTRIAN KESEHATAN RI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR

JURUSAN KEPERAWATAN
KEPERAWATAN

TAHUN AKADEMIK 2019


LAPORAN PENDAHULUAN PADA ANAK DENGAN DEMAM
BERDARAH

KONSEP DASAR PENYAKIT

1. DEFINISI
Demam berdarah dengue/ DBD ( Dengue Haemorrhagic Fever/DHF )
adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan
manifestasi klinis demam, nyeri otot, dan/ atau nyeri sendi yang disertai
leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia, dan ditesis hemoragik.
Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai dengan hemokonsentrasi
(peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga tubuh. (Sudoyo
Aru dalam Nurarif, 2015)
2. PENYEBAB/ FAKTOR PREDISPOSISI
Virus dengue termasuk genus Flavivirus, keluarga flaviridae secara
serologi terdapat 4 tipe DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Keempatnya
ditemukan di Indonesia dengan DEN-3 serotype terbanyak. Infeksi salah satu
serotipe akan menimbulkan antibodi terhadap serotipe yang bersangkutan,
sedangkan serotipe yang terbentuk terhadap serotipe lain sangat kurang,
sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap
serotipe lain tersebut. Seseorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapat
terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe selama hidupnya. Keempat serotype virus
dengue dapat ditemukan di berbagai daerah di Indonesia (Sudoyo Aru dalam
 Nurarif, 2015).
Penyakit ini disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh nyamuk
Aedes. Di Indonesia dikenal dua jenis nyamuk Aedes yaitu:
a. Aedes Aegypti, yaitu :
- Paling sering ditemukan
- Adalah nyamuk yang hidup di daerah tropis, terutama hidup dan
 berkembang biak di dalam rumah, yaitu di tempat penampungan air
 jernih atau tempat penampungan air di sekitar rumah.
-  Nyamuk ini sepintas lalu tampak berlurik, berbintik bintik
 putih.Biasanya menggigit pada siang hari, terutama pada pagi dan sore
hari.
- Jarak terbang 100 meter
 b. Aedes Albopictus, yaitu :
- Tempat habitatnya di tempat air bersih. Biasanya di sekitar rumah atau
 pohon-pohon, seperti pohon pisang, pandan kaleng bekas
- Menggigit pada waktu siang hari
- Jarak terbang 50 meter.
3. PATOFISIOLOGI
Virus dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan menimbulkan
viremia (virus berada dalam sirkulasi darah). Hal tersebut menyebabkan
 pengaktifan complement sehingga terjadi komplek imun Antibodi  –   virus
 pengaktifan tersebut akan membetuk dan melepaskan zat C3a, C5a,
 bradikinin, serotinin, trombin, Histamin), yang akan merangsang PGE2 di
Hipotalamus sehingga terjadi termo regulasi instabil yaitu hipertermia yang
akan meningkatkan reabsorbsi Na+ dan air sehingga terjadi hipovolemi.
Hipovolemi juga dapat disebabkan peningkatkan permeabilitas dinding
 pembuluh darah yang menyebabkan kebocoran palsma. Adanya komplek
imun antibodi  –   virus juga menimbulkan agregasi trombosit sehingga terjadi
gangguan fungsi trombosit, trombositopeni, dan koagulopati. Ketiga hal
tersebut menyebabkan perdarahan berlebihan yang jika berlanjut terjadi syok
dan jika syok tidak teratasi, maka akan terjadi hipoxia jaringan dan akhirnya
terjadi Asidosis metabolik. Asidosis metabolik juga disebabkan karena
kebocoran plasma yang akhirnya tejadi perlemahan sirkulasi sistemik
sehingga perfusi jaringan menurun dan jika tidak teratasi dapat menimbulkan
hipoxia jaringan.
Masa virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari. Virus hanya
dapat hidup dalam sel yang hidup, sehingga harus bersaing dengan sel
manusia terutama dalam kebutuhan protein. Persaingan tersebut sangat
tergantung pada daya tahan tubuh manusia. Sebagai reaksi terhadap infeksi
terjadi:
1) Virus Dengue akan masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes
Aegepty dan kemudian akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah
kompleks virus antibodi, dalam sirkulasi akan mengaktifasi sistem
komplemen. Akibat aktifasi C3 danC5 akan dilepas C3a dan C5a, 2
 peptida berdaya untuk melepaskan histamin dan merupakan mediator kuat
sebagai faktor meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan
menghilangkan plasma melalui endotel dinding itu.
2) Terjadinya trombositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan
menurunnya faktor koagulasi (protrobin, faktor V, VII, IX, X dan
fibrinogen) merupakan faktor penyebab terjadinya perdarahan hebat,
terutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF.
3) Yang menentukan beratnya penyakit adalah permeabilitas dinding
 pembuluh darah, menurunnya volume plasma, terjadinya hipotensi,
trombositopenia dan diatesis hemoragik, Renjatan terjadi secara akut.
4) Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma melalui
endotel dinding pembuluh darah. dan dengan hilangnya plasma klien
mengalami hipovolemik. Apabila tidak diatasi bisa terjadi anoksia
 jaringan, asidosis metabolik dan kematian. (Suriadi dan Rita Yuliani,
2006)
4. KLASIFIKASI
 Menurut Suriadi (2010) derajat penyakit DHF diklasifikasikan menjadi
4 golongan, yaitu :
- Derajat I : demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Uji
tourniquet positif, trombositopenia dan hemokonsentrasi.
- Derajat II : sama dengan derajat I, ditambah gejala perdarahan spontan.
- Derajat III : ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi
lemah dan cepat (> 120 x/mnt) tekanan nadi sempit (< 120 mmHg), kulit
dingin dan lembab serta gelisah.
- Derajat IV : syok berat disertai nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak
teratur.
 Klasifikasi derajat DHF menurut WHO :
- Derajat 1 : demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi
 perarahan adalah uji tornoquet positif 
- Derajat 2 : derajat 1 disertai perdarahan spontan di kulit dan /atau
 perdarahan lain.
- Derajat 3 : ditemukannya tanda kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan
lembut, tekanan nadi menurun (<20mmHg) atau hipotensi disertai kulit
dingin, lembab dan pasien menjadi gelisah.
- Gejala 4: syok berat, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat
diukur.

5. MANIFESTASI KLINIS
Berdasarkan kriteria WHO 1997 diagnosis DBD ditegakkan apabila semua
hal dibawah ini dipenuhi:
a. Demam: Awalnya akut, cukup tinggi, dan kontinu, berlangsung lama 2  – 
7 hari
 b. Manifestasi perdarahan yang biasanya berupa:
- Uji torniquet positif
- Petekie, purpura, ekimosis,
- Perdarahan mukosa (epistaksis, gusi berdarah), saluran cerna, tempat
 bekas suntikan.
- Hematemesis atau melena
c. Trombositopenia <100.00/ mm3
d. Kebocoran plasma yang ditandai dengan
- Peningkatan nilai hematokrit   20% dari nilai baku sesuai umur dan
 jenis kelamin
- Penurunan nilai hematockit   20% setelah pemberian cairan yang
adekuat
e. Tanda kebocoran plasma seperti: hipoproteinemi, asites, efusi pleura

Dalam perjalanan penyakit infeksi dengue, terdapat tiga fase perjalanan


infeksi dengue, yaitu:

1. Hari 1 –  3 Fase Demam Tinggi


Demam mendadak tinggi, dan disertai sakit kepala hebat, sakit di
 belakang mata, badan ngilu dan nyeri, serta mual/muntah, kadang disertai
 bercak merah di kulit.
2. Hari 4 –  5 Fase Kritis
Fase demam turun drastis dan sering mengecoh seolah terjadi
kesembuhan. Namun inilah fase kritis kemungkinan terjadinya “Dengue
Shock Syndrome”
3. Hari 6 –  7 Fase Masa Penyembuhan
Fase demam kembali tinggi sebagai bagian dari reaksi tahap
 penyembuhan.
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Pemeriksaan Darah Lengkap
- Hb dan PCV meningkat (> 20%)
- Trombositopenia (< 100.000 /mm3)
- Leukosit menurun pada hari ke 2 dan ke 3
- Protein darah rendah
- Ureum dan PH bisa meningkat
-  NA dan CL rendah
- Serologi: HI (hemaglutination inhibition test).
 pasien satu indicator
 pemenuhan nutrisi
 berhasil.
f. Untuk mengetahui
status nutrisi
 pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan
 Indonesia). Jakarta: Jagarsa

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008.  Pengantar Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba


Medika.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia).
Jakarta: Jagakarsa

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. SLKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia).
Jakarta: Jagakarsa

 Nursalam M. Nurs, Rekawati Susilaningrum, Sri Utami, 2005.  Asuhan


 Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Suriadi dan Rita Yuliani.2010. Asuhan Keperawatan Edisi 2. Jakarta: CV. Sagung
Seto

Anda mungkin juga menyukai