Tugas e Fakri
Tugas e Fakri
MASA PANDEMI
Oleh :
NIM : 19240741
Pandemi Covid-19 akhirnya memaksa kita untuk menjalankan semua aktivitas dari
rumah. Tidak sedikit yang mengaku bahwa beraktivitas dari rumah menjadi momen untuk
memperkuat kualitas hubungan dengan pasangan maupun anak. Masa karantina mandiri yang
dilakukan sekaligus menjadi kesempatan untuk mengganti masa-masa bersama keluarga yang
terlewatkan saat sebelumnya harus bekerja. Namun, ternyata tidak semua keluarga merasa
kebersamaan ini adalah sebuah anugerah. Rupanya, masa pandemi Covid-19 juga ikut
menyumbangkan dampak negatif terhadap kerukunan keluarga dan bahkan mengakibatkan
meningkatnya konflik dalam rumah tangga. Mengapa demikian? salah satu penyebab utama
adalah komunikasi keluarga tidak dapat berjalan efektif.
Karantina dan isolasi diri di rumah masing-masing tentu membuat segala aktivitas
sebelumnya menjadi berbeda. Segala aktivitas fokus dilakukan di dalam rumah, mulai dari
bekerja, sekolah, ibadah dan aktifitas lainnya selama 24 jam dalam sehari. Termasuk interaksi
dan komunikasi antar anggota keluarga satu dengan yang lainnya.
Meski terdengar sepele, komunikasi adalah kunci utama untuk menentukan kelanjutan
interaksi setiap pasangan. Komunikasi yang buruk akan menyebabkan kesalahpahaman yang
berujung pada perdebatan yang tidak ada habisnya. Selama pandemi Covid-19 ini, masalah
komunikasi yang sering ditemui sering kali berhubungan dengan pembagian pekerjaan rumah
tangga, memasak, membersikan rumah, mendampingi anak belajar, mengasuh anak, bahkan
hingga persoalan sepele seperti hal-hal kecil tentang perbedaan cara meletakkan barang di tempat
tertentu. Seolah-olah ayah dan ibu mengulang kembali proses beradaptasi dengan kebiasaan
pasangan, padahal sudah menjalani pernikahan selama belasan bahkan puluhan tahun.
Komunikasi yang buruk akan lebih mudah mengaduk-aduk emosi tanpa menghasilkan
solusi untuk menyelesaikan masalah perbedaan pendapat. Inilah yang mengakibatkan banyak
pasangan akhirnya saling menyalahkan, berbicara dengan nada tinggi atau membentak, adu
mulut, hingga berakhir dengan kekerasan fisik maupun verbal.
Sebagai kunci utama di masa pandemi, komunikasi yang efektif harus diterapkan.
Berbicara dengan nada keras atau membentak tidak hanya memblokir percakapan, tapi juga
membuat lawan bicara cenderung merespons dengan cara yang sama. Oleh karena itu, Ayah dan
ibu harus benar-benar memperhatikan cara agar komunikasi menjadi efektif dan tidak menuai
pertengkaran. Hal ini tentu tidak mudah, karena bentuk komunikasi yang dibutuhkan bukan
hanya soal apa yang disampaikan, namun juga mengetahui apa saja hal yang dapat mendukung
komunikasi keluarga dapat berjalan efektif.