Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN MASALAH GANGGUAN JIWA : RISIKO


BUNUH DIRI

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Stase Keperawatan Jiwa


Program Profesi Ners

SELLY MAULIDA PITRIAH


KHGD21014

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARSA HUSADA GARUT
2021
1. Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Klien Dengan Gangguan Jiwa : Risiko Bunuh Diri
2. Pengertian
Risiko bunuh diri adalah rentan terhadap menyakiti diri sendiri dan cedera yang mengancam jiwa
(NANDA-I, 2018). Tindakan menghakhiri hidupnya berupa, isyarat, ancaman dan percobaan bunuh diri
(Stuart, Keliat, Pasaribu. 2016).
Bunuh diri adalah suatu upaya yang disadari dan bertujuan untuk mengakhiri kehidupan individu
secara sadar berhasrat dan berupaya melaksanakan hasratnya untuk mati. Perilaku bunuh diri meliputu
isyarat-isyarat, percobaan atau ancaman verbal, yang akan mengakibatkan kematian, luka atau mernyakiti
diri sendiri.
Resiko bunuh diri adalah resio untuk menciderai diri sendiri yang dapat mengancam kehidupan.
Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri karena merupakan perilaku untuk mengakhiri kehidupannya
(Stuart, 2006) Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat
mengakhiri kehidupan.Bunuh diri merupakan keputusan terakhir dari individu untuk memecahkan masalah
yang dihadapi (Captain, 2008).Bunuh diri adalah pikiran untuk menghilangkan nyawa sendiri (Isaacs,
2004).

3. Rentang Respon

Keterangan :
a. Peningkatan diri yaitu seorang individu yang mempunyai pengharapan, yakin, dan kesadaran diri
meningkat.
b. Pertumbuhan-peningkatan berisiko, yaitu merupakan posisi pada rentang yang masih normal dialami
individu yang mengalami perkembangan perilaku.
c. Perilaku destruktif diri tak langsung, yaitu setiap aktivitas yang merusak kesejahteraan fisik individu
dan dapat mengarah kepada kematian, seperti perilaku merusak, mengebut, berjudi, tindakan kriminal,
terlibat dalam rekreasi yang berisiko tinggi, penyalahgunaan zat, perilaku yang menyimpang secara
sosial, dan perilaku yang menimbulkan stres.
d. Pencederaan diri, yaitu suatu tindakan yang membahayakan diri sendiri yang dilakukan dengan
sengaja. Pencederaan dilakukan terhadap diri sendiri, tanpa bantuan orang lain, dan cedera tersebut cukup
parah untuk melukai tubuh. Bentuk umum perilaku pencederaan diri termasuk melukai dan membakar
kulit, membenturkan kepala atau anggota tubuh, melukai tubuhnya sedikit demi sedikit, dan menggigit
jari.
e. Bunuh diri, yaitu tindakan agresif yang langsung terhadap diri sendiri untuk mengakhiri kehidupan.
4. Etiologi
a. Penyebab Bunuh Diri
1) Faktor genetik dan teori biologi
Faktor genetik mempengaruhi terjadinya resiko bunuh diri pada keturunannya. Disamping itu adanya
penurunan serotonin dapat menyebabkan depresi yang berkontribusi terjadinya resiko buuh diri.
2) Teori sosiologi
Emile Durkheim membagi bunuh diri dalam 3 kategori yaitu : Egoistik (orang yang tidak terintegrasi
pada kelompok sosial) , atruistik (Melakukan bunuh diri untuk kebaikan masyarakat) dan anomik
( Bunuh diri karena kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain dan beradaptasi dengan stressor)

3) Teori psikologi
Sigmund Freud dan Karl Menninger meyakini bahwa bunuh diri merupakan hasil dari marah yang
diarahkan pada diri sendiri.
4) Penyebab lain :
a. Adanya harapan yang tidak dapat di capai
b. Merupakan jalan untuk mengakhiri keputusasaan dan ketidakberdayaan
c. Cara untuk meminta bantuan
d. Sebuah tindakan untuk menyelesaikan masalah
Adapun faktor-faktor yang mempegaruhi terjadi resiko bunuh diri ada 2 faktor, yaitu:
a. Faktor predisposisi (faktor resiko)
Menurut Stuart (2005), faktor predisposisi yang menunjang perilaku resiko bunuh diri antara lain:
1) Diagnostik Psikiatrik
Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri, mempunyai hubungan
dengan penyakit jiwa.Tiga gangguan jiwa yang dapat membuat individu beresiko untuk bunuh diri
yaitu gangguan apektif, penyalahgunaan zat, dan skizofrenia.
2) Sifat kepribadian
Tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan besarnya resiko bunuh diri adalah rasa
bermusuhan, impulsif dan depresi.
3) Lingkungan psikososial
Seseorang dengan pengalaman kehilangan, kehilangan dukungan sosial, kejadian-kejadian negatif
dalam hidup, penyakit kronis, perpisahan atau perceraian, kehilangan yang dini dan berkurangnya
dukungan sosial merupakan faktor penting yang berhubungan dengan bunuh diri.
4) Riwayat keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan faktor  resiko penting untuk prilaku
destruktif.
5) Faktor biokimia
Data menunjukkan bahwa secara serotogenik, apatengik, dan depominersik menjadi media proses
yang dapat menimbulkan prilaku destrukif diri.
b. Faktor Presipitasi
Stuart (2006) menjelaskan bahwa pencetus dapat berupa kejadian yang memalukan, seperti
masalah interpersonal, dipermalukan di depan umum, kehilangan pekerjaan, atau ancaman
pengurungan. Faktor pencetus seseorang melakukan percobaan bunuh diri adalah:
1) Perasaan terisolasi dapat terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal/gagal melakukan hubungan
yang berarti.
2) Kegagalan beradaptasi sehingga tidak dapat menghadapi stres.
3) Perasaan marah/bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman pada diri sendiri.
4) Cara untuk mengakhiri keputusan.
5. Manifestasi Klinis
Tanda dan Gejala menurut Fitria, Nita (2009)
a. Mempunyai ide untuk bunuh diri.
b. Mengungkapkan keinginan untuk mati.
c. Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan.
d. Impulsif.
e. Menunjukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat  patuh).
f. Memiliki riwayat percobaan bunuh diri.
g. Verbal terselubung (berbicara tentang kematian, menanyakan tentang obat dosis mematikan).
h. Status emosional (harapan, penolakan, cemas meningkat, panic, marah dan mengasingkan diri).
i. Kesehatan mental (secara klinis, klien terlihat sebagai orang yang depresi, psikosis
danmenyalahgunakan alcohol).
j. Kesehatan fisik (biasanya pada klien dengan penyakit kronis atau terminal).
k. Pengangguaran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, atau mengalami kegagalan dalam karier).
l. Umur 15-19 tahun atau di atas 45 tahun.
m. Status perkawinan (mengalami kegagalan dalam perkawinan).
n. Pekerjaan.
o. Konflik interpersonal.
p. Latar belakang keluarga.
q. Menjadi korban perilaku kekerasan saat kecil.

6. Proses Terjadinya Masalah


Setiap upaya percobaan bunuh diri selalu diawali dengan adanya motivasi untuk bunuh diri
dengan berbagai alasan,berniat melaksanakan bunuh diri, mengembangkan gagasan sampai akhirnya
melakukan bunuh diri. Oleh karena itu, adanya percobaan bunuh diri merupakan masalah keperawatan
yang harus mendapatkan perhatian serius. Sesekali pasien berhasil mencoba bunuh diri, maka
selesai riwayat pasien. Untuk itu, perlu diperhatikan beberapa mitos (pendapat yang salah) tentang bunuh
diri
7. Pohon Masalah
Akibat Kematian Isolasi sosial HDR

Masalah Utama Resiko Bunuh Diri

Penyebab Isolasi sosial, HDR, Halusinasi, Waham, dlsb


8. Data Yang Perlu Dikaji
Data yang perlu dikumpulkan saat pengkajian :
a. Riwayat masa lalu :
1) Riwayat percobaan bunuh diri dan mutilasi diri
2) Riwayat keluarga terhadap bunuh diri
3) Riwayat gangguan mood, penyalahgunaan NAPZA dan skizofrenia
4) Riwayat penyakit fisik yang kronik, nyeri kronik.
5) Klien yang memiliki riwayat gangguan kepribadian boderline, paranoid, antisosial, gangguan
persepsi sensori, gangguan proses pikir, dsb.
6) Klien yang sedang mengalami kehilangan dan proses berduka.
b. Symptom yang menyertainya
1) Apakah klien mengalami :
 Ide bunuh diri
 Ancaman bunuh diri
 Percobaan bunuh diri
 Sindrom mencederai diri sendiri yang disengaja
2) Derajat yang tinggi terhadap keputusasaan, ketidakberdayaan dan anhedonia dimana hal ini merupakan
faktor krusial terkait dengan resiko bunuh diri.
c. Bila individu menyatakan memiliki rencana bagaimana untuk membunuh diri mereka sendiri. Perlu
dilakukan penkajian lebih mendalam lagi diantaranya:
a) Cari tahu rencana apa yang sudah di rencanakan
b) Menentukan seberapa jauh klien sudah melakukan aksinya atau perencanaan untuk melakukan aksinya
yang sesuai dengan rencananya.
c) Menentukan seberapa banyak waktu yang di pakai pasien untuk merencanakan dan mengagas akan
bunuh diri
d) Menentukan bagaiamana metoda yang mematikan itu mampu diakses oleh klien.
e) Hal – hal yang perlu diperhatikan didalam melakukan pengkajian tentang riwayat kesehatan mental
klien yang mengalami resiko bunuh diri :
f) Menciptakan hubungan saling percaya yang terapeutik
g) Memilih tempat yang tenang dan menjaga privasi klien
h) Mempertahankan ketenangan, suara yang tidak mengancam dan mendorong komunikasi terbuka.
i) Menentukan keluhan utama klien dengan menggunakan kata – kata yang dimengerti klien
j) Mendiskuiskan gangguan jiwa sebelumnya dan riwayat pengobatannya
k) Mendaptakan data tentang demografi dan social ekonomi
l) Mendiskusikan keyakinan budaya dan keagamaan
m)Peroleh riwayat penyakit fisik klien
9. Diagnosa Keperawatan
a. Risiko Bunuh Diri
10. Rencana Tindakan Keperawatan
Diagnosa :
Risiko Bunuh Diri
Tujuan Umum
Klien tidak melakukan percobaan bunuh diri
Tujuan Khusus :
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan:
1) Perkenalkan diri dengan klien
2) Tanggapi pembicaraan klien dengan sabar dan tidak menyangkal.
3) Bicara dengan tegas, jelas, dan jujur.
4) Bersifat hangat dan bersahabat.
5) Temani klien saat keinginan mencederai diri meningkat.

b. Klien dapat terlindung dari perilaku bunuh diri


1) Jauhkan klien dari benda benda yang dapat membahayakan (pisau, silet, gunting, tali, kaca,
dan lain lain)
2) Tempatkan klien di ruangan yang tenang dan selalu terlihat oleh perawat.
3) Awasi klien secara ketat setiap saat.
c. Klien dapat mengekspresikan perasaannya
Tindakan:
1) Dengarkan keluhan yang dirasakan.
2) Bersikap empati untuk meningkatkan ungkapan keraguan, ketakutan dan keputusasaan.
3) Beri dorongan untuk mengungkapkan mengapa dan bagaimana harapannya.
4) Beri waktu dan kesempatan untuk menceritakan arti penderitaan, kematian, dan lain lain.
5) Beri dukungan pada tindakan atau ucapan klien yang menunjukkan keinginan untuk
hidup.
d. Klien dapat meningkatkan harga diri
Tindakan:
1) Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi keputusasaannya.
2) Kaji dan kerahkan sumber sumber internal individu.
3) Bantu mengidentifikasi sumber sumber harapan (misal: hubungan antar sesama, keyakinan,
hal hal untuk diselesaikan).
e. Klien dapat menggunakan koping yang adaptif
Tindakan:
1) Ajarkan untuk mengidentifikasi pengalaman pengalaman yang menyenangkan setiap
hari (misal : berjalan-jalan, membaca buku favorit, menulis surat dll.).
2) Bantu untuk mengenali hal hal yang ia cintai dan yang ia sayang, dan pentingnya
terhadap kehidupan orang lain, mengesampingkan tentang kegagalan dalam kesehatan.
3) Beri dorongan untuk berbagi keprihatinan pada orang lain yang mempunyai suatu masalah dan
atau penyakit yang sama dan telah mempunyai
11. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
a. SP 1 Pasien: Percakapan untuk melindungi pasien dari percobaan bunuh diri
ORIENTASI
“Assalamu’alaikum A kenalkan saya adalah perawat B yang bertugas di ruang Mawar ini, saya dinas
pagi dari jam 7 pagi sampai 2 siang.”
”Bagaimana perasaan A hari ini?”
“Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang apa yang A rasakan selama ini. Dimana dan berapa
lama kita bicara?”
KERJA
“Bagaimana perasaan A setelah bencana ini terjadi? Apakah dengan bencana ini A merasa paling
menderita di dunia ini? Apakah A kehilangan kepercayaan diri? Apakah A merasa tak berharga atau
bahkan lebih rendah daripada orang lain? Apakah A merasa bersalah atau mempersalahkan diri
sendiri? Apakah A sering mengalami kesulitan berkonsentrasi? Apakah A berniat untuk menyakiti diri
sendiri, ingin bunuh diri atau berharap bahwa A mati? Apakah A pernah mencoba untuk bunuh diri?
Apa sebabnya, bagaimana caranya? Apa yang A rasakan?” Jika pasien telah menyampaikan ide bunuh
dirinya, segera dilanjutkan dengan tindakan keperawatan untuk melindungi pasien, misalnya dengan
mengatakan: “Baiklah, tampaknya A membutuhkan pertolongan segera karena ada keinginan untuk
mengakhiri hidup”. ”Saya perlu memeriksa seluruh isi kamar A ini untuk memastikan tidak ada benda-
benda yang membahayakan A.”
”Nah A, Karena A tampaknya masih memiliki keinginan yang kuat untuk mengakhiri hidup A, maka
saya tidak akan membiarkan A sendiri.”
”Apa yang A lakukan kalau keinginan bunuh diri muncul ? Kalau keinginan itu muncul, maka untuk
mengatasinya A harus langsung minta bantuan kepada perawat di ruangan ini dan juga keluarga atau
teman yang sedang besuk. Jadi A jangan sendirian ya, katakan pada perawat, keluarga atau teman jika
ada dorongan untuk mengakhiri kehidupan”. ”Saya percaya A dapat mengatasi masalah, OK A?”
TERMINASI
”Bagaimana perasaan A sekarang setelah mengetahui cara mengatasi perasaan ingin bunuh diri?”
”Coba A sebutkan lagi cara tersebut”
”Saya akan menemani A terus sampai keinginan bunuh diri hilang” ( jangan meninggalkan pasien )
b. SP 2 Pasien: Percakapan melindungi pasien dari isyarat bunuh diri
ORIENTASI
”Assalamu’alaikum B!, masih ingat dengan saya khan?Bagaimana perasaanB hari ini? O... jadi B
merasa tidak perlu lagi hidup di dunia ini. Apakah B ada perasaan ingin bunuh diri? Baiklah kalau
begitu, hari ini kita akan membahas tentang bagaimana cara mengatasi keinginan bunuh diri. Mau
berapa lama? Dimana?”Disini saja yah!
KERJA
“Baiklah, tampaknya B membutuhkan pertolongan segera karena ada keinginan untuk mengakhiri
hidup”. ”Saya perlu memeriksa seluruh isi kamar B ini untuk memastikan tidak ada benda-benda yang
membahayakan B.”
”Nah B, karena B tampaknya masih memiliki keinginan yang kuat untuk mengakhiri hidup B, maka
saya tidak akan membiarkan B sendiri.”
”Apa yang B lakukan kalau keinginan bunuh diri muncul ? Kalau keinginan itu muncul, maka untuk
mengatasinya B harus langsung minta bantuan kepada perawat atau keluarga dan teman yang sedang
besuk. Jadi usahakan B jangan pernah sendirian ya..”.
TERMINASI
“Bagaimana perasaan B setelah kita bercakap-cakap? Bisa sebutkan kembali apa yang telah kita
bicarakan tadi? Bagus B. Bagimana Masih ada dorongan untuk bunuh diri? Kalau masih ada
perasaan / dorongan bunuh diri, tolong panggil segera saya atau perawat yang lain. Kalau sudah tidak
ada keinginan bunh diri saya akan ketemu B lagi, untuk membicarakan cara meninngkatkan harga diri
setengah jam lagi dan disini saja.
c. SP 3 Pasien: Percakapan untuk meningkatkan harga diri pasien isyarat bunuh diri
ORIENTASI
“Assalamu’alaikum B! Bagaimana perasaan B saat ini? Masih adakah dorongan mengakhiri
kehidupan? Baik, sesuai janji kita dua jam yang lalu sekarang kita akan membahas tentang rasa
syukur atas pemberian Tuhan yang masih B miliki. Mau berapa lama? Dimana?”
KERJA
Apa saja dalam hidup B yang perlu disyukuri, siapa saja kira-kira yang sedih dan rugi kalau B
meninggal. Coba B ceritakan hal-hal yang baik dalam kehidupan B. Keadaan yang bagaimana yang
membuat B merasa puas? Bagus. Ternyata kehidupan B masih ada yang baik yang patut B
syukuri.Coba B sebutkan kegiatan apa yang masih dapat B lakukan selama ini”.Bagaimana kalau B
mencoba melakukan kegiatan tersebut, Mari kita latih.”
TERMINASI
“Bagaimana perasaan B setelah kita bercakap-cakap? Bisa sebutkan kembali apa-apa saja yang B patut
syukuri dalam hidup B? Ingat dan ucapkan hal-hal yang baik dalam kehidupan B jika terjadi dorongan
mengakhiri kehidupan
d. SP 4 Pasien: Berikut ini percakapan untuk meningkatkan kemampuan dalam menyelesaikan
masalah pada pasien isyarat bunuh diri
ORIENTASI
”Assalamu’alaikum, B. Bagaimana perasaannyai? Masihkah ada keinginan bunuh diri? Apalagi hal-
hal positif yang perlu disyukuri? Bagus! Sekarang kita akan berdiskusi tentang bagaimana cara
mengatasi masalah yang selama ini timbul. Mau berapa lama? Di saja yah ?”
KERJA
“Coba ceritakan situasi yang membuat B ingin bunuh diri. Selain bunuh diri, apalagi kira-kira jalan
keluarnya. Wow banyak juga yah. Nah coba kita diskusikan keuntungan dan kerugian masing-masing
cara tersebut. Mari kita pilih cara mengatasi masalah yang paling menguntungkan! Menurut B cara
yang mana? Ya, saya setuju. B bisa dicoba!”Mari kita buat rencana kegiatan untuk masa depan.”
TERMINASI
Bagaimana perasaan B, setelah kita bercakap-cakap? Apa cara mengatasi masalah yang B akan
gunakan? Coba dalam satu hari ini, B menyelesaikan masalah dengan cara yang dipilih B tadi. Besok
di jam yang sama kita akan bertemu lagi disini untuk membahas pengalaman B menggunakan cara
yang dipilih”.
DAFTAR PUSTAKA

Captain, C, ( 2008). Assessing suicide risk, Nursing made incredibly easy,


Volume 6(3), May/June 2008, p 46–53. Philadelphia : Elsevier
Mosby.

Fitria, Nita. 2009. Prinsip Dasar Dan Aplikasi Penulisan Laporan


Pendahuluan  Dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
(LP dan SP) Untuk 7 Diagnosis  Keperawatan Jiwa Berat Bagi
Program S1 Keperawatan. Jakarta. Salemba Medika.

Herdman, T.H. (2018). NANDA International Nursing Diagnoses: definitions and


classification 2018-2020. Jakarta: EGC.

Isaacs. (2005). Keperawatan Kesehatan Jiwa Psikiatri (3rd ed.). Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai