Disusun Oleh :
Wirda Khoerunnisa
203403135
UNIVERSITAS SILIWANGI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
begitu banyak nikmat dan karunia-Nya sehingga makalah dengan judul “
Perkembangan Aset Tetap Pemerintah Daerah Serta Pengelolaan Dan
Pengembangannya “bisa selesai tepat waktu.
Tidak lupa kami ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
turut membantu dalam proses pembuatan makalah “Kata Pengantar Dan Cara
Membuatnya”. Kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada bapak Nuwun
Priyono, S.E.,M.AK., AKT., CA selaku dosen mata kuliah Akuntansi
Pemerintahan yang selalu membimbing kami dalam menyelesaikan makalah kami
tersebut.
Seperti peribahasa, “Tiada gading yang tidak retak”, kami menyadari ada
banyak kekurangan dalam makalah yang sudah kami buat. Oleh karena itu, kami
mengharapkan adanya kritikan serta saran dari seluruh pembaca. Kami berharap
semoga Makalah yang kami buat dengan banyak kekurangan bisa bermanfaat bagi
kami sendiri dan juga para pembaca sekalian.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
1.3. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
mencapai tujuan tersebut maka peranan aset tetap sangat besar. Peranan aset tetap
bagi Pemerintahan dapat dilihat dari jumlah seluruh aset tetap lebih dari porsi yang
dimiliki. Aset tetap yang digunakan secara terus menerus dalam operasional
Pemerintahan semakin lama kemampuan aset tetap tersebut akan berkurang dan
akan mengalami penurunan nilai mamfaat sejalan dengan berlalunya waktu.
Kahar (diakses pada April 2019) dalam situs Badan Pengawasan Keuangan
dan Pembangunan bertajuk Penyusutan Aset Tetap Pemerintah dan
Permasalahannya, menjelaskan mengenai permasalahan aset tetap dalam aspek
penyusutan. Perbedaan kategori yang dimiliki oleh masing-masing aset tetap ini
memiliki beberapa permasalahan yang timbul dan menjadi suatu kendala dalam
penerapan penyusutan aset tetap pemerintah. Kendala ini pun akhirnya
mengakibatkan ketidakakuratan suatu laporan keuangan. Menurut Kahar adapun
permasalahan yang muncul dalam penerapan akuntansi aset tetap, salah satunya
adalah pada bagian penyusutan, yaitu
1. Belum semua aset tetap tercatat dan terhitung dalam daftar aset tetap dan
belum tentu memiliki harga perolehan yang telah dianggap wajar;
2. Pencatatan aset tetap masih belum sesuai dengan kelompoknya dan belum
terinci per unit;
3. Keberadaan dan kondisi aset tetap yang masih diragukan; dan
4. Masih kesulitan dalam menentukan umur manfaat.
Tidak adanya laporan Neraca pada sistem yang merujuk ke ICW Staatsblad
1928 ini menunjukkan bahwa pelaporan aset tetap belum menjadi fokus
dari Makuda.
Perkembangan sistem akuntansi aset tetap pada pemerintah daerah
disajikan pada gambar 1. Sistem akuntansi berikutnya muncul sebagai
tuntutan dari berlakunya otonomi daerah, dan tuntutan untuk membuat laporan
keuangan yang di dalamnya termasuk neraca. Peraturan Pemerintah Nomor 105
Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keu-angan Daerah
menjadi titik awal munculnya kewajiban Pemerintah Daerah untuk menyu-sun
neraca.Gambar 1. Gambaran Perkembangan Akuntansi Aset Tetap pada
Pemerintah Daerah di IndonesiaSumber: rangkuman penulis
Aset tetap merupakan akun langganan yang menjadi incaran BPK dalam
melakukan audit keuangan. Hal ini dikarenakan banyak permasalahan di daerah
yang disebabkan karena pengelolaan aset/barang milik daerah. Secara garis besar
ada beberapa permasalah terkait pengelolaan aset di daerah diantaranya banyaknya
aset yang tidak termanfaatkan dengan baik dan masalah penatausahaan (dokumen
dan inventaris). Selain itu seiring perkembangan globalisasi dan demokrasi
sekarang ini masyarakat menuntut agar pengelolaan aset/barang daerah berdasarkan
pada mekanisme pasar (efisien, efektif, dan ekonomis), transparan dan akuntabel
Untuk mengatasi permasalahan tersebut pemerintah sudah mengeluarkan
beberapa peraturan diantarnya Peraturan Menteri Dalam Negeri No 17 Tahun 2007
tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah. Peraturan ini mengatur
tentang siklus pengelolaan aset/barang daerah yang terdiri dari perencanaan dan
penganggaran, pengadaan, penerimaan, pemeliharaan, penatausahaan, penggunaan,
pemanfaatan, pengamanan, penilaian, penghapusan, pemindahtanganan,
pengawasan dan pengenalian, pembiayaan serta tuntutan ganti rugi. Dalam
prakteknya penerapan peraturan ini belum maksimal selain karena sistem birokrasi
8
yang berbelit-belit, faktor jumlah dan kapasitas sumber daya manusia di lapangan
juga mempengaruhi praktek penerapan peraturan tentang aset tetap tersebut.
Walaupun sering menjadi masalah di berbagai daerah khususnya dalam hal
pengelelolaan keuangan daerah bukan berarti pengelolaan aset daerah yang baik
sulit dicapai. Berikut adalah beberapa hal yang diperhatikan oleh pemerintah daerah
untuk menuju pengelolaan berang/aset daerah yang lebih baik:
1. Memperjelas pihak-pihak yang terlibat dan prosedur pengelolaan barang
Pengelolaan aset/barang milik daerah membutuhkan peranan berbagai pihak
dari suatu organisasi, untuk itu setiap organisasi harus memperjelas pihak-
pihak yang terlibat dalam siklus pengelolaan aset/barang daerah serta prosedur-
prosedur yang harus dilalui oleh masing-masing pihak tersebut. Pembuatan
prosedur pengelolaan aset/barang daerah harus memperhatikan pedoman yang
diberikan Menteri Dalam Negeri dan standar akuntansi pemerintah yang
berlaku. Dengan adanya kejelasan pihak dan prosedur pengelolaan aset/barang
daerah maka akan memudahkan dalam proses sinkronisasi yang nantinya akan
mempermudah pembuatan laporan pertanggungjawaban keuangan daerah.
2. Pengolahan data dan pelaporan dengan sistem
Seperti sudah dijelaskan diawal bahwa salah satu permasalahan dalam
aset/barang daerah adalah penatausahaan khususnya dalam hal dokumen dan
inventaris. Untuk mengatasi permasalah ini diperlukan suatu sistem yang
mendukung pengolahan data dan pelaporan. Pembuatan sistem ini tentunya
membutuhkan dukungan dari divisi IT yang ada di organisasi tersebut atapun
dengan menggunakan bantuan konsultan dari pihak swasta. Sistem ini harus
mampu mengakomodir semua data aset/barang daerah dari mulai perencanaan
hingga pelaporan. Mampu mengakomodir formulir-formulir terkait
pengelolaan aset serta laporan-laporan output yang dibutuhkan untuk proses
pertangungjawaban. Sistem yang terintegrasi dengan baik akan sangat
membantu pemerintah dalam mengambil kebijakan dengan mudah dan cepat
serta mampu menelusuri catatan historis dari suatu aset/barang daerah.
3. Dalam perkembangan, sistem pengelohan data dan pelaporan aset/barang milik
daerah harus mampu menjadi sistem informasi manajemen aset daerah yang
menghasilkan informasi lebih cepat, akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.
9
2.3.Capital Charging
bunga dan tingkat pengembalian modal yang ada pada sektor swasta (Ball,
2003). Terdapat dua alur alasan terkait diterapkannya capital charging, yang
pertama untuk menyamakan dengan biaya yang muncul pada sektor privat dan
yang kedua untuk menghilangkan kecenderungan yang muncul yaitu kesan
bahwa aset tetap merupakan barang gratis (Ball, 2003; Heald & Scott, 1996).
Pada sektor publik, pendanaan aset tetap biasanya bersumber dari pendapatan,
baik pajak maupun bukan pajak, walaupun terkadang aset tetap juga dibiayai
dengan menggunakan pinjaman. Baik didanai dengan pendapatan maupun
pinjaman, pengguna aset tetap tersebut biasanya bukan pihak yang melakukan
pengadaan sehingga pengguna aset tetap melihat aset tetap sebagai barang gratis
(Heald & Scott, 1996; Sussex, 2004).
11
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Aset tetap sebagai salah satu harta negara dengan nilai yang
signifikan tidak luput dari perkembangan akuntansi. Perkembangan
akuntansi ini dapat dipisahkan menjadi dua kelompok besar, yaitu
perkembangan akuntansi pada pemerintah pusat dan perkembangan
akuntansi pada pemerintah daerah. Sedangkan di luar negeri, akuntansi aset
tetap juga berkembang dengan pesat. Salah satunya adalah kebijakan capital
charging dalam pengelolaan aset tetap. Pengoptimalisasian pengelolaan aset tetap
daerah adalah focus utama yang harus diperhatikan dengan empat cara yaitu,
memperjelas pihak-pihak yang terlibat dan prosedur pengelolaan barang,
pengolahan data dan pelaporan dengan sistem, sistem pengelohan data dan
pelaporan aset/barang milik daerah harus mampu menjadi sistem informasi
manajemen aset daerah dan publikasi.
3.2.Saran
DAFTAR PUSTAKA
Ball, R., Robin, A. & Wu, S. 2003. Incentives Versus Standards: Properties of
Accounting Income in Four East Asian Countries. Journal of Accounting &
Economic. Vol. 36:235-270.
Bastari, Iman 2004, Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah dan Standar
Akuntansi Pemerintahan sebagai wujud reformasi manajemen keuangan
daerah, Anggota Komite Kerja Standar Akuntansi Pemerintahan, Jakarta,
Juli.
BPK. (2017). The Journey Of Fixed Asset Accounting In The Local Government
Of Indonesia And Capital Charging As Improvement Direction 2017.
Jakarta: Badan Pemeriksa Keuangan. Jurnal Akuntansi
Donal E. Kieso, Jerry J. Weygandt, and Terry D. Warfield, 2007, Akuntansi
Intermediate. Edisi Keduabelas, Jakarta : Erlangga.
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002 Tentang Pedoman
Pengurusan,Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah serta
Tata Cara Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah,
Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah danPenyusunan Perhitungan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
Komite Standar Akuntansi Pemerintah (KSAP). 2007. PSAP 01 tentang Penyajian
Laporan Keuangan.
Simanjuntak, Binsar H, 2005, Menyongsong Era Baru Akuntansi Pemerintahan di
Indonesia, Jurnal akuntansi Pemerintah Vol. 1, N0. 1.