Anda di halaman 1dari 2

NAMA : BUNGA APRILIA

NIM :

KELAS: C

Gunakan Laser, Begini Kronologi Lengkap Kasus Alat Vital Bocah SD Terpotong Saat Disunat

Kasus alat vital bocah SD terpotong saat disunat mantri bergulir hingga ke ranah kepolisian.MI (9), bocah
kelas 3 SD di Kecamatan Karangdadap, Kabupaten Pekalongan terpaksa harus kehilangan sebagian alat
vitalnya lantaran ikut terpotong ketika dikhitan.Mengalami kejadian yang tak terduga ini, pihak keluarga
melaporkan petugas khitan berinisial BR (68) kepada pihak berwajib.

Terkait laporan tersebut, Jajaran Polres Pekalongan kini tengah memeriksa sejumlah saksi-
saksi."Memang ada laporan. Kami sedang melakukan pemeriksaan. Yang menangani Unit Perlindungan
Perempuan dan Anak (UPPA)," ujar Kapolres Pekalongan, AKBP Wawan Kurniawan, Kamis (6/9).

AKBP Wawan menerangkan, peristiwa berawal saat pihak keluarga memanggil petugas khitan ke rumah
untuk melaksanakan khitanan bagi MI, Kamis (30/8).

"Pihak keluarga memanggil petugas khitan, berinisial BR (68) yang merupakan pensiunan mantri
kesehatan, warga Kecamatan Doro, Pekalongan.Pelaksanaan khitanan dilakukan di rumah korban sekitar
pukul 18.30 WIB. B menggunakan alat khitan modern berupa alat potong laser untuk mengkhitan MI,"
terangnya.

Wawan mengatakan, saat pelaksanaan khitan MI berteriak keras kesakitan karena ujung alat vitalnya
ikut terpotong.

"Pihak keluarga langsung membawa MI ke rumah sakit untuk mengatasi pendarahan. Hingga saat ini, MI
masih dalam perawatan intensif di Rumah Sakit Islam PKU Muhammadiyah Pekajangan," katanya.

Polisi kini tengah melakukan pemeriksaan yang dilakukan oleh UPPA."Masih dalam penanganan UPPA,
saat ini kami sedang melakukan pemeriksaan saksi-saksi. Tunggu hasilnya nanti," timpalnya.

Petugas khitan yang dipanggil oleh keluarga ternyata merupakan seorang mantri suntik, bukanlah
seorang dokter.Kasubag Humas Polres Pekalongan Iptu Akrom menurutkan kronologi kejadian
memilukan tersebut.

"Awal mulanya, sang mantri meminta MI untuk berbaring di atas ranjang yang berada di dalam kamar
dengan mengenakan sarung, kemudian ia menyiapkan alat khitan modern berupa laser yang
dibawanya," katanya.

Pada saat mantri memulai proses khitan, pasiennya menangis dan kemudian dirangkul oleh pihak
keluarga.Kemudian pihak keluarga memberitahu kepada mantri bahwa MI masih merasa kesakitan,
namun sang mantrihanya diam dan meneruskan proses khitan tersebut.
"Setelah proses khitan, pihak keluarga curiga jika ujung alat vital MI ikut terpotong, karena MI terus
mengerang kesakitan. Pihak keluarga yang menemani MI menemukan potongan tersebut di atas tas
milik mantri. Atas kejadian tersebut korban langsung dibawa ke RSI PKU Muhammadiyah Pekajangan
untuk dirawat lebih lanjut," katanya.

Diungsikan sementara

Keluarga korban dugaan malapraktek kini mengungsikan korban ke Desa Jrebeng kembang mengingat
kondisi psikologis dari MI yang alat vitalnya terpotong saat proses khitan.

Dikatakan Kusnoto Kepala Desa Logandeng Kecamatan Karangdadap saat dikonfirmasi, keluarga korban
sangat marah terhadap mantri yang melakukan khitan.

"Hingga kini sang ayah masih emosi kalau mendengar cerita tentang mantri tersebut. Karena rumah MI
didatangi banyak orang, sekarang ia diungsikan ke rumah neneknya di desa sebelah yaitu Jrebeng
kembang," ujarnya.

Ia menuturkan, usai kejadian MI dirawat di RSI PKU Muhammadiyah Pekajangan, dan kondisinya
berangsur-angsur membaik."Kini sudah tidak rawat inap namun rawat jalan. Jadi dari rumah neneknya ia
dibawa ke RSI dan kembali pulang," jelasnya.

Terkait laporan yang disampaikan Kustono ke pihak Polres Pekalongan, diakuinya merupakan inisiatif
dari pihak desa.

"Memang saya yang melaporkan ke Polres Pekalongan, karena melihat kondisi MI dan keluarga. Namun
sebelum melapor saya minta persetujuan dari pihak keluarga," imbuhnya.

Pihaknya berharap, MI mendapat keadilan karena telah mengalami kejadian buruk yang disebabkan
oleh kesalahan mantri.

"Mantri itu memang pernah melakukan khitan sebanyak 2 kali di desa kami, namun, tidak pernah terjadi
kejadian seburuk ini. Dan kami masih meragukan sebenarnya dia benar-benar profesional atau tidak,"
timpalnya.

Tanggapan saya mengenai kasus ini yaitu, sebaiknya kita sebagai tenaga kesehatan harus lebih berhati-
hati dan teliti dalam menjalankan amanah yang sedang diberikan,berusaha untuk meminimalisir segala
macam keteledoran yang dapat mengakibatkan kerugian bagi pihak lain. Selalu fokus dan
mengutamakan permintaan maaf saat melakukan kesalahan, mau itu kesalahan kecil maupun kesalahan
besar. Semoga kita selalu dalam lindungan Tuhan yang Maha Esa dan selalu diberikan kesehatan,
kesadaran dan akal yang sehat dimanapun berada aamiin...

Anda mungkin juga menyukai