EFUSI PLEURA
RUANGAN UGD (UNIT GAWAT DARURAT)
RSUD.Dr DORIS SYLAVANUS PALANGKA RAYA
Disusun Oleh
ERISA GITA CORNELIYA
NIM: PO.62.20.1.19.011
2. PATOFSIOLOGI
Terjadinya efusi pleura tergantung pada keseimbangan antara cairan dan protein dalam
rongga pleura.dalam keadaan normal cairan pleura dibentuk secara lambat sebagai filtrasi
melalui pembuluh darah kapiler.filtrasi yang terjadi karena perbedaan tekanan osmotic
plasma dan jaringan interstitial subbmesotetial kemudian melalui sel mesotlial masuk
kedalam rongga pleura. Selain itu cairan pleura dapat melalui pembuluh limfe sekitar
pleura
Pada kondisi tertentu rongga pleura dapat terjadi penimbunan cairan berupa transudate
maupun eksudat. Transudat terjadi pada peningkatan tekanan vena pulmonalis, biasanya
pada gagal jantung kongestif. Pada kasus ini keseimbangan kekuataan menyebabkan
pengeluaran cairan dari pembuluh darah. Transudasi juga dapat terjadi terhadap
hipoproteinemia seperti pada penyakit hatidan ginjal.penimbunan transudate dalam
rongga pleura disebut hidrotrohaks. Cairan pleura cenderung tertimbun pada dasar paru
akibat gaya gravitasi penimbunan eksudat disebabkan oleh peradangan atau keganasan
pleura dan akibat peningkatan pmebilitas kapiler atau gangguan observasi getah bening
jika efusi pleura mengandung nanah, keadaan ini disebut epiema epiema disebabkan oleh
perluasan infeksi dari strukstur yang berdekatan dan dapat merupakan komplikasi dari
pneumonia. Abses paru atau perforasi karsinoma ke dalam rongga pleura.bila efusi pleura
berupa cairan hemoragis disebut hemotoraks dan biasanya disebabkan karena trauma
maupun keganasan
Efusi pleura akan menghambat fungsi paru dengan membatasi pengembangannya.
Derajat gangguan fungsi dan kelemahan bergantung pada ukuran dan cepatnya
perkembangan penyakit. Bila cairan tertimbun secara perlahan-lahan maka jumlah cairan
yang cukup besar mungkin akan terkumpul dengan sedikit gangguan fisik yang nyata.
3. TANDA DAN GEJALA
Gejala-gejala timbul jika cairan bersifat inflamatoris atau jika mekanika paru terganggu.
Klien dengan efusi pleura biasanya akan mengalami keluhan:
a. Batuk
b. Sesak napas
c. Nyeri pleuritas
d. Rasa berat pada dada
e. Berat badan menurun
f. Adanya gejala-gejala penyakit penyebab seperti demam, mengigil,dan nyeri dada
pleuritis(pnemunia),panas tinggi(kokus), subfebril,(tuberkolosis)) banyak keringat
batuk,
g. Deviasi trachea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika terjadi penumpukan
cairan pleura yang signifikan.
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan radiologi
b. Biopsy pleura
c. Analisa cairan pleura
d. CT scan Thoraks
e. Ultrasound
5. PENATALKSANAAN MEDIS
Pada efusi yang terinfeksi perlu segera dikeluarkan dengan memakai pipa intubasi
melalui selang iga. Bila cairan pusnya kental sehingga sulit keluar atau bila empiemanya.
Multiokuler, perlu tinakan operatif. Mungkin sebelumnya dapat dibantu dengan irigasi
cairan garam fisiologis atau larutan antiseptic. Pengobatan secara sistemik hendaknya
segera dilakukan, tetapi terapi ini tidak berarti bila tidak diringi pengeluaran cairan
adequate.
a. Pengeluaran efusi yang terinfeksi memakai pipa intubasi melalui sela iga.
b. Irigasi cairan garam fisiologis atau lurutan antiseptic(Betadine)
c. Pleurodesis, untuk mencegah terjadinya lagi efusi pleura setelah aspirasi.
d. Torasentesis: untuk membuang cairan, mendapatkan specimen (analisis),
menghilangkan dispnea.pengambilan cairan melalui sebuah jarum yang
dimasukkan di antara sel iga tepatnya di dalang rongga pleura, misalnya push
pada emfhisema atau untuk mengeluarkan udara yang terdapat di dalam rongga
pleura.
e. Water seal Drainage (WSD); Drainase cairan (water seal Drainage) jika efusi
menimbulkan gejala subjektif eperti nyeri, dispnea, dll cairan efusi sebanyak 1-
1,2 liter perlu dikeluarkan segera untuk mencegah meningkatnya edema paru, jika
jumlah cairan efusi lebih banyak maka pengeluaran cairan berikutnya baru dapat
dilakukan 1 jam kemudian
f. Antibiotika jika terdapat empyema.
g. Operatif palpasi pada kedua eksterminitas untuk mengetahui tingkat perfusi
perifer serta dengan pemeriksaan capillary refill time. Dengan inspeksi dan
palpasi dilakukan pemeriksaan kekuatan otot kemudian dibandinkan antara kiri
kanan.
Berikut uraian dari diagnosa yang timbul bagi pasien, dengan menggunakan
Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (PPNI,2017):
c. Batasan karakteristik
Data mayor
Data mayor yang dapat menunjang munculnya diagnosa gangguan mobilitas fisik
antara lain:
Subjektif
Mengeluh lelah
Objektif
Frekuensi jantung meningkat > 20 % dari kondisi istirahat.
Data minor
Data minor yang dapat menunjang munculnya diagnose Intoleransi aktivitas antara
lain:
Subjektif :
Dispnea saat / setelah aktivitas
Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas
Merasa lemah
Objektif
Tekanan darah berubah >20 % dari kondisi istirahat
Gambaran EKG menunjukkan aritmia saat/setelah aktivitas
Gambaran EKG menunjukkan iskemia
Sianosis
- Data minor
Data minor yang dapat menunjang munculnya diagnose gangguan mobilitas fisik
antara lain:
Subjektif :
orthpnea
Objektif :
-pernapasan pursed-lip
-pernapasan cuping hidung
-diameter thoraks anterior-posterior
-ventilasi semenit menurun
-kapasitas vital menurun
-tekanan ekspirasi menurun
-tekanan ispirasi menurun
-ekskursi dada berubah
Perencanaan adalah bagian dari fase pengorganisasian dalam proses keperawatan sebagai
pedoman untuk mengarahkan tindakan keperawatan dalam usaha membantu, meringankan,
memecahkan masalah atau untuk memenuhi kebutuhan klien. Proses perencanaan keperawatan
meliputi penetapan tujuan perawatan, penetapan kriteria hasil, pemilihan intervensi yang tepat,
dan rasionalisasi dari intervensi dan mendokumentasikan rencana perawatan (Lestari et al.,
2019).
DAFTAR PUSTAKA
TIM POKJA SDKI DPP PPNI (2017) standar diagnosis keperawatan Indonesia definisi dan
indicator diagnostic (Edisi 1) Jakarta DPP PPNI
TIM POKJA SDKI DPP PPNI (2018) standar intervensi keperawatan Indonesia definisi dan
tindakan keperawatan (Edisi 1) Jakarta DPP PPNI
TIM POKJA SDKI DPP PPNI (2018) standar luaran keperawatan Indonesia definisi dan kriteria
hasil keperawatan (Edisi 1) Jakarta DPP PPNI
IMAN SOEMANTRI(2018) keperawatan medikal bedah :asuhan keperawatan pasien dengan
gangguan efusi pleura Jakarta FKUI
MUTTAQIN ARIF(2017) Buku ajar asuhan keperawatan dengan klien gangguan sistem
kardiovaskuler dan hematologic Jakarta;salemba medika