Anda di halaman 1dari 3

Nama : Ajeung Dwi Febian Sukma

NPM/Kelas : 11211374/B
Prodi : Manajemen S1
Dosen Pengampu : Fransiska Agustina, S.E.,M.M
Evaluasi Akhir Semester
Kecerdasan Emosional
SOAL
1. Manusia sebagai mahluk yang kompleks, dalam dirinya seringkali mengalami
pertentangan antara emosi dan akal sehat, apa yang harus dilakukan dalam kondisi seperti
itu dan bagaimana cara menyikapinya?
2. Kemampuan untuk menyelaraskan diri dalam suatu kelompok akan membantu
meningkatkan produktivitas, jelaskan mengapa hal itu bisa terjadi?
3. Merasa takut, cemas, stress dan depresi biasanya merupakan gejala dalam gangguan
psikosomatik, bagaimana tahapan penanganan terhadap hal tersebut?
4. Jelaskan mengapa optimisme diperlukan untuk melawan rasa putus asa atau bahkan depresi
ketika dihadapkan pada suatu masalah?
5. Empat tahun pertama dalam kehidupan merupakan hal yang sangat penting dalam proses
pembelajaran emosi, apa yang menyebabkan hal itu bisa terjadi?
JAWABAN
1. Menurut saya, ketika emosi dan akal sehat bertentangan, lebih baik kita harus menahan dan
harus bisa mengontrol emosi, karena emosi itu berupa kemarahan dan amarah itu adalah
setan yang mengendalikan. Ketika emosi segeralah meminta perlindungan kepada Allah
SWT. Dan gunakanlah akal pikiran kita yang sudah diciptakan oleh Allah SWT untuk
membimbing kita selalu tetap dijalan-Nya
2. Karena orang yang mampu menyelaraskan diri dalam suatu kelompok itu berarti orang itu
bisa menyesuaikan keadaan dan dapat mengendalikan diri dalam berkomunikasi dengan
baik. Hal itu dapat memperlancar komunikasi dengan orang-orang yang ada dalam
kelompok itu dan akan membuat orang lain nyaman sehingga bisa disukai oleh banyak
karena didalam kelompok itu perlu adanya kerjasama agar produktivitas semakin
meningkat.
3. Pengobatan Psikosomatik
Dalam gangguan psikosomatik, dokter tidak hanya berfokus mengobati gejala fisik yang
dialami pasien, tetapi juga mengobati kondisi mental atau psikis yang menyebabkan
munculnya keluhan fisik pada pasien. Oleh karena itu, setelah keluhan fisiknya ditangani,
pasien mungkin akan dirujuk ke psikiater untuk diperiksa dan diterapi kondisi
psikologisnya. Beberapa pengobatan gangguan psikosomatik yang mungkin dilakukan
oleh psikiater adalah:
-Psikoterapi
Jenis pengobatan psikoterapi yang umumnya dilakukan berupa terapi perilaku kognitif.
Pengobatan ini bertujuan untuk melatih respons mental seseorang terhadap situasi yang
berat. Hal ini akan sangat bermanfaat untuk mengurangi keluhan fisik yang dialami orang
dengan gangguan psikosomatik.
-Hipnoterapi
Hipnoterapi bisa berdampingan dengan psikoterapi, dan efektif untuk mengatasi stres serta
kecemasan. Hipnosis pada terapi ini dapat membuat seseorang mampu mengeksplorasi
pikiran, perasaan, dan ingatan menyakitkan yang tersembunyi di pikiran bawah sadarnya.
Dengan ditemukannya luka terpendam ini, dokter jadi bisa membantu pasien mengolah dan
menanggapi luka tersebut sehingga tidak berkembang menjadi stres yang bisa memicu
gangguan psikosomatik.
-Obat-obatan
Obat-obatan biasanya digunakan untuk gangguan mental yang menyebabkan gejala
psikosomatik. Psikiater umumnya meresepkan obat antidepresan yang dapat mengurangi
gejala fisik atau nyeri yang berhubungan dengan depresi dan gangguan psikosomatik.
Selain cara-cara di atas, psikiater mungkin juga akan melatih pasien mengenai cara
mengelola stres dengan baik. Tujuannya adalah agar pasien bisa mencegah atau meredakan
gejala psikosomatik ketika sedang dilanda stres.
Meski berasal dari pikiran, gangguan psikosomatik tidak boleh disepelekan dan harus
diatasi. Jika Anda sering mengeluh sakit saat sedang ada masalah, berkonsultasilah dengan
psikiater untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.
Sumber : https://www.alodokter.com/mengenali-gangguan-psikosomatik-dan-cara-
mengobatinya
4. Dari titik pandang kecerdasan emosional optimisme merupakan sikap penyangga
seseorang agar jangan sampai terjatuh kedalam keputusasaan atau depresi ketika
dihadapkan pada suatu masalah (Daniel Goelman).
Optimisme merupakan harapan yang kuat yang dapat melawan rasa putus asa seseorang.
5. Perkembangan social emosional anak pada usia dini merupakan proses perkembangan anak
dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya kepada orang tua, teman sebaya dan
orang dewasa. Serta proses perkembangan keadaan jiwa anak dalam memberikan respon
terhadap keadaan dilingkungannya yang sesuai dengan aturan social yang diperoleh
melalui mendengar, mengamati, meniru dan dapat distimulasi melalui penguatan dan
modeling.
Menurut Hoffman pada usia 1 tahun anak-anak mulai memahami dirinya apabila melihat
anak lain jatuh dan menangis, pada awal usia 2 tahun anak-anak mulai memahami bahwa
perasaan orang lain berbeda dengan perasannya, sehingga, anak lebih peka terhadap syarat-
syarat yang mengungkapkan perasaan orang lain, Pada akhir masa anak-anak, anak dapat
merasakan kesengsaraan suatu kelompok masyarakat, misalnya kaum miskin, kaum yang
tertindas, atau mereka yang secara sosial terkucil di tengah-tengah masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai