Sifat kebalikan dari “Openness to Experience” ini adalah individu yang cenderung
konvensional dan nyaman terhadap hal-hal yang telah ada serta akan
menimbulkan kegelisahan jika diberikan tugas-tugas baru.
3. Extraversion (Ekstraversi)
Oleh karena itu, Dimensi Kepribadian Neuroticism atau Neurotisme yang pada
dasarnya merupakan sisi negatif ini sering disebut juga dengan dimensi
Emotional Stability (Stabilitas Emosional) sebagai sisi positifnya, ada juga yang
menyebut Dimensi ini sebagai Natural Reactions (Reaksi Alami).
Michael E. Porter (1985) dalam buku Competitive Strategy mengajukan model
lima kekuatan (five forces module) sebagai alat untuk menganalisis lingkungan
persaingan industry, dengan skema sebagai berikut:
Ancaman pesaing tidak hanya datang dari para kompetitor lama. Seiring
dengan berkembangnya usaha, muncul juga ancaman dari para produsen baru.
Masuknya pemain baru dalam industri akan membuat persaingan menjadi
ketat yang pada akhirnya dapat menyebabkan turunnya laba yang diterima
bagi semua perusahaan. Hal ini berkaitan dengan seberapa mudah pendatang
baru untuk ikut berkompetisi dalam persaingan usaha sejenis.
Merupakan barang atau jasa yang dapat menggantikan produk sejenis. Adanya
produk atau jasa pengganti akan membatasi jumlah laba potensial yang
didapat dari suatu industri. Makin menarik alternatif harga yang ditawarkan
oleh produk pengganti, makin ketat pembatasan laba dari suatu industri.
Sehingga dengan semakin banyak ragam barang dan jarang, terciptanya
produk pengganti juga mempengaruhi pendapatan dari perusahaan. Hal ini
berkaitan dengan apakah konsumen memiliki pilihan lain terhadap produk
yang ada
Daya tawar pembeli pada industri berperan dalam menekan harga untuk turun,
serta memberikan penawaran dalam hal peningkatan kualitas ataupun layanan
lebih, dan membuat kompetitor saling bersaing satu sama lain. Proses
penawaran terkadang melebihi atau berada posisi tingkat paling bawah.
Janganlah kiranya harga yang di tawarkan sama dengan biaya produksi karena
jika hal ini terjadi, maka perusahaan tersebut akan mengalami kerugian.
Sebagai akibat jangka panjang, maka perusahaan tersebut akan menurunkan
kualitas dari produk yang di produksi. Dengan rendahnya kualitas, maka
tingkat kompetisi perusahaan tersebut akan menurun. Hal ini berkaitan dengan
kemampuan konsumen untuk dapat mempengaruhi harga jual barang sehingga
menjadi lebih rendah.
Menurut Porter persaingan antar pesaing dalam industri yang sama ini menjadi
pusat kekuatan persaingan. Kompetitor dalam hal ini adalah pemain yang
menghasilkan serta menjual produk sejenis, yang bersaing merebutkan pasar.
Banyak dari perusahaan lain yang bergerak pada bidang yang sama. Saat ini
tidak hanya berkompetisi pada harga saja, tetapi telah berkembang jauh lagi.
Persaingan pada bidang pelayanan kualitas, maupun pelayanan purna jual dari
produk yang di tawarkan. Semakin banyak kompetitor, suatu perusahaan
makin berjuang keras untuk memperebutkan pasar.
1. Asas delegasi atau hasil yang diharapkan ( principle delegation by result
expected )
Asas ini memperhatikan hasil yang diperoleh dari pemberian wewenang
itu. Harus disesuaikan dengan adanya jaminan kecakapan dan
keterampilan untuk mencapai hasil yang diharapkan. Wewenang harus
didelegasikan tidak berlebih-lebihan, tetapi hanya sebesar yang diperlukan
untuk mencapai hasil yang diharapkan tersebut. Misalnya : Untuk
mendapatkan hasil 10 ton, maka didelegasikan wewenang untuk
memproduksi 10 ton saja.
9. Asas efisiensi
Asas efisiensi artinya pemimpin akan lebih leluasa melaksanakan tugas-
tugas penting daripada melaksanakan hal-hal yang dapat dikerjakan
bawahan. Keuntungan spesialisasi dapat dimanfaatkan dengan baik,
sehingga pemimpin dapat memikirkan perkembangan perusahaan. Perlu
diperhatikan bahwa asas tidak berlaku mutlak, tetapi sebagai pedoman
untuk bertindak dan dalam penerapannya harus mempertimbangkan
kebutuhan dan situasi.
Sebagaimana yang dijelaskan oleh Suyanto dan Abbas (2004: 172) karakteristik
kepala sekolah sebagai wirausahawan yang unggul dapat dirumuskan ke dalam
lima hal berikut ini: pertama, kepala sekolah yang wirausahawan akan 26 berani
mengambil risiko serta mampu memperhitungkan dan berusaha tidak
menghindarinya. Kedua, kepala sekolah akan selalu berupaya mencapai dan
menghasilkan karya bakti yang lebih baik untuk pengguna jasa (siswa dan orang
tuanya), pemilik, pemasok, para pendidik dan karyawan administrasi, masyarakat,
bangsa dan negara. Ketiga, kepala sekolah bersikap antisipatif terhadap
perubahan, tetapi akomodatif terhadap lingkungan. Keempat, kepala sekolah akan
kreatif mencari dan menciptakan peluang dan meningkatkan produktivitas,
efisiensi, dan efektivitas kinerja lembaganya. Kelima, kepala sekolah akan selalu
berusaha meningkatkan keunggulan dan citra lembaga melalui investasi baru di
berbagai bidang