Anda di halaman 1dari 26

EYD DAN

TANDA BACA
Bahasa Indonesia
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Lambung Mangkurat
Kelompok 3
Aufa Habibie
(2110312310053)

Siti Anzely Roqama Putri


(2110312320066)
TOPIK
1 UCAPAN
2 EJAAN (EYD)
3 TANDA BACA
4 PENULISAN ANGKA DAN BILANGAN
UCAPAN
Ucapan berasal dari kata dasar ucap. Ucapan artinya adalah
mengucapkan kata-kata untuk menyampaikan informasi, pendapat,
perasaan, niat, dan instruksi. Menurut KBBI, ucapan adalah kata
yang diucapkan (dilisankan atau disebutkan).
1

EJAAN
(EYD)
EJAAN
Ejaan adalah seperangkat aturan tentang cara menuliskan bahasa dengan menggunakan
huruf, kata, dan tanda baca sebagai sarananya. Batasan tersebut menunjukkan bahwa pengertian
kata ejaan berbeda dengan kata mengeja. Mengeja adalah kegiatan melafalkan huruf, suku kata,
atau kata, sedangkan ejaan adalah suatu sistem aturan yang jauh lebih luas dari sekadar masalah
pelafalan. Ejaan mengatur keseluruhan cara menuliskan bahasa.
Ejaan merupakan kaidah yang harus dipatuhi oleh pemakai bahasa demi keteraturan dan
keseragaman bentuk, terutama dalam bahasa tulis. Keteraturan bentuk akan berimplikasi pada
ketepatan dan kejelasan makna. Ibarat mengemudi kendaraan, ejaan adalah rambu lalu lintas
yang harus dipatuhi oleh setiap pengemudi. Jika para pengemudi mematuhi rambu-rambu yang
ada, terciptalah lalu lintas yang tertib dan teratur. Seperti itulah kira-kira bentuk hubungan
antara pemakai bahasa dengan ejaan.
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
Ejaan yang disempurnakan adalah ejaan bahasa Indonesia yang berlaku sejak tahun 1972.
Ejaan ini menggantikan ejaan sebelumnya, Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi. EYD mulai
berlaku lebih tepatnya pada tanggal 16 Agustus 1972.
Ruang lingkup EYD mencakup lima aspek, yaitu:
1) Pemakaian huruf
2) Penulisan huruf
3) Penulisan kata
4) Penulisan unsur serapan
5) Pemakaian tanda baca (pungtuasi)
Dengan berlakunya EYD, maka ketertiban dan keseragaman dalam penulisan bahasa
Indonesia diharapkan dapat terwujud dengan baik.
1) Pemakaian Huruf
Pemakaian huruf mengatur masalah yang mendasar dari suatu bahasa, yaitu
abjad, vokal, konsonan, pemenggalan kata, dan nama diri.
Abjad bahasa Indonesia menggunakan 26 huruf dari huruf A sampai Z. Dalam abjad itu
terdapat 5 huruf vokal yaitu a, e, i, o, dan u. Sisanya adalah konsonan sebanyak 21 huruf. Di
samping 26 huruf itu, dalam bahasa Indonesia juga digunakan gabungan konsonan (diagraf)
sebanyak 4 pasang:
• kh seperti dalam kata khusus, akhir
• ng seperti dalam kata ngilu, bangun
• ny seperti dalam kata nyata, anyam
• sy seperti dalam kata syair, asyik.

Selain gabungan dua konsonan, ada pula gabungan dua vokal yang disebut diftong. Diftong
terjadi jika dua vokal yang berurutan --harus dalam satu suku kata-- menciptakan bunyi
luncuran (bunyi yang berubah kualitasnya) yang berbeda dengan lafal aslinya.
2) Penulisan Huruf
Penulisan huruf mengatur jenis huruf yang dipakai, meliputi huruf kapital
dan huruf miring.

A. Huruf Kapital
a. Huruf kapital atau huruf besar digunakan sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
Contoh:
1) Semoga harapan dan keinginanmu bisa tercapai.
2) Kita harus bekerja keras seperti dia.
3) Aku membeli barang ini dengan temanku.

b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.


Contoh:
1) Pak Haji itu berkata, ”Jaga dirimu baik-baik, Nak!”
2) Adik bertanya, “Kapan kita ke Taman Safari?”
c. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan
dengan keagamaan, nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan.
Contoh:
1) Al-Qur’an adalah pembeda antara yang hak dan yang batil.
2) Selain Al-Qur’an kita juga harus meyakini adanya kitab Injil, Zabur, dan Taurat.

d. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama gelar kehormatan atau keturunan,
keagamaan yang diikuti nama orang.
Contoh:
K.H. Drs. Hasan Basri, M.Ag. , Imam Hanafi, Nabi Ibrahim

e. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang
diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama
instansi, atau nama tempat.
Contoh:
Presiden Jokowi, Menteri Pertanian, Letnan Jendral Sudirman, Profesor Abdullah
B. Huruf Miring
Huruf miring adalah huruf yang tercetak miring dalam terminologi tipografi disebut italic. Huruf
italic ini biasanya digunakan untuk memberikan penekanan pada sebuah kata. Di samping itu, huruf-
huruf ini juga dipakai untuk menunjukkan istilah atau kata yang berasal dari bahasa asing. Dalam hal
ini, huruf bercetak miring pada umumnya dipakai pada pengutipan judul buku, nama koran, atau
media pers.
Huruf miring juga biasa digunakan untuk menegaskan kata atau penulisan kata-kata yang bukan
merupakan bahasa Indonesia seperti istilah bahasa asing atau bahasa daerah. Penggunaan huruf
miring dalam tulisan adalah sebagai berikut:
a. Huruf miring dipakai untuk menuliskan judul buku, nama majalah, atau nama surat kabar yang
dikutip dalam tulisan, termasuk dalam daftar pustaka.
Contoh:
1) Saya sudah membaca buku Salah Asuhan karangan Abdoel Moeis.
2) Majalah Poedjangga Baroe menggelorakan semangat kebangsaan.
3) Berita itu muncul dalam surat kabar Cakrawala.
4) Nugraha, Aria. 2015. Mari Belajar Bahasa Indonesia dengan Baik dan Benar. Bandar Lampung:
Pustaka Bintang
b. Huruf miring dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau
kelompok kata dalam kalimat.
3) Penulisan Kata
Kita mengenal bentuk kata dasar, kata turunan atau kata berimbuhan, kata ulang, dan
gabungan kata. Kata dasar ditulis sebagai satu yang berdiri sendiri, sedangkan pada kata
turunan, imbuhan (awalan, sisipan, atau akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
Jika gabungan kata hanya mendapat awalan atau akhiran, maka awalan atau akhiran
ditulis serangkai dengan kata yang bersangkutan saja.

Bentuk Tidak Baku Bentuk Baku


di didik dididik
di suruh disuruh
ke sampingkan kesampingkan
hancurleburkan hancur leburkan
berterimakasih berterima kasih
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali jika berupa
gabungan kata yang sudah dianggap padu benar, seperti kepada dan daripada.
Contoh:
1. Saya pergi ke beberapa daerah untuk rnencarinya, tetapi belum berhasil.
2. Semoga perekonomian kita pada masa yang akan datang lebih cerah daripada keadaan tahun-
tahun yang lalu.
3. Para anggota pramuka sedang berkerumun di sekitar api unggun.
4) Penulisan Unsur Serapan
Penulisan ini digunakan mengatur cara penulisan unsur serapan, terutama kata-kata
yang berasal dari bahasa asing. Berdasarkan taraf integrasinya unsur pinjaman dalam
bahasa Indonesia dapat dibagi atas dua golongan bear. Pertama, unsur yang belum
sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti reshuffle, shuttle cock,
L’exploitation de l'homme par l'homme. Unsur-unsur ini dipakai dalam konteks bahasa
Indonesia, tetapi pengucapannya masih mengikuti cara asing. Kedua, unsur asing yang
pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia diusahakan
agar ejaan asing hanya diubah seperlunya hingga bentuk Indonesianya masih dapat
dibandingkan dengan bentuk asalnya.
Akhiran yang berasal dari bahasa asing diserap sebagai bagian kata yang utuh. Kata
seperti standardisasi, implementasi, dan objektif diserap secara utuh di samping kata
standar, implemen, dan objek.
Berikut ini adalah beberapa kata asing yang diserap ke dalam bahasa Indonesia, yang
sering digunakan oleh pemakai bahasa.
Kata Asing Penyerapan Salah Penyerapan Benar
risk resiko risiko
system sistim system
frequency frekwensi frekuensi
PEMAKAIAN
TANDA BACA
. , ;
? ! : -

““ () ‘
TANDA BACA
Tanda baca adalah tanda yang dipakai dalam sistem ejaan. Tanda baca dapat
membantu pembaca untuk memahami makna tulisan dengan tepat. Bayangkan jika
tulisan tanpa tanda baca, pasti tulisan tersebut membuat bingung pembacanya.
Tidak seperti ketika berbicara, lawan bicara dapat memahami maksud pembicara
karena pembicara dapat menggunakan intonasi, gerak tubuh, atau unsur nonbahasa
lainnya. Bahkan, lawan bicara dapat bertanya langsung kepada pembicara jika kurang
memahami tuturannya. Hal ini tidak terjadi dalam interaksi penulis dan pembaca. Oleh
karena itulah, penulis perlu menguasai tanda baca sebagai “jembatan” yang dapat
mewakili maksud dan pikirannya.
1. Tanda Titik (.)
• Untuk mengakhiri sebuah kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Contoh:
Ibu sedang memasak sup daging sapi.
• Tanda titik dipakai pada singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan.
Contoh:
Rapat pada kesempatan ini dipimpin oleh Dr. Basuki.
• Tanda titik dipakai pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah umum, yang ditulis dengan
huruf kecil. Singkatan yang terdiri atas dua huruf diberi dua buah tanda titik, sedangkan
singkatan yang terdiri atas tiga buah huruf atau lebih hanya diberi satu buah tanda titik.
Contoh:
s.d. (sampai dengan)
dkk. (dan kawan-kawan)
• Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang menunjukkan
jumlah.
Contoh:
Penduduk kota itu lebih dari 9.000.000 orang.
Harga baju tersebut senilai Rp 65.000,00.
2. Tanda Koma (,)
• Tanda koma dipakai untuk unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau pembilang,
memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila anak kalimat tersebut mendahului induk
kalimat.
Contoh:
Alat musik tersebut berupa gitar, drum, pianika, dan bass.
• Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat yang mendahului induk kalimatnya.
Contoh:
Saya akan datang, jika tidak turun hujan.
• Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
Contoh:
“Kamu harus berhati-hati di jalan raya,” kata Rudi.
• Tanda koma dipakai di antara nama orang dan singkatan gelar akademik yang mengikutinya
untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga atau marga.
Contoh:
Fatimah, S.Pd., M.A.
3. Tanda Seru (!)
Tanda seru dipakai untuk mengakhiri ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau
perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, atau emosi yang kuat.
Contoh:
Jangan letakkan benda itu di depan saya!
Perhatikan contoh-contoh berikut dengan teliti!

4. Tanda Tanya (?)


• Tanda tanya selalu dipakai disetiap akhir kalimat tanya.
Contoh:
Siapa Presiden Indonesia saat ini?
• Tanda tanya yang dipakai dan diletakan didalam tanda kurung menyatakan bahwa
kalimat yang dimaksud kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Contoh:
Di Indonesia terdapat 740 (?) bahasa daerah.
5. Tanda Titik Koma (;)
• Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk
memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara yang lain di dalam kalimat
majemuk.
Contoh:
Hari makin sore; kami belum selesai juga.
• Tanda titik koma dipakai untuk memisahkan bagian-bagian pemerincian dalam
kalimat yang sudah menggunakan tanda koma.
Contoh:
Ibu membeli buku, pensil, dan tinta; baju, celana, dan kaus.

6. Tanda Petik (”…”)


Tanda petik dipakai untuk mengapit petikan langsung, judul syair, karangan, istilah yang
mempunyai arti khusus atau kurang dikenal.
Contoh:
1) Kata Hasan, "Saya ikut pergi ke toko buku."
2) Sajak "Aku" ditulis oleh Chairil Anwar.
3) Anak itu sangat "jenius”.
7. Tanda Hubung (-)
• Tanda hubung dipakai untuk menyambung unsur kata ulang.
Contoh:
Anak-anak kelaparan di negara Afrika adalah akibat globalisasi.
• Tanda hubung dipakai untuk merangkai unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa daerah atau
bahasa asing.
Contoh: di-packing
• Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (a) se dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf
kapital, (b) ke dengan angka, (c) angka dengan -an, dan (d) singkatan huruf kapital dengan imbuhan atau
kata.
Contoh:
1) Bulan depan akan diadakan perlombaan paduan suara remaja se-Kalimantan Selatan di Banjarmasin.
2) Ke-200 orang itu berasal dari Jepang.

8. Tanda Petik Tunggal (‘…’)


Tanda petik tunggal mengapit terjemahan atau penjelasan kata ungkapan asing.
Contoh:
Kita mengambil snack ‘kudapan’ di lantai atas.
PENULISAN ANGKA
DAN BILANGAN
Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim
digunakan angka Arab atau angka Romawi. Angka digunakan untuk menyatakan (a) ukuran
panjang, berat, dan isi, (b) satuan waktu, dan (c) nilai uang. Selain itu, angka lazim juga dipakai
untuk menandai nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar pada alamat dan digunakan juga
untuk menomori karangan tau bagian-bagiannya.

Contoh:
1) Kami menginap di Hotel Sahid Jaya, Kamar 125.
2) Kita tetap ingat pada Bab XV, Pasal 36.
3) Surah Ali Imran, Ayat 12, perlu dibaca secara serius.
4) Tata Bahasa Indonesia I menjadi buku wajib dalam belajar.

Penulisan lambang bilangan dengan huruf dilakukan seperti cara berikut.


1) dua ratus tiga puluh lima (maksudnya 235)
2) seratus empat puluh delapan (maksudnya 148)
3) tiga tiga perempat (maksudnya 3¾) (dengan garis datar, bukan garis miring)
Penulisan kata bilangan tingkat dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu sebagai berikut.
1) Abad XXI ini dikenal juga sebagai abad globalisasi.
2) Abad ke-21 ini dikenal juga sebagai abad globalisasi.
3) Abad kedua puluh satu ini dikenal juga sebagai abad globalisasi.

Penulisan kata bilangan yang mendapat akhiran -an mengikuti cara seperti berikut.
1) Sutan Takdir Alisyahbana adalah pujangga tahun 30-an.
2) Bolehkah say menukar uang dengan lembaran 1.000-an?
3) Angkatan Balai Pustaka sering disebut Angkatan Tahun 20-an

Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf, kecuali jika
beberapa lambang dipakai secara berurutan, seperti dalam perincian atau pemaparan.
Contoh:
1) Ada sekitar lima puluh calon mahasiswa yang tidak diterima di akademi itu.
2) Kendaraan yang beroperasi di DKI Jakarta terdiri atas 1.000 bajaj, 500 bemo, 200 oplet, 100 metro mini,
dan 50 bus kota.
Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan
kalimat diubah sedemikian rupa sehingga yang tidak dapat dinyatakan dengan
satu atau dua kata, tidak terdapat lagi pada awal kalimat. Penulisan angka yang
benar adalah penulisan seperti perbaikan berikut.
I) Dua belas orang menderita luka berat dalam kecelakaan itu.
2) Sebanyak 150 orang tamu diundang oleh Panitia Reuni di Serpong.
3) Dua puluh helai kemeja terjual pada hari itu.
4) Sebanyak 350 orang pegawai mendapat penghargaan dari Pemerintah.

Angka yang menunjukkan bilangan utuh yang besar dapat dieja


sebagian supaya lebih mudah dibaca.
Contoh:
• Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 250 juta rupiah.
• Penduduk Indonesia berjumlah lebih dari 120 juta orang.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, E. Zaenal, Wahyu Wibowo, dan Somadi Sosrohadi. 2010. Bahasa Indonesia
………Akademik: Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian. Tangerang: Pustaka Mandiri.

Suyatno dkk. 2017. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi: Membangun Karakter
………Mahasiswa melalui Bahasa. Jakarta: In Media

Finoza, Lamuddin. 2013. Komposisi Bahasa Indonesia (Edisi 6). Jakarta: Diksi.

Damayanti, Rini dan Tri Indrayani. 2015. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi.
……..Surabaya: Victory Inti Cipta.
TERIMA KASIH
CREDITS: This presentation template was created by
Slidesgo, including icons by Flaticon, infographics &
images by Freepik and illustrations by Stories

Anda mungkin juga menyukai