Anda di halaman 1dari 8

RINGKASAN/RESUME

GRATIFIKASI SEKSUAL DALAM

PEESONA KORUPSI

OLEH: 1 MULAJIBNA RAMBE

INSTITUT PENDIDUKAN TAPANULI SELATAN

IPTS
KATA PENGANTAR

Sejak lama seks telah menjadi suatu hal yang tidak dapat diukur nilainya. Seks hanya
sebatas alat” untuk memuaskan antar pihak. Di sisi lainnya, seks tidak hanya sebatas pria
dan wanita

namun seks telah melebarkan sayapnya menjadi semburit dan lesbi.Berjalan ke


belakang, Kota Sodom dan Gomora adalah buktikepercayaan iman seseorang bahwa seks
benar benar menjadi signifikan.

Bab I
Pendahulan

Latar belakang

Tindak pidana korupsi merupakan penyakit masyarakat yangpenanganannya


diperlukan secara luar biasa Tindak pidana korupsi juga sangat merugikan keuangan Negara
atau perekonomian Negara,sehingga menghambat pembangunan nasional. Hal ini
harusdiberantas secara tuntas dalam rangka mewujudkan masyarakatyang adil dan makmur
berdasarkan Pancasila dan Undang-UndangDasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
(UUD NRI 1945).Masalah utama yang dihadapi yaitu meningkatnya modus
Bab II

Pembahasan

Tindak pidana korupsi merupakan penyakit masyarakat yangpenanganannya


diperlukansecara luar bias Tindak pidana korupsi juga sangat merugikan keuangan
Negara atau perekonomian Negara,sehingga menghambat pembangunan nasional. Hal
ini harusdiberantas secara tuntas dalam rangka mewujudkan masyarakatyang adil dan
makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-UndangDasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 (UUD NRI 1945).Masalah utama yang dihadapi yaitu meningkatnya modus
danbentuk korupsi tersebut seiring dengan kemajuan kemakmuran danteknologi.
Pengalaman memperlihatkan semakin maju pembangunansuatu bangsa semakin
meningkat juga kebutuhan mendorong oranguntuk melakukan korupsi.

Bentuk subjek hukum dalam tindak pidana yang dikategorikansebagai tindak


pidana korupsi adalah manusia alamiah yang dapatdimintakan pertanggungjawaban
pidana berdasarkan kesalahanyang dilakukan, baik kesengajaan atau kealpaan.

Upaya pemerintah Republik Indonesia dalam memberantastindak pidana


korupsi di Indonesia, yakni dibentuknya KPK yangmemiliki wewenang penyelidikan,
penyidikan, penuntutan sesuaidengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16
Tahun 2004tentang Kejaksaan Republik Indonesia (UU No. 16-2004) danUndang-
Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2002 tentangKomisi Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi (UU No. 30-2002).Di Pasal 11 UU No. 30-2002, dalam
melaksanakan tugassebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf c, KPK
berwenangmelakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan tindak pidanakorupsi

Upaya pemberantasan tindak pidana korupsi telah menjadiamanat Bangsa


Indonesia yang telah dituangkan dalam KetetapanMPR RI Nomor XI/MPR/1998
tentang Penyelenggaraan Negarayang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme–

yangdiwujudkan dalam UU No. 31-1999. Kendala utama yang dihadapiselama


penerapan UU No. 31-1999 dalam penanganan tindak pidanakorupsi yaitu kurangnya
dukungan anggaran, sumber daya manusiayang masih belum memadai dan hambatan-
hambatan penyidikanterhadap pejabat-pejabat negara, sulitnya menembus rahasia
bank,hukum acara pidana yang tidak efektif dan efisien, serta rendahnyadukungan
semua pihak baik pemerintah maupun masyarakatsendiri. Menurut pendapat M. Jasin,
tidak berjalannya program-program pemberantasan korupsi di Indonesia selama ini
lebihbanyak dikarenakan

Hukum pidana sebagai codex, dan karenanya sifatnya sebagai codex jauh dari
sempurna. Oleh karena itu hakim sering mencarikeadilan dalam nilai-nilai masyarakat
dan yang sangat mencolokdalam hukum pidana adalah penegakan norma-normanya,
karenapenegakan hukum pidana sesungguhnya banyak ditentukan olehasas legalitas
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 KUHP.
Ajaran sifat melawan hukum yang formal mengatakan bahwaapabila suatu
perbuatan telah memenuhi semua unsur dalamrumusan tindak pidana, maka
perbuatan tersebut adalah tindakpidana atau perbuatan yang dapat dikenakan pidana.
Suatuperbuatan dapat dikenakan pidana apabila telah memenuhi empatanasir pidana,
yaitu

:1.Perbuatan tersebut merupakan perbuatan yang dapat dikenakanpidana;

2.Perbuatan tersebut dapat dipertanggungjawabkan oleh pelakutindak pidana

;3. Perbuatan itu berupa kejahatan atau kealpaan

;4.Tiada alasan pemaaf atau pembenar.

UU No. 3-1971 lebih merupakan kehendak politik

pemerintahuntuk memberantas korupsi daripada hasil suatu kerja perundang-


undangan. Dalam perdebatan mengenai raancangan undang-undangtersebut tidak
pernah terdapat pembicaraan bagaimana sebaiknyasuatu tindak pidana dirumuskan.
Pembicaraan mengenai hal ini lebihberlandaskan politis daripada yuridis. Konsekuensi
yuridis hampirselalu terlupakan. Akibatnya dalam penerapan dan
penegakanhukumnya selalu menimbulkan kejanggalan bahkan menyiratkanrasa
ketidakadilan. Akan adil apabila yang sama diperlakukan secarasama pula.

Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang bebas daripengaruh


apapun, maka perbedaan pendapat antara hakim yangsatu dengan lainnya tidak dapat
dielakkan. Walaupun demikiansesungguhnya perbedaan tersebut dapat dihindarkan
apabila hakimterhindar dari ketunaan ilmu hukum sebagai ilmu pengetahuan
yangselalu berkembang mengikuti perkembangan zaman, dalam arti ilmupengetahuan
yang bebas dari tekanan (politik).Roscoe Pound,

Berdasarkan pemahaman arti pembuktian sidang pengadilan diatas, pembuktian dapat


dibedakan menjadi 2 (Dua) bagian yaitu

:1.Kegiatan mengungkapkan fakta

;2. Pekerjaan menganalisis fakta yang sekaligus menganalisis hukum.Bagian


pembuktian yang pertama adalah kegiatan pemeriksaanalat-alat bukti yang diajukan
dimuka sidang pengadilan oleh JPU danPenasihat Hukum
atau atas kebijakan Majelis Hakim.Proses pembuktian bagian pertama ini akan
berakhir pada saat ketuaMajelis Hakim mengucapkan secara lisan bahwa
pemeriksaanperkara telah selesai.Bagian pembuktian kedua adalah pembuktian yang
berupamenganalisa fakta-fakta yang didapat dalam persidangan danmenganalisa
hukum masing-masing oleh tiga pihak tersebut(

Sebagian besar praktisi mengartikanpembuktian adalah pembuktian


sebagaimana pembuktian bagiankedua saja, sehingga pembuktian kedua ini dapat pula
diartikansebagai pembuktian dalam arti sempit. Sedangkan pembuktiandalam arti luas
adalah seluruh proses pembuktian baik yang pertamadan bagian kedua, sehingga dapat
disimpulkan sementara bahwakeseluruhan ketentuan hukum yang mengatur segala
segi tentangpembuktian itulah yang disebut dengan hukum pembuktian. Dantelah kita
ketahui bahwa kegiatan pembuktian telah diatur dalamKUHAP untuk hukum umum
dan bisa ditambah dengan aturankhusus diluar kodifikasi seperti pembuktian dalam
tindak pidanakorupsi. Jenis-jenis alat bukti yang boleh dipergunakan dan
kekuatanpembuktian serta cara bagaimana dipergunakannya alat-alat buktitersebut
untuk membuktikan di sidang pengadilan adalah hal palingpokok dalam hukum
pembuktian dengan sistem negatif. Tiga halpokok itu telah tertuang dalam Pasal-pasal
dalam bagian keempatKUHAP. Mengenai macam-macam alat bukti dimuat dalam
Pasal 184KUHAP. Sedangkan mengenai cara mempergunakan alat-alat buktidan
kekuatan pembuktian alat-alat bukti dimuat dalam Pasal 185hingga Pasal 189 KUHAP.

Kejaksaan sering gagal dalam memenangkan perkara korupsi,vonis hakim yang


dijatuhkan pada umumnya jauh lebih ringanketimbang tuntutan jaksa bahkan ada
koruptor yang dinyatakanbebas oleh hakim. Kegagalan jaksa penuntut umum
disebabkankarena kurangnya alat dan barang bukti yang diperoleh oleh jaksapenuntut
umum untuk membuktikan terdakwa benar-benarmelakukan tindak pidana korupsi,
atau di sini Kejaksaan sulit untukmembuktikan bahwa terdakwa telah merugikan
keuangan Negaradan harta kekayaannya hasil dari korupsi.

Kesulitan yang dihadapi penegak hukum adalah dalam halpembuktian. Minimnya


alat bukti dan saksi dalam membuktikanapakah terdakwa telah menerima layanan
seks dan kemudianapakah layanan seks itu berhubungan dengan jabatannya
ataumempengaruhi tugas dan tanggung jawabnya untuk melakukansesuatu atau tidak
melakukan sesuatu yang dapat merugikan negara
BAB III

PENUTUP

Tindak korupsi merupakan sebuah perbuat yang jelek, busuk, jahat.. Karena dapat
merugikan segalah pihat baik intansi masyarakat maupun negara... Tindak pidana
korupsi merupakan penyakit masyarakat yangpenanganannya diperlukan secara luar
biasa

Tindak pidana korupsi juga sangat merugikan keuangan Negara atau perekonomian
Negara,sehingga menghambat pembangunan nasional. Hal ini harusdiberantas secara
tuntas dalam rangka mewujudkan masyarakatyang adil dan makmur berdasarkan
Pancasila dan Undang-UndangDasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD
NRI 1945).

Anda mungkin juga menyukai