1. Pengertian
Imunologi : Cabang ilmu yang mempelajari tentang sistem pertahanan tubuh.
Imunitas : Suatu kemampuan tubuh untuk melawan organisme atau toksin
yang cenderung merusak jaringan atau organ tubuh.
Respon Imun : Kumpulan respon terhadap organisme asing yang masuk ke dalam
tubuh manusia.
Sistem Imun : Sistem dalam tubuh yang bertanggungjawab dalam kekebalan tubuh
b. Robert Koch
Ketika Jenner menemukan vaksin untuk smallpox, Jenner sendiri tidak tahu apa penyebab penyakit
yang mematikan itu. Baru abad 19 Robert Koch bisa menjelaskan adanya beberapa agen penginfeksi
berupa mikroorganisme yang menimbulkan penyakit. Dia menemukan bahwa anthrax tidak dapat
hidup di luar inang atau hospes dalam waktu yang lama, namun dapat membuat spora yang dapat
bertahan lama. Spora-spora ini, tertanam dalam tanah sehingga menyebabkan merebaknya anthraks.
Selain itu juga dikemukakan penyakit malaria yang ditimbulkan oleh plasmodium, kaki gajah
oleh Wuchereria bancrofti, masih merambah di belahan bumi ini terutama di daerah tropis.
Robert Koch juga memaparkan penemuan mengenai bakteri yang menyebabkan tuberkulosis
yaitu Mycobacterium tuberculosis.
Penemuan oleh Robert Koch ini sangat berkontribusi besar dalam dunia kesehatan pada tahun
1905, sehingga diberikan penghargaan nobel kepadanya dalam bidang fisiologi dan kedokteran.
c. Louis Pasteur
Pada tahun 1880, Lois Pasteur dengan penemuannya tentang prinsip
vaksinasi, fermentasi mikroba dan pasteurisasi (cara mencegah pembusukan makanan hingga
beberapa waktu lamanya dengan proses pemanasan), dengan terobosan yang luar biasa
dalam menguak penyebab dan pencegahan suatu penyakit dan menciptakan vaksin pertama
untuk rabies dan antraks. Pasteur juga mampu membuktikan bahwa kuman penyakit, yang
menyatakan bahwa kuman menyerang tubuh dari luar (lingkungan).
1
Bernita Pandiangan_2021011012 RPL
ke dalam binatang. Roux menjelaskan bahwa penyebab penyakit difteri bukan bakteri difterinya
langsung melainkan racun yang dihasilkan oleh bakteri. Bersama Kitasato, Emil menciptakan
serum untuk melawan penyakit tetanus. Selanjutnya Jules Jean Baptiste Vincent Bordet
dengan karyanya pada pengembangan bakteri tak seimbang dalam medium sintesis, yang
telah menemukan mekanisme fagosit, melalui yang sel darah putih menghilangkan infeksi
dengan memasukkan dan membunuh mikroorganisme penyerang.
2
Bernita Pandiangan_2021011012 RPL
seperti obat antibiotik umumnya tidak imunogenik, tetapi bila diikat pada protein pembawa
yang cukup besar, maka akan membentuk suatu kompleks yang dapat merangsang respon
imun untuk memproduksi Ab terhadap molekul tersebut. Substan tersebut adalah hapten,
yang bentuk kompleksnya dapat bereaksi dengan Ab, tetapi ia sendiri tidak imunogenik
Selain imunogen dan hapten, dikenal pula Sistem Human Leucocyte Antigen (HLA) atau
sering disebut juga sebagai Major HIstocompatibility Complex (MHC). HLA diekspresikan di
membran sel berinti, yaitu sel limfosit, granulosit, monosit, trombosit, dan beberapa organ,
walaupun diketahui trombosit tidak mempunyai inti sel. Berdasarkan struktur biokimianya,
HLA dikategorikan menjadi HLA kelas I dan II. HLA bersifat sangat imunogenik. Pada proses
transfusi, kehamilan dan transplantasi organ, individu normal dapat membentuk Ab terhadap
HLA. Oleh karena itu, pada transplantasi organ, untuk menghindari proses penolakan organ di
tubuh pasien, dilakukan terlebih dulu pemeriksaan HLA typing, untuk menentukan kecocokan
donor dan pasien. Pada proses transfusi, untuk menghindari reaksi transfusi karena
ketidakcocokan HLA donor dan pasien, maka komponen darah yang ditransfusikan
dihilangkan sel lekositnya dengan cara disaring atau disebut dengan leukoreduction atau
leucopoor.
Reaksi ketidakcocokan HLA dapat menghasilkan Ab terhadap HLA. Ab HLA biasanya
terdapat pada wanita yang mempunyai riwayat sering melahirkan. Jenis Ab ini dapat
ditemukan pada reaksi transfusi yang diberi nama “transfusion related acute lung injury”.
Selain HLA, terdapat juga jenis Ag lekosit yaitu Human Netrofil Antigen/HNA di sel netrofil.
Pada membran trombosit juga terdapat Ag khusus yang diberi nama Human Platelet Antigen
(HPA). Adanya ketidakcocokan HPA menimbulkan Ab terhadap HPA. Antibodi (Ab) terhadap
HPA menyebabkan penurunan jumlah trombosit (trombositopenia).
Antigen pada sel darah merah diklasifikasikan di sistem golongan darah(ABO, Rh Lewis,
Kell, Kid, Duffy, dsb). Antigen pada sel lekosit diklasifikasikan pada sistem HLA, HNA. Antigen
pada trombosit diklasifikasikan ke dalam sistem HPA. Jenis Ag ini tidak murni hanya berada di
satu jenis sel darah saja, terkadang terdapat beberapa jenis Ag sel darah merah yang terdapat
di sel darah lain seperti trombosit, contohnya adalah ABO atau HLA yang juga terdapat di
trombosit.
Aktifitas sistem kekebalan juga melibatkan kerja Sitokin yaitu protein yang dihasilkan
oleh sel dan berfungsi terhadap sel itu sendiri maupun sel-sel lain di sekitarnya Sitokin ini
berperan dalam aktivasi sel-sel imun (baik non spesifik maupun spesifik), mengatur
hematopoiesis maupun membantu terjadinya peradangan (inflamasi). Sitokin memiliki
beberapa nama lain yang dihubungkan dengan jenis sel penghasil, sel target dan cara kerja
sitokin tersebut monokin, interleukin, kemokin. Terdapat tiga cara kerja sitokin dalam
mekanisme pertahanan tubuh, yaitu autokrin, parakrin dan endokrin. Contoh sitokin yang
memiliki cara kerja endokrin adalah hormon. Sitokin yang dihasilkan dan bekerja dengan cara
autokrin, parakrin maupun sitokrin akan ditangkap oleh reseptor pada sel target
Terdapat beberapa kemampuan kerja sitokin yaitu pleiotropisme, redundansi, sinergi
dan antagonism. Karakteristik sitokin juga cukup khas, diantaranya akan diproduksi oleh-sel
yang teraktivasi karena mengenal patogen, sitokin yang diproduksi kemudian akan berikatan
dengan reseptor yang ada di permukaan sel target, ekspresi reseptor sitokin ini akan diatur
oleh sinyal eksternal, sitokin yang sudah mencapai sel target dapat mengubah ekspresi gen
sel target, sehingga akan terjadi perubahan sifat dan perbanyakan sel target, produksi sitokin
juga akan diatur sehingga tidak terlalu banyak pada tubuh (feedback mechanism).
Sitokin juga bisa berperan dalam pengaturan respon imun non spesifik, spesifik,
hematopoiesis dan peradangan atau inflamasi. Pada pengaturan respon non spesifik, sitokin
3
Bernita Pandiangan_2021011012 RPL
akan mengaktivasi sel-sel respon imun non seluler. Selain membantu respon imun non
spesifik, sitokin juga bisa membantu respon imun spesifik.
4
Bernita Pandiangan_2021011012 RPL
B limfosit dan T limfosit. Sistem imun ini dibagi menjadi 2 yaitu sistem imunspesifik humoral
dan seluler.
Sistem imun spesifik humoral yang berperan adalah limfosit B atau sel B yang berasal
dari sistem sel. Fungsi utama limfosit B adalah mempertahankan tubuh dari infeksi bakteri,
virus dan melakukan netralisasi toksin, diproses pada sumsum tulang yaitu sel batang yang
sifatnya pluripotensi (pluripotent stem cells) dan dimatangkan di sumsum tulang. Limfosit B
menyerang antigen yang ada di cairan antar sel. Terdapat 3 jenis sel limfosit B yaitu : limfosit
B plasma memproduksi antibodi, limfosit B melakukan pembelah sehingga menghasilkan
limfosit dalam jumlah banyak secara cepat, dan limfosit B mempunyai fungsi memori
mengingat antigen. Antibodi yang terbentuk secara spesifik ini akan mengikat antigen baru
lainnya yang sejenis. Bila serum protein tersebut dipisahkan dengan cara elektroforesis, maka
IgG ditemukan terbanyak dalam fraksi globulin alfa dan beta, ada lima jenis IgG yaitu IgG, IgA,
IgM, IgD, IgE.
Sistem imun spesifik selular terbentuk di sumsum tulang, sel-sel progenitor T bermigrasi
ke timus fungsi menyerang antigen yang berada di dalam sel, untuk pertahanan terhadap
bakteri, virus, jamur dan keganasan di intra seluler. Ada tiga golongan utama dari sel T yaitu,
sel efektor dari killing sel sel sitotoksik (Tc), dua golongan lagi termasuk di dalam sel regulasi
yaitu sel T helper (Th) dikenal juga sebagai CD4 dan sel T suppressor (Ts) dikenal juga sebagai
CD8.
Peran sel T helper (CD4) berperan menolong sel B dalam differensiasi dan memproduksi
antibodi. Fungsi sel CD4 dalam proses perlindundungan tubuh yaitu, pengendali, mengaitkan
sistem monosit-makrofag ke sistem limfoid, menghasilkan sitokin dan berkembang menjadi
sel T memory.
Peran sel T sitotoksik (Tc) atau sel T killer (pemusnah) adalah satu-satunya sel T yang
dapat langsung menyerang dan membunuh sel lainnya. Peran sel T suppressor (Ts) (CD8) atau
sel regulasi, dengan inhibisi karena ia melepaskan limpokin yang dapat menekan aktivitas dari
sel T dan sel B. Sel Ts akan menghentikan respon imun setelah sukses menginaktifkan dan
menghancurkan antigen.