MAKALAH Harta Warisan Muhammad Zahari
MAKALAH Harta Warisan Muhammad Zahari
Nim :
Jurusan : Hukum Ekonomi Syariah
Tema : Harta Warisan
Harta Warisan
1
(Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di
antara mereka yang lebih banyak manfaatnya bagimu. Ini adalah ketetapan
Allah. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha bijaksana.” (surah An-
Nisa’:11)
2
Umrah binti Hazm, istri Sa’d ibn al-Rabi, menghadap kepada
Rasulullah SAW lalu berkata seraya menunjuk kepada dua anak kecil di
sisinya, “Wahai Rasulullah, ini adalah dua putri Sa’d ibn Al-Rabi. Ayah
mereka gugur di medan perang Uhud sehingga mereka kini yatim. Derita
semakin berat karena paman mereka mengambil harta mereka tanpa
menyisakan sedikit pun. Tentu saja kedua anak ini tidak akan bisa menikah
tanpa harta.”
3
ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana.
Istri Sa’d dan kedua putrinya menjadi perantara bagi turunnya ketetapan Al
Quran mengenai hukum waris, suatu ketetapan yang berlaku hingga kini.
4
kamu tinggalkan (setelah dipenuhi) wasiat yang kamu buat atau (dan setelah
dibayar) utang-utangmu. Jika seseorang meninggal, baik laki-laki maupun
perempuan yang tidak meninggalkan ayah dan tidak meninggalkan anak,
tetapi mempunyai seorang saudara laki-laki (seibu) atau seorang saudara
perempuan (seibu), maka bagi masing-masing dari kedua jenis saudara itu
seperenam harta. Tetapi jika saudara-saudara seibu itu lebih dari seorang,
maka mereka bersama-sama dalam bagian yang sepertiga itu, setelah
(dipenuhi wasiat) yang dibuatnya atau (dan setelah dibayar) utangnya dengan
tidak menyusahkan (kepada ahli waris). Demikianlah ketentuan Allah. Allah
Maha Mengetahui, Maha Penyantun.”1
1Irwnto Ali. 2011. Seri Asbabun nuzul surah An-Nisa ayat 11. Link:
https://tumbuhkeatas.wordpress.com/2011/10/25/seri-asbabun-nuzul-surat-an-nisa-11/
5
waris lainnya tidak mendapat hak warisan. Adapun yang dapat menghalangi
seseorang menerima hak warisannya adalah:
6
Dari perincian di atas, diketahui bahwa anak perempuan tidak pernah
menghabiskan semua harta. Paling banyak hanya memperoleh 1/2 dari jumlah
harta. Berbeda dengan anak laki-laki, apabila tidak ada waris yang lain dan ia
hanya seorang diri, maka ia mengambil semua harta warisan. Dan apabila
anak laki-laki lebih dari seorang maka dibagi rata di antara mereka. Tentang
hikmah dan perbedaan ini telah diterangkan di atas.
Dijelaskan pula tentang hak kedua orang tua. Apabila seseorang
meninggal dunia dan ia meninggalkan anak, baik laki-laki maupun
perempuan, maka masing-masing orang tua yaitu ibu dan bapak mendapat 1/6
dari jumlah harta. Sebaliknya apabila ia tidak meninggalkan anak, maka ibu
mendapat 1/3 dari jumlah harta dan sisanya diberikan kepada bapak. Apabila
yang meninggal itu selain meninggalkan ibu-bapak ada pula saudara-
saudaranya yang lain, laki-laki atau perempuan dua ke atas, menurut jumhur
maka ibu mendapat 1/6 dan bapak mendapat sisanya.
Setelah diterangkan jumlah pembagian untuk anak, ibu dan bapak,
diterangkan lagi bahwa pembagian tersebut barulah dilaksanakan setelah lebih
dahulu diselesaikan urusan wasiat dan utangnya. Walaupun dalam ayat
mendahulukan penyebutan wasiat dari utang namun dalam pelaksanaannya
menurut Sunah Rasul hendaklah didahulukan pembayaran utang.
Di antara orang tua dan anak, kamu tidak mengetahui mana yang lebih
dekat atau yang lebih memberi manfaat bagi kamu. Oleh karena itu janganlah
kamu membagi harta warisan sebagaimana yang dilakukan oleh orang jahiliah
yang memberikan hak warisan hanya kepada orang yang dianggap dapat ikut
perang akan membela keluarganya dan tidak memberikan hak warisan sama
sekali bagi anak kecil dan kaum perempuan.
7
Ikutilah apa yang ditentukan Allah karena Dialah yang lebih tahu
mana yang bermanfaat untuk kamu baik di dunia maupun di akhirat. Hukum
warisan tersebut adalah suatu ketentuan dari Allah yang wajib dilaksanakan
oleh kaum Muslimin. Ketahuilah bahwa Allah Mengetahui segala sesuatu dan
apa yang ditentukan-Nya pastilah mengandung manfaat untuk kemaslahatan
manusia.
Ayat ini menjelaskan perincian pembagian hak waris untuk suami atau
istri yang ditinggal mati. Suami yang ditinggalkan mati oleh istrinya jika tidak
ada anak maka ia mendapat ½ dari harta, tetapi bila ada anak, ia mendapat ¼
dari harta warisan. Ini juga baru diberikan setelah lebih dahulu diselesaikan
wasiat atau utang almarhum. Adapun istri yang ditinggalkan mati suaminya dan
tidak meninggalkan anak maka ia mendapat ¼ dari harta, tetapi bila ada anak,
istri mendapat 1/8. Lalu diingatkan bahwa hak tersebut baru diberikan setelah
menyelesaikan urusan wasiat dan utangnya.
Apabila seseorang meninggal dunia sedang ia tidak meninggalkan bapak
maupun anak, tapi hanya meninggalkan saudara laki-laki atau perempuan yang
seibu saja maka masing-masing saudara seibu itu apabila seorang diri
bagiannya adalah 1/6 dari harta warisan dan apabila lebih dari seorang, mereka
mendapat 1/3 dan kemudian dibagi rata di antara mereka. Dalam hal ini tidak
ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan.
Allah menerangkan juga bahwa ini dilaksanakan setelah menyelesaikan
hal-hal yang berhubungan dengan wasiat dan utang almarhum. Allah
memperingatkan agar wasiat itu hendaklah tidak memberi mudarat kepada ahli
waris. Umpama seorang berwasiat semata-mata agar harta warisannya
8
berkurang atau berwasiat lebih dari 1/3 hartanya. Ini semua merugikan para ahli
waris.2
9
Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Shalih, dan Makhlad bin
Khalid, dan ini adalah hadits Makhlad dan hadits tersebut lebih bagus (patut
diterima). Mereka berdua mengatakan; telah menceritakan kepada kami
Abdurrazzaq, telah menceritakan kepada kami Ma‟mar dari Ibnu Thawus dari
ayahnya dari Ibnu Abbas, ia berkata; Rasulullah shallallahu „alaihi wasallam
berkata: “bagikan harta diantara para pemilik faraidh (bagian harta waris)
berdasarkan kitab Allah. Maka bagian harta yang tersisa setelah pembagian
tersebut, lebih utama diberikan kepada (ahli waris) laki-laki”. (HR. Abu Daud).
Dari dua hadits diatas, bahwa Rasulullah Saw memerintahkan kepada
umatnya apabila ada harta peninggalan, maka harus dibagi kepada ahli waris
yang berhak dan apabila ada sisa, maka dapat diberikan kepada laki-laki yang
lebih utama. Dan cara pembagiannya itu didasarkan kepada ketentuan
kitabullah.
E. Asbabul Wurud
10
Artinya: Dari Abu Ishaq Sa‟ad bin Abi Waqqash Malik bin Uhaib bin „Abdi
manaf bin Zahrah bin Kilab bin Murrah bin Ka‟ab bin Lu‟aiy al Quraisyiyyi az
Zuhri radhiyallahu „anhu, salah seorang di antara sepuluh orang yang dijamin
masuk surga. Ia berkata: Rasulullah pernah datang menjengukku pada tahun
haji wada‟, karena aku sakit keras, kemudian aku berkata: “Ya Rasulullah,
sesungguhnya sakitku ini sangat keras sebagaimana engkau saksikan. Sedang
aku mempunyai harta yang cukup banyak, sementara tidak ada seorangpun
yang menjadi ahli warisku kecuali seorang anak perempuanku. Apakah boleh
aku sedekahkan dua per tiga hartaku?” Beliau menjawab, “Tidak”, kemudian
kutanyakan, “Bagaimana kalau setengahnya?” Beliau menjawab “Tidak.” Lalu
kutanyakan, “Bagaimana jika sepertiganya ya Rasulullah? Selanjutnya beliau
bersabda, “Ya, sepertiga, dan sepertiga itu banyak atau besar. Sesungguhnya
jika engkau meninggalkan ahli warismu dalam keadaan kaya, lebih baik
daripada engkau tinggalkan mereka dalam keadaan kesusahan (miskin) seraya
meminta-minta kepada orang. Sesungguhnya engkau tidak sekalikali
menafkahkan hartamu dengan mengharapkan keridhaan Allah melainkan
engkau akan diberikan pahala atasnya bahkan pada apa yang engkau suapkan
ke mulut istrimu.”
11
Lebih lanjut ia berkata, kemudian kukatakan, “Ya Rasulullah, apakah aku
akan ditinggalkan (di Mekah) setelah kepergian sahabat-sahabatku darinya?”
Beliau menjawab, “Sesungguhnya tidaklah engkau ditinggalkan, lalu kamu
mengerjakan suatu amalan yang engkau niatkan karena mencari ridha Allah,
melainkan dengannya engkau akan bertambah derajat dan ketinggian.
Barangkali engkau akan dipanjangkan umur, sehinga orang-orang dapat
mengambil manfaat darimu, disamping ada juga orang lain yang merasa
dirugikan olehmu. Ya Allah, biarkanlah hijrah sahabat-sahabatku terus
berlangsung, dan janganlah Enkau kembalikan mereka ke tempat semula.
Tetapi yang kasihan Sa‟ad bin Khaulah.” Rasulullah sangat menyayangkan ia
meninggal di Mekah.(Mutafaquh „alaihi) (HR. Bukhori dan Muslim)
Hadis Pendukung I
Artinya: “Barang siapa yang meninggalkan suatu hak atau suatu harta, maka
hak atau harta itu adalah untuk ahli warisnya setelah kematian”. (Al Bukhari
IV, 1319 H : 52)
Hadis Pendukung II
Artinya: “Dari Ibnu Mas‟ud ra. tentang (bagian warisan) anak perempuan, cucu
perempuan, dan saudara perempuan, Nabi SAW menetapkan, untuk anak
perempuan setengah, cucu perempuan seperenam – sebagai penyempurna dua
pertiga dan selebihnya adalah milik saudara perempuan.” (HR. Bukhari)
(Syarifuddin, 2013: 168).
F. Tafsir
1. Tafsir Ibnu Katsir
12
Dalam menafsirkan penggalan ayat surat an- Nisa ayat
11, Ibnu Katsir menafsirkan dengan menggunakan riwayat tentang asbabun
nuzul ayat sebagaimana kutipan beberapa hadis di bawah ini:
13
perempuan sama sekali tidak memperoleh harta waris dan harta waris hanya
diberikan kepada laki-laki, kemudian Allah memerintahkan untuk berlaku
adil dengan membagikan harta waris untuk anak perempuan walaupun hanya
separo dari bagian laki-laki. Adanya perbandingan harta waris 2:1 bagi laki-
laki dan perempuan tersebut dikarenakan laki-laki memiliki beban
kehidupan yang lebih berat dari perempuan. Laki-laki menanggung nafkah
bagi keluarganya, menanggung perdagangan, serta menanggung beban-
beban yang lainnya. Sehingga dirasa adil bila laki-laki memperoleh bagian
yang lebih besar dari harta waris dibandingkan perempuan.
2. Tafsir quraish shihab
M. Quraish Shihab menjelaskan mengenai warisan dalam tafsirnya,
Tafsir al-Misbah. Dijelaskan dalam surah an-nisa ayat 11 bahwa bagian
seorang anak laki-laki sama dengan bagian dua orang anak perempuan.
Menurut M. Quraish Shihab, hal ini mengandung penekanan pada bagian
anak perempuan, karena dengan dijadikannya bagian anak perempuan
sebagai ukuran bagi anak laki-laki. Dengan begitu sejak semula sebelum
ditetapkannya bagian laki-laki, terlebih dahulu telah ditetapkan bagian bagi
perempuan. Seperti halnya ketika ingin mengukur sesuatu tentunya harus
memiliki alat ukurnya, barulah dapat mengukur ukuran sesuatu itu.
Penggunaan redaksi ini adalah untuk menjelaskan hak perempuan
memperoleh warisan, dan tidaklah seperti yang diberlakukan pada masa
jahiliah.
Dalam Tafsir al-Misbah karya M. Quraish Shihab disebutkan
pembagian waris antara laki-laki dan perempuan hendaknya berdasarkan al-
Qur’an dengan kadar 2:1. Hal ini dengan alasan karena pembagian warisan
antara laki-laki dan perempuan merupakan ketetapan dari Allah yang tidak
bisa dirubah oleh siapapun dan tidak pula ditentang.
3. Tafsir Hamka
14
Pendapat Buya Hamka tentang surah an-nisa’ ayat 11 yaitu bagian
laki-laki adalah dua kali bagian perempuan. Peraturan Islam menentukan
bahwa perempuan mendapat bagian, ada orang yang tidak menyukai Islam
mengemukakan bantahannya “mengapa laki-laki mendapat dua bagian
perempuan, mengapa tidak disamakan saja?”. Kalau orang berpikir secara
objektif, maka akan ditanyai “mengapa di dalam beberapa bangsa di Eropa-
Kristen sampai dengan sekarang perempuan tidak berhak atass waris?”
niscaya mereka akan mengakui bahwa tanggung jawab laki-laki dalam
negaranya lebih berat dari tanggung jawab perempuan. Islampun mengakui
bahwa tanggung jawab laki-laki lebih berat dari tanggung jawab perempuan.
Islam menentukan bahwa perempuan mendapatkan bagian hak sepadan
dengan keadaan tenaganya. Pada waktu kecil di bawah perlindungan laki-
laki, setelah dewasa dia bersuami dan menjadi tanggungan suaminya. Kalau
suaminya sudah tua atau meninggal dunia dan dia sendiripun sudah tua,
maka ia di bawah tanggungan anak laki-lakinya. Oleh karena itu, wajar dan
adil-lah kalau bagian untuk laki-laki sebanyak dua kali bagian yang didapat
oleh perempuan. Jika bagian yang diterima perempuan itu habis, maka ia
kembali lagi ke tanggungan saudara laki-lakinya.
G. Analisis
Setelah menelaah dari tafsir ibnu katsir, tafsir quraish shihab, dan tafsir
hamka mengenai pembagian harta warisan dalam surah an-nisa ayat 11, dari
ketiga tafsir tersebut berpendapat sama bahwa pembagian waris antara laki-
laki dan perempuan hendaknya berdasarkan al-Qur’an dengan kadar 2:1. Hal
ini dengan alasan karena pembagian warisan antara laki-laki dan perempuan
merupakan ketetapan dari Allah yang tidak bisa dirubah oleh siapapun dan
tidak pula ditentang.
Keadilan dalam pembagian warisan dengan kadar 2:1 yang terlihat lebih
memihak kepada kaum laki-laki karena jumlah harta yang diterima lebih
besar, tidak bisa dipandang menjadi sesuatu yang tidak adil hanya karena
15
kadar yang berbeda antara keduanya. Pada hakikatnya keadilan tidaklah harus
sama besar dan bernilai sama. Adil berarti seimbang atau sebanding.
Perbandingan 2:1 mungkin terlihat tidak adil dan 1:1 yang terlihat lebih adil di
mata manusia. Namun belum tentu adil dalam pandangan Allah. Al-Qur’an
mengingatkan kepada manusia bahwa sesuatu yang terlihat menyenangkan
belum tentu baik, dan sesuatu yang tidak menyenangkan mungkin sebaliknya,
yakni sesuatu yang lebih baik yang telah ditentukan oleh Allah. Hal ini
berdasarkan QS. al-Baqarah (2) ayat 216,
16
DAFTAR PUSTAKA
17
______________. Hukum Kewarisan dalam Islam dan permasalahan khuntsa
musykil. Link: http://repository.radenintan.ac.id/1615/3/BAB_II.pdf
Irwnto Ali. 2011. Seri Asbabun nuzul surah An-Nisa ayat 11. Link:
https://tumbuhkeatas.wordpress.com/2011/10/25/seri-asbabun-nuzul-surat-an-
nisa-11/
Maqdis. 2020. Tafsir Surah An-Nisa’ ayat 11-15. Link: https://tafsiralquran.id/tafsir-
surat-al-nisa-ayat-11-15/
Bakar, Bahrun Abu, trans. 2016. Terjemah Tafsir Ibnu Katsir. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.
18