Penulis
PENGANTAR ..................................................................................i
DAFTAR ISI ................................................................................. iii
DAFTAR TABEL .......................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................... ix
BAB I. PENDAHULUAN .............................................................. 1
1.1. Profil Garam Nasional ..................................................... 1
1.2. Sejarah Usaha Garam di Madura..................................... 5
BAB II. POTENSI PENGEMBANGAN GARAM RAKYAT DI
MADURA ...................................................................... 11
2.1. Letak Geografi, Klimatologi dan Topografi ...................... 11
2.2. Perekonomian Wilayah .................................................. 16
2.2.1. Perekonomian Kabupaten Sampang.....................16
2.2.2. Perekonomian Kabupaten Pamekasan..................17
2.2.3. Perekonomian Kabupaten Sumenep.....................19
2.3. Potensi Perikanan di Sampang, Pamekasan dan
Sumenep, Bangkalan .................................................... 19
2.4. Potensi Tambak Garam ................................................. 21
2.5. Usaha Memperbaiki Kualitas Garam Rakyat .................. 39
2.6. Tinjauan Usaha Garam Rakyat...................................... 40
BAB III. TEKNOLOGI PRODUKSI GARAM RAKYAT ...................... 43
3.1. Produksi Garam Rakyat di Madura ................................ 49
3.2. Persiapan Produksi ....................................................... 51
3.3. Water Opzet (Pemasukan Air Laut Pertama) ................... 52
3.4. Pengolahan Air Tua di Peminihan .................................. 53
3.5. Pengolahan Tanah dan Pengolahan Air Tua ................... 53
3.6. Proses Pemeliharaan Kristal (Meja-MejaBergaram) ......... 55
3.7. Panen Garam................................................................ 56
BAB IV. PERKEMBANGAN TEKNOLOGI PRODUKSI GARAM ....... 59
Gambar
32. Sebaran dan Tingkat Intensitas Sinar matahari diseluruh dunia
(Vladimir M. Sedivy. 13th Asian Chloralkali Conference, Kuala
Lumpur, 26.6.2009. Salt? Sold Out! Review of Salt Supply
Developments in Asia-Pacific Region.)
Gambar 33. Proses pengolahan air laut menjadi garam dan produk
sampingannya (Sumber: Soerawidjaja, 2002)
Pemilihan lokasi yang tepat untuk kawasan sentra garam.
Kriteria pemilihan calon lokasi kawasan sentra garam
mencakup:
• bertanah pesisir landai yang luas, harga tak mahal;
• lautnya tenang, variasi pasang-surutnya tak besar;
• tanahnya relatif sangat tak permeabel;
• bermusim kemarau panjang (> 6 bulan).
Produksi garam dengan metode pemanasan sinar matahari
untuk menguapkan air laut sebaiknya dilakukan dalam
beberapa kolam. Karena proses kristalisasi senyawa-senyawa
yang terkandung dalam air laut tiap waktu tidak sama. Menurut
hasil pengamatan Usiglio (Usiglio, J. 1849. Annales Chem. P.
27:92-107 as cited in Clarke. FW. 1924. The Data of
Geochemistry. US Geol. Survey Bulletin. 770:219) yang dipakai
PT Garam selama bertahun-tahun, proses kristalisasi dan
urutan pengendapan senyawa-senyawa kandungan air laut
adalah sebagai berikut ini:
3,50 1000
7,10 533 0,003 0,0642 0,0672
11,50 316 traces traces
14,00 245 traces traces
16,75 190 0,0530 0,5600 0,6130
20,60 144,5 0,5620 0,5620
22,00 131 0,1840 0,1840
25,00 112 0,1600 0,1600
26,25 95 0,0508 3,2614 0,0040 0,0078 3,3240
27,00 64 0,1476 9,6500 0,0130 0,0356 9,8462
28,50 39 0,0700 7,8960 0,0262 0,0434 0,0728 8,1084
30.00 30.2 0,0144 2,6240 0,0174 0,0150 0,0358 2,7066
32,40 23 0,0254 0,0240 0,0558 2,3772
35.00 16.2 0,5382 0,0274 0,0620 2,0316
Jumlah endapan 0,003 0,1172 1,7488 27,107 0,6242 0,1532 0,2264 29,9802
Sisa garam dalam larutan
2,5885 1,8545 3,1640 0,3300 0,5339 8,4709
Induk (16,2 cm 3)
Jumlah garam dalam
0,003 0,1172 1,7488 29,696 2,4787 3,3172 0,5564 0,5339 38,4511
10 00 CM3 air laut
Produksi garam dapat berasal dari air laut, air danau asin,
atau berasal dari deposit dalam tanah/tambang batuan garam,
sehingga cara-cara produksi garam juga berkembang sesuai dengan
sumber-sumber garam diambil. Teknologi produksi garam secara
modern berusaha menggabungkan berbagai teknologi untuk
mendapatkan hasil sebesar mungkin dengan kualitas bagus. Selain
menggunakan teknologi tenaga surya, garam diproduksi dengan
cara penguapan air laut/asin dengan bahan bakar, penguapan
dengan cara vakum, desalinasi air laut baik dengan tenaga termal
atau dengan membran reverse osmosis, elektrodialisa (Ion exchange
membrane) dan penambangan garam dari batuan garam.
Gambar 37. Distilasi termal sederhana. (Fresh Water from the sun,
by Daniel C. Dunham, (Washington, DC,August 1978)
5.3. Bittern
Bittern merupakan air asin pekat sisa produksi garam surya.
Umumnya di Indonesia sisa air asin pekat tersebut dibuang tanpa
diolah lebih lanjut. Bittern atau sari air laut di negeri sakura di
kenal sebagai nigari. Nigari berguna untuk kesehatan seperti
mencegah osteoporosis, mencegah stroke, gangguan ginjal mengikis
endapan lemak di pembuluh darah dan gejala gangguan kesehatan
5.4. Brom
Brom (Br2) banyak digunakan sebagai bahandesinfektan.
Pada Konsentrasi kurang dari 1 ppm, brom banyak digunakan
dalam air kolam renang sehingga air menjadi steril, tidak berbau,
mata dan kulit tak perih. Brom juga potensial dalam pembuatan
lampu halogen. Alkali bromida (misalnya: NaBr) merupakan zat
kimia fotografi dan obat penenang yang relatif aman. Garam
bromida logam non alkali dipergunakan bubuhan lumpur
pemboran minyak yang merupakan pangsa terbesar (market share
20%) dari produksi Brom. Bromida organik (metil bromida, etil
bromida dsb.) dipergunakan untuk membuat insektisida, racun
tikus, zat warna, obat-obatan, dan penghambat penyebaran api.
7.1.Kelembagaan
Beberapa hal yang menjadi penghambat upaya
pemberdayaan komunitas petani garam secara internal seperti
rendahnya tingkat pendidikan, kepemilikan modal usaha dan aset
produksi yang sangat terbatas (nilai investasinya sangat rendah).
Dalam hal aset produksi terbatas, seperti lahan produktif yang
secara teknis tidak memenuhi syarat sehingga nilai
produktivitasnya rendah dan pada akhirnya mengakibatkan
rendahnya tingkat pendapatan.
Posisi tawar (bargaining position) komunitas petani garam
sangat lemah dalam konstalasi tata niaga garam sebab belum
memiliki lembaga representasi yang kuat serta benar-benar
memperjuangkan kepentingan petani garam. Petani garam secara
individual lemah, baik dari kualitas pendidikan dan kemampuan
permodalan. Hal ini diperparah dengan sulitnya akses petani garam
terhadap lembaga pembiayaan/perbankan, informasi pasar, dan
teknologi. Kelemahan tersebut seperti lingkaran setan yang saling
terkait dan saling mempengaruhi. Petani dengan tingkat
pendidikan rendah akan mengolah garamnya secara tradisional
dan tidak menggunakan teknologi maupun mesin baru karena
keterbatasan permodalan. Akibatnya produktivitas usaha garam
rendah dan tingkat pendapatannya rendah. Dengan tingkat
pendapatan yang rendah, sulit bagi petani garam untuk
meningkatkan jenjang pendidikannya. Hal inilah yang oleh
Malassis disebut lingkaran ketidakberdayaan. Kualitas SDM petani
garam sedikitnya tergambar pada tabel berikut.
Tabel 32. Tingkat Pendidikan Petani Garam di Pamekasan
Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase
(Orang)
Tidak tamat SD 147 12%
Tamat SD 918 75%
SLTP/sederajat 134 11%
SLTA/sederajad 25 2%
Jumlah 1224 100%
Sumber: Bappeda Kabupaten Pamekasan (2005)
Kelembagaan petani garam merupakan suatu keharusan bila
tidak ingin hal tersebut menjadi kendala yang berkepanjangan,
khususnya menghadapi globalisasi perdagangan dengan kuatnya
7.5. Regulasi
Regulasi tata niaga garam telah mengatur pengadaan garam
beryodium, pengolahan, pengemasan dan pelabelan garam
beryodium. Kompleksnya masalah garam nasional membuat
regulasi garam nasional dilakukan oleh banyak departemen dalam
berbagai sudut kepentingan. Beberapa peraturan atau kebijakan
terkait garam nasional yang pernah diterbitkan pemerintah yaitu:
- Undang-Undang RI Nomor 5 Tahun 1994 tentang Perindustrian;
Program :
Program :
a. Pelatihan manajemen usaha bagi petambak dan pelaku
usaha garam.
b. Pengadaan sekolah lapang/demontrasi plot percontohan
usaha garam.
c. Sosialisasi hasil-hasil riset terbaru teknologi garam oleh
dinas, lembaga penelitian atau dinas terkait kepada
petambak maupun asosiasi petambak garam.
d. Pelatihan pelayanan prima (customer care) bagi para
aparatur terkait.
e. Intensifikasi pembinaan/penyuluhan bagi petambak garam
dan pelaku usaha garam.
Program :
a. Mendorong terciptanya tata niaga garam yang efisien dan
menguntungkan semua pihak.
b. Menjalin kerjasama dengan Asosiasi perusahaan garam,
Asosiasi industri pemakai garam, KADIN dan Asosiasi
pemasaran lainnya baik lingkup dalam maupun luar negeri.
c. Membuat sistem informasi pasar garam online dan mudah
diakses petambak dan pelaku usaha garam.
d. Sosialisasi dan penyuluhan bagi petambak dan pelaku
tentang pentingnya informasi pasar bagi perkembangan
usaha garam.
e. Pengembangan pasar baru baik area maupun segmen pasar
melalui divesrfikasi produk garam dan turunannya.
f. Pengembangan dan pembenahan sistem mutu hasil.
g. Memperkuat dan memperluas jaringan kemitraan usaha.
h. Mengikuti kegiatan eksebisi, seminar/conferece, pameran
garam maupun industri pemakai garam.
i. Promosi produk garam rakyat melalui media cetak, online
dan elektronik.
Program :
Program :
a. Bantuan Penguatan Modal Usaha Kelompok ( PUMK) bagi
KUB, Asosiasi maupun petambak garam.
b. Pembinaan manajemen pengelolaan kas dan administrasi
Kelompok Usaha Bersama petambak garam.
c. Peningkatan partisipasi anggota dalam pemanfaatan modal
kelompok melaui tahap sosialisasi program.
d. Fasilitasi kerjasama kemitraan yang sinergis antara
petambak maupun asosiasi petambak garam dengan pelaku
usaha, lembaga perbankan, asosiasi pemasar garam dan
pihak lain.
e. Fasilitasi sumber sumber pendanaan baru bagi pelaku
usaha garam baik dari perbankan maupun lembaga non
bank.
Program :
- Unit Usaha/produksi
Agar kegiatan usaha/produksi dapat berlangsung dengan
baik, gabungan kelompok diarahkan agar mempunyai kemampuan
sebagai berikut :
Mengambil keputusan dalam menentukan pengembangan
produksi garam yang menguntungkan berdasarkan informasi
yang tersedia dalam bidang teknologi, sosial, permodalan,
sarana produksi dan sumber daya alam lainnya.
No KRITERIA SKOR
Kebijakan
pemerintah
Kesempatan dan prosedur
dan tantangan
Kemungkinan
berwirausaha
Pemberdayaan
wirausaha baru
Dukungan
keuangan dan
non-keuangan
Usaha baru
Slamet, Edi J. 1999. Madura Masa Lalu, Kini dan Yang Akan
Datang; Sebuah Tinjauan Perilaku Ekonomis. Surabaya.
Hima Teknik Elektro ITS Surabaya