DISUSUN OLEH:
Sanderian Gramada Prabatama NIM. 181011016
i
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Alloh SWT atas berkat dan rahmat-Nya penyusunan
laporan penelitian dengan judul Pembuatan Bioetanol dari Proses Fermentasi Gula
dengan Bahan Limbah Kentang (Solanum tuberosum L.) (VARIASI
PENAMBAHAN RAGI DAN LAMA WAKTU FERMENTASI) dapat berjalan
dengan baik.
Penelitian ini merupakan salah satu syarat yang harus dilaksanakan oleh
mahasiswa Jurusan Teknik Kimia, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta
dalam menyelesaikan pendidikan pada jenjang Strata 1. Atas dukungan moral dan
materi yang diberikan maka penyusun mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Ir. Ganjar Andaka, Ph.D. selaku Ketua Jurusan Teknik Kimia, dan
selaku dosen pembembing penelitian, atas waktu dan sarannya dalam
penyusunan proposal penelitian ini.
3. Orang tua yang selalu memberikan dukungannya baik moril maupun materil.
4. Teman-teman jurusan Teknik Kimia angkatan 2018 dan semua pihak yang telah
membantu dalam penelitian ini.
Penyusun menyadari bahwa dalam laporan penelitian ini masih terdapat banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penyusun mengaharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi meningkatkan kualitas penyusunan laporanl penelitian sehingga
laporan penelitian ini dapat memberikan manfaat dan tambahan pengetahuan bagi
banyak pihak.
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
iv
3.3 Variabel Penelitian ............................................................................................. 9
4.2. Pengaruh variasi jumlah ragi terhadap jumlah etanol yang terbentuk ............ 15
4.3. Pengaruh waktu fermentasi terhadap jumlah etanol yang terbentuk ............... 17
BAB 5. PENUTUP.................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR TABEL
vii
INTISARI
Bioetanol (C2H5OH) adalah cairan biokimia hasil proses fermentasi gula dari
sumber karbohidrat yang menggunakan bantuan mikroorganisme. Bahan yang paling
baik untuk membuat etanol yaitu bahan yang mempunyai kadar karbohidrat dan gula
yang besar, salah satunya yaitu kentang (Solanum tuberosum L.). Penelitian ini
menggunakan bahan dari limbah kentang kuning. Kandungan gula pada limbah
kentang sebesar 4,1% didapat dengan metode Luff-Schoorl. Tujuan penelitian ini
adalah mengatahui metode fermentasi glukosa yang terbaik agar didapat etanol yang
optimal dan mengetahui jumlah etanol yang terbentuk dengan variasi jumlah ragi dan
lama waktu fermentasi. Pembuatan bioetanol terdiri dari lima tahap yaitu tahap
penghancuran, penyaringan, pasteurisasi, fermentasi, dan distilasi. Proses pembuatan
bioetanol dengan variasi jumlah ragi (Saccharomyces cerevisiae) sebanyak 1% sampai
dengan 5% dari berat substrat. Dari hasil penelitian menunjukan hasil yang paling
optimum yaitu dengan ragi 3% dari berat substrat sebanyak 247,77 gram, didapatkan
jumlah etanol sebanyak 4,2900 gram, rendemen etanol 42,23%. Sedangkan untuk
variasi waktu fermentasi 1,5 hari sampai dengan 5 hari, hasil yang paling optimum
yaitu dengan waktu fermentasi selama 5 hari, didapatkan jumlah etanol 4,1310 gram,
rendemen etanol 39,98%.
viii
BAB 1
PENDAHULUAN
Limbah kentang adalah salah satu contoh limbah organik yang dapat
digunakan sebagai bahan energi. Selama ini limbah kentang umumnya digunakan
sebagai makanan ternak, pupuk organik, dan terkadang hanya dibuang begitu saja
menjadi sampah. Untuk menambah nilai ekonomisnya, limbah kentang dapat
digunakan sebagai sumber energi dengan cara diolah menjadi bioetanol. Kandungan
karbohidrat yang terdapat dalam kupasan kentang cukup tinggi. Karbohidrat yang
terdapat pada kupasan kentang dipecah menjadi monomernya dengan proses hidrolisis.
Proses hidrolisis dilakukan dengan penambahan asam sehingga karbohidrat pecah
menjadi molekul glukosa. Glukosa dapat diubah menjadi produk etanol melalu proses
fermentasi. Pada proses fermentasi dibutuhkan bantuan dari mikroorganisme berupa
Saccharomyces cerevisiae. Penggunaan Saccharomyces cerevisiae dalam pembuatan
bioetanol telah banyak dilakukan dalam penelitian-penelitian sebelumnya (Purba dkk.,
2016).
1
2
1.3 Tujuan
1. Mengatahui metode fermentasi glukosa terbaik agar didapat jumlah
bioetanol yang optimal.
2. Mengetahui pengaruh jumlah ragi dan waktu fermentasi terhadap
jumlah bioetanol yang dihasilkan dari limbah kentang
1.4 Manfaat
3
4
Karbohidrat adalah salah satu senyawa yang terkandung dalam kentang yang
kadarnya cukup tinggi. Untuk bisa diolah menjadi bioetanol, karbohidrat perlu
dihidrolisis agar mengubah selulosa dari kentang menjadi gula sederhana
(glukosa). Hidrolisa dengan asam akan memutuskan ikatan polisakarida dan
sekaligus memasukkan elemen H2O. Glukosa lalu difermentasi dengan aktivitas
saccharomyces cerevisiae, lalu disaring dan didestilasi untuk mendapat kadar
bioetanol yang (Kamila, 2015).
5
2.2 Bioetanol
Bioetanol (C2H5OH) adalah cairan biokimia pada proses fermentasi gula dari
sumber karbohidrat yang menggunakan bantuan mikroorganisme dengan
memformulasikan konversi glukosa menjadi etanol dan karbon dioksida
(Apriwinda, 2013). Menurut Dwidjoseputro (1989), reaksi kimia pembentukan
etanol dari sukrosa dengan proses fermentasi sebagai berikut:
C12H22O11 + H2O C6H12O6 + C6H12O6
Sukrosa Air Glukosa Fruktosa
C6H12O6 2 C2H5OH + 2 CO2
Glukosa Etanol Karbondioksida
Secara umum, produksi bioetanol ini mencakup 3 rangkaian proses yaitu
persiapan bahan baku, fermentasi, dan pemurnian. Bioetanol dengan kadar kadar
90-94% disebut bioetanol tingkat industri. Jika bioetanol yang diperoleh berkadar
94-99,5% maka disebut dengan bioetanol tingkat netral. Umumnya bioetanol jenis
ini dipakai untuk campuran minuman keras, dan yang terakhir adalah bioetanol
tingkat bahan bakar, minimal berkadar 99,5% (Kamila, 2015).
1. Spesifikasi etanol adalah sebagai beikut:
• Rumus molekul : C2H5OH
• Berat molekul : 46,07 gram/mol
• Titik didih : 78,5°C
• Titik beku : : -114,1°C
• Warna : Jernih
• Wujud : Cair
• Densitas pada 20°C : 0,7893 𝑔⁄𝑚𝐿
• Kelarutan dalam air : Sangat larut
• Viskositas pada 20°C : 1,17 cP
• Flash Point : 21,11°C
• Kalor spesifik pada 20°C : 0,579 𝑐𝑎𝑙⁄𝑔°𝐶
• Pembakaran etanol menghasilkan CO2 dan H2O
6
2.3 Fermentasi
Proses Fermentasi berasal dari bahasa latin “fervere” yang berarti kondisi
cairan bergelembung atau mendidih, keadaan ini terjadi karena adanya aktivitas
ragi pada ekstraksi buah-buahan atau biji-bijian (Suprihatin, 2010). Fermentasi
glukosa merupakan salah satu jenis fermentasi anaerob atau tanpa menggunakan
oksigen pada prosesnya. Mikroorganisme yang dapat digunakan untuk fermentasi
terdiri dari yeast (ragi), khamir,jamur, dan bakteri. Mikroorganisme tidak
mempunyai klorofil, tidak mampu memproduksi makanannya, dan menggunakan
substrat organik untuk sebagai makanan. Saccharomyces cereviseae lebih banyak
digunakan untuk memproduksi alkohol secara komersial dibandingkan dengan
bakteri dan jamur, bersifat stabil, tidak berbahaya atau menimbulkan racun, mudah
di dapat dan malah mudah dalam pemeliharaan. Ragi mengubah gula menjadi
etanol dan karbondioksida.
Factor-faktor yang mempengaruhi proses fermentasi :
1. Waktu
2. Derajat keasaman
4. Suhu
2.4 Distilasi
Distilasi adalah suatu metode yang dipakai untuk memisahkan bahan kimia
berdasarkan perbedaan kecepatan menguap atau volatilitas bahan, dalam
penyulingan campuran zat dipanaskan hingga menguap, uap tersebut didinginkan
untuk diubah menjadi cairan. Zat yang punya titik didih rendah akan menguap lebih
cepat. Proses pemisahan pada proses distilasi ada tiga langkah dasar, yaitu:
Suatu campuran dapat dipisahkan dengan distilasi biasa ini untuk memperoleh
senyawa murninya. Senyawa-senyawa yang terdapat dalam campuran akan
menguap pada saat mencapai titik didih masing – masing. Zat yang menguap akan
menuju pipa kondensor. Distilat akan mengalami kondensasi selanjutnya dialirkan
ke penampungan (Purba dkk, 2016).
BAB 3
METODE PENELITIAN
a) Ragi g) Pb-Asetat
b) Limbah kentang h) Na2CO3 10%
c) HCL 3% i) larutan luff schoorl
d) Aquadest j) KI 20%
e) KOH 20% k) Larutan amilum 1%
f) Na2S2O3 1N l) H2SO4 25%
8
9
Mg
mL Mg mg
Menurut Maylia (2017) dan Anonim (1992), kadar gula (%) dapat dicari dengan
perhitungan sebagai berikut:
a. Standarisasi larutan Na2S2O3
b. Titrasi larutan blanko dan sampel dengan Na2S2O3 0,1 N, lalu catat volumenya.
c. Volume Na2S2O3 0,1 N didapat dari persamaan sebagai berikut:
Volume Na2S2O3 0,1 N=
𝑁 𝑁𝑎2 𝑆2 𝑂3
𝑥 𝑉𝑜𝑙 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑁𝑎2 𝑆2 𝑂3 (𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 − 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙)=....mL
0,1
d. Hasil perhitungan volume Na2S2O3 0,1 N diinterpolasi dengan data gula inversi
pada Tabel 1 penetapan gula Luff-Schoorl, untuk didapat jumlah glukosa yang
terkandung (mg) dalam volume Na2S2O3 (mL) yang dipergunakan.
e. Kadar gula (%) =
𝐹𝑝 𝑥 𝑊1 1 𝑔𝑟𝑎𝑚
x 1000 𝑚𝑖𝑙𝑖𝑔𝑟𝑎𝑚 x 100%
𝑊
Fp = Faktor Pengenceran
12
W1 = Jumlah glukosa yang terkandung (mg) untuk volume Na2S2O3 (mL) yang
dipergunakan. Jumlah glukosa, didapat dari cara interpolasi hasil perhitungan
volume Na2S2O3 0,1 N dengan data volume Na2S2O3 0,1 N pada tabel
Luff-Schoorl.
Keterangan:
1. Sumbat karet 3. Selang CO2
2. Erlenmeyer 4. Gelas beaker berisi air
Gambar 2. Rangkaian Alat Fermentasi
5. Pemurnian etanol hasil fermentasi
Bioetanol hasil fermentasi dimurnikan dengan cara distilasi yang
dilakukan pada suhu 80-90°C dengan waktu kurang lebih 3 jam tergantung
13
Keterangan:
1. Statif 6. Air pendingin keluar
2. Adaptor 7. Air pendingin masuk
3. Termometer 8. Sumbat karet
4. Labu leher tiga 9. Pemanas mantel
5. Pendingin balik 10. Erlenmeyer
Menimbang berat piknometer yang telah diisi distilat (c). Menghitung berat
jenis distilat.
(𝑐−𝑎)𝑔𝑟𝑎𝑚
ρ Distilat =
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑃𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
Menghitung kadar etanol dalam distilat yang dihasilkan, dengan mengacu pada
(Perry, 1984).
14
Cara penyimpulan
4.2. Pengaruh variasi jumlah ragi terhadap jumlah etanol yang terbentuk
Dalam penelitian pembuatan bioetanol dari limbah kentang dengan metode
fermentasi menggunakan variable jumlah ragi, maka parameter yang lain dibuat tetap.
Dengan menggunakan volume substrat 250 mL, waktu fermentasi 5 hari, pH 4,5, maka
diperoleh hasil percobaan yang dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini:
15
16
Dari data hasil penelitian yang diperoleh, selanjutnya dibuat grafik hubungan
antara jumlah ragi dengan rendemen (%). Grafik tersebut sebagai berikut:
Dari data hasil penelitian yang diperoleh, selanjutnya dibuat grafik hubungan
antara waktu fermentasi dengan rendemen (%). Grafik tersebut sebagai berikut:
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Limbah kentang masih bisa dijadikan produk yang bermanfaat yaitu bioetanol.
Setelah diuji menggunakan metode Luff-Schoorl didapat kandungan gula pada
limbah kentang sebesar 4,1% dan densitas larutan induk sebesar 1,0966
gram/cm3.
3. Variasi waktu fermentasi dalam penelitian ini didapatkan semakin lama proses
fermentasi maka etanol yang dihasilkan akan bertambah dengan hasil optimum
yaitu dengan waktu fermentasi selama 5 hari menghasilkan kadar etanol
10,56%, jumlah etanol 4,1310 gram, rendemen 1,77%. tetapi pada titik tertentu
pertambahan jumlah etanol akan menurun karena nutrisi yang dibutuhkan oleh
Saccharomyces cereviseae sebagai makanan sudah habis.
5.2 Saran
1. Sebelum melakukan fermentasi pastikan alat steril agar tidak merusak proses
fermentasi.
2. Dalam merangkai alat fermentasi diharapkan semua sambungan harus rapat,
supaya tidak ada udara yang masuk sehingga proses fermentasi dapat berjalan
dengan baik.
20
21
1. Jurnal
PEMBUATAN BIOETANOL DARI PROSES FERMENTASI GULA DENGAN BAHAN LIMBAH KENTANG
(Solanum tuberosum L.)
(VARIASI PENAMBAHAN RAGI DAN LAMA WAKTU FERMENTASI)
INTISARI
Bioetanol (C2H5OH) adalah cairan biokimia hasil proses fermentasi gula dari sumber karbohidrat yang
menggunakan bantuan mikroorganisme. Bahan yang paling baik untuk membuat etanol yaitu bahan yang
mempunyai kadar karbohidrat dan gula yang besar. Salah satunya yaitu kentang (Solanum tuberosum L.).
Penelitian ini menggunakan bahan dari limbah kentang berjenis kentang kuning, kandungan gula pada limbah
kentang sebesar 4,1% didapat dengan metode Luff-Schoorl. Tujuan penelitian ini adalah mengatahui metode
fermentasi glukosa yang terbaik agar didapat etanol yang optimal dan mengetahui jumlah etanol yang terbentuk
dengan variasi jumlah penambahan ragi dan lama waktu fermentasi. Pembuatan bioetanol terdiri dari lima
tahap yaitu tahap penghancuran, penyaringan, pasteurisasi, fermentasi, dan distilasi. Proses pembuatan
bioetanol dengan variasi jumlah ragi (Saccharomyces cerevisiae) sebanyak 1% sampai dengan 5% dari berat
substrat. Dari hasil penelitian menunjukan hasil yang paling optimum yaitu dengan ragi 3% dari berat substrat
sebanyak 247,77 gram, didapatkan jumlah etanol sebanyak 4,2900 gram, rendemen etanol 42,23%. Sedangkan
untuk variasi waktu fermentasi 1,5 hari sampai dengan 5 hari, hasil yang paling optimum yaitu dengan waktu
fermentasi selama 5 hari, didapatkan jumlah etanol 4,1310 gram, rendemen etanol 39,98%.
• Kadar gula (%) larutan induk limbah kentang dengan metode Luff-Schoorl
7 17,2
7,181 X
8 19,8
7,181 𝑚𝐿 − 7 𝑚𝐿
𝑋 = 17,2𝑚𝑔 + ( ) 𝑥(19,8 − 17,2)𝑚𝑔 = 17,67 𝑚𝑔
8𝑚𝐿 − 7𝑚𝐿
250𝑚𝐿
10,10𝑚𝐿 1 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑥 17,67 𝑚𝑔 𝑥 𝑥 100% = 4,1%
10,667 𝑔𝑟𝑎𝑚 1000 𝑚𝑔
Lampiran Perhitungan
Data:
a. Berat Sampel yang difermentasi = 247,77 gr
1
b. Jumlah Ragi yang dibutuhkan = 100 𝑥 247,77 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 2,4777 gram
h. Kadar Etanol
A=9 0,98031
X 0,98065
C=8 0,98189
(0,98065−0,98031)
𝑋 = 8% + (0,98189−0,98031)
𝑥 (9% − 8%)
8,2151
= 𝑥 48,34467 gram = 3,9716 gram
100
j. Rendemen
3,9716
= × 100% = 39,2561%
(4,1 ⁄100) 𝑥 247,77
2
c. Jumlah Ragi yang dibutuhkan = 100 𝑥 247,77 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 4,9554 gram
i. Kadar Etanol
A=8 0,9818
X 0,9816
C=9 0,9803
(0,9816−0,9818)
𝑋 = 8% + (0,9803−0,9818)
𝑥 (9% − 8%)
8,1333
= 𝑥 46,3326 gram = 3,7683 gram
100
k. Rendemen
3,7683
= × 100% = 37,0956%
(4,1 ⁄100) 𝑥 247,77
• Variasi Ragi 3% dari berat sampel
Data:
3
c. Jumlah Ragi yang dibutuhkan = 100 𝑥 247,77 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 7,4331 gram
i. Kadar Etanol
A=9 0,9803
X 0,9796
C = 10 0,9787
(0,9796−0,9803)
𝑋 = 9% + (0,9787−0,9803)
𝑥 (10% − 9%)
9,4375
= 𝑥 45,4576 gram = 4,2900 gram
100
k. Rendemen
Data:
4
c. Jumlah Ragi yang dibutuhkan = 𝑥 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 9,9108 gram
100
i. Kadar Etanol
A=7 0,9834
X 0,9825
C=8 0,9818
(0,9825−0,9834)
𝑋 = 7% + (0,9818−0,9834)
𝑥 (8% − 7%)
7,5625
= 𝑥 43,0375 gram = 3,2575 gram
100
k. Rendemen
3,2575
= × 100% = 32,0390%
(4,1 ⁄100) 𝑥 247,77
Data:
5
c. Jumlah Ragi yang dibutuhkan = 100 𝑥 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 12,3885 gram
i. Kadar Etanol
A=6 0,9850
X 0,9835
C=7 0,9834
(0,9835−0,9835)
𝑋 = 6% + (0,9834−0,9850)
𝑥 (7% − 6%)
k. Rendemen
2,8806
= × 100% = 28,3588%
(4,1 ⁄100) 𝑥 247,77
Data:
Data:
c. Volume Destilat = 40 mL
h. Kadar Etanol
A=2 0,9919
X 0,9912
C=3 0,9901
(0,9912−0,9919)
𝑋 = 2% + (0,9901−0,9919)
𝑥 (3% − 2%)
2,3888
= 𝑥 39,6518 gram = 0,9472 gram
100
j. Rendemen
0,94723
=
(4,1⁄100) 𝑥 251,97
x 100% = 9,1690%
Data:
a. Berat Sampel yang difermentasi = 251,97 gr
c. Volume Destilat = 40 mL
h. Kadar Etanol
A=2 0,9919
X 0,9903
C=3 0,9901
(0,9903−0,9919)
𝑋 = 2% + (0,9901−0,9919)
𝑥 (3% − 2%)
2,8888
= 𝑥 39,6131 gram = 1,1443 gram
100
j. Rendemen
1,14437
=
(4,1⁄100) 𝑥 251,97
x 100% = 11,0773%
c. Volume Destilat = 40 mL
h. Kadar Etanol
A=6 0,9850
X 0,9835
C=7 0,9834
(0,9835−0,9850)
𝑋 = 6% + (0,9834−0,9850)
𝑥 (7% − 6%)
6,9375
= 𝑥 39,3423 gram = 2,7293 gram
100
j. Rendemen
Data:
c. Volume Destilat = 40 mL
h. Kadar Etanol
A=9 0,9803
X 0,9796
C = 10 0,9787
(0,9796−0,9803)
𝑋 = 9% + (0,9787−0,9803)
𝑥 (10% − 9%)
9,4375
= 𝑥 39,1876 gram = 3,6983 gram
100
j. Rendemen
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑗𝑎𝑑𝑖
= x 100%
(𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑔𝑢𝑙𝑎 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛⁄100) 𝑥 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑓𝑒𝑟𝑚𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑖
3,6983
=
(4,1⁄100) 𝑥 251,97
x 100% = 35,7991%
Data:
c. Volume Destilat = 40 mL
h. Kadar Etanol
A=9 0,9803
X 0,9778
C = 10 0,9787
(0,9778−0,9803)
𝑋 = 9% + (0,9787−0,9803)
𝑥 (10% − 9%)
i. Jumlah Etanol
j. Rendemen