TANDA BACA
Bahasa Indonesia
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Lambung Mangkurat
Kelompok 3
Aufa Habibie
(2110312310053)
EJAAN
(EYD)
EJAAN
Ejaan adalah seperangkat aturan tentang cara menuliskan bahasa dengan menggunakan
huruf, kata, dan tanda baca sebagai sarananya. Batasan tersebut menunjukkan bahwa pengertian
kata ejaan berbeda dengan kata mengeja. Mengeja adalah kegiatan melafalkan huruf, suku kata,
atau kata, sedangkan ejaan adalah suatu sistem aturan yang jauh lebih luas dari sekadar masalah
pelafalan. Ejaan mengatur keseluruhan cara menuliskan bahasa.
Ejaan merupakan kaidah yang harus dipatuhi oleh pemakai bahasa demi keteraturan dan
keseragaman bentuk, terutama dalam bahasa tulis. Keteraturan bentuk akan berimplikasi pada
ketepatan dan kejelasan makna. Ibarat mengemudi kendaraan, ejaan adalah rambu lalu lintas
yang harus dipatuhi oleh setiap pengemudi. Jika para pengemudi mematuhi rambu-rambu yang
ada, terciptalah lalu lintas yang tertib dan teratur. Seperti itulah kira-kira bentuk hubungan
antara pemakai bahasa dengan ejaan.
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
Ejaan yang disempurnakan adalah ejaan bahasa Indonesia yang berlaku sejak tahun 1972.
Ejaan ini menggantikan ejaan sebelumnya, Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi. EYD mulai
berlaku lebih tepatnya pada tanggal 16 Agustus 1972.
Ruang lingkup EYD mencakup lima aspek, yaitu:
1) Pemakaian huruf
2) Penulisan huruf
3) Penulisan kata
4) Penulisan unsur serapan
5) Pemakaian tanda baca (pungtuasi)
Dengan berlakunya EYD, maka ketertiban dan keseragaman dalam penulisan bahasa
Indonesia diharapkan dapat terwujud dengan baik.
1) Pemakaian Huruf
Pemakaian huruf mengatur masalah yang mendasar dari suatu bahasa, yaitu
abjad, vokal, konsonan, pemenggalan kata, dan nama diri.
Abjad bahasa Indonesia menggunakan 26 huruf dari huruf A sampai Z. Dalam abjad itu
terdapat 5 huruf vokal yaitu a, e, i, o, dan u. Sisanya adalah konsonan sebanyak 21 huruf. Di
samping 26 huruf itu, dalam bahasa Indonesia juga digunakan gabungan konsonan (diagraf)
sebanyak 4 pasang:
• kh seperti dalam kata khusus, akhir
• ng seperti dalam kata ngilu, bangun
• ny seperti dalam kata nyata, anyam
• sy seperti dalam kata syair, asyik.
Selain gabungan dua konsonan, ada pula gabungan dua vokal yang disebut diftong. Diftong
terjadi jika dua vokal yang berurutan --harus dalam satu suku kata-- menciptakan bunyi
luncuran (bunyi yang berubah kualitasnya) yang berbeda dengan lafal aslinya.
2) Penulisan Huruf
Penulisan huruf mengatur jenis huruf yang dipakai, meliputi huruf kapital
dan huruf miring.
A. Huruf Kapital
a. Huruf kapital atau huruf besar digunakan sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
Contoh:
1) Semoga harapan dan keinginanmu bisa tercapai.
2) Kita harus bekerja keras seperti dia.
3) Aku membeli barang ini dengan temanku.
d. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama gelar kehormatan atau keturunan,
keagamaan yang diikuti nama orang.
Contoh:
K.H. Drs. Hasan Basri, M.Ag. , Imam Hanafi, Nabi Ibrahim
e. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang
diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama
instansi, atau nama tempat.
Contoh:
Presiden Jokowi, Menteri Pertanian, Letnan Jendral Sudirman, Profesor Abdullah
B. Huruf Miring
Huruf miring adalah huruf yang tercetak miring dalam terminologi tipografi disebut italic. Huruf
italic ini biasanya digunakan untuk memberikan penekanan pada sebuah kata. Di samping itu, huruf-
huruf ini juga dipakai untuk menunjukkan istilah atau kata yang berasal dari bahasa asing. Dalam hal
ini, huruf bercetak miring pada umumnya dipakai pada pengutipan judul buku, nama koran, atau
media pers.
Huruf miring juga biasa digunakan untuk menegaskan kata atau penulisan kata-kata yang bukan
merupakan bahasa Indonesia seperti istilah bahasa asing atau bahasa daerah. Penggunaan huruf
miring dalam tulisan adalah sebagai berikut:
a. Huruf miring dipakai untuk menuliskan judul buku, nama majalah, atau nama surat kabar yang
dikutip dalam tulisan, termasuk dalam daftar pustaka.
Contoh:
1) Saya sudah membaca buku Salah Asuhan karangan Abdoel Moeis.
2) Majalah Poedjangga Baroe menggelorakan semangat kebangsaan.
3) Berita itu muncul dalam surat kabar Cakrawala.
4) Nugraha, Aria. 2015. Mari Belajar Bahasa Indonesia dengan Baik dan Benar. Bandar Lampung:
Pustaka Bintang
b. Huruf miring dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau
kelompok kata dalam kalimat.
3) Penulisan Kata
Kita mengenal bentuk kata dasar, kata turunan atau kata berimbuhan, kata ulang, dan
gabungan kata. Kata dasar ditulis sebagai satu yang berdiri sendiri, sedangkan pada kata
turunan, imbuhan (awalan, sisipan, atau akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
Jika gabungan kata hanya mendapat awalan atau akhiran, maka awalan atau akhiran
ditulis serangkai dengan kata yang bersangkutan saja.
Contoh:
1) Kami menginap di Hotel Sahid Jaya, Kamar 125.
2) Kita tetap ingat pada Bab XV, Pasal 36.
3) Surah Ali Imran, Ayat 12, perlu dibaca secara serius.
4) Tata Bahasa Indonesia I menjadi buku wajib dalam belajar.
Penulisan kata bilangan yang mendapat akhiran -an mengikuti cara seperti berikut.
1) Sutan Takdir Alisyahbana adalah pujangga tahun 30-an.
2) Bolehkah say menukar uang dengan lembaran 1.000-an?
3) Angkatan Balai Pustaka sering disebut Angkatan Tahun 20-an
Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf, kecuali jika
beberapa lambang dipakai secara berurutan, seperti dalam perincian atau pemaparan.
Contoh:
1) Ada sekitar lima puluh calon mahasiswa yang tidak diterima di akademi itu.
2) Kendaraan yang beroperasi di DKI Jakarta terdiri atas 1.000 bajaj, 500 bemo, 200 oplet, 100 metro mini,
dan 50 bus kota.
Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan
kalimat diubah sedemikian rupa sehingga yang tidak dapat dinyatakan dengan
satu atau dua kata, tidak terdapat lagi pada awal kalimat. Penulisan angka yang
benar adalah penulisan seperti perbaikan berikut.
I) Dua belas orang menderita luka berat dalam kecelakaan itu.
2) Sebanyak 150 orang tamu diundang oleh Panitia Reuni di Serpong.
3) Dua puluh helai kemeja terjual pada hari itu.
4) Sebanyak 350 orang pegawai mendapat penghargaan dari Pemerintah.
Suyatno dkk. 2017. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi: Membangun Karakter
………Mahasiswa melalui Bahasa. Jakarta: In Media
Finoza, Lamuddin. 2013. Komposisi Bahasa Indonesia (Edisi 6). Jakarta: Diksi.
Damayanti, Rini dan Tri Indrayani. 2015. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi.
……..Surabaya: Victory Inti Cipta.
TERIMA KASIH
CREDITS: This presentation template was created by
Slidesgo, including icons by Flaticon, infographics &
images by Freepik and illustrations by Stories