Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tingkat konsumsi hasil perikanan di Indonesia masih terbilang rendah. Dari tahun
2007 hingga 2013, konsumsi ikan perkapita masyarakat Indonesia terus meningkat.
Pada tahun 2007 sebesar 26 kg/Kap/Thn, 2008 meningkat menjadi 28
Kg/Kap/Thn, sampai tahun 2013 mencapai angka 35 kg/Kap/Thn. Angka ini masih
terbilang kecil jika dibandingkan dengan Negara tetangga. Berdasarkan data KKP,
konsumsi per kapita masyarakat Malaysia per tahun mencapai 56,1 kg, sedangkan
Singapura mencapai 48,9 kg/Kap/Thn. (Kementrian Perikanan dan Kelautan, 2013).
Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) adalah jenis ikan air tawar yang bernilai
ekonomis penting dan sebagai salah satu jenis ikan sudah dikenal masyarakat Indonesia
mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan ikan lele lokal, misal
pertumbuhannya yang cepat, proporsi daging yang bisa dimakan lebih banyak dan
kandungan gizinya tinggi. Pemanfaatan ikan lele dumbo hingga saat ini masih
terbatas berupa konsumsi langsung misalnya digoreng, dan masih sedikitnya
pengolahan ikan lele dumbo menjadi produk perikanan. Sebagian masyarakat tidak
menyukai lele dumbo karena selain bentuknya yang menggelikan bahkan
menakutkan, juga bau amis yang ditimbulkan cukup menyengat. Upaya untuk
meningkatkan konsumsi dan pendayagunaan terhadap hasil perikanan khususnya lele
dumbo adalah dilakukan diversifikasi olahan (Saputro, dkk, 2018).
Ikan merupakan bahan pangan yang mudah rusak, terutama dalam keadaan segar
akan cepat sekali mengalami kerusakan, sehingga mutunya menjadi rendah. Kerusakan
ini dapat terjadi secara biokimiawi maupun mikrobiologik. Hal ini disebabkan karena
ikan merupakan substrat kehidupan yang baik sekali bagi pertumbuhan mikroba
pembusuk terutama bakteri. Pada daging ikan tersedia sumber-sumber zat makanan dan
metabolit sederhana yang langsung dapat digunakan oleh mikroba dan juga dengan
kadar air yang dimiliki oleh ikan sesuai untuk pertumbuhan bakteri (Hadiwiyoto,
1993).
Protein dalam ikan tersusun dari asam-asam amino yang dibutuhkan tubuh untuk
pertumbuhan. Selain itu protein ikan amat mudah dicerna dan diabsorpsi. Selain tinggi
protein, ikan memiliki kandungan lemak tak jenuh yang tinggi, lemak tak jenuh ini
sangat bermanfaat bagi pembentukan otak karena terdapat trigliserida. Makanan laut
umumnya dikelompokkan dalam bahan makanan tinggi protein, dengan rata-rata
kandungan protein 18-20%. Protein ini dapat diurai menjadi asam amino sederhana
yang mudah diserap tubuh (Astawan, 2009).

1
Otak-otak ikan merupakan produk olahan hasil perikanan yang menggunakan
lumatan daging ikan atau surimi minimum 30% dicampur tepung dan bahan-bahan
lainnya dengan atau tanpa sayuran dan santan yang mengalami pembentukan, dengan
atau tanpa dibungkus daun dan pemasakan (Badan Standarisasi Nasional, 2013).
Dalam usaha meningkatkan konsumsi ikan sebagai sumber protein bagi tubuh,
maka perlu dilakukan suatu usaha untuk mendiversifikasikan menganekaragamkan
olahan hasil perikanan, diantaranya dengan mengolah otak-otak ikan lele dumbo
(Clarias gariepinus)(Saputro, 2019).
Oleh karena itu diperlukan analisis usaha pengolahan Lele Dumbo (Clasrias
gariepinus) menjadi otak-otak ikan untuk mengetahui faktor pemasaran dan analisis
kelayakan usaha produk otak-otak Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus).
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian analisis usaha pengolahan otak-otak Ikan Lele
Dumbo (Clarias gariepinus) adalah sebagai berikut:
1. Faktor apa saja yang mempengaruhi dalam pemasaran otak-otak Ikan Lele Dumbo
(Clarias gariepinus) ?
2. Bagaimana kelayakan usaha pengolahan otak-otak Ikan Lele Dumbo (Clarias
gariepinus) ?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dilaksanakan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengatahui faktor yang mempengaruhi pemasaran otak-otak Ikan Lele
Dumbo (Clarias gariepinus).
2. Untuk menganalisis kelayakan usaha pengolahan otak-otak Ikan Lele Dumbo
(Clarias gariepinus).
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah mengetahui faktor apa saja yang
mempengaruhi dalam pemasaran produk serta mengetahui kelayakan usaha olahan
otak-otak Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus).

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi dan Morfologi Lele Dumbo (Clarias gariepinus)


2.1.1 Klasifikasi Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)

Gambar 1. Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)


Klasifikasi ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) menurut Ghufron dan Kordi
(2010) :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Subkelas : Teleostei
Ordo : Ostariophysi
Subordo : Siluridae
Famili : Clariidae
Genus : Clarias
Spesies : Clarias gariepinus
2.1.2 Morfologi Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)
Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) memiliki kulit yang licin, berlendir dan tidak
bersisik sama sekali. Jika terkena sinar matahari, warna tubuhnya otomatis berubah
menjadi loreng seperti mozaik hitam putih. Mulut ikan lele dumbo relatif lebar yaitu
seperempat dari panjang total tubuhnya. Tanda spesifik lainnya dari ikan lele dumbo
adalah adanya kumis di sekitar mulut sebanyak 8 buah yang berfungsi sebagai alat peraba.
Kumis berfungsi sebagai alat peraba saat bergerak atau mencari makan (Khairuman dan
Amri, 2002).
Badan ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) berbentuk memanjang dengan kepala
pipih dibawah. Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) memiliki tiga buah sirip tunggal
yaitu sirip ekor, sirip punggung dan sirip dubur. Selain itu ikan lele dumbo (Clarias
gariepinus) juga memiliki dua buah sirip yang berpasangan untuk alat bantu berenang,
yaitu sirip dada dan sirip perut. Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) juga memiliki
senjata yang ampuh dan berbisa yaitu berupa sepasang patil yang terletak didepan sirip
dada (Hernowo, 2009).
3
Komposisi kandungan nilai gizi dari ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) 100gr
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1. Komposisi Kimia Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)
Komposisi kimia Jumlah (%)
Air 76%
Protein 17.7%
Lemak 4.8%
Mineral 1.2%
Karbohidrat 0.3%
Sumber : (Vaas 1985 dalam Astawan 2008).
2.2 Otak-otak Ikan

Gambar 2. Otak-otak Ikan


Otak-otak adalah salah satu hasil produk olahan ikan berupa pasta daging ikan yang

diberi bermacam-macam bumbu dan dibentuk sesuai selera dan merupakan modifikasi

antara produk bakso dan kamaboko (Gusmanto dkk. (2016).

Otak-otak ikan yang kualitasnya baik memiliki kenampakan yang bersih dan utuh,

beraroma khas dan harum oleh karena penambahan bumbu, rasanya lezat dengan tekstur

yang tidak terlalu lembek (Falahudin, 2009). Umur simpan otak- otak ikan yang disimpan

pada suhu ruang hanya berkisar 1-2 hari (Alifah, 2016). Penurunan mutu otak-otak ikan

mulai terlihat setelah penyimpanan pada suhu ruang di hari pertama. Pada hari kedua

akan terjadi penurunan mutu, baik dari segi kenampakan, aroma, rasa, tekstur dan warna

4
otak-otak. Pada hari keempat penyimpanan, otak-otak tidak lagi memenuhi syarat mutu

mikrobiologis sehingga tidak layak untuk dikonsumsi (Falahudin, 2009).

2.3 Studi Kelayakan Bisnis

Menurut Kasmir dan Jakfar studi kelayakan bisnis atau usaha adalah kegiatan

yang mempelajari secara mendalam atau bisnis yang akan dijalankan, dalam rangka

menentukan layak tidaknya usaha tersebut dijalankan (A. Rusdiana, 2014).

Untuk menentukan layak tidaknya suatu usaha dapat dilihat dari berbagai aspek.

Setiap aspek untuk dapat dikatakan layak harus memiliki suatu standar nilai tertentu,

namun keputusan penilaian tak hanya dilakukan pada salah satu aspek saja. Penilaian

untuk menentukan kelayakan harus didasarkan kepada seluruh aspek yang akan dinilai

nantinya (Kasmir,2012).

Studi kelayakan usaha juga merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang

tidak hanya menganalisis layak atau tidaknya bisnis dibangun, tetapi juga saat

dioperasionalkan secara rutin dalam rangka pencapaian keuntungan yang maksimal

untuk waktu yang tidak ditentukan, misalnya rencana peluncuran produk baru (Husein

Umar, 2007).

Studi kelayakan adalah analisis tentang seberapa sukses suatu proyek dapat

diselesaikan, memperhitungkan faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti faktor

ekonomi, teknologi, hukum dan penjadwalan. Manajer proyek menggunakan studi

kelayakan untuk menentukan potensi hasil positif dan negatif dari suatu proyek

sebelum menginvestasikan banyak waktu dan uang ke dalamnya (Investopedia, 2017).

5
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat


Waktu pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada Januari-Maret 2022 mulai dari
penyusunan proposal, penelitian, pengumpulan data dan penyusunan hasil penelitian.
Tempat penelitian ini akan dilaksanakan di kota Palangka Raya.

Penelitian ini meliputi analisis kekuatan produk, kelemahan produk dan peluang jangka
panjang dan tantangan dari produk.

3.2 Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan untuk analisis usaha pembuatan otak-otak ikan
lele dumbo (Clarias gariepinus) adalah sebagai berikut :
Tabel 2. Alat dan Bahan Analisis Usaha Pembuatan Otak-Otak Ikan Lele Dumbo
(Clarias gariepinus).
No Keterangan Fungsi
1 Buku Untuk mencatat informasi yang diperoleh.
2 Pulpen Untuk mencatat informasi yang diperoleh.
3 Voice Recorder Untuk merekam informasi yang diperoleh.
4 Kamera Untuk mendokumentasikan kegiatan.

3.3 Prosedur Penelitian


Dalam pengumpulan data metode yang digunakan adalah survai (survey) di lapanganan
secara langsung antara pewawancara dan responden.

3.4 Pengumpulan Data


Pengumpulan data menggunakan metode kuantitatif yaitu pengumpulan data yaitu
metode angket/kuesioner.
Metode angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh
informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia
ketahui (Suharsimi Arikunto, 2006:151).
Metode kuesioner dibedakan atas beberapa jenis, tergantung pada sudut pandang..
Dipandang dari cara menjawab, maka kuesioner dibedakan atas :
a) Kuesioner terbuka, yang memberikan kesempatan kepada responden untuk menjawab
dengan kalimat sendiri.
b) Kuesioner tertutup, yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal
memilih.

6
c) Jenis kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner terbuka, yaitu
kuesioner yang memungkinkan responden untuk menjawab sesuai dengan kalimat sendiri.

3.5 Analisa Data


Metode analisis data analisis usaha pengolahan ikan lele dumbo (Clarias gariepinus)
menjadi otak-otak yang digunakan adalah SWOT (strength, 0pportunities, weakness,
treaths).
Dalam Rangkuti (2006:18), analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara
sistematis untuk merumuskan strategi. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat
memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan
dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (treaths). Hal ini disebut dengan
analisis situasi. Model yang paling popular untuk analisis situasi adalah analisis SWOT.
Analisis SWOT membandingkan faktor eksternal peluang (opportunities) dan ancaman
(treats) dengan faktor internal kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness), untuk
menghasilkan analisis yang tepat. Langkah selanjutnya setelah diperoleh analisis mengenai
kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman pada sektor usaha pengolahan ikan lele dumbo
(Clarias gariepinus) menjadi otak-otak.
Untuk memudahkan dalam melaksanakan analisis SWOT diperlukan matriks SWOT.
Matriks SWOT akan mempermudah merumuskan berbagai strategi yang perlu
dijalankan dengan cara mengelompokan masing-masing problem.
Variabel yang digunakan dalam analisis strategi pengembangan adalah analisis
SWOT. Memanfaatkan semua informasi tersebut dalam model-model kuantitatif
perumusan strategi. Model yang digunakan adalah matriks SWOT (Strength, weakness,
opportunity, treaths). Matriks ini menggambarkan dengan jelas peluang dan ancaman
eksternal yang dihadapi oleh perusahaan dan disesuaikan dengan kekuataan dan
kelemahan yang dimilikinya. Matriks ini menghasilkan empat sel alternatif strategis, yaitu:
1. Strategi SO (Strength-Opportunity)
Strategi yang berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan
seluruh kekuatan untuk memanfaatkan peluang sebesar- besarnya.
2. Strategi ST (Strength-Treaths)
Strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi
ancaman.
3. Strategi WO (Weakness-Opportunity)
Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara
meminimalkan kelemahan yang ada.

7
4. Strategi WT (Weakness-Treaths)
Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensive (bertahan) dan
meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.

Matriks Analisis SWOT

Tabel.3 Matriks Analisis SWOT


STRENGTH (S) WEAKNESS (W)
Daftar semua kekuatan Daftar semua
yang dimiliki. kelemahan yang
dimiliki.

Opportunities (O) Strategi SO Strategi WO


Daftar semua peluang Gunakan semua kekuatan Atasi semua kelemahan
yang dapat yang dimiliki untuk dengan memanfaatkan semua
diidentifikasi. memanfaatkan peluang peluang yang ada.
yang ada.
Threats (T) Strategi ST Strategi WT
Daftar semua ancaman Gunakan semua kekuatan Tekan semua
yang dapat untuk menghindar dari kelemahan dan cegah
diidentifikasi. semua ancaman. semua ancaman.
Sumber: Kuncoro & Suharjono (2007).

3.6 Jadwal Pelaksanaan Penelitian


Adapun jadwal jadwal pelaksanaan penelitian ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel.4 Jadwal Pelaksanaan Penelitian.
Bulan/Minggu
No Kegiatan Januari Februari ,Maret
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Konsultasi Judul
2 Pembuatan Proposal
3 Pelaksanaan
Penelitian
4 Analisis data
5 Penyusunan Hasil
Laporan Penelitian
6 Konsultasi
7 Ujian Penelitian

Anda mungkin juga menyukai