Anda di halaman 1dari 18

RESUME TRAINING PETROLAB 29-9-2021

(Sesi Tanya Jawab Pada Bagian Akhir)

Transesterification adalah proses pertukaran gugus organik pada suatu ester dengan gusus organik
dari alkohol. Pada proses separator setelah proses extraction using water, proses dilakukan dengan
diberikan panas dan kemudian di vacum agar kandungan air diminimalisir sehingga menghasilkan
biodiesel yang baik.

Komposisi asam lemak pada minyak sawit mengandung jenis yang bermacam-macam, seperti
contoh pada asam laurat (C12:0) yang tanpa ikatan rangkap. Adanya ikatan rangkap membuat
stabilitas oksidasi menjadi lebih baik atau lebih moderat.
Keadaan storage yang kurang baik sangat mempengaruhi kualitas biodiesel. Seperti contoh
penyimpanan diletakkan pada tempat terbuka dan keadaan terkena sinar matahari langsung,
memungkinkan terjadinya penguapan didalam drum dan uap tersebut menjadi air yang dapat
menjadi kontaminasi bagi biodiesel.

Kualitas feedstock yang tersusun dari asam lemak jenuh yang banyak akan mudah
mengental/mengeras.
- Iodine Number menunjukkan kandungan asam lemak jenuh
- Phosphorus Content mempengaruhi chatalic Number
- Distilation Characteristic mempengaruhi boiling point
Ketika produksi biodiesel ada parameter yang harus diperhatikan :
- Fame Content : proses separator water
- Glycerine & Impurities : Proses separator alcohol
- Methanol : Nilainya harus kecil
- Phosfor : Akan hilang ketika proses pencucian
- Ash Content : Nilainya akan tinggi jika katalis tinggi juga
- Water Content : Jika Heat & Vacum telah sempurna, kandungan air akan terminimalisir
- Flash Point : Ketika banyak kandungan air maka flash point akan meningkat
- Kinematic Viscosity : Produksi solar sendiri

Harus benar-benar diperhatikan untuk storage dan distribusi, karna oxidation stability sangat
dipengaruhi oleh suhu dan kondisi sekitar
Standar yang digunakan dalam pengecekan Biodiesel sesuai dengan keputusan jenderal EBTKE,
efektif digunakan pada 2021

Pada Caloric Value harus lebih tinggi agar tidak bocor


Pada proses blending biodiesel in-line blending terdapat proses static mixer yang lebih bagus
dibanding in tank blending. Campuran pada intank blending lebih homogen.
Pada parameter uji jika viskositas lebih rendah, makan droplets pattern lebih baik/lebih besar
(gambar kanan) jadi kecendrungan tidak terbakar sempurna menjadi lebih rendah.

Pada B-0 tidak dimonitoring oksidasi stabilitynya, hanya B30 saja yang di monitoring. Jika nilainya
semakin besar, makan semakin baik juga stability oksidasinya.
Pada kasus pengiriman barang/bahan bakar. Yang digunakan adalah density, bukan volume karena
volume bisa menguap dan mengakibatkan perubahan.
Cetane Number dipengaruhi Saturated Fatty Acid, Jika nilai Cetane Number terlalu rendah makan
akan lebih lama untuk ignition atau abnormal combustion.

Flash point adalah temperatur terendah bahan bakar akan terbakar/nyala jika dilewatkan dengan
sumber api.
Pengecekan sample dengan penguapan lalu ditampung. Untuk melihat karakteristik penguapan,
standar boiling point 160-180°C. Jika ada air akan lebih rendah dan berefek pada kondisi start.

Tidak hanya melihat residu saja, tapi juga dari carbon residu yang menyumbat ujung injector karna
adanya karbon di bahan bakar. Di lab dicek dengan panas untuk melihat potensi terjadinya.
H2SO4 bersifat asam dan korosif. Kandungan sulfur lebih tinggi pada bahan bakar diesel fosil
dibandingkan biodiesel.

Bahan bakar mungkin memiliki beberapa asam sisa proses pencucian untuk menetralkan katalis.Nilai
asam tinggi memiliki kecendrungan lebih besar untuk menimbulkan korosi.
Digunakan standar ASTM D974 dan ASTM D664 dengan alatnya fisiometrik.
Memonitoring/Mencegah seberapa aman terhadap yellow metal.

Cloud point adalah suhu dimana ketika didinginkan akan membentuk kristal.
Pour point adalah suhu bahan bakar bisa mengalir
Dilakukan dalam melihat kandungan FAME yang standar pada B30

Glycerol dimonitoring agar Glycerol seminim mungkin dan tidak mempengaruhi penyumbatan.
Monoglycerides dapat menyumbat pada komponen yang berbentuk seperti gel. Harus dimonitoring
produsen bio diesel dan maksimum kandungannya 0,055%.

Iodine Number hanya ada untuk B100, Semakin bedar angka Iodine Number maka stabilitas oksidasi
semakin rendah.
Hasil dari pengecekan oxidation stability akan diterjemahkan ke jam/waktu.
Oxidation Stability yang terjadi berakibat filter akan menjadi gelap/menghitam.

Kandungan Air.
Alat yang digunakan dapat mendeteksi hingga 10 ppm. Air bersifat polar, sedangkan Bahan bakar
bersifat non polar, sehingga harusnya berpisah. Namun karna B30 mengalami proses emulsi makan
kandungan air cenderung tercampur (dapat dilihat pada gambar sebelah kanan).
Mengalir pada suhu rendah.
Pengecekan dilakukan dengan bahan bakar dialirkan ke filter, kemudian saat mengalir akan disetting
temperaturnya, sampai tetesan yang terlama jatuh selama 60 second.
Dilak
ukan atau dimonitoring pada B100 sedangkan untuk B30 tidak.

Adalah metode yang disarankan, difungsikan untuk melindungi injector, pompa/liner atau solid
partikel yang abrasif sehingga harus dilakukan monitoring. Untuk ISO Code 4406 Max 18 yaitu R6,
untuk 16 yaitu R4 dan untuk 13 yaitu R14.
Yaitu sifat melumasi yang harus dimiliki bahan bakar agar tidak kasar saat di injeksi dan agar tidak
mudah abrasi. Untuk Biodiesel sudah memiliki lubricity yang bagus.

Higroskopis adalah permasalahan yang terjadi dan cenderung menyerang air, berpotensi untuk
membentuk karat tinggi.
Tidak ada standart yang menjadi parameter
pengujian cleanless. Namun digunakan metode
18/16/13 namun hanya untuk memonitor/menjaga
fuel agar lebih bersih. Worldwide tidak memberi
info kalau ini standar untuk B30.

Untuk petrolab tidak memasukkan standar


microbiological. Petrolab mengecek untuk melihat
saverity. Pengujian lain ada, dengan metode RLU
(relative Light Unit) dimana microorganisme akan
dibandingkan dengan nilai standar dengan alat UV.
Ada juga dengan menggunakan cara manual, yaitu
dengan media tumbuhan yang diletakkan pada
media yang akan dicek.

Potensi hidroskopis adalah menarik air. Sifat


polaritas air dan sifat non polar oil/minyak. Saat
bertemu tidak bercampur. Ketika bahan bakar ada
esper, maka cenderung akan menyatu. B30 ada
kandungan ester maka hidroskopis lebih tinggi.

Ada, karna ada sifat hidroskopis maka. Saat


panas/siang akan mengembang dan ketika dingin
ada potensi masuk udara lalu menjadi uap, jika
tidak ada venting/breather maka akan berbahaya.

Sulit, karna sudah sangat bercampur dengan air.


Kalaupun bisa harus melewati proses purification
yang berkali-kali dan harganya tentu sangat mahal.
Tergantung jenis additivenya. Kandungan Cetan
Bosster mengacu pada analisa cetan numbernya,
paling bagus menyesuaikan dengan densitas, karna
temperature mempengaruhi volume.

CFPP pengujian B100 standar maksimum pada suhu


15°C. Jadi pengecekan tergantung juga dari nilai
pour point masing2 bahan bakar, atau bisa
ditambahkan pour point depressant.

Kestabilan oksidasi, dipengaruhi kontaminasi.


Apalagi disimpan pada tempat luar dan terkena
panas. Meningkatnya oksidasi dapat menyebabkan
hal tersebut.

Pengujian oksidasi FTIR menguji area pada 1800.


Ester menempati posisi yang sama. Makan jika ada
ester, maka pada grafik oksidasi akan meningkat
juga.

Anda mungkin juga menyukai