Anda di halaman 1dari 15

Mini Referat

HIPOTERMIA PADA BAYI BARU LAHIR

Disusun oleh:

Suci wahyuni 1610070100024

Preseptor:

Dr. Lidya Aswati, Sp.A, M.Biomed

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BAITURRAHMAH


BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK
RSUD DR. ACHMAD MOCHTAR
BUKITTINGGI
2021

KATA PENGANTAR

i
Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas berkat izin dan

ridha-Nya penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul “Hipotermia pada

Bayi Baru Lahir” dan juga shalawat beriring salam semoga selalu tercurahkan

kepada Rasulullah Muhammad SAW.

Penulisan kasus ini merupakan salah satu tugas dalam menjalankan

kepaniteraan klinik senior pada bagian Anak Rumah Sakit Ahmad Mochtar

Bukittinggi. Penulis mengucapkan terimakasih kepada dr.Lidya Aswati,Sp.A,

M.Biomed selaku pembimbing sehingga penulis dapat menyelesaikan Referat ini

demi memenuhi tugas kepaniteraan klinik.

Penulis menyadari bahwa referat ini masih belum sempurna dan banyak

terdapat kekurangan karena keterbatasan ilmu pengetahuan dan pengalaman, oleh

karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang berguna, untuk

menambah ilmu pengetahuan dan lebih menyempurnakan referat ini. Penulis

mengharapkan semoga referat tentang Hipotermia pada Bayi Baru Lahir ini

memberikan pengetahuan ilmiah kepada para pembaca .

Bukittinggi, 31 Desember 2021

Penulis

DAFTAR ISI

ii
Kata pengantar............................................................................................... ii
Daftar Isi.......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................ 1
1.2 Tujuan Penulisan........................................................................................ 1
1.3 Manfaat Penulisan...................................................................................... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 2

2.2 Definisi....................................................................................................... 2
2.2 Etiologi....................................................................................................... 2
2.3 Patofisiologi................................................................................................ 3
2.4 Manifestasi Klinis....................................................................................... 4
2.5 Diagnosis.................................................................................................... 5
2.6 Tatalaksana ................................................................................................ 6
BAB III KESIMPULAN................................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 11

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Termoregulasi atau pengturan suhu tubuh pada bayi baru lahir merupakan
aspek yang sangat penting dan menantang dalam perawatan bayi baru lahir. Suhu
tubuh normal dihasilkan dari keseimbangan antara produksi dan kehilangan panas
tubuh. Salah satu masalah khusus pada bayi, terutama bayi kurang bulan adalah
ketidakmampuannya untuk mempertahankan suhu tubuh yang normal.1
Banyak faktor yang berperan dalam termoregulasi seperti umur, berat badan,
luas permukaan tubuh dan kondisi lingkungan. Bayi tidak seperti orang dewasa
dalam beradaptasi dengan perubahan suhu, oleh krena permukaan tubuh bayi lebih
luas dibanding orang dewasa, sehingga saat bayi terpapar dingin akan lebih
banyak menggunakan energi dan oksigen untuk mendapatkan kehangatan.1
Hipotermia dapat disebebkan oleh karena terpapar dengan lingkungan yang
dingin (suhu lingkungan rendah, permukaan yang dingin atau basah). Banyak
masalah khusus pada bayi baru lahir yang terkait dengan adaptasi yang belu
sempurna, misalnya karena asfiksia, kelahiran prematur, anomali kongenital, serta
hipotermi ataupun hipertermia yang dapat berkembang kearah kegawatan dan
menjadi salah sati gejala infeksi pada bayi baru lahir.1

1.2 Tujuan Penulisan


1. Memenuhi tugas kepaniteraan klinik senior stase anak.

2. Menambah pengetahuan pembaca umumnya dan penulis khususnya

mengenai hipoteermia pada bayi dari definisi sampai tatalaksana.

1.3 Manfaat Penulisan

1. Menambah wawasan dan kemampuan berpikir mengenai hipotermia pada

bayi.

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi1
Hipotermia pada bayi baru lahir adalah suhu dibawah 36,5°C, yang terbagi
atas hipotermia ringan (cold stress) yaitu suhu antara 36-36,5°C, hipotermia
sedang yaitu suhu diantara 32-36°C, dan hipotermia brat yaitu suhu tubuh <
32°C.
2.2 Etiologi1
a. Penurunan Produksi
Disebabkan kegagalan dalam sistem endokrin dan terjadi penurunan
basal metabolisme tubuh, sehingga timbul proses penurunan produksi
panas, misalnya pada keadaan disfungsi kelenjar tiroid, adrenal ataupun
pituitaria.
b. Peningkatan panas yang hilang
Terjadi bila panas tubuh berpindah ke lingkungan sekitar, dan tubuh
kehilangan panas. Adapun mekanisme tubuh kehilangan panas dapat
terjadi secara:
 Konduksi
Yaitu perpindahan panas yang terjadi sebagai akibat perbedaan
suhu antara kedua obyek. Kehilangan panas terjadi saat terjadi
kontak langsung antara kulit bayi baru lahir dengan permukaan
yang lebih dingin. Sumber kehilangan panas terjadi pada bayi
baru lahir yang berada pada permukaan/alas yang dingin, seperti
pada waktu proses penimbangan.
 Konveksi
Transfer panas terjadi secara sederhana dari selisih suhu antara
permukaan kulit bayi dan aliran udara yang dingin di permukaan
tubuh bayi. Sumber kehilangan panas disini dapat berupa:
inkubator dengan jendela yang terbuka, atau pada waktu proses
transportasi BBL ke rumah sakit.

2
 Radiasi
Yaitu perpindahan suhu dari suatu objek panas ke objek yang
dingin, misalnya dari bayi dengan suhu yang hangat dikelilingi
suhu lingkungan yang lebih dingin. Sumber kehilangan panas
dapat berupa suhu lingkungan yang dingin atau suhu inkubator
yang dingin.
 Evaporasi
Panas terbuang akibat penguapan, melalui permukaaan kulit dan
traktus respiratorius. Sumber kehilangan panas dapat berupa BBL
yang basah setelah lahir, atau pada waktu dimandikan.
c. Kegagalan termoregulasi
Kegagalan termoregulasi secara umum disebabkan kegagalan
hipotalamus dalam menjalankan fungsinya dikarenakan berbagai
penyebab. Keadaan hipoksia intrauterin/ saat persalinan/post partum,
defek neurologik dan paparan obat prenatal (analgesik/ anestesi) dapat
menekan respons neurologik bayi dalam mempertahankan suhu tubuh
nya. Bayi sepsis akan mengalami masalah dalam pengaturan suhu dapat
menjadi hipotermi atau hipertermi.
2.3 Patofisilogi1
Gangguan salah satu atau lebih unsur-unsur termoregulasi akan
mengakibatkan suhu tubuh berubah, menjadi tidak normal. Apabila terjadi
paparan dingin, secara fisiologis tubuh akan memberikan respon untuk
menghasilkan panas berupa:
1. Shivering thermoregulation/ST
Merupakan mekanisme tubuh berupa menggigil atau gemetar secara
involunter akibat dari kontraksi otot untuk menghasilkan panas.
2. Non-shivering thermoregulation/NST
Merupakan mekanisme yang dipengaruhi oleh stimulasi sistem saraf
simpatis untuk menstimulasi proses metabolik dengan melakukan oksidasi
terhadap jaringan lemak coklat. Peningkatan metabolisme jaringan lemak
coklat akan meningkatkan produksi panas dari dalam tubuh.

3
3. Vasokonstriksi perifer
Mekanisme ini juga distimulasi oleh sistem saraf simpatis, kemudian
sistem saraf perifer akan memicu otot sekitar arteriol kulit utuk
berkontraksi sehingga terjadi vasokontriksi. Keadaan ini efektif untuk
mengurangi aliran darah ke jaringan kulit dan mencegah hilangnya panas
yang tidak berguna.

Untuk bayi, respon fisiologis terhadap paparan dingin adalah dengan


proses oksidasi dari lemak coklat atau jaringan adiposa coklat. Pada bayi bayi
baru lahir, NST ( proses oksidasi jaringan lemak coklat) adalah jalur yang
utama dari suatu peningkatan produksi panas yang cepat, sebagai reaksi atas
paparan dingin. Sepanjang tahun pertama kehidupan, jalur ST mengalami
peningkatan sedangkan untuk jalur NST selanjutnya akan menurun.

Jaringan lemak coklat berisi suatu konsentrasi yang tinggi dari kandungan
trigliserida, merupakan jaringan yang kaya kapiler dan dengan rapat diinervasi
oleh syaraf simpatik yang berakhir pada pembuluh-pembuluh darah balik dan
pada masing-masing adiposit. Masing-masing sel mempunyai banyak
mitokondria, tetapi yang unik di sini adalah proteinnya terdiri dari protein tak
berpasangan yang mana akan membatasi enzim dalam proses produksi panas.
Dengan demikian, akibat adanya aktifitas dari protein ini, maka apabila lemak
dioksidasi akan terjadi produksi panas, dan bukan energi yang kaya ikatan
fosfat seperti pada jaringan lainnya. Noradrenalin akan merangsang proses
lipolisis dan aktivitas dari protein tak berpasangan, sehingga dengan begitu
akan menghasilkan panas.
2.4 Manifestasi Klinis1
Hipotermi ditandai dengan :
 Akral dingin
 Bayi tidak mau minum
 Kurang aktif
 Kutis marmorata
 Pucat
 Takipneu

4
 Takikardi

Hipotermi yang berkepanjangan, akan menyebabkan terjadinya


peningkatan konsumsi oksigen, distres respirasi, gangguan keseimbangan
asam basa, hipoglikemia, defek koagulasi, sirkulasi fetal persisten, gagal ginjal
akut, enterokolitis nekrotikan, dan pada keadaan yang berat akan
menyebabkan kematian.

2.5 Diagnosis1
Diagnosis hipotermi ditegakkan dengan pengukuran suhu baik suhu tubuh
atau kulit bayi. Pengukuran suhu ini sangat bermanfaat sebagai salah satu
petunjuk penting untuk deteksi awal adanya suatu penyakit, dan
pengukurannya dapat dilakukan melalui aksila, rektal atau kulit.
Melalui aksila merupakan prosedur pengukuran suhu bayi yang
dianjurkan, oleh karena mudah, sederhana dan aman. Tetapi pengukuran
melalui rektal sangat dianjurkan untuk dilakukan pertama kali pada semua
BBL, oleh karena sekaligus sebagai tes skrining untuk kemungkinan adanya
anus imperforatus. Pengukuran suhu rektal tidak dilakukan sebagai prosedur
pemeriksaan yang rutin kecuali pada bayi-bayi sakit.

5
Klasifikasi suhu tubuh abnormal.

Anamnesis Pemeriksaan Klasifikasi

 Bayi terpapar  Suhu tubuh 32- Hipotermia sedang


suhu lingkungan 36,4°C
yang rendah  Gangguan nafas
 Waktu  Denyut jantung
timbulnya kurang dari 100
kurang dari dua kali/menit
hari  Malas minum
 Letargi

 Bayi terpapar  Suhu tubuh Hipotermia berat


suhu lingkungan <32°C
yang rendah  Tanda hipotermia
 Waktu sedang
timbulnya  Kulit teraba keras
kurang dari 2  Napas pelan dan
hari dalam

2.6 Tatalaksana1
a. Hipotermia berat
 Segera hangatkan bayi di bawah pemancar panas yang telah
dinyalakan sebelumnya, bila mungkin. Gunakan inkubator atau
ruangan hangat, bila perlu.
 Ganti baju yang dingin dan basah bila perlu. Beri pakaian yang
hangat, pakai topi dan selimut dengan selimut hangat

6
 Hindari paparan panas yang berlebihan dan posisi bayi sering diubah.
 Bila bayi dengan gangguan napas (frekuensi napas lebih 60 atau
kurang 30 kali/menit, tarikan dinding dada, merintih saat ekspirasi),
lakukan manajemen Gangguan napas.
 Pasang jalur IV dan beri cairan IV sesuai dengan dosis rumatan, dan
infus tetap terpasang di bawah pemancar panas, untuk menghangatkan
cairan
 Periksa kadar glukosa darah, bila kadar glukosa darah kurang 45
mg/dL (2,6 mmol/L), tangani hipoglikemia.
 Nilai tanda kegawatan pada bayi (misalnya gangguan napas, kejang
atau tidak sadar) setiap jam dan nilai juga kemampuan minum setiap 4
jam sampai suhu tubuh kembali dalam batas normal.
 Ambil sample darah dan beri antibiotika sesuai dengan yang
disebutkan dalam penanganan kemungkinan besar sepsis.
 Anjurkan ibu menyusui segera setelah bayi siap:
 Bila bayi tidak dapat menyusu, ASI peras dengan menggunakan
salah satu alternatif cara pemberian minum
 Bila bayi tidak dapat menyusu sama sekali, pasang pipa lambung
dan beri ASI peras begitu suhu bayi mencapai 35°C.
 Periksa suhu tubuh bayi setiap jam. Bila suhu naik paling tidak 0,5 °C/
jam, berarti upaya menghangatkan berhasil, kemudian lanjutkan
dengan memeriksa suhu bayi setiap 2 jam.
 Periksa juga suhu alat yang dipakai untuk menghangatkan dan suhu
ruangan setiap jam. Setelah suhu tubuh bayi normal:
 Lakukan perawatan lanjutan untuk bayi
 Pantau bayi selama 12 jam kemudian, dan ukur suhunya setiap 3
jam
 Pantau bayi selama 24 jam setelah penghentian antibiotika. Bila suhu
bayi tetap dalam batas normal dan bayi minum dengan baik dan tidak
ada masalah lain yang memerlukan perawatan di rumah sakit, bayi

7
dapat dipulangkan dan nasehati ibu bagaimana cara menjaga agar bayi
tetap hangat selama di rumah.
b. Hipotermia sedang
 Ganti pakaian yang dingin dan basah dengan pakaian yang hangat,
memakai topi dan selimuti dengan selimut hangat.
 Bila ada ibu/ pengganti ibu, anjurkan menghangatkan bayi dengan
melakukan kontak kulit dengan kulit atau perawatan bayi lekat (PMK:
Perawatan Metode Kanguru).
 Bila ibu tidak ada:
 Hangatkan kembali bayi dengan menggunakan alat pemancar panas,
Gunakan inkubator dan ruangan hangat, bila perlu :
 Periksa suhu alat penghangat dan suhu ruangan, beri ASI peras dengan
menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum dan sesuaikan
pengatur suhu;
 Hindari paparan panas yang berlebihan dan posisi bayi lebih sering
diubah. Anjurkan ibu untuk menyusui lebih sering.
 Bila bayi tidak dapat menyusu, berikan ASI peras menggunakan salah satu
alternatif cara pemberian minum.
 Mintalah ibu untuk mengamati tanda kegawatan (misalnya gangguan
napas, kejang, tidak sadar) dan segera mencari pertolongan bila terjadi hal
tersebut.
 Periksa kadar glukosa darah, bila < 45 mg/dL (2,6 mmol/L), tangani
hipoglikemia.
 Nilai tanda kegawatan, misalnya gangguan napas, bila ada tangani
gangguan napasnya. Periksa suhu tubuh bayi setiap jam, bila suhu naik
minimal 0,5°C/ jam, berarti usaha menghangatkan berhasil, lanjutkan
memeriksa suhu setiap 2 jam.
 Bila suhu tidak naik atau naik terlalu pelan, kurang 0,5°C/jam, cari tanda
sepsis.
 Setelah suhu tubuh normal:

8
 Lakukan perawatan lanjutan
 Pantau bayi selama 12 jam berikutnya, periksa suhu setiap 3 jam
 Bila suhu tetap dalam batas normal dan bayi dapat minum dengan baik
serta tidak ada masalah lain yang memerlukan perawatan di rumah sakit,
bayi dapat dipulangkan. Nasihati ibu cara menghangatkan bayi di rumah.

9
BAB III

KESIMPULAN

Hipotermia pada bayi baru lahir adalah suhu dibawah 36,5°C. Dimana
penyebab dari hipotermia dapat berupa penurunan produksi panas, peningkatan
panas yang hilang, dan kegagalan termoregulasi. Hipotermia ditandai dengan
akral dingin, bayi tidak mau minum, kurang aktif, kutis marmorata, pucat,
takipneu, takikardi. Dimana diagnosa dapat ditegakkan dengan pengukuran suhu
tubuh ataupun kulit bayi. Tatalaksana pada bayi dengan hipotermia segera lakukan
penghatan pada bayi baik hipotermia berat ataupun sedang.

10
DAFTAR PUSTAKA

1. Yunanto A. Termoregulasi. Dalam : Kosim MH, Yunanto A, Dewi R,


Sarosa GI, Usman A. Penyunting.Neonatologi. Edisi Petama. Jakarta:
Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia.1999.h.89-97.

11

Anda mungkin juga menyukai