Anda di halaman 1dari 3

TUGAS REVIEW

TEORI HABITUS DAN KAPITAL

NAMA MAHASISWA : DIAN CHRISTIAN


NIM : F2281202003

Konsep habitus merupakan kunci dalam sintesa teoretis Bourdieu. Menurut Bourdieu
habitus merupakan suatu sistem melalui kombinasi struktur objektif dan sejarah personal,
disposisi yang berlangsung lama dan berubahubah yang berfungsi sebagai basis generatif bagi
praktikpraktik yang terstruktur dan terpadu secara objektif. Habitus merupakan pembatinan nilai-
nilai sosial budaya yang beragam dan rasa permainan (feel for the game) yang melahirkan
bermacam gerakan yang disesuaikan dengan permainan yang sedang dilakukan. Habitus adalah
hasil internalisasi struktur dunia sosial, atau struktur sosial yang dibatinkan. Habitus
merupakan produk sejarah yang terbentuk setelah manusia lahir dan berinteraksi dengan
masyarakat dalam ruang dan waktu tertentu. Habitus bukan bawaan alamiah atau kodrat
tetapi merupakan hasil pembelajaran lewat pengasuhan dan bersosialisasi dalam
masyarakat. Proses pembelajarannya sangat halus, tak disadari dan tampil sebagai hal
yang wajar. Individu bukanlah agen yang sepenuhnya bebas, dan juga bukan produk pasif dari
struktur sosial.

Habitus berkaitan erat dengan field, karena praktik-praktik atau tindakan agen merupakan
habitus yang dibentuk oleh field, sehingga habitus dipahami sebagai aksi budaya. Field dalam
konsep Bourdieu yaitu medan, arena atau ranah merupakan ruang sebagai tempat para
aktor/agen sosial saling bersaing untuk mendapatkan berbagai sumber daya material
ataupun kekuatan (power) simbolis. Persaingan dalam ranah bertujuan untuk memastikan
perbedaan dan juga status aktor sosial yang digunakan sebagai sumber kekuasaan simbolis.

Pendekatan teoritis yang dilakukan Bourdieu adalah untuk menggambarkan bahwa apa
yang dikatakan dan dilakukan seseorang dalam kehidupannya pada dasarnya adalah sesuatu yang
lain dari keinginannya atau hanya sekedar dari struktur sosial dan struktur material. Individu
dalam tindakannya dipengaruhi oleh struktur atau yang kolektif/sosial. Struktur-struktur yang
ada dalam masyarakat diinternalisasi oleh aktor-aktor sosial sehingga berfungsi secara efektif.
Internalisasi berlangsung melalui pengasuhan, aktifitas bermain, dan juga pendidikan dalam
masyarakat baik secara sadar maupun tidak sadar. Sepintas habitus seolah-olah sesuatu yang
alami atau pemberian akan tetapi dia adalah konstruksi.

Aktor atau agen dalam bertindak bukanlah seperti boneka atau mesin yang bergerak
apabila ada yang memerintah. Agen adalah individu yang bebas bergerak seturut dengan
keinginannya. Di satu sisi agen merupakan individu yang terikat dalam struktur atau
kolektif/sosial namun di sisi yang lain agen adalah individu yang bebas bertindak. Sintesis dan
dialektika antara struktur objektif dengan fenomena subjektif inilah yang disebut sebagai habitus.
Hasil hubungan dialektika antara struktur dan agen terlihat dalam praktik. Praktik tidak
ditentukan secara objektif dan juga bukan kemauan bebas . Habitus yang ada pada suatu waktu
tertentu merupakan hasil dari kehidupan kolektif yang berlangsung lama. Habitus dapat bertahan
lama namun dapat juga berubah dari waktu ke waktu.

Habitus menghasilkan dan dihasilkan oleh kehidupan sosial, artinya habitus sebagai
struktur yang menstruktur sosial dan juga habitus sebagai struktur yang terstruktur . Dengan
demikian Bourdieu memberi defenisi habitus sebagai suatu sistem disposisi yang berlangsung
lama dan berubah-ubah (durable, transposable disposition) yang berfungsi sebagai basis generatif
bagi praktik-praktik yang terstruktur dan terpadu secara objektif.

Bourdieu juga menyatakan bahwa habitus secara erat berhubungan dengan modal


(kapital), karena sebagian habitus tersebut berperan sebagai pengganda berbagai jenis modal
yakni modal ekonomi, modal sosial, modal budaya dan modal simbolik. Dan pada
kenyataannya, ia menciptakan modal simbolik. Modal dipandang Bourdieu sebagai basis
dominasi dan legitimit. Modal simbolik merupakan modal yang dapat ditukar dan membawa
posisi yang dapat memunculkan kekuasaan, yakni kekuasaan untuk merepresentasikan dunia
sosial yang legitimit atau kekuasaan simbolik. Dengan demikian, modal harus ada dalam sebuah
ranah (arena) agar ranah memiliki daya-daya yang memberikan arti. Karakteristik modal
dihubungkan dengan skema habitus sebagai pedoman tindakan dan klasifikasi dan ranah (arena)
selaku tempat beroperasinya modal. Bourdieu juga meyakini bahwa kekuasaan bersifat tidak
sederhana, dan sistemik atau bukan merupakan perkara personal.
Contoh :

Pertarungan di dalam dunia politik di Indonesia semakin marak. Ada beberapa partai dimana
pencalonan baik presiden, ketua partai, ketua dewan, gubernur , bupati dan walikota, tergantung
siapa yang berkuasa di partai itu sendiri sehingga kader-kader yang lain harus ikut aturan
pengusa partai tersebut. Jika ada yang melenceng maka pemecatan pasti akan terjadi pada kader
tersebut. para kader dituntut harus loyal terhadap pimpinan.

Misalnya Nama Ketua DPR RI Puan Maharani santer diwacanakan sebagai kandidat untuk maju
sebagai Calon Presiden 2024. Namun ada tantangan yang menjadi pekerjaan rumah Puan. Yaitu
rendahnya elektabilitas dari hasil kajian berbagai lembaga survei. Butuh perjuangan untuk
mendongkrak elektabilitas Puan. Hal pencalonan puan ini karena ibunya adalah penguasa partai
berlambang banteng.

Kemudian Agus Harimurti Yudoyono yang dipilih menjadi ketua Partai Demorat, terplihnya
AHY ini karena sang ayah juga sebagai penguasa partai, padahal banyak kader-kader yang bisa
dicalonkan menjadi ketua partai.

Habitus adalah kebiasaan yang sudah melekat dan dilakukan secara berulang-ulang oleh
manusia dalam kehidupan sehari-harinya. 
Kebiasaan ini bisa kita lihat dalam perilaku maupun tindakan yang dilakukan, kita bisa melihat
bagaimana kebiasaan ini sudah terbatinkan sejak lama, sehingga menjadi kebiasaan yang
dilakukan secara terus menerus dan berulang-ulang.  Dengan demikian dapat membentuk
kebiasaan itu dengan secara sendiri tanpa kita sadari.
Kuasa simbolik Bourdieu hadir dalam arena dari relasi dialektiknya dengan habitus dan modal
(kapital), terutama kapital simbolik. Seseorang yang menguasai kapital dengan habitus yang
memadai akan menguasai arena dan memenangkan pertarungan sosial karena di dalam arena
selalu terjadi pertarungan social

Anda mungkin juga menyukai