Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

EFUSI PLEURA
RUANGAN UGD (UNIT GAWAT DARURAT)
RSUD.Dr DORIS SYLAVANUS PALANGKA RAYA

Disusun Oleh
ERISA GITA CORNELIYA
NIM: PO.62.20.1.19.011

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALANGKA RAYA
D III KEPERAWATAN REGULER XXII A
TAHUN 2021
1. PENGERTIAN
Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan dalam rongga
pleura.efusi dapat berupa cairan jernih,yang mungkin merupakan transudate,eksudat,atau
dapat berupa darah atau pus (somantri 2018).
Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak di antara
permukaan visera dan pariental proses penyakit primer jarang terjadi biasanya merupakan
penyakit sekunder terhadap penyakit lain (suzane 2017)
Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat pencairan dalam rongga pleura
berupa transudat dan eksudat yang diakibatkan terjadinya ketidak seimbangan antara
produksi dan absorbasi dikapiler dan pleura viseralis (muttaqin 2018)
pleura merupakan lapisan tipis yang mengandung kolagen dan jaringan elastis yang
melapisi rongga dada (pleura parientalis) dan menyelubungi paru (pleura
visceralis)diantara pleura parientalis dan pleura visceralis terdapat suatu rongga yang
berisi cairan pleuran yang berfungsi untuk memudahkan kedua permukaan bergerak
selama pernapasan tekanan dalam rongga pleura lebih rendah dari tekanan
atmosfer,sehingga mencegah kolaps paru bila terserang penyakit,pleura mungkin
mengalami peradangan atau udara atau cairan dapat masuk ke dalam rongga pleura
menyebabkan paru tertekan atsu kolaps. Cairan dalam keadaan normal dalam rongga
pleura bergerak dari kapiler didalam pleura parientalis ke ruang pleura dan kemudian
diserap kembali melalui pleura visecralis.selisih perbedaan absorpasi cairan pleura
melalui
 Gagal jantung
 Kadar protein darah yang rendah
 Sirosis
 Pnemunia
 Blastomikosis
 Emboliparu
 Perikardatis
 Tomur pleura
 Pemasangan NGT

2. PATOFSIOLOGI
Terjadinya efusi pleura tergantung pada keseimbangan antara cairan dan protein dalam
rongga pleura.dalam keadaan normal cairan pleura dibentuk secara lambat sebagai filtrasi
melalui pembuluh darah kapiler.filtrasi yang terjadi karena perbedaan tekanan osmotic
plasma dan jaringan interstitial subbmesotetial kemudian melalui sel mesotlial masuk
kedalam rongga pleura. Selain itu cairan pleura dapat melalui pembuluh limfe sekitar
pleura
Pada kondisi tertentu rongga pleura dapat terjadi penimbunan cairan berupa transudate
maupun eksudat. Transudat terjadi pada peningkatan tekanan vena pulmonalis, biasanya
pada gagal jantung kongestif. Pada kasus ini keseimbangan kekuataan menyebabkan
pengeluaran cairan dari pembuluh darah. Transudasi juga dapat terjadi terhadap
hipoproteinemia seperti pada penyakit hatidan ginjal.penimbunan transudate dalam
rongga pleura disebut hidrotrohaks. Cairan pleura cenderung tertimbun pada dasar paru
akibat gaya gravitasi penimbunan eksudat disebabkan oleh peradangan atau keganasan
pleura dan akibat peningkatan pmebilitas kapiler atau gangguan observasi getah bening
jika efusi pleura mengandung nanah, keadaan ini disebut epiema epiema disebabkan oleh
perluasan infeksi dari strukstur yang berdekatan dan dapat merupakan komplikasi dari
pneumonia. Abses paru atau perforasi karsinoma ke dalam rongga pleura.bila efusi pleura
berupa cairan hemoragis disebut hemotoraks dan biasanya disebabkan karena trauma
maupun keganasan
Efusi pleura akan menghambat fungsi paru dengan membatasi pengembangannya.
Derajat gangguan fungsi dan kelemahan bergantung pada ukuran dan cepatnya
perkembangan penyakit. Bila cairan tertimbun secara perlahan-lahan maka jumlah cairan
yang cukup besar mungkin akan terkumpul dengan sedikit gangguan fisik yang nyata.
3. TANDA DAN GEJALA
Gejala-gejala timbul jika cairan bersifat inflamatoris atau jika mekanika paru terganggu.
Klien dengan efusi pleura biasanya akan mengalami keluhan:
a. Batuk
b. Sesak napas
c. Nyeri pleuritas
d. Rasa berat pada dada
e. Berat badan menurun
f. Adanya gejala-gejala penyakit penyebab seperti demam, mengigil,dan nyeri dada
pleuritis(pnemunia),panas tinggi(kokus), subfebril,(tuberkolosis)) banyak keringat
batuk,
g. Deviasi trachea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika terjadi penumpukan
cairan pleura yang signifikan.
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan radiologi
b. Biopsy pleura
c. Analisa cairan pleura
d. CT scan Thoraks
e. Ultrasound
5. PENATALKSANAAN MEDIS
Pada efusi yang terinfeksi perlu segera dikeluarkan dengan memakai pipa intubasi
melalui selang iga. Bila cairan pusnya kental sehingga sulit keluar atau bila empiemanya.
Multiokuler, perlu tinakan operatif. Mungkin sebelumnya dapat dibantu dengan irigasi
cairan garam fisiologis atau larutan antiseptic. Pengobatan secara sistemik hendaknya
segera dilakukan, tetapi terapi ini tidak berarti bila tidak diringi pengeluaran cairan
adequate.
a. Pengeluaran efusi yang terinfeksi memakai pipa intubasi melalui sela iga.
b. Irigasi cairan garam fisiologis atau lurutan antiseptic(Betadine)
c. Pleurodesis, untuk mencegah terjadinya lagi efusi pleura setelah aspirasi.
d. Torasentesis: untuk membuang cairan, mendapatkan specimen (analisis),
menghilangkan dispnea.pengambilan cairan melalui sebuah jarum yang
dimasukkan di antara sel iga tepatnya di dalang rongga pleura, misalnya push
pada emfhisema atau untuk mengeluarkan udara yang terdapat di dalam rongga
pleura.
e. Water seal Drainage (WSD); Drainase cairan (water seal Drainage) jika efusi
menimbulkan gejala subjektif eperti nyeri, dispnea, dll cairan efusi sebanyak 1-
1,2 liter perlu dikeluarkan segera untuk mencegah meningkatnya edema paru, jika
jumlah cairan efusi lebih banyak maka pengeluaran cairan berikutnya baru dapat
dilakukan 1 jam kemudian
f. Antibiotika jika terdapat empyema.
g. Operatif palpasi pada kedua eksterminitas untuk mengetahui tingkat perfusi
perifer serta dengan pemeriksaan capillary refill time. Dengan inspeksi dan
palpasi dilakukan pemeriksaan kekuatan otot kemudian dibandinkan antara kiri
kanan.

1. TERAPI OBAT DENGAN IMPLIKASI KEPERAWATANNYA


1. Ranitidin
2. antibiotik
3. diuretik
4. prosedur pengangkatan jaringan melalui bedah torakoskopi
5. prosedur thorcoentesis atau punksi pleura untuk mengeluarkan cairan pleuradengan
volume besar
6. pemasangan selang plastic khudus(chust cube) selama beberapa waktu ke dalam
rongga pleura(pleural drain) untuk efusi pleura yang terus muncuk.
7. prosedur pengangkatan jaringan melalui bedah torakoskopi atau torakotomi untuk
mengangkat jaringan yang tidak sehat telah mengalami peradangan jika efusi pleura
telah mencapa tahap tersebut.
Implikasi proses keperawatan
 Peran perawat
 Penatalaksanaan obat
 Klien yang benar
 Obat yang benar
 Dosis yang benar
 Waktu yang benar
 Rute yang benar
 Dokumentasi yang benar
(Johnson M.maas. M and Moorhead,S.2017 nursing outcomes classification)

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A.PENGKAJIAN
1. Pengkajian primer
1) Airway : penilaian akan kepatenan jalan nafas, meliputi pemeriksaan mengenai
adanya obstruksi jalan nafas, dan adanya benda asing. Pada klien yang dapat
berbicara dapat di anggap jalan nafas bersih. Dilakukan pula pengkajian adanya
suara nafas tambahan seperti snoring
2) Breating: frekuensi nafas, apakah ada penggunaan otot bantu pernafasan,
retraksi dinding dada, dan adanya sesak nafas, palpasi pengembangan paru,
auskultasi suara nafas, kaji adanya suara nafas tambahan seperti ronchi, weehzing,
dan kaji adanya trauma pada dada.
3)circulation: kaji nadi klien, berapa frekuensinya, bagaimana Irama dan
kekuatannya, cek CRT, dan akral serta dilakukan pengkajian tentang volume
darah dan cardiac output serta adanya perdarahan.
4)disability: kaji Meliputi: tingkat kesadaran klien, kaji kemampuan klien dalam
menggerakan extramitas. Kaji apakah klien mengeluhkan nyeri.
5) Exposure: menanggalkan pakaian pasien dan memeriksa cidera pada pasien
jika pasien diduga memiliki cidera leher atau tulang belakang, imobilisasi in-line
penting untuk dilakukan lakukan log roll ketika melakukan pemeriksaan pada
punggung pasien. Yang perlu diperhatikan dalam melakukan pemeriksaan pada
pasien adalah mengekspos pasien hanya selama pemeriksaan eksternal. Setelah
semua pemeriksaan telah selesai dilakukan, tutup pasien dengan selimut hangat
dan jaga privasi pasien,kecuali jika diperlukan pemeriksaan ulang.
2. pengkajian sekunder
a. Pengkajian
 Identitas pasien: nama,umur,tempat tanggal lahir,jenis
kelamin,alamat,pekerjaan ,suku/bangsa, agama, status
perkawinan, tanggal masuk rumah sakit (MRS),nomor
register,dan diagnosa medic
 Identitas penanggung jawab
Meliputi: Nama,umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan,serta
status hubungan dengan pasien.
b. Keluhan utama
c. Riwayat penyakit sekarang
d. Riwayat penyakit dahulu
e. Riwayat penyakit keluarga
f. Pengkajian data
g. Pemeriksaan fisik
h. Head to toe examnation
i. Pemeriksaan penunjang
j. Pemeriksaan laboratorium
A. Analisa data
 Data focus(subjektif dan objektif)
 Masalah
 Kemungkinan penyebab
B. Diagnosa keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang sering muncul pada klien dengan ileus
obstruksi adalah sebagai berikut :
Masalah keperawatan pada Preoperatif :
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (inflamasi )
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen

Berikut uraian dari diagnosa yang timbul bagi pasien, dengan menggunakan
Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (PPNI,2017):

A. Nyeri akut D.0077


1. Definisi
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan actual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.
2. Penyebab
Agen pencedera fisiologis(misalnya inflamasi,iskemia,neoplasma)
3. Batasan karakteristik
a. Data mayor
Data mayor yang dapat menunjang munculnya diagnose nyeri akut
antara lain:
Subjektif : mengeluh nyeri

Objektif : 1. Tekanan darah meningkat


2. Pola nafas berubah
3. Nafsu makan nerubah
4. Proses berfikir terganggu
5. Menarik diri
6. Berfokus pada diri sendiri
7. Diaforesisi

b. Kondisi Klinis Terkait


Infeksi

B. Intoleransi aktivitas D.0056


a. Definisi
Ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari
b. Penyebab
Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen

c. Batasan karakteristik
Data mayor
Data mayor yang dapat menunjang munculnya diagnosa gangguan mobilitas fisik
antara lain:
Subjektif
Mengeluh lelah
Objektif
Frekuensi jantung meningkat > 20 % dari kondisi istirahat.

Data minor
Data minor yang dapat menunjang munculnya diagnose Intoleransi aktivitas antara
lain:

Subjektif :
Dispnea saat / setelah aktivitas
Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas
Merasa lemah

Objektif
Tekanan darah berubah >20 % dari kondisi istirahat
Gambaran EKG menunjukkan aritmia saat/setelah aktivitas
Gambaran EKG menunjukkan iskemia
Sianosis

C. Pola napas tidak efektif D.0005


c. Definisi
Inspirasi dan atau ekspirasiyang tidak memberikan ventilasi adekuat
d. Penyebab
Hambatan upaya napas(mis nyeri,saat bernapas,kelemahan otot pernapasan)
c. Batasan karakteristik
Data mayor
Data mayor yang dapat menunjang munculnya diagnosa gangguan mobilitas fisik
antara lain:
Subjektif :
Dispnea
Objektif :
-pengunaan otot bantu pernapasan
-fase ekspirasi memanjang
-pola napas abnormal(mis takipnea,bradipnea,hipervetilasi,kusmauul,cheyne- stroke)

- Data minor
Data minor yang dapat menunjang munculnya diagnose gangguan mobilitas fisik
antara lain:
Subjektif :
orthpnea

Objektif :

-pernapasan pursed-lip
-pernapasan cuping hidung
-diameter thoraks anterior-posterior
-ventilasi semenit menurun
-kapasitas vital menurun
-tekanan ekspirasi menurun
-tekanan ispirasi menurun
-ekskursi dada berubah

D. INTERVENSI KEPERAWATAN:TUJUAN,RENCANA TINDAKAN,RASIONAL

Perencanaan adalah bagian dari fase pengorganisasian dalam proses keperawatan sebagai
pedoman untuk mengarahkan tindakan keperawatan dalam usaha membantu, meringankan,
memecahkan masalah atau untuk memenuhi kebutuhan klien. Proses perencanaan keperawatan
meliputi penetapan tujuan perawatan, penetapan kriteria hasil, pemilihan intervensi yang tepat,
dan rasionalisasi dari intervensi dan mendokumentasikan rencana perawatan (Lestari et al.,
2019).

A. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis D.0077


TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
Setelah dilakukan Observasi : 1.Mengetahui keadaan
tindakan asuhan a.Identifikasilokasi,karakteristik,durasi, umum dan
keperawatan selama …. frekuensi, kualitas, intensitas nyeri perkembangan pasien
Pasien b. Identifikasi skala nyeri 2.Mengetahui skala
menyatakan nyeri hilang c. Identifikasi respons nyeri non verbal nyeri pasien
berkurang atau d. Identifikasi faktor yang Membantu pasien
menurun dengan kriteria memperberat dan memperingan nyeri dalam
hasil: e. Identifikasi pengetahuan dan mengontrol nyeri dan
a. Keluhan nyeri keyakinan tentang nyeri membantu mengurangi
menurun f. Identifikasi pengaruh budaya nyeri
b. Meringis menurun terhadap respon nyeri 4.Mengetahui strategi
c. Sikap protektif g. Identifikasi pengaruh nyeri pada meredakan nyeri
menurun kualitas hidup 5.Memberikan
d. Gelisah menurun h. Monitor keberhasilan terapi kenyaman pada pasien
e. Kesulitan tidur komplementer yang sudah diberikan
menurun i. Monitor efek samping penggunaan
f. Menarik diri menurun analgetik
g. Berfokus pada diri Terapeutik :
sendiri menurun Berikan teknik nonfarmakologis untuk
h. Diaforesis menurun mengurangi rasa nyerikontrol
i. Perasaan depresi lingkungan yang memperberat rasa
(tertekan) menurun nyeri
j. Perasaan takut fasilitasi istirahat dan tidur
mengalami cedera pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
berulang menurun dalam pemilihan strategi meredakan
k. Anoreksia menurun nyeri
l. Perineum terasa Edukasi :
tertekan a. jelaskan penyebab, periode, dan
m. Uterus teraba pemicu nyeri
membulat menurun b. jelaskan strategi meredakan nyeri
n. Ketegangan otot c. anjurkan memonitor nyeri secara
menurun mandiri
o. Pupil dilatasi menurun d. anjurkan menggunakan analgetik
p. Muntah menurun secara tepat
q. Mual menurun e. ajarkan teknik nonfarmakologis
r. Frekuensi nadi untuk mengurangi rasa nyeri
membaik Kolaborasi :
s. Pola nafas membaik a. Kolaborasi pemberian analgetik, jika
t. Tekanan darah perlu
membaik
u. Proses berfikir
membaik
v. Fungsi
berkemihmembaik
w. Prilaku membaik
x. Nafsu makan
membaik
y. Pola tidur membaik
B .Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen D.0056
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
Setelah dilakukan Observasi : 1.Agar klien memahami
tindakan asuhan a. identifikasikan deficit tujuan dari Tindakan tersebut
keperawatan selama …. tingkat aktivitas .
Pasien menyatakan b. Identifikasi kemampuan 2.Untuk mengetahui sejauh
Toleransi aktivitas berpartisipasi dalam aktivitas mana pasien dapat melakukan
meningkat dengan kriteria tertentu aktivitas
hasil: c. identifikasikan sumber daya 3.ajarkan cara aktivitas yang
a. frekuensi nadi untuk aktivitas yang dipilih
meningkat diinginkan
b. kemudahan dalam d. identifikasikan strategi 4.Agar keluarga dan pasien
melakukan aktivitas meningkatkan partisipasi dapat memberi penguatan
sehari-hari meningkat dalam aktivitas positif atau partisipasi dalam
c. kecepatan berjalan e. identifikasikan makna aktivitas
meningkat aktivitas rutin(mis 5. fasilitas pasien dn keluarga
d. jarak berjalan bekerja)dan waktu luang memantau kemajuan sendiri
meningkat f. monitor respon untuk mencapai tujuan
e. kekuatan tubuh bagian emosional,fisik,sosial,dan
atas meningkat spiritual terhadap aktivitas
f. kekuatan tubuh bagian Terapeutik :
bawah meningkat a. fasilitas focus pada
g. toleransi dalam menaiki kemampuan bukan deficit
tangga meningkat yang dialami
h. keluhan lelah menurun b. sepakati komitmen untuk
i. dyspnea saat aktivitas meningkatkan frekuensi dan
menurun rentang aktivitas
j. dyspnea setelah aktivitas c. fasilitasi memilih aktivitas
menurun dan tetapkan tujuan
k. perasaan lemah aktivitas yang konsisten sesuai
menurun kemampuan fisik,psikologis
l.aritmia saat aktivitas dan sosial
menurun Edukasi :
m. aritmia setelah a. Jelaskan metode aktifitas
aktivitas menurun fisik sehari-hari
n.sianosis menurun b. anjurkan cara melakukan
aktivitas yang dipilih
c. ajarkan melakukan aktivitas
fisik,sosial,spiritual,dan
kognitip dalam menjaga
fungsi dan kesehatan
d. anjurkan terlibat dalam
aktivitas kelompok atau terapi
jika sesuai
e. anjurkan keluarga untuk
meberi penguatan positif atau
partisipasi dalam aktivitas
kolaborasi
f. kolaborasi dengan terapis
okupasi dalam merencanakan
dan memonitor program
aktivitas jika sesuai
g. rujuk pada pusat atau
program aktivitas komunitas
jika perlu

B. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan inspirasi /ekspirasi D.0005


TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
Setelah dilakukan Observasi : 1.Agar klien
tindakan asuhan a. monitor pola napas(frekuensi memahami tujuan
keperawatan kedalaman,usaha napas) dari Tindakan
selama …. Pasien b. monitor bunyi napas tersebut.
menyatakan tambahan(mis,gurgling,mengi,wheezing,ronk
Pola napas hi kering) 2.monitor pola napas
meningkat dengan c. monitor sputum(jumlah,aroma ,warna)
kriteria 3.pertahankan
hasil: Terapeutik : kepatenana jalan
a. ventilasi semenit a. pertahankan kepatnan jalan napas dengan napas
meningkat head-tilt dan chin lit(jaw-thurs jika trauma
b. kapasitas vital sevikal) 4.Anjurkan asupan
meningkat b. posisikan semi fowler cairan 2000 ml/ hari
c.diameter thoraks c. berikan oksigen jika perlu jika tidak
anterior-posterior Edukasi : kontraindikasi
meningkat a. anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari jika
d. tekanan tidak kontraindikasi 5.kolaborasi
ekspirasi menurun b. anjurkan teknik batuk efektif pemberian
e. tekanan inspirasi c. kolaborasi pemberian brondikiator
menurun brondikiator ,ekspetoran mukolitik,
f. dyspnea
menurun
g. pengunaan otot
bantu napas
menurun
h. pemanjangan
fase ekspirasi
menurun
i. ortopnea
menurun
j.pernapasan purse-
lip menurun
k.pernapasan
cuping hidung
menurun
l.frekuensi napas
meningkat
kedalam napas
meningkat
m.ekskursi dada
menurun

DAFTAR PUSTAKA
TIM POKJA SDKI DPP PPNI (2017) standar diagnosis keperawatan Indonesia definisi dan
indicator diagnostic (Edisi 1) Jakarta DPP PPNI
TIM POKJA SDKI DPP PPNI (2018) standar intervensi keperawatan Indonesia definisi dan
tindakan keperawatan (Edisi 1) Jakarta DPP PPNI
TIM POKJA SDKI DPP PPNI (2018) standar luaran keperawatan Indonesia definisi dan kriteria
hasil keperawatan (Edisi 1) Jakarta DPP PPNI
IMAN SOEMANTRI(2018) keperawatan medikal bedah :asuhan keperawatan pasien dengan
gangguan efusi pleura Jakarta FKUI
MUTTAQIN ARIF(2017) Buku ajar asuhan keperawatan dengan klien gangguan sistem
kardiovaskuler dan hematologic Jakarta;salemba medika

Anda mungkin juga menyukai