Dosen Pengampu:
Dra. Sri Wahyuni, M.Si.
Kelas B
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena kami dapat membuat laporan tugas
Pengantar Manajemen mengenai “Manajemen Konflik”. Kami membuat laporan ini semata-mata
untuk menyampaikan mengenai manajemen konflik dan cara penanganannya.
Adapun kegiatan ini untuk melengkapi tugas Pengantar Manajemen agar kami dapat
mengikuti kegiatan belajar mengajar tahun 2018/2019. Dengan menyusun tugas ini kami
berharap agar mendapat nilai baik, khususnya dalam mata pelajaran Pengantar Manajemen.
Terima kasih kepada orang tua yang memberi dukungan moral dan materi, dosen yang
telah membimbing kami, teman-teman dan orang –orang yang tidak bisa kami sebutkan satu
persatu yang telah membantu menyusun laporan ini, kami mengucapkan terima kasih.
Kami berharap kritik dan saran dari pembaca, apabila ada kesalahan dalam perkataan atau
sesuatu yang kurang dari buku ini. Semoga kritik dan saran pembaca dapat membuat kami
menjadi lebih baik di masa depan nanti. Juga semoga buku ini dapat bermanfaat khususnya bagi
kami selaku penulisnya dan para pelajar pada umumnya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I Pendahuluan
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Pada umumnya, orang beranggapan bahwa konflik itu selalu menimbulkan dampak yang
negatif. Padahal, dalam kondisi tertentu, justru konflik perlu untuk kepentingan perubahan
dan pengembangan dalam organisasi, (Winardi: 1994). Berbicara tentang manajemen konflik,
terlebih dahulu kita harus mengetahui apa itu manajemen.
Manajemen berasal dari kata manage yang berarti mengelola, mengatur, menyusun,
mengurus atau melaksanakan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa manajemen (dalam lingkup
organisasi) yaitu suatu cara yang dilakukan untuk mengatur anggota dari organisasi agar
pekerjaan berjalan dengan lancer dan tujuan organisasi tercapai dengan baik.
Sedangkan manajemen konflik yaitu manajemen jangka panjang yang bertujuan untuk
menyelesaikan konflik yang mendasar. Apabila di dalam organisasi terdapat suatu
permasalahan atau yang biasa disebut konflik, diharapkan konflik tersebut dapat teratasi
dengan baik dan dapat menimbulkan aspek positif. Jadi, adanya manajemen konflik ini sangat
penting bagi semua orang di dalam organisasi, misalnya perusahaan.
Oleh karena itu, pada makalah ini akan dijelaskan apa itu manajemen konflik, aspek-
aspek manajemen konflik, pengelolaan, penyelesaian sampai dengan hasil-hasil adanya
manajemen konflik yang akan dicapai. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca dan penulis, serta dapat menambah wawasan terkait tentang manajemen konflik.
1
1.2 Rumusan Masalah
Dalam rumusan masalah ini penulis akan membuat rumusan masalah berikut:
1. Apa definisi manajemen konflik?
2. Apa saja aspek-aspek dalam manajemen konflik?
3. Bagaimana pengelolaan konflik?
4. Bagaimana proses penanganan konflik dalam lingkup manajemen?
5. Bagaimana hasil konflik dari penanganan tersebut?
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedia Bebas
2
Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensikolpedia Bebas
3
2.2 Aspek-Aspek dalam Manajemen Konflik
Ada dua aspek manajemen konflik yang biasanya muncul, yaitu:
1. Aspek Positif
Konfik bisa jadi merupakan sumber energi dan kreativitas yang posistif apabila
dikelola dengan baik. Contohnya yakni konflik tersebut dapat menggerakkan suatu
perubahan, antara lain:
a) Membantu setiap orang untuk saling memahami tentang perbedaan pekerjaan
dengan tanggung jawab mereka.
b) Memberikan sumber atau cara baru dalam berkomunikasi.
c) Menumbuhkan semangat yang baru pada staf atau karyawan.
d) Dapat menjadi sarana untuk menyalurkan emosi bagi setiap karyawan di suatu
organisasi atau perusahaan.
e) Menghasilkan distribusi tenaga kerja yang lebih merata dalam organisasi.
Dengan begitu, para tenaga kerja dapat menjalankan tugas dengan baik sesuai
dengan tanggung jawab dan kewajibannya.
2. Aspek Negatif
Apabila konflik yang terjadi mengarah pada hal negatif dan besifat destruktif, baik
untuk individu maupun kelompok, maka kemungkinan hal tersebut akan berdampak
beberapa hal, antara lain:
a) Menurunnya efektifitas kerja di dalam oarganisasi.
b) Adanya penolakan di setiap keputusan yang sudah disetujui.
c) Apatis
d) Acuh tak acuh
e) Dapat menimbulkan sikap destruktif berupa demonstrasi.
Konflik dapat disebabkan oleh beberapa hal yang menjadi dua aspek tersebut
terjadi, antara lain:
Batasan pekerjaan yang tidak jelas;
Hambatan komunikasi;
Tekanan waktu yang terjadi di setiap bagian-bagian dalam organisasi;
4
Kebijakan atau standar yang tidak masuk akal;
Permusuhan antar tenaga kerja (pribadi);
Perbedaan status;
Visi dan misi yang tidak terwujud.
Oleh sebab itu, dalam suatu organisasi harus ada manajemen konflik di
dalamnya. Tujuannya yakni agar dapat mengatur dengan baik jika terjadi konflik,
serta mengetahui bagaimana penanganannya.
3. Systems Approach
Apabila pendekatan tawar-menawar dan pendekatan birokratis gagal
menyelesaikan konflik, maka pendekatan sistem berisi koordinasi berbagai masalah.
Pendekatan ini merujuk pada hubungan horizontal dan kesamping di antara fungsi-
fungsi. Ada dua strategi yang dapat digunakan untuk mengurangi konflik:
1) Mengurangi perbedaan terhadap tujuan dengan mengubah insentif, atau
melakukan seleksi yang sesuai;
5
2) Mengurangi saling ketergantungan fungsional dengan mengurangi
ketergantungan pada penggunaan sumber daya bersama-sama, dengan
mengurangi tekanan untuk konsensus.
o Menekannya.
Menekan sebuah konflik yang terjadi, dapat mengurangi dampak negatif,
tetapi tidak mengatasi maupun meniadakan pokok-pokok yang menjadi sebab dari
konflik tersebut.
o Menyelesaikannya.
Penyelesaian konflik hanya terjadi apabila alasan terjadinya suatu konfllik
ditiadakan dan tidak disisakan kondisi-kondisi yang menggantung untuk penyebab
timbulnya lagi pada masa yang dating.
Adapun gaya dan intensi yang diwakili masing-masing gaya sebagai berikut:
1. Tindakan Menghindari
Adapun contoh tindakan yang bersikap menghindari yakni; tidak
kooperatif dan tidak asertif, menarik diri dari situasi yang berkembang,
atau bersikap netral dalam macam segala situasi dan kondisi.
2. Kompetisi
Adapun contoh tindakan yang bersikap menghindari yakni;
bersikap tidak kooperatif, tetapi asertif, bekerja dengan cara menentang
keinginan pihak lain, berjuang untuk mendominasi dalam suatu situasi
6
“menang atau kalah” dan atau memaksakan segala sesuatu agar sesuai
dengan kesimpulan tertentu, dengan menggunakan kekuasaan yang ada.
3. Akomadi (Meratakan)
Bersikap kooperatif, tetapi tidak asertif; membeiarkan keinginan
pihak lain menonjol; meratakan perbedaan-perbedaan guna
mempertahankan harmoni yang di ciptakan secara buatan
4. Kompromis
Bersikap cukup koorperatif dan asertif, tetapi tidak hingga tingkat
ekstrim. Bekerja menuju kearah pemuasan kepentingan parsial semua
pihak yang berkepentingan; melaksanakan upaya tawar menawar untuk
mencapai pemecahan-pemechan”akseptable” tetapi bukan pemecahan
optimal, hingga tak seorangpun merasa bahwa ia menang atau kalah secara
mutlak.
5. Kolaborasi (Kerjasama) atau Pecahan Masalah.
Bersikap kooperatif, maupun asertif; berupaya untuk mencapai
kepuasan benar-benar setiap pihak yang berkepentingan, dengan jalan
bekerja melalui perbedaan-perbedaan yang ada: mencari dan memecahkan
demikian rupa, hingga setiap orang mencapai keuntungan sebagai hasinya.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Manajemen konflik merupaka suatu cara untuk mengatur konflik atau
permasalahan yang mungkin terjadi di dalam sebuah organisasi, dan diharapkan dapat
menimbulkan aspek positf, bukan aspek negatif. Selain itu, untuk mengatasi konflik
tersebut diperlukan pihak penengah yang bersifat netral dalam mengambil keputusan,
sehingga konflik manajemen dapat diatasi dengan baik.
3.2 Saran
Faktanya, masih banyak konflik yang terjadi di dalam organisasi. Oleh karena itu,
adanya manajemen konflik sangat dibutuhkan. Dimana pihak penengah yang menjadi
sebab akan terselesainya konflik tersebut. Dengan adanya pihak penengah, diharapkan
mampu meredam bahkan menemukan titik temu untuk mengakhiri konflik tersebut.
10
DAFTAR PUSTAKA
11
12