Anda di halaman 1dari 53

LAPORAN PENELITIAN

PEMBUATAN BIOETANOL DARI PROSES FERMENTASI GULA DENGAN BAHAN LIMBAH


KENTANG (Solanum tuberosum L.)

(VARIASI PENAMBAHAN RAGI DAN LAMA WAKTU FERMENTASI)

DISUSUN OLEH:
Sanderian Gramada Prabatama NIM. 181011016

JURUSAN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT SAINS & TEKNOLOGI AKPRIND YOGYAKARTA
2022

i
i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Alloh SWT atas berkat dan rahmat-Nya penyusunan
laporan penelitian dengan judul Pembuatan Bioetanol dari Proses Fermentasi Gula
dengan Bahan Limbah Kentang (Solanum tuberosum L.) (VARIASI
PENAMBAHAN RAGI DAN LAMA WAKTU FERMENTASI) dapat berjalan
dengan baik.

Penelitian ini merupakan salah satu syarat yang harus dilaksanakan oleh
mahasiswa Jurusan Teknik Kimia, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta
dalam menyelesaikan pendidikan pada jenjang Strata 1. Atas dukungan moral dan
materi yang diberikan maka penyusun mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Ir. Ganjar Andaka, Ph.D. selaku Ketua Jurusan Teknik Kimia, dan
selaku dosen pembembing penelitian, atas waktu dan sarannya dalam
penyusunan proposal penelitian ini.

2. Ibu Sri Rahayu Gusmarwani, S.T.,M.T. selaku Kepala Laboratorium Proses


Kimia.

3. Orang tua yang selalu memberikan dukungannya baik moril maupun materil.

4. Teman-teman jurusan Teknik Kimia angkatan 2018 dan semua pihak yang telah
membantu dalam penelitian ini.

Penyusun menyadari bahwa dalam laporan penelitian ini masih terdapat banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penyusun mengaharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi meningkatkan kualitas penyusunan laporanl penelitian sehingga
laporan penelitian ini dapat memberikan manfaat dan tambahan pengetahuan bagi
banyak pihak.

Yogyakarta, 24 Januari 2022

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ............................................................................................... iii

DAFTAR ISI .............................................................................................................. iv

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. vi

DAFTAR TABEL .................................................................................................... vii

INTISARI ................................................................................................................ viii

BAB 1. PENDAHULUAN ......................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................. 2

1.3 Tujuan ................................................................................................................. 2

1.4 Manfaat ............................................................................................................... 2

BAB 2. TINJAUN PUSTAKA................................................................................... 3

2.1 Tanaman Kentang ............................................................................................... 3

2.2 Bioetanol ............................................................................................................ 5

2.3 Fermentasi .......................................................................................................... 6

2.4 Distilasi ............................................................................................................... 7

BAB 3. METODE PENELITIAN ............................................................................. 8

3.1 Ruang Lingkup Penelitian .................................................................................. 8

3.2 Alat dan Bahan ................................................................................................... 8

iv
3.3 Variabel Penelitian ............................................................................................. 9

3.4 Teknik Pengambilan Data .................................................................................. 9

3.5 Tahapan Penelitian ............................................................................................. 9

3.6 Tahap Analisis Jumlah Bioetanol ..................................................................... 13

3.7 Diagram Alir Indikator Capaian Proses Penelitian .......................................... 14

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 15

4.1. Analisis Bahan Baku ....................................................................................... 15

4.2. Pengaruh variasi jumlah ragi terhadap jumlah etanol yang terbentuk ............ 15

4.3. Pengaruh waktu fermentasi terhadap jumlah etanol yang terbentuk ............... 17

BAB 5. PENUTUP.................................................................................................... 20

5.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 20

5.2 Saran ................................................................................................................. 20

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Limbah Kentang................................................................................... 3

Gambar 2. Rangkaian Alat Fermentasi ................................................................ 12

Gambar 3. Rangkaian Alat Distilasi .................................................................... 13

Gambar 4. Diagram Alir Indikator Capaian Proses Penelitian ............................ 14

Gambar 5. Grafik hubungan pengaruh jumlah ragi terhadap rendemen (%)....... 16

Gambar 6. Grafik hubungan pengaruh waktu fermentasi terhadap rendemen (%)


............................................................................................................................. 18

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kandungan gizi kentang per 100 gram .................................................... 4

Tabel 2. Daftar tabel penetapan gula Luff-Schoorl ............................................. 10

Tabel 3. Data hasil percobaan variasi jumlah ragi ............................................... 15

Tabel 4. Data hasil percobaan variasi waktu fermentasi......................................17

vii
INTISARI

Bioetanol (C2H5OH) adalah cairan biokimia hasil proses fermentasi gula dari
sumber karbohidrat yang menggunakan bantuan mikroorganisme. Bahan yang paling
baik untuk membuat etanol yaitu bahan yang mempunyai kadar karbohidrat dan gula
yang besar, salah satunya yaitu kentang (Solanum tuberosum L.). Penelitian ini
menggunakan bahan dari limbah kentang kuning. Kandungan gula pada limbah
kentang sebesar 4,1% didapat dengan metode Luff-Schoorl. Tujuan penelitian ini
adalah mengatahui metode fermentasi glukosa yang terbaik agar didapat etanol yang
optimal dan mengetahui jumlah etanol yang terbentuk dengan variasi jumlah ragi dan
lama waktu fermentasi. Pembuatan bioetanol terdiri dari lima tahap yaitu tahap
penghancuran, penyaringan, pasteurisasi, fermentasi, dan distilasi. Proses pembuatan
bioetanol dengan variasi jumlah ragi (Saccharomyces cerevisiae) sebanyak 1% sampai
dengan 5% dari berat substrat. Dari hasil penelitian menunjukan hasil yang paling
optimum yaitu dengan ragi 3% dari berat substrat sebanyak 247,77 gram, didapatkan
jumlah etanol sebanyak 4,2900 gram, rendemen etanol 42,23%. Sedangkan untuk
variasi waktu fermentasi 1,5 hari sampai dengan 5 hari, hasil yang paling optimum
yaitu dengan waktu fermentasi selama 5 hari, didapatkan jumlah etanol 4,1310 gram,
rendemen etanol 39,98%.

Kata kunci: bioetanol, etanol, fermentasi, limbah kentang, Saccharomyces cerevisiae

viii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada masa kini pemakaian bahan bakar sangat tinggi, sedangkan sumber
minyak bumi semakin menipis. Dari sebab itu perlu dicari sumber alternatif untuk
mengganti minyak bumi. Bioetanol dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif
pada saat ini. Saat ini banyak pemanfaatan bahan yang mengandung karbohidrat tinggi,
karena semua bahan yang mengandung karbohidrat dapat diolah menjadi bioetanol.
Misalnya umbi kayu, pisang, kulit pisang, kentang.

Limbah kentang adalah salah satu contoh limbah organik yang dapat
digunakan sebagai bahan energi. Selama ini limbah kentang umumnya digunakan
sebagai makanan ternak, pupuk organik, dan terkadang hanya dibuang begitu saja
menjadi sampah. Untuk menambah nilai ekonomisnya, limbah kentang dapat
digunakan sebagai sumber energi dengan cara diolah menjadi bioetanol. Kandungan
karbohidrat yang terdapat dalam kupasan kentang cukup tinggi. Karbohidrat yang
terdapat pada kupasan kentang dipecah menjadi monomernya dengan proses hidrolisis.
Proses hidrolisis dilakukan dengan penambahan asam sehingga karbohidrat pecah
menjadi molekul glukosa. Glukosa dapat diubah menjadi produk etanol melalu proses
fermentasi. Pada proses fermentasi dibutuhkan bantuan dari mikroorganisme berupa
Saccharomyces cerevisiae. Penggunaan Saccharomyces cerevisiae dalam pembuatan
bioetanol telah banyak dilakukan dalam penelitian-penelitian sebelumnya (Purba dkk.,
2016).

Berdasarkan uraian tersebut maka perlu diadakan penelitian untuk mengetahui


jumlah penambahan ragi dan lama fermentasi yang optimal pada proses fermentasi
glukosa hasil metode hidrolisis dengan enzimatis, untuk meningkatkan kadar etanol
sebagai bioetanol tertinggi, menggunakan variasi penambahan ragi dan lama waktu
fermentasi.

1
2

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana metode fermentasi glukosa yang terbaik, agar didapat
jumlah bioetanol yang optimal?

2. Apakah ada pengaruh jumlah ragi dan waktu fermentasi terhadap


jumlah bioetanol yang dihasilkan dari limbah kentang?

1.3 Tujuan
1. Mengatahui metode fermentasi glukosa terbaik agar didapat jumlah
bioetanol yang optimal.
2. Mengetahui pengaruh jumlah ragi dan waktu fermentasi terhadap
jumlah bioetanol yang dihasilkan dari limbah kentang

1.4 Manfaat

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi


mengenai cara mendapat etanol yang terbaik dari variasi jumlah ragi dan
waktu fermentasi, dengan proses fermentasi glukosa, memberikan cara yang
ramah lingkungan dalam pembuatan bioetanol dan menambah informasi
tentang pemanfaatan limbah kentang sebagai bahan dasar pembuatan
bioetanol.
BAB II
TINJAUN PUSTAKA

2.1 Tanaman Kentang


Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.) adalah sumber makanan yang
sangat populer. Di beberapa negara termasuk Indonesia, tanaman umbi yang
memiliki nama ilmiah. Bahkan merupakan pengganti makanan pokok. Kentang
termasuk jenis tanaman sayuran semusim, berumur pendek, dan berbentuk perdu
atau semak. Kentang termasuk tanaman semusim karena hanya satu kali
berproduksi, setelah itu mati (Tabah dan Antonius, 2010).
Limbah kentang yang digunakan pada penelitian ini berjenis kentang kuning,
di pasar kentang ini hanya dibuang dan dijual dengan harga murah. Ciri-ciri limbah
kentang adalah sudah ditumbuhi tunas dan akar disekeliling buah, buah yang
busuk hampir 10%, terdapat lubang karena dimakan ulat. Tetapi kentang punya
umur yang panjang bisa 4-5 minggu bila disimpan dengan cara yang tepat, dasar
penyimpanan kentang adalah menjaga kandungan air sebanyak 80% yang ada di
kentang. Kentang juga mempunyai organ umbi. Umbi tersebut berasal dari cabang
samping yang masuk kedalam tanah. Cabang ini merupakan tempat menyimpan
karbohidrat sehingga membengkak dan bisa dimakan. Umbi bisa mengeluarkan
tunas dan nantinya akan membentuk cabang–cabang baru (Kamila, 2015).

Gambar .1. Limbah Kentang


Menurut Kamila (2015), klasifikasi kentang dapat diketahui seperti berikut:

Kingdom: Plantae (tumbuhan)


Divisi: Magnoliophyta (tumbuhan berbunga)

3
4

Kelas: Magnoliopsida (dikotil)


Ordo: Solanales
Family: Solanaceae
Genus: Solanum
Spesies: S. Tuberosum
Menurut Kamila (2015), kandungan gizi yang terdapat pada umbi kentang dilihat
pada tabel di bawah ini.
Tabel 1. Kandungan gizi kentang per 100 gram
Kandungan gizi Jumlah
Kalori 83 kal
Protein 2,0 gr
Lemak 0,1 gr
Karbohidrat 19,11 mg
Kalsium 11 mg
Fosfor 56 mg
Zat besi 0,7 mg
Vitamin B1 0,11 SI
Vitamin C 17 SI
Air 77,8

Karbohidrat adalah salah satu senyawa yang terkandung dalam kentang yang
kadarnya cukup tinggi. Untuk bisa diolah menjadi bioetanol, karbohidrat perlu
dihidrolisis agar mengubah selulosa dari kentang menjadi gula sederhana
(glukosa). Hidrolisa dengan asam akan memutuskan ikatan polisakarida dan
sekaligus memasukkan elemen H2O. Glukosa lalu difermentasi dengan aktivitas
saccharomyces cerevisiae, lalu disaring dan didestilasi untuk mendapat kadar
bioetanol yang (Kamila, 2015).
5

2.2 Bioetanol
Bioetanol (C2H5OH) adalah cairan biokimia pada proses fermentasi gula dari
sumber karbohidrat yang menggunakan bantuan mikroorganisme dengan
memformulasikan konversi glukosa menjadi etanol dan karbon dioksida
(Apriwinda, 2013). Menurut Dwidjoseputro (1989), reaksi kimia pembentukan
etanol dari sukrosa dengan proses fermentasi sebagai berikut:
C12H22O11 + H2O C6H12O6 + C6H12O6
Sukrosa Air Glukosa Fruktosa
C6H12O6 2 C2H5OH + 2 CO2
Glukosa Etanol Karbondioksida
Secara umum, produksi bioetanol ini mencakup 3 rangkaian proses yaitu
persiapan bahan baku, fermentasi, dan pemurnian. Bioetanol dengan kadar kadar
90-94% disebut bioetanol tingkat industri. Jika bioetanol yang diperoleh berkadar
94-99,5% maka disebut dengan bioetanol tingkat netral. Umumnya bioetanol jenis
ini dipakai untuk campuran minuman keras, dan yang terakhir adalah bioetanol
tingkat bahan bakar, minimal berkadar 99,5% (Kamila, 2015).
1. Spesifikasi etanol adalah sebagai beikut:
• Rumus molekul : C2H5OH
• Berat molekul : 46,07 gram/mol
• Titik didih : 78,5°C
• Titik beku : : -114,1°C
• Warna : Jernih
• Wujud : Cair
• Densitas pada 20°C : 0,7893 𝑔⁄𝑚𝐿
• Kelarutan dalam air : Sangat larut
• Viskositas pada 20°C : 1,17 cP
• Flash Point : 21,11°C
• Kalor spesifik pada 20°C : 0,579 𝑐𝑎𝑙⁄𝑔°𝐶
• Pembakaran etanol menghasilkan CO2 dan H2O
6

C2H5OH + 3 O2 2 CO2 + 3H2O + energi


(Fessenden & Fessenden, 1997).

2.3 Fermentasi
Proses Fermentasi berasal dari bahasa latin “fervere” yang berarti kondisi
cairan bergelembung atau mendidih, keadaan ini terjadi karena adanya aktivitas
ragi pada ekstraksi buah-buahan atau biji-bijian (Suprihatin, 2010). Fermentasi
glukosa merupakan salah satu jenis fermentasi anaerob atau tanpa menggunakan
oksigen pada prosesnya. Mikroorganisme yang dapat digunakan untuk fermentasi
terdiri dari yeast (ragi), khamir,jamur, dan bakteri. Mikroorganisme tidak
mempunyai klorofil, tidak mampu memproduksi makanannya, dan menggunakan
substrat organik untuk sebagai makanan. Saccharomyces cereviseae lebih banyak
digunakan untuk memproduksi alkohol secara komersial dibandingkan dengan
bakteri dan jamur, bersifat stabil, tidak berbahaya atau menimbulkan racun, mudah
di dapat dan malah mudah dalam pemeliharaan. Ragi mengubah gula menjadi
etanol dan karbondioksida.
Factor-faktor yang mempengaruhi proses fermentasi :
1. Waktu

Waktu yang sesuai akan menghasilkan etanol yang optimum,


semakin lama fermentasi kadar alkohol yang dihasilkan akan optimum
dan akhirnya akan menurun. Hal ini disebabkan karena pada tahap awal
sel khamir mulai memasuki fase eksponensial dimana etanol sebagai
metabolit primer dihasilkan, sedangkan tahap selanjutnya sel khamir
mulai masuk fase stasioner dan kematian sehingga alkhol yang
dihasilkan menurun (Apriwinda, 2013).

2. Derajat keasaman

Nilai pH sangat berpengaruh dalam pertumbuhan


mikroorganisme, dalam kondisi basa mikroorganisme tidak bisa
tumbuh. Menurut Suprihatin (2010) dalam jurnal teknologi fermentasi
7

bahwa kisaran pertumbuhan Saccharomyces cereviseae adalah pada pH


3,5-6,5. Pada kondisi basa Saccharomyces cereviseae tidak dapat
tumbuh. Disebutkan oleh Elevri dan Putra (2006) dalam jurnal aplikasi
teknologi pangan, bahwa produksi etanol oleh Saccharomyces
cereviseae maksimal dapat dicapai pada pH 4,5.
3. Mikroba

Mikroba digunakan untuk mengubah karbohidrat menjadi


alkohol, karbondioksida, dan asam organik dalam kondisi anaerobik.
Berbagai macam jasad renik dapat digunakan untuk proses fermentasi
antara lain yeast.

4. Suhu

Menurut Apriwinda (2013) pada percobaan pembuatan etanol


dari nira batang sorgum, suhu optimum pada fermentasi adalah 30°C.
Ini disebabkan karena pertumbuhan mikroba yang digunakan, yaitu
Saccharomyces cereviceae dapat mekakukan aktivitasnya pada suhu
40°C-32°C dan dapat tumbuh optimum pada suhu 28°C-30°C.

2.4 Distilasi
Distilasi adalah suatu metode yang dipakai untuk memisahkan bahan kimia
berdasarkan perbedaan kecepatan menguap atau volatilitas bahan, dalam
penyulingan campuran zat dipanaskan hingga menguap, uap tersebut didinginkan
untuk diubah menjadi cairan. Zat yang punya titik didih rendah akan menguap lebih
cepat. Proses pemisahan pada proses distilasi ada tiga langkah dasar, yaitu:
Suatu campuran dapat dipisahkan dengan distilasi biasa ini untuk memperoleh
senyawa murninya. Senyawa-senyawa yang terdapat dalam campuran akan
menguap pada saat mencapai titik didih masing – masing. Zat yang menguap akan
menuju pipa kondensor. Distilat akan mengalami kondensasi selanjutnya dialirkan
ke penampungan (Purba dkk, 2016).
BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini berjenis penelitian eksperimen dengan bahan utama limbah
kentang kuning yang dibuat menjadi larutan. Analisis penelitian ini meliputi analisis
kadar bioetanol yang dihasilkan.

3.2 Alat dan Bahan


1. Alat

a) Pisau m) Rangkaian Alat Fermentasi


b) Mortar n) pH meter
c) Baskom o) Labu takar 250 mL
d) Kain saring p) Rangkaian Alat Distilasi
e) Pemanas mantel q) Corong kaca
f) Timbangan digital r) Kertas atau kain saring
g) Erlenmeyer (500, 250) mL s) Rangkaian alat titrasi
h) Gelas beaker 1000 mL t) Pendingin tegak
i) Selang u) Gelas ukur
j) Blender v) Pipet tetes
k) Alumunium voil w) Pipet ukur
2. Bahan

a) Ragi g) Pb-Asetat
b) Limbah kentang h) Na2CO3 10%
c) HCL 3% i) larutan luff schoorl
d) Aquadest j) KI 20%
e) KOH 20% k) Larutan amilum 1%
f) Na2S2O3 1N l) H2SO4 25%

8
9

3.3 Variabel Penelitian


Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang digunakan yaitu:
1. Penambahan jumlah ragi 1% sampai dengan 5% dari berat substrat.
2. Lama waktu fermentasi 1.5 hari sampai dengan 5 hari.

3.4 Teknik Pengambilan Data


1. Studi pustaka, yaitu penggunaan literatur (buku, jurnal ilmiah tentang
pembuatan bioetanol dari limbah sayuran dan limbah kulit kentang).
2. Eksperimen langsung di laboratorium (percobaan pendahuluan, pembuatan
bioetanol dan analisis jumlah bioetanol).

3.5 Tahapan Penelitian


1. Pembuatan larutan induk
Melakukan pretreatment limbah kentang yaitu dengan membersihkan
dari tanah yang masih menempel lalu memotong limbah kentang menjadi kecil
lalu diberi aquadest secukupnya dan jangan terlalu encer, kemudian diblender
hingga menjadi bubur atau larutan induk.
2. Pasteurisasi
Untuk mencegah adanya mikroba kontaminan hidup selama proses
fermentasi. Dilakukan sterilisasi dengan pemanasan pada suhu 65°C selama 30
menit dengan proses LTLT (Low Temperature Long Time).
3. Analisis kadar gula

Analisis kadar gula menggunakan metode Luff-Schoorl sebanyak 5-10 g


sampel ditimbang dan dimasukkan ke dalam labu takar 250 mL, ditambah Pb
asetat untuk penjernihan, kemudian ditambah Na2CO3 untuk menghilangkan
kelebihan Pb, Diambil 10 mL larutan dan masukkan kedalam erlenmeyer,
ditambahkan 25 mL larutan luff schoorl. Dibuat perlakukan blanko yaitu 25 mL
larutan luff schoorl ditambahkan 25 mL aquadest. Setelah ditambahkan
beberapa batu didih, erlenmeyer dihubungkan dengan pendingin balik dan
dididihkan selama 10 menit, kemudian didinginkan. Ditambahkan 15 mL KI
10

20% dan dengan hati-hati tambahkan 25 mL H2SO4 26,5%. Larutan dititrasi


dengan Na2S2O3 0,1 N dengan menggunakan indikator amilum 1% sampai
warna berubah, dari coklat tua menjadi coklat kekuningan.

Tabel 2. Penetapan gula Luff-Schoorl


Vol Na2S2O3 0,1 N Glukosa, Fruktosa Laktosa Maltosa
Gula Inversi

Mg
mL Mg mg

1 2,4 3,6 3,9

2 4,8 7,3 7,8

3 7,2 11,0 11,7

4 9,7 14,7 15,6

5 12,2 18,4 19,6

6 14,7 22,1 23,5

7 17,2 25,8 25,5

8 19,8 29,5 31,5

9 22,4 33,2 35,5

10 25,0 37,0 39,5

11 27,6 40,8 43,5

12 30,3 44,6 47,5


11

13 33,0 48,6 51,6

14 35,7 52,2 55,7

15 38,5 56,0 59,8

16 41,3 59,9 63,9

17 44,2 63,8 68,0

18 47,1 67,7 72,2

19 50,0 71,1 76,5

20 53,0 75,1 80,9

Sumber: SNI 01-2891-1992

Menurut Maylia (2017) dan Anonim (1992), kadar gula (%) dapat dicari dengan
perhitungan sebagai berikut:
a. Standarisasi larutan Na2S2O3
b. Titrasi larutan blanko dan sampel dengan Na2S2O3 0,1 N, lalu catat volumenya.
c. Volume Na2S2O3 0,1 N didapat dari persamaan sebagai berikut:
Volume Na2S2O3 0,1 N=
𝑁 𝑁𝑎2 𝑆2 𝑂3
𝑥 𝑉𝑜𝑙 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑁𝑎2 𝑆2 𝑂3 (𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 − 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙)=....mL
0,1

d. Hasil perhitungan volume Na2S2O3 0,1 N diinterpolasi dengan data gula inversi
pada Tabel 1 penetapan gula Luff-Schoorl, untuk didapat jumlah glukosa yang
terkandung (mg) dalam volume Na2S2O3 (mL) yang dipergunakan.
e. Kadar gula (%) =
𝐹𝑝 𝑥 𝑊1 1 𝑔𝑟𝑎𝑚
x 1000 𝑚𝑖𝑙𝑖𝑔𝑟𝑎𝑚 x 100%
𝑊

Fp = Faktor Pengenceran
12

W1 = Jumlah glukosa yang terkandung (mg) untuk volume Na2S2O3 (mL) yang
dipergunakan. Jumlah glukosa, didapat dari cara interpolasi hasil perhitungan
volume Na2S2O3 0,1 N dengan data volume Na2S2O3 0,1 N pada tabel
Luff-Schoorl.

W = Berat sampel (gram)

4. Fermentasi sampel larutan induk


Sampel larutan induk dari limbah kentang yang telah dipasteurisasi, lalu
diatur pH-nya sebesar 4.5, menurut Maylia (2017) pH dapat diatur dengan
larutan KOH 20% atau HCL 3%. Ambil sampel dengan berat yang sudah
ditentukan dan dimasukkan ke alat fermentasi. Setelah itu dilakukan proses
fermentasi. Dengan menambahkan ragi ke dalam larutan induk dengan variasi
jumlah ragi 1-5% dari berat substrat dengan waktu fermentasi 5 hari, dan untuk
variasi waktu fermentasi 1.5-5 hari menggunakan ragi 3% dari berat substrat.
Lalu diaduk selama 5 menit sampai homogen. Tutup alat fermentasi yang sudah
dihubungkan dengan selang karet dan selang dimasukkan kedalam erlenmeyer
berisi air agar tidak terjadi kontak langsung dengan udara.

Keterangan:
1. Sumbat karet 3. Selang CO2
2. Erlenmeyer 4. Gelas beaker berisi air
Gambar 2. Rangkaian Alat Fermentasi
5. Pemurnian etanol hasil fermentasi
Bioetanol hasil fermentasi dimurnikan dengan cara distilasi yang
dilakukan pada suhu 80-90°C dengan waktu kurang lebih 3 jam tergantung
13

efisiensi pemanasan, hingga distilat tidak menetes lagi. Hentikan proses


distilasi, lalu ukur volume distilat yang dihasilkan.

Keterangan:
1. Statif 6. Air pendingin keluar
2. Adaptor 7. Air pendingin masuk
3. Termometer 8. Sumbat karet
4. Labu leher tiga 9. Pemanas mantel
5. Pendingin balik 10. Erlenmeyer

Gambar 3. Rangkaian Alat Distilasi

3.6 Tahap Analisis Jumlah Bioetanol


1. Analisis Bioetanol Limbah Kentang
Menimbang piknometer kosong, dalam keadaan bersih dan kering
(a). Mengisi piknometer dengan aquadest yang telah diketahui berat
jenisnya (ρ) dan suhu kamar sesuai tabel (Perry, 1984). Lalu timbang
piknometer yang berisi aquadest (b). Menghitung volume piknometer
sebenarnnya
(𝑏−𝑎)𝑔𝑟𝑎𝑚
Volume Piknometer =
𝜌 aquadest

Menimbang berat piknometer yang telah diisi distilat (c). Menghitung berat
jenis distilat.
(𝑐−𝑎)𝑔𝑟𝑎𝑚
ρ Distilat =
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑃𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟

Menghitung kadar etanol dalam distilat yang dihasilkan, dengan mengacu pada
(Perry, 1984).
14

2. Analisis Jumlah Bioetanol


a) Mengukur volume distilat yang dihasilkan
b) Menghitung massa distilat
Massa distilat = ρ distilat (gram⁄mL) × vol distilat (mL)
c) Menghitung jumlah etanol yang terjadi
Jumlah etanol yang terjadi = kadar etanol (%) x massa distilat
d) Rendemen etanol yang terbentuk
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑗𝑎𝑑𝑖
= 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑔𝑢𝑙𝑎 𝑖𝑛𝑣𝑒𝑟𝑠𝑖 𝑥 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑓𝑒𝑟𝑚𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑖 × 100%

3.7 Diagram Alir Indikator Capaian Proses Penelitian


Indikator capaian pada setiap tahapan proses penelitian ini ditunjukkan
pada Gambar 4.

Pemilahan dan pengolahan


limbah kentang

Pembuatan larutan induk


`
Analisis kadar gula

Fermentasi sampel dari larutan


induk

Pemurnian etanol hasil


fermentasi dengan destilasi

Analisis kadar etanol

Penentuan jumlah etanol hasil


fermentasi

Cara penyimpulan

Gambar 4. Diagram Alir Indikator Capaian Proses Penelitian


BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Analisis Bahan Baku


Bahan baku penelitian ini berupa larutan dari limbah kentang, setelah dianalisis
dengan metode Luff-Schoorl didapatkan kadar gula sebesar 4,1% dan densitas larutan
induk sebesar 1,0966 gram/cm3.

4.2. Pengaruh variasi jumlah ragi terhadap jumlah etanol yang terbentuk
Dalam penelitian pembuatan bioetanol dari limbah kentang dengan metode
fermentasi menggunakan variable jumlah ragi, maka parameter yang lain dibuat tetap.
Dengan menggunakan volume substrat 250 mL, waktu fermentasi 5 hari, pH 4,5, maka
diperoleh hasil percobaan yang dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini:

Tabel 3. Data hasil percobaan variasi jumlah ragi

Jumlah Waktu Berat Densitas Massa Kadar Jumlah Rendemen


Ragi Fermentasi Substrat Destilat Destilat Etanol Etanol
(gram) (Hari) (gram) (gram/cm3) (gram) (%) (gram) (%)
2,4777 5 247,77 0,9806 48,5425 8,21 3,9716 39,25
4,9554 5 247,77 0,9816 46,3326 8,13 3,7683 37,09
7,4331 5 247,77 0,9796 45,4576 9,43 4,2900 42,23
9,9108 5 247,77 0,9825 43,0375 7,56 3,2575 32,03
12,3885 5 247,77 0,9835 41,5258 6,93 3,3676 28,35

15
16

Dari data hasil penelitian yang diperoleh, selanjutnya dibuat grafik hubungan
antara jumlah ragi dengan rendemen (%). Grafik tersebut sebagai berikut:

Gambar 5. Grafik hubungan pengaruh jumlah ragi terhadap rendemen (%)


Dari Tabel 2 dan Gambar 5 dapat kita ketahui pada jumlah ragi 1% dan 2%
mengalami penurunan persentase rendemen. Menurut Maylia (2017), semakin banyak
jumlah ragi Saccharomyces cereviseae yang ditambahkan, maka bakteri yang
mengurai glukosa menjadi etanol semakin banyak. Sehingga jumlah etanol yang
terbentuk juga bertambah banyak. Kondisi tersebut terbukti pada Gambar 5 dengan
jumlah ragi 3%, mengalami kenaikan persentase rendemen. Tetapi, pada jumlah ragi
4% dan 5% mengalami penurunan persentase rendemen, yang disebabkan nutrisi yang
tersedia tidak mencukupi kebutuhan makanan bagi Saccharomyces cereviseae,
sehingga pembentukan alkohol kurang optimal dan cenderung mengalami penurunan.
Dari Gambar 5 dapat kita ketahui bahwa kondisi optimum dalam variasi jumlah ragi
pada penelitian ini diperoleh pada jumlah ragi 3% memiliki persentase rendemen
sebesar 42,23%. Sedangkan untuk hasil kurang optimum yaitu jumlah ragi 5%, dengan
persentase rendemen sebesar 28,35%. Dari penelitian yang telah dilakukan oleh Tabah
dan Antonius (2010) yang mempelajari tentang pembuatan bioetanol dari kulit nanas,
didapat hasil yang optimum yaitu dengan jumlah ragi 8 gram, menghasilkan jumlah
etanol sebanyak 37,57 gram. Sedangkan dalam penelitiannya Andaka (2010), yang
17

mempelajari tentang pemanfaatan limbah kulit nanas dalam pembuatan bioetanol,


diperoleh hasil optimum dengan jumlah konsentrasi ragi 0,015 gram/mL, didapat yield
etanol 35,37%.

Dari hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa jumlah ragi dapat


mempengaruhi jumlah persentase rendemen yang dihasilkan. Persentase rendemen
yang dihasilkan akan mengalami kenaikan, tapi semakin lama jumlah etanol yang
terbentuk akan mengalami penurunan, yang disebabkan Saccharomyces cereviseae
yang ada lebih banyak dibanding nutrisi yang tersedia, sehingga Saccharomyces
cereviseae lebih banyak menggunakan nutrisi tersebut untuk bertahan hidup dari pada
merubah gula manjadi alkohol.

4.3. Pengaruh waktu fermentasi terhadap jumlah etanol yang terbentuk


Pada penelitian pembuatan bioetanol dari limbah kentang dengan metode
fermentasi menggunakan variable waktu fermentasi, maka parameter yang lain dibuat
tetap. Dengan menggunakan volume substrat 250,2 mL, jumlah ragi 3% dari berat
substrat, pH 4,5, maka diperoleh hasil percobaan yang dapat dilihat pada Tabel 3
berikut ini:

Tabel 4. Data hasil percobaan variasi waktu fermentasi

Waktu Berat Jumlah Densitas Massa Kadar Jumlah Rendemen


Fermentasi Substrat Ragi Destilat Destilat Etanol Etanol
(Hari) (gram) (gram) (gram/cm3) (gram) (%) (gram) (%)
1,5 251,97 7,5591 0,9912 39,6518 2,38 0,9472 9,16
2 251,97 7,5591 0,9903 39,6131 2,88 1,1443 11,07
3 251,97 7,5591 0,9835 39,3423 6,93 2,7293 26,41
4 251,97 7,5591 0,9796 39,1876 9,43 3,6983 35,79
5 251,97 7,5591 0,9777 39,1102 10,5 4,1310 39,98
18

Dari data hasil penelitian yang diperoleh, selanjutnya dibuat grafik hubungan
antara waktu fermentasi dengan rendemen (%). Grafik tersebut sebagai berikut:

Gambar 6. Grafik hubungan waktu fermentasi dan rendemen (%)


Dari Tabel 3 dan Gambar 6, persentase rendemen yang dihasilkan terus
bertambah bila waktu fermentasi semakin lama. Menurut Apriwinda (2013), semakin
lama waktu fermentasi maka jumlah etanol yang dihasilkan akan semakin banyak,
tetapi pada waktu tertentu jumlah etanol yang dihasilkan akan menurun karena jumlah
nutrisi pada substrat akan habis. Dari hasil penelitian dengan variasi waktu fermentasi,
didapat hasil optimum dengan waktu fermentasi 5 hari memiliki jumlah etanol sebesar
4,1310 gram, dan persentase rendemen 39,98%. Sedangkan untuk hasil kurang
optimum yaitu waktu fermentasi 1,5 hari dengan jumlah etanol sebesar 0,9472 gram
dan persentase rendemen 9,16%. Dari grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa
semakin lama waktu fermentasi maka persentase rendemen dan jumlah etanol yang
terbentuk akan semakin besar. Dari penelitian yang telah dilakukan oleh Tabah dan
Antonius (2010) yang mempelajari tentang pembuatan bioetanol dari kulit nanas,
didapat hasil yang optimum yaitu dengan waktu fermentasi 3 hari, menghasilkan
jumlah etanol sebanyak 36,57 gram. Sedangkan dari penelitian oleh Andaka (2010),
yang mempelajari tentang pemanfaatan limbah kulit nanas dalam pembuatan bioetanol,
dengan jumlah larutan 200 mL, kadar gula 4,1%, dan jumlah ragi 3 gram atau
19

konsentrasi ragi 0,0015 gram/mL. Didapat hasil optimum dengan waktu


fermentasi 6 hari, didapat yield etanol 35,21%.

Dari hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa semakin lama waktu


fermentasi maka jumlah etanol yang terbentuk akan bertambah, tetapi pada titik
tertentu pertambahan jumlah etanol akan menurun karena nutrisi yang dibutuhkan oleh
Saccharomyces cereviseae sebagai makanan sudah habis.
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Limbah kentang masih bisa dijadikan produk yang bermanfaat yaitu bioetanol.
Setelah diuji menggunakan metode Luff-Schoorl didapat kandungan gula pada
limbah kentang sebesar 4,1% dan densitas larutan induk sebesar 1,0966
gram/cm3.

2. Penambahan ragi sangat mempengaruhi hasil fermentasi, penambahan jumlah


ragi yang paling optimum yaitu dengan ragi 3% dari berat substrat
menghasilkan kadar etanol 9,43%, jumlah etanol 4,2900 gram, rendemen
1,73%. Namun semakin banyak ragi, hasil fermentasi akan menghasilkan
partikel halus yang mengendap didasar dan terkadang tidak bisa mengendap
sehingga hasil tidak jernih dan cenderung keruh,

3. Variasi waktu fermentasi dalam penelitian ini didapatkan semakin lama proses
fermentasi maka etanol yang dihasilkan akan bertambah dengan hasil optimum
yaitu dengan waktu fermentasi selama 5 hari menghasilkan kadar etanol
10,56%, jumlah etanol 4,1310 gram, rendemen 1,77%. tetapi pada titik tertentu
pertambahan jumlah etanol akan menurun karena nutrisi yang dibutuhkan oleh
Saccharomyces cereviseae sebagai makanan sudah habis.

5.2 Saran
1. Sebelum melakukan fermentasi pastikan alat steril agar tidak merusak proses
fermentasi.
2. Dalam merangkai alat fermentasi diharapkan semua sambungan harus rapat,
supaya tidak ada udara yang masuk sehingga proses fermentasi dapat berjalan
dengan baik.

20
21

3. Gunakan metode yang efektif dan efisien.


DAFTAR PUSTAKA

Andaka, G. 2010, Pemanfaatan Limbah Kulit Nanas untuk Pembuatan Bioetanol


dengan Proses Fermentasi, Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains &
Teknologi (SNAST) Periode II, Yogyakarta, 11 Desember 2010. 207-212.
Anisah, D, Herliati., dan Sari, W.A., 2014, Pemanfaatan Sampah Sayuran sebagai
Bahan Baku Pembuatan Bioetanol, Jurnal Kimia, Vol. 3, No. 1, 84-92.
Anonim, 1992, Cara Uji Gula, Badan Standarisasi Indonesia, Badan Standard Nasional,
Jakarta.
Apriwinda, 2013, Studi Fermentasi Batang Sorgum Manis (Sorghum bicolor. (L)
Moench) untuk Produksi Etanol, Skripsi, Fakultas Pertanian, Universitas
Hasanuddin, Makassar.
Elevri. P.A dan Putra. R.A., 2006, Produksi Etanol Menggunakan Saccharomyces
cerevisiae yang Dimobilisasi dengan Agar Batang, Akta Kimindo, 1 (2). 105-
114.
Dwijdoseputro, 1984, Dasar-dasar Mikrobiologi, Djambatan, Malang.
Fajar, A. dan Fajar, P., 2016, Pembuatan Bioetanol dari Pati Biji Sorgum, Laporan
Penelitian, Teknik Kimia. Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN”,
Yogyakarta.
Fessenden, R.J., dan J.S. Fessenden, 1997, Kimia Organik edisi ketiga, PT Erlangga,
Jakarta.
Kamila, A., 2015, Pembuatan Bioetanol dari Kentang (Solanum tuberosum L.) dengan
Hidrolisis Asam Sulfat dan Fermentasi menggunakan Saccharomyces
cerevisiae, Laporan Penelitian, Politeknik Negeri Jember, Jember.
Maylia, G.A., 2017, Penentuan Kadar Total Sukrosa pada Sirup Rasa Raspberry
dengan Metode Luff-Schrool, Laporan Tugas Akhir, Teknik Kimia.
Universitas Sumatera Utara, Medan.
Perry, R.H., and Green, D.W., 1984, Perry’s Chemical Engineer’s Handbook, 6th
edition, McGraw-Hill Book Company, Singapore.
Purba, D.E.H., Iryanti E.S., dan Mayun L.A.A.I.A. 2016, Pembuatan Bioetanol dari
Kupasan Kentang (Solanum tuberosum L.) dengan Proses Fermentasi, Jurnal
Kimia, Vol. 10 ,No. 1, 74-83.
Retno, D.T. dan Wasir N., 2011, Pembuatan Bioetanol dari Kulit Pisang, Prosiding
Seminar Nasional Teknik Kimia “Kejuangan” Teknik Kimia, FTI, UPN
”Veteran” Yogyakarta.
Setiawati, R.D., Anastasia, R.S., dan Tri, K.D., 2013, Proses Pembuatan Bioetanol dari
Kulit Pisang Kepok, Jurnal Teknik Kimia, 19 (1). 9-13.
Silaban, E.T., 2020, Penetapan Kadar Karbohidrat pada Cookies dengan Metode Luff-
Schrool, Laporan Tugas Akhir, Teknik Kimia. Universitas Sumatera Utara,
Medan.
Simanjuntak, A.Y.M. dan Rachmat, S., 2019, Analisis Hasil Fermentasi Pembuatan
Bioetanol dengan Variasi Waktu menggunakan Bahan (Singkong, Beras
Ketan Hitam dan Beras Ketan Putih), SJME KINEMATIKA, 4 (2). 79-90.
Suprihatin, 2010, Teknologi Fermentasi, UNESA University Press, Surabaya.
Tabah, A. dan Antonius, P.U., 2010, Pembuatan Bioetanol dari Sari Kulit Nanas,
Laporan Tugas Akhir, Teknik Kimia, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Wardani, A.K., 2018, Analisa Lama Fermentasi pada Pembuatan Bioetanol dari
Sargassum sp Menggunakan Metode Hidrolisis Asam dan Fermentasi
Menggunakan Mikroba Asosiasi (Zymomonas mobilis, Saccharomyces
cerevisiae) dalam Ragi Tempe dan Ragi Roti), Skripsi, Pendidikan Biologi,
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
LAMPIRAN
Lampiran

1. Jurnal

PEMBUATAN BIOETANOL DARI PROSES FERMENTASI GULA DENGAN BAHAN LIMBAH KENTANG
(Solanum tuberosum L.)
(VARIASI PENAMBAHAN RAGI DAN LAMA WAKTU FERMENTASI)

Sanderian Gramada Prabatama


Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Institut Sains & Teknologi Akprind Yogyakarta
Email: ryangramada97@gmail.com

INTISARI

Bioetanol (C2H5OH) adalah cairan biokimia hasil proses fermentasi gula dari sumber karbohidrat yang
menggunakan bantuan mikroorganisme. Bahan yang paling baik untuk membuat etanol yaitu bahan yang
mempunyai kadar karbohidrat dan gula yang besar. Salah satunya yaitu kentang (Solanum tuberosum L.).
Penelitian ini menggunakan bahan dari limbah kentang berjenis kentang kuning, kandungan gula pada limbah
kentang sebesar 4,1% didapat dengan metode Luff-Schoorl. Tujuan penelitian ini adalah mengatahui metode
fermentasi glukosa yang terbaik agar didapat etanol yang optimal dan mengetahui jumlah etanol yang terbentuk
dengan variasi jumlah penambahan ragi dan lama waktu fermentasi. Pembuatan bioetanol terdiri dari lima
tahap yaitu tahap penghancuran, penyaringan, pasteurisasi, fermentasi, dan distilasi. Proses pembuatan
bioetanol dengan variasi jumlah ragi (Saccharomyces cerevisiae) sebanyak 1% sampai dengan 5% dari berat
substrat. Dari hasil penelitian menunjukan hasil yang paling optimum yaitu dengan ragi 3% dari berat substrat
sebanyak 247,77 gram, didapatkan jumlah etanol sebanyak 4,2900 gram, rendemen etanol 42,23%. Sedangkan
untuk variasi waktu fermentasi 1,5 hari sampai dengan 5 hari, hasil yang paling optimum yaitu dengan waktu
fermentasi selama 5 hari, didapatkan jumlah etanol 4,1310 gram, rendemen etanol 39,98%.

Kata kunci: bioetanol, limbah kentang, fermentasi, etanol, Saccharomyces cerevisiae

buah-buahan atau biji-bijian (Suprihatin, 2010).


Fermentasi glukosa merupakan salah satu jenis
PENDAHULUAN fermentasi anaerob atau tanpa menggunakan oksigen
pada prosesnya. Mikroorganisme yang dapat
Limbah kentang berjenis kentang kuning digunakan untuk fermentasi terdiri dari yeast (ragi),
banyak terdapat di pasar dan hanya dibuang atau khamir, jamur, dan bakteri. Mikroorganisme tersebut
dijual dengan harga murah, ciri-ciri limbah kentang tidak mempunyai klorofil, tidak mampu
adalah buah sudah ditumbuhi tunas dan akar, buah memproduksi makanannya dengan cara fermentasi,
yang busuk hampir 10%, terdapat lubang karena dan menggunakan substrat organik sebagai bahan
dimakan ulat. Tetapi kentang punya umur yang makanan, untuk diubah menjadi etanol dan
panjang bisa 4-5 minggu bila disimpan dengan cara karbondioksida (Apriwinda, 2013).
yang tepat (Kamila, 2015). Bioetanol (C2H5OH) adalah cairan biokimia
Fermentasi berasal dari bahasa Latin yaitu yang diperoleh proses fermentasi gula dari sumber
“fervere”, yang artinya merebus, karena karbohidrat yang menggunakan bantuan
menghasilkan gelembung-gelembung, keadaan ini mikroorganisme, dengan memformulasikan konversi
terjadi karena adanya aktivitas ragi pada ekstraksi glukosa menjadi etanol dan karbondioksida
(Apriwinda, 2013). Menurut Dwidjoseputro (1989), Distilasi adalah suatu metode yang dipakai untuk
reaksi kimia pembentukan etanol dari sukrosa dengan memisahkan bahan kimia berdasarkan perbedaan
proses fermentasi adalah sebagai berikut: kecepatan menguap atau volatilitas bahan, dalam
C12H22O11 + H2O C6H12O6+ C6H12O6 penyulingan campuran zat dipanaskan hingga
Sukrosa Air Glukosa Fruktosa menguap, uap tersebut didinginkan untuk diubah
C6H12O6 2 C2H5OH + 2 CO2 menjadi cairan. Zat yang punya titik didih rendah
Glukosa Etanol Karbondioksida akan menguap lebih cepat. Proses pemisahan distilasi
Pembentukan etanol dipengaruhi oleh proses ada tiga langkah dasar, yaitu:
fermentasi dan faktor-faktor yang mempengaruhi 1. Proses penguapan atau penambahan panas
proses fermentasi adalah sebagai berikut: dalam larutan yang dipisahkan
2. Proses pembentukan fase seimbang
1. Waktu 3. Proses pemisahan kedua fase seimbang
Waktu yang sesuai akan menghasilkan METODE PENELITIAN
etanol yang optimum, semakin lama Bahan
fermentasi kadar alkohol yang dihasilkan akan Ragi (Saccharomyces cereviseae), Pb-Asetat, limbah
optimum dan akhirnya akan menurun. Hal ini kentang, Na2CO3 10%, HCL 3%, larutan Luff-
disebabkan karena pada tahap awal sel khamir Schoorl, Aquadest, KI 20%, KOH 20%, larutan
mulai memasuki fase eksponensial dimana amilum 1%, Na2S2O3 1N, H2SO4 25%
etanol sebagai metabolit primer dihasilkan, Alat
sedangkan tahap selanjutnya sel khamir mulai Pisau, rangkaian alat fermentasi, mortar, pH meter,
masuk fase stasioner dan kematian sehingga baskom, labu takar 250 mL, kain saring, pengaduk
alkohol yang dihasilkan menurun (Apriwinda, kaca, pemanas mantel, corong kaca, timbangan
2013). digital, kertas atau kain saring, erlenmeyer (500, 250)
2. Derajat Keasaman mL, rangkaian alat titrasi, penutup pendingin tegak,
Derajat keasamaan sangat selang, gelas ukur, blender, pipet tetes, pipet ukur,
berpengaruh dalam pertumbuhan gelas beaker 1000 mL, rangkaian alat distilasi
mikroorganisme. Dalam kondisi basa Variabel Penelitian
mikroorganisme tidak bisa tumbuh. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel
Disebutkan oleh Elevri dan Putra (2006), yang digunakan yaitu:
bahwa produksi etanol oleh Saccharomyces 3. Penambahan jumlah ragi 1% sampai dengan
cereviseae maksimal dapat dicapai pada pH 5% dari berat substrat.
4,5. 4. Lama waktu fermentasi 1.5 hari sampai
3. Mikroba dengan 5 hari.
Mikroba digunakan untuk mengubah Tahapan Penelitian
karbohidrat menjadi alkohol, karbondioksida, 1. Pembuatan larutan induk
dan asam organik dalam kondisi anaerobik. Melakukan pretreatment limbah kentang yaitu
Berbagai macam jasad renik dapat digunak dengan membersihkan dari tanah yang masih
untuk proses fermentasi antara lain yeast. menempel lalu memotong limbah kentang menjadi
4. Suhu kecil lalu diberi aquadest secukupnya dan jangan
Menurut Apriwinda (2013) pada terlalu encer, kemudian diblender hingga menjadi
percobaan pembuatan etanol dari nira batang bubur atau larutan induk.
sorgum, suhu optimum pada fermentasi 2. Pasteurisasi
adalah 30°C. Ini disebabkan karena Untuk mencegah adanya mikroba kontaminan
pertumbuhan mikroba yang digunakan, yaitu hidup selama proses fermentasi. Dilakukan sterilisasi
Saccharomyces cereviceae dapat mekakukan dengan pemanasan pada suhu 65°C selama 30 menit
aktivitasnya pada suhu 40°C-32°C dan dapat dengan proses LTLT (Low Temperature Long Time).
tumbuh optimum pada suhu 28°C-30°C. 3. Analisis kadar gula
Analisis kadar gula menggunakan metode
12 30,3 44,6 47,5
Luff-Schoorl sebanyak 5-10 gram sampel ditimbang
dan dimasukkan ke dalam labu takar 250 mL,
13 33,0 48,6 51,6
ditambah Pb asetat untuk penjernihan, kemudian
ditambah Na2CO3 untuk menghilangkan kelebihan 14 35,7 52,2 55,7
Pb, Diambil 10 mL larutan dan masukkan kedalam
Erlenmeyer, ditambahkan 25 mL larutan Luff- 15 38,5 56,0 59,8
Schoorl. Dibuat perlakukan blanko yaitu 25 mL
larutan Luff-Schoorl ditambahkan 25 mL aquadest. 16 41,3 59,9 63,9
Setelah ditambahkan beberapa batu didih,
erlenmeyer dihubungkan dengan pendingin balik dan 17 44,2 63,8 68,0
dididihkan selama 10 menit, kemudian didinginkan.
Ditambahkan 15 mL KI 20% dan dengan hati-hati 18 47,1 67,7 72,2
tambahkan 25 mL H2SO4 26,5%. Larutan dititrasi
dengan Na2S2O3 0,1 N dengan menggunakan 19 50,0 71,1 76,5
indicator amilum 1% sampai warna berubah, dari
coklat tua menjadi coklat kekuningan. 20 53,0 75,1 80,9
Tabel 1. Penetapan Gula Luff-Schoorl
21 56,0 79,8 85,4
Vol Glukosa, Laktosa Maltosa
Na2S2O3 Fruktosa, 22 59,1 83,9 90,0
0,1 N Gula
Sumber: SNI 01-2891-1992
inversi
(mg) (mg) Menurut Maylia (2017) dan Anonim (1992),
(mg)
(mL) kadar gula (%) dapat dicari dengan perhitungan
sebagai berikut:
1 2,4 3,6 3,9
f. Standarisasi larutan Na2S2O3
g. Titrasi larutan blanko dan sampel dengan
2 4,8 7,3 7,8
Na2S2O3 0,1 N, lalu catat volumenya.
3 7,2 11,0 11,7 h. Volume Na2S2O3 0,1 N didapat dari
persamaan sebagai berikut:
4 9,7 14,7 15,6 Volume Na2S2O3 0,1 N=
𝑁 𝑁𝑎2 𝑆2 𝑂3
𝑥 𝑉𝑜𝑙 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑁𝑎2 𝑆2 𝑂3 (𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 − 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙)=.mL
0,1
5 12,2 18,4 19,6
i. Hasil perhitungan volume Na2S2O3 0,1 N
diinterpolasi dengan data gula inversi pada
6 14,7 22,1 23,5
Tabel 1 penetapan gula Luff-Schoorl, untuk
didapat jumlah glukosa yang terkandung (mg)
7 17,2 25,8 25,5
dalam volume Na2S2O3 (mL) yang
8 19,8 29,5 31,5 dipergunakan.
j. Kadar gula (%) =
𝐹𝑝 𝑥 𝑊1 1 𝑔𝑟𝑎𝑚
9 22,4 33,2 35,5 x x 100%
𝑊 1000 𝑚𝑖𝑙𝑖𝑔𝑟𝑎𝑚
Fp = Faktor Pengenceran
10 25,0 37,0 39,5
W1 = Jumlah glukosa yang terkandung
11 27,6 40,8 43,5 (mg) untuk volume Na2S2O3 (mL) yang
dipergunakan. Jumlah glukosa, didapat
dari cara interpolasi hasil perhitungan distilat tidak menetes lagi. Hentikan proses
volume Na2S2O3 0,1 N dengan data volume distilasi, lalu ukur volume distilat yang
Na2S2O3 0,1 N pada tabel Luff-Schoorl. dihasilkan.
W = Berat sampel (gram)
4. Fermentasi sampel larutan induk
Sampel larutan induk dari limbah
kentang yang telah dipasteurisasi, lalu diatur
pH-nya sebesar 4.5, menurut Maylia (2017)
pH dapat diatur dengan larutan KOH 20% atau
HCL 3%. Ambil sampel dengan berat yang
sudah ditentukan dan dimasukkan ke alat Keterangan:
fermentasi. Setelah itu dilakukan proses 1. Statif 8. Pendingin balik
fermentasi. Dengan menambahkan ragi ke 2. Adaptor 9. Pemanas mantel
dalam larutan induk dengan variasi jumlah 3. Termometer 10. Sumbat karet
ragi 1-5% dari berat substrat dengan waktu 4. Labu leher tiga
fermentasi 5 hari, dan untuk variasi waktu 5. Erlenmeyer
fermentasi 1.5-5% hari menggunakan ragi 3% 6. Air pendingin keluar
dari berat substrat. Lalu diaduk selama 5 menit 7. Air pendingin masuk
sampai homogen. Tutup alat fermentasi yang Gambar 2. Rangkaian Alat Distilasi
sudah dihubungkan dengan selang karet dan Tahap Analisis Jumlah Bioetanol
selang dimasukkan ke dalam erlenmeyer 1. Analisis Bioetanol Limbah Kentang
berisi air agar tidak terjadi kontak langsung Menimbang piknometer kosong, dalam
dengan udara. keadaan bersih dan kering(a). Mengisi
piknometer dengan aquadest yang telah
diketahui berat jenis (ρ) dan suhu kamar
sesuai tabel (Perry, 1984). Lalu timbang
piknometer yang berisi aquadest (b).
Menghitung volume piknometer sebenarnnya
(𝑏 − 𝑎)𝑔𝑟𝑎𝑚
Volume Piknometer =
𝜌 aquadest
Menimbang berat piknometer yang telah diisi
distilat (c). Menghitung berat jenis distilat.
(𝑐 − 𝑎)𝑔𝑟𝑎𝑚
ρ Distilat =
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑃𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
Keterangan: Menghitung kadar etanol dalam distilat yang
1. Sumbat Karet dihasilkan, dengan mengacu pada (Perry,
2. Erlenmeyer 1984).
3. Selang CO2 2. Analisis Jumlah Bioetanol
4. Gelas beaker berisi Air a) Mengukur volume distilat yang dihasilkan
b) Menghitung massa distilat
Gambar 1. Rangkaian Alat Fermentasi
Massa distilat =
5. Pemurnian etanol hasil fermentasi ρ distilat (gram/mL) x vol distilat (mL)
Bioetanol hasil fermentasi dimurnikan b) Menghitung jumlah etanol yang terjadi
dengan cara distilasi yang dilakukan pada = kadar etanol (%) x massa distilat
suhu 80-90°C dengan waktu kurang lebih 3
jam tergantung efisiensi pemanasan, hingga
c) Rendemen etanol yang terbentuk = Dari Tabel 2 dan Gambar 3 dapat kita ketahui
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑗𝑎𝑑𝑖 pada jumlah ragi 1% dan 2% mengalami penurunan
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑔𝑢𝑙𝑎 𝑖𝑛𝑣𝑒𝑟𝑠𝑖 𝑥 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑓𝑒𝑟𝑚𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑖
x
persentase rendemen. Menurut Maylia (2017),
100%
semakin banyak jumlah ragi Saccharomyces
HASIL DAN PEMBAHASAN
cereviseae yang ditambahkan, maka bakteri yang
Analisis bahan baku
mengurai glukosa menjadi etanol semakin banyak.
Bahan baku penelitian ini berupa larutan dari
Sehingga jumlah etanol yang terbentuk juga
limbah kentang, setelah dianalisis dengan metode
bertambah banyak. Kondisi tersebut terbukti pada
Luff-Schoorl didapatkan kadar gula sebesar 4,1% dan
Gambar 3 dengan jumlah ragi 3%, mengalami
densitas larutan induk sebesar 1,0966 gram/cm3.
kenaikan persentase rendemen. Tetapi, pada jumlah
ragi 4% dan 5% mengalami penurunan persentase
Pengaruh variasi jumlah ragi terhadap jumlah
rendemen, yang disebabkan nutrisi yang tersedia
etanol yang terbentuk
tidak mencukupi kebutuhan makanan bagi
Dalam penelitian pembuatan bioetanol dari
Saccharomyces cereviseae, sehingga pembentukan
limbah kentang dengan metode fermentasi
alkohol kurang optimal dan cenderung mengalami
menggunakan variable jumlah ragi, didapatkan
penurunan. Dari Gambar 3 dapat kita ketahui bahwa
pengaruh jumlah ragi terhadap jumlah etanol yang
kondisi optimum dalam variasi jumlah ragi pada
terbentuk. Dengan menggunakan volume substrat 250
penelitian ini diperoleh pada jumlah ragi 3% memiliki
mL, waktu fermentasi 5 hari, pH 4,5. maka diperoleh
persentase rendemen sebesar 42,23%. Sedangkan
jumlah etanol yang terbentuk dapat dilihat pada Tabel
untuk hasil kurang optimum yaitu jumlah ragi 5%,
2 berikut ini:
dengan persentase rendemen sebesar 28,35%. Dari
Tabel 2. Data hasil percobaan variasi jumlah ragi penelitian yang telah dilakukan oleh Tabah dan
Antonius (2010) yang mempelajari tentang
Jumlah Jumlah Rendemen pembuatan bioetanol dari kulit nanas, didapat hasil
Ragi Etanol Etanol yang optimum yaitu dengan jumlah ragi 8 gram,
(%) (gram) (%) menghasilkan jumlah etanol sebanyak 37,57 gram.
1 3,9716 39,25 Sedangkan dalam penelitiannya Andaka (2010), yang
2 3,7683 37,09 mempelajari tentang pemanfaatan limbah kulit nanas
3 4,2900 42,23 dalam pembuatan bioetanol, diperoleh hasil optimum
4 3,2575 32,03 dengan jumlah konsentrasi ragi 0,015 gram/mL,
5 3,3676 28,35 didapat yield etanol 35,37%.
Dari data hasil penelitian yang diperoleh,
selanjutnya dibuat grafik hubungan antara jumlah ragi Dari hasil penelitian tersebut menunjukan
dengan rendemen (%). Grafik tersebut sebagai bahwa jumlah ragi dapat mempengaruhi jumlah
berikut: persentase rendemen yang dihasilkan. Persentase
rendemen yang dihasilkan akan mengalami kenaikan,
tapi semakin lama jumlah etanol yang terbentuk akan
mengalami penurunan, yang disebabkan
Saccharomyces cereviseae yang ada lebih banyak
dibanding nutrisi yang tersedia, sehingga
Saccharomyces cereviseae lebih banyak
menggunakan nutrisi tersebut untuk bertahan hidup
dari pada merubah gula manjadi alkohol.
Pengaruh waktu fermentasi terhadap jumlah
etanol yang terbentuk
Gambar 3. Hubungan pengaruh jumlah ragi terhadap
Pada penelitian pembuatan bioetanol dari
rendemen (%)
limbah kentang dengan metode fermentasi
menggunakan variable waktu fermentasi, didapatkan Sedangkan untuk hasil kurang optimum yaitu waktu
pengaruh waktu fermentasi terhadap jumlah etanol fermentasi 1,5 hari dengan jumlah etanol sebesar
yang terbentuk. Dengan menggunakan volume 0,9472 gram dan persentase rendemen 9,16%. Dari
substrat 250,2 mL, jumlah ragi 3% dari berat substrat, grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin
pH 4,5. maka diperoleh jumlah bioetanol yang dapat lama waktu fermentasi maka persentase rendemen
dilihat pada Tabel 3 berikut ini: dan jumlah etanol yang terbentuk akan semakin besar.
Dari penelitian yang telah dilakukan oleh Tabah dan
Antonius (2010) yang mempelajari tentang
Tabel 3. Data hasil percobaan variasi waktu pembuatan bioetanol dari kulit nanas, didapat hasil
fermentasi yang optimum yaitu dengan waktu fermentasi 3 hari,
Waktu Jumlah Rendemen menghasilkan jumlah etanol sebanyak 36,57 gram.
Fermentasi Etanol Etanol Sedangkan dari penelitian oleh Andaka (2010), yang
(Hari) (gram) (%) mempelajari tentang pemanfaatan limbah kulit nanas
1,5 0,9472 9,1690 dalam pembuatan bioetanol, dengan jumlah larutan
2 1,1443 11,0773 200 mL, kadar gula 4,1%, dan jumlah ragi 3 gram atau
3 2,7293 26,4198 konsentrasi ragi 0,0015 gram/mL. Didapat hasil
4 3,6983 35,7991 optimum dengan waktu fermentasi 6 hari, didapat
5 4,1310 39,9875 yield etanol 35,21%.
Dari data hasil penelitian yang diperoleh, Dari hasil penelitian tersebut menunjukan
selanjutnya dibuat grafik hubungan antara waktu bahwa semakin lama waktu fermentasi maka jumlah
fermentasi dengan rendemen (%). Grafik tersebut etanol yang terbentuk akan bertambah, tetapi pada
sebagai berikut: titik tertentu pertambahan jumlah etanol akan
menurun karena nutrisi yang dibutuhkan oleh
Saccharomyces cereviseae sebagai makanan sudah
habis.
KESIMPULAN

1. Limbah kentang masih bisa dijadikan produk


yang bermanfaat yaitu bioetanol. Setelah diuji
menggunakan metode Luff-Schoorl didapat
kandungan gula pada limbah kentang sebesar
4,1% dan densitas larutan induk sebesar
Gambar 4. Grafik hubungan waktu 1,0966 gram/cm3.
fermentasi dan rendemen (%) 2. Penambahan ragi sangat mempengaruhi hasil
fermentasi, penambahan jumlah ragi yang
Dari Tabel 3 dan Grafik 4, persentase paling optimum yaitu dengan ragi 3% dari
rendemen yang dihasilkan terus bertambah bila waktu berat substrat menghasilkan kadar etanol
fermentasi semakin lama. Menurut Apriwinda (2013), 9,43%, jumlah etanol 4,2900 gram, rendemen
semakin lama waktu fermentasi maka jumlah etanol 1,73%. Namun semakin banyak ragi, hasil
yang dihasilkan akan semakin banyak, tetapi pada fermentasi akan menghasilkan partikel halus
waktu tertentu jumlah etanol yang dihasilkan akan yang mengendap didasar dan terkadang tidak
menurun karena jumlah nutrisi pada substrat akan bisa mengendap sehingga hasil tidak jernih
habis. Dari hasil penelitian dengan variasi waktu dan cenderung keruh,
fermentasi, didapat hasil optimum dengan waktu 3. Variasi waktu fermentasi dalam penelitian ini
fermentasi 5 hari memiliki jumlah etanol sebesar didapatkan semakin lama proses fermentasi
4,1310 gram, dan persentase rendemen 39,98%. maka etanol yang dihasilkan akan bertambah
dengan hasil optimum yaitu dengan waktu Perry, R.H., and Green, D.W., 1984, Perry’s
fermentasi selama 5 hari menghasilkan kadar Chemical Engineer’s Handbook, 6th edition,
etanol 10,56%, jumlah etanol 4,1310 gram, McGraw-Hill Book Company, Singapore.
rendemen 1,77%. tetapi pada titik tertentu Purba, D.E.H., Iryanti E.S., dan Mayun L.A.A.I.A.
pertambahan jumlah etanol akan menurun 2016, Pembuatan Bioetanol dari Kupasan
karena nutrisi yang dibutuhkan sebagai Kentang (Solanum tuberosum L.) dengan
makanan sudah habis. Proses Fermentasi, Jurnal Kimia, Vol. 10
DAFTAR PUSTAKA ,No. 1, 74-83.
Andaka, G. 2010, Pemanfaatan Limbah Kulit Nanas Retno, D.T. dan Wasir N., 2011, Pembuatan
untuk Pembuatan Bioetanol dengan Proses Bioetanol dari Kulit Pisang, Prosiding
Fermentasi, Prosiding Seminar Nasional Seminar Nasional Teknik Kimia
Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) “Kejuangan” Teknik Kimia, FTI, UPN
Periode II, Yogyakarta, 11 Desember 2010. ”Veteran” Yogyakarta.
207-212. Setiawati, R.D., Anastasia, R.S., dan Tri, K.D., 2013,
Anisah, D, Herliati., dan Sari, W.A., 2014, Proses Pembuatan Bioetanol dari Kulit
Pemanfaatan Sampah Sayuran sebagai Pisang Kepok, Jurnal Teknik Kimia, 19 (1).
Bahan Baku Pembuatan Bioetanol, Jurnal 9-13.
Kimia, Vol. 3, No. 1, 84-92. Silaban, E.T., 2020, Penetapan Kadar Karbohidrat
Anonim, 1992, Cara Uji Gula, Badan Standarisasi pada Cookies dengan Metode Luff-Schrool,
Indonesia, Badan Standard Nasional, Laporan Tugas Akhir, Teknik Kimia.
Jakarta. Universitas Sumatera Utara, Medan.
Apriwinda, 2013, Studi Fermentasi Batang Sorgum Simanjuntak, A.Y.M. dan Rachmat, S., 2019,
Manis (Sorghum bicolor. (L) Moench) untuk Analisis Hasil Fermentasi Pembuatan
Produksi Etanol, Skripsi, Fakultas Pertanian, Bioetanol dengan Variasi Waktu
Universitas Hasanuddin, Makassar. menggunakan Bahan (Singkong, Beras
Elevri. P.A dan Putra. R.A., 2006, Produksi Etanol Ketan Hitam dan Beras Ketan Putih), SJME
Menggunakan Saccharomyces cerevisiae KINEMATIKA, 4 (2). 79-90.
yang Dimobilisasi dengan Agar Batang, Suprihatin, 2010, Teknologi Fermentasi, UNESA
Akta Kimindo, 1 (2). 105-114. University Press, Surabaya.
Dwijdoseputro, 1984, Dasar-dasar Mikrobiologi, Tabah, A. dan Antonius, P.U., 2010, Pembuatan
Djambatan, Malang. Bioetanol dari Sari Kulit Nanas, Laporan
Fajar, A. dan Fajar, P., 2016, Pembuatan Bioetanol Tugas Akhir, Teknik Kimia, Universitas
dari Pati Biji Sorgum, Laporan Penelitian, Sebelas Maret, Surakarta.
Teknik Kimia. Universitas Pembangunan Wardani, A.K., 2018, Analisa Lama Fermentasi pada
Nasional “VETERAN”, Yogyakarta. Pembuatan Bioetanol dari Sargassum sp
Fessenden, R.J., dan J.S. Fessenden, 1997, Kimia Menggunakan Metode Hidrolisis Asam dan
Organik edisi ketiga, PT Erlangga, Jakarta. Fermentasi Menggunakan Mikroba Asosiasi
Kamila, A., 2015, Pembuatan Bioetanol dari Kentang (Zymomonas mobilis, Saccharomyces
(Solanum tuberosum L.) dengan Hidrolisis cerevisiae) dalam Ragi Tempe dan Ragi
Asam Sulfat dan Fermentasi menggunakan Roti), Skripsi, Pendidikan Biologi,
Saccharomyces cerevisiae, Laporan Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Penelitian, Politeknik Negeri Jember,
Jember.
Maylia, G.A., 2017, Penentuan Kadar Total Sukrosa
pada Sirup Rasa Raspberry dengan Metode
Luff-Schrool, Laporan Tugas Akhir, Teknik
Kimia. Universitas Sumatera Utara, Medan.
2. Foto penelitian

Gambar Rangkaian Fermentasi Gambar Hasil Analisis Luff Schrool

Gambar Proses Distilasi Gambar Sebelum Proses Luff Schrool

3. Analisis bahan baku

• Kadar gula (%) larutan induk limbah kentang dengan metode Luff-Schoorl

a. Standarisasi Na2S2O3 = 0,12554 N

b. Volume titrasi blanko dan sampel dengan Na2S2O3 0,1 N

Volume titrasi blanko= 18,67 mL

Volume titrasi sampel= 12,95 mL

c. Volume Na2S2O3 0,1 N=


0,12554
𝑥 𝑉𝑜𝑙 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑁𝑎2 𝑆2 𝑂3 (18,67 − 12,95)𝑚𝐿= 7,181 mL
0,1
d. Interpolasi volume Na2S2O3 0,1 N dengan data gula inversi(Tabel Luff-Schoorl)

7 17,2

7,181 X

8 19,8

7,181 𝑚𝐿 − 7 𝑚𝐿
𝑋 = 17,2𝑚𝑔 + ( ) 𝑥(19,8 − 17,2)𝑚𝑔 = 17,67 𝑚𝑔
8𝑚𝐿 − 7𝑚𝐿

e. Kadar gula (%)

250𝑚𝐿
10,10𝑚𝐿 1 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑥 17,67 𝑚𝑔 𝑥 𝑥 100% = 4,1%
10,667 𝑔𝑟𝑎𝑚 1000 𝑚𝑔

• Densitas larutan induk dari limbah kentang

Piknometer + Aquades =22,0 gram

Piknometer Kosong = 11,7 gram

ρ Air (29 °C) = 0,996 𝑔𝑟𝑎𝑚⁄𝑐𝑚3

(22,0 – 11,7) gram


a. Volume Piknometer = = 10,34 𝑐𝑚3
0,9960 𝑔𝑟𝑎𝑚⁄𝑐𝑚3

b. Berat Piknometer + larutan induk = 23,038 gram

(23,038 – 11,7) gram


ρ Destilat = = 1,0966 𝑔𝑟𝑎𝑚⁄𝑐𝑚3
10,34 𝑐𝑚3

Lampiran Perhitungan

1. Variasi Ragi, dengan waktu 4 hari


Data:

• Variasi Ragi 1% dari berat sampel

Data:
a. Berat Sampel yang difermentasi = 247,77 gr

1
b. Jumlah Ragi yang dibutuhkan = 100 𝑥 247,77 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 2,4777 gram

c. Volume Destilat = 49.5 mL

d. Berat Piknometer + Destilat = 21,84 gram

e. Volume Piknometer = 10,34 𝑐𝑚3

(21,84 – 11,7) gram


f. ρ Destilat = = 0,98065 𝑔𝑟𝑎𝑚⁄𝑐𝑚3
10,34 𝑐𝑚3

g. Massa Destilat = ρ Destilat x Volume Destilat

= 0,98065 𝑔𝑟𝑎𝑚⁄𝑐𝑚3 x 49,5 mL x 1 𝑐𝑚 ⁄1 𝑚𝐿 = 48,5425 gram


3

h. Kadar Etanol

A=9 0,98031
X 0,98065
C=8 0,98189

(0,98065−0,98031)
𝑋 = 8% + (0,98189−0,98031)
𝑥 (9% − 8%)

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐸𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 = 𝑋 = 8,2151%


i. Jumlah Etanol

= Kadar Etanol x Massa Destilat

8,2151
= 𝑥 48,34467 gram = 3,9716 gram
100

j. Rendemen

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑗𝑎𝑑𝑖


= x 100%
(𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑔𝑢𝑙𝑎 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛⁄100) 𝑥 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑓𝑒𝑟𝑚𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑖

3,9716
= × 100% = 39,2561%
(4,1 ⁄100) 𝑥 247,77

• Variasi Ragi 2% dari berat sampel


Data:

a. Berat Botol Fermentasi = 16,33 gr

b. Berat Sampel yang difermentasi = 247,77 gr

2
c. Jumlah Ragi yang dibutuhkan = 100 𝑥 247,77 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 4,9554 gram

d. Volume Destilat = 47,2 mL

e. Berat Piknometer + Destilat = 21,85 gram

f. Volume Piknometer = 10,34 𝑐𝑚3

(21,85 – 11,7) gram 𝑔𝑟𝑎𝑚


g. ρ Destilat = = 0,9816 ⁄𝑐𝑚3
10,34 𝑐𝑚3

h. Massa Destilat = ρ Destilat x Volume Destilat

= 0,9816 𝑔𝑟𝑎𝑚⁄𝑐𝑚3 x 47,2 mL x 1 𝑐𝑚 ⁄1 𝑚𝐿 = 46,3326 gram


3

i. Kadar Etanol

A=8 0,9818
X 0,9816
C=9 0,9803

(0,9816−0,9818)
𝑋 = 8% + (0,9803−0,9818)
𝑥 (9% − 8%)

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐸𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 = 𝑋 = 8,1333%


j. Jumlah Etanol

= Kadar Etanol x Massa Destilat

8,1333
= 𝑥 46,3326 gram = 3,7683 gram
100

k. Rendemen

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑗𝑎𝑑𝑖


= x 100%
(𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑔𝑢𝑙𝑎 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛⁄100) 𝑥 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑓𝑒𝑟𝑚𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑖

3,7683
= × 100% = 37,0956%
(4,1 ⁄100) 𝑥 247,77
• Variasi Ragi 3% dari berat sampel

Data:

a. Berat Botol Fermentasi = 16,33 gr

b. Berat Sampel yang difermentasi = 247,77 gr

3
c. Jumlah Ragi yang dibutuhkan = 100 𝑥 247,77 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 7,4331 gram

d. Volume Destilat = 46,4 mL

e. Berat Piknometer + Destilat = 21,83 gram

f. Volume Piknometer = 10,34 𝑐𝑚3

(21,83 – 11,7) gram


g. ρ Destilat = = 0,9796 𝑔𝑟𝑎𝑚⁄𝑐𝑚3
10,34 𝑐𝑚3

h. Massa Destilat = ρ Destilat x Volume Destilat

= 0,9796 𝑔𝑟𝑎𝑚⁄𝑐𝑚3 x 46,4 mL x 1 𝑐𝑚 ⁄1 𝑚𝐿 = 45,4576 gram


3

i. Kadar Etanol

A=9 0,9803
X 0,9796
C = 10 0,9787

(0,9796−0,9803)
𝑋 = 9% + (0,9787−0,9803)
𝑥 (10% − 9%)

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐸𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 = 𝑋 = 9,4375, %


j. Jumlah Etanol

= Kadar Etanol x Massa Destilat

9,4375
= 𝑥 45,4576 gram = 4,2900 gram
100

k. Rendemen

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑗𝑎𝑑𝑖


= x 100%
(𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑔𝑢𝑙𝑎 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛⁄100) 𝑥 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑓𝑒𝑟𝑚𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑖
4,2900
= × 100% = 42,2309%
(4,1 ⁄100) 𝑥 247,77

• Variasi Ragi 4% dari berat sampel

Data:

a. Berat Botol Fermentasi = 16,33 gr

b. Berat Sampel yang difermentasi = 247,77 gr

4
c. Jumlah Ragi yang dibutuhkan = 𝑥 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 9,9108 gram
100

d. Volume Destilat = 43,8 mL

e. Berat Piknometer + Destilat = 21,86 gram

f. Volume Piknometer = 10,34 𝑐𝑚3

(21,86 – 11,7) gram


g. ρ Destilat = = 0,9825 𝑔𝑟𝑎𝑚⁄𝑐𝑚3
10,34 𝑐𝑚3

h. Massa Destilat = ρ Destilat x Volume Destilat

= 0,9825 𝑔𝑟𝑎𝑚⁄𝑐𝑚3 x 43,8 mL x 1 𝑐𝑚 ⁄1 𝑚𝐿 = 43,0375 gram


3

i. Kadar Etanol

A=7 0,9834
X 0,9825
C=8 0,9818

(0,9825−0,9834)
𝑋 = 7% + (0,9818−0,9834)
𝑥 (8% − 7%)

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐸𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 = 𝑋 = 7,5625%


j. Jumlah Etanol

= Kadar Etanol x Massa Destilat

7,5625
= 𝑥 43,0375 gram = 3,2575 gram
100
k. Rendemen

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑗𝑎𝑑𝑖


= x 100%
(𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑔𝑢𝑙𝑎 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛⁄100) 𝑥 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑓𝑒𝑟𝑚𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑖

3,2575
= × 100% = 32,0390%
(4,1 ⁄100) 𝑥 247,77

• Variasi Ragi 5% dari berat sampel

Data:

a. Berat Botol Fermentasi = 16,33 gr

b. Berat Sampel yang difermentasi = 247,77 gr

5
c. Jumlah Ragi yang dibutuhkan = 100 𝑥 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 12,3885 gram

d. Volume Destilat = 42,2 mL

e. Berat Piknometer + Destilat = 21,87 gram

f. Volume Piknometer = 10,34 𝑐𝑚3

(21,87 – 11,7) gram 𝑔𝑟𝑎𝑚


g. ρ Destilat = = 0,9835 ⁄𝑐𝑚3
10,34 𝑐𝑚3

h. Massa Destilat = ρ Destilat x Volume Destilat

= 0,9835 𝑔𝑟𝑎𝑚⁄𝑐𝑚3 x 42,2 mL x 1 𝑐𝑚 ⁄1 𝑚𝐿 = 41,5258 gram


3

i. Kadar Etanol

A=6 0,9850
X 0,9835
C=7 0,9834
(0,9835−0,9835)
𝑋 = 6% + (0,9834−0,9850)
𝑥 (7% − 6%)

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐸𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 = 𝑋 = 6,9375%


j. Jumlah Etanol

= Kadar Etanol x Massa Destilat


6,9375
= 𝑥 41,5258 gram = 2,8808 gram
100

k. Rendemen

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑗𝑎𝑑𝑖


= x 100%
(𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑔𝑢𝑙𝑎 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛⁄100) 𝑥 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑓𝑒𝑟𝑚𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑖

2,8806
= × 100% = 28,3588%
(4,1 ⁄100) 𝑥 247,77

Jumlah Waktu Berat ρ Massa Kadar Jumlah Rendemen


Ragi Fermentasi Substrat Destilat Destilat Etanol Etanol
(gram) (Hari) (gram) (gram) (%) (gram) (%)
𝑔𝑟𝑎𝑚
( 𝑐𝑚3 )

2,4777 5 247,77 0,9806 48,5425 8,2151 3,9716 39,2561


4,9554 5 247,77 0,9816 46,3326 8,1333 3,7683 37,0956
7,4331 5 247,77 0,9796 45,4576 9,4375 4,2900 42,2309
9,9108 5 247,77 0,9825 43,0375 7,5625 3,2575 32,0390
12,3885 5 247,77 0,9835 41,5258 6,9375 2,8806 28,3588

2. Variasi Waktu Fermentasi, dengan Ragi 3% Berat Substrat

Data:

• Piknometer + Aquades =22,0 gram

Piknometer Kosong = 11,7 gram

ρ Air (29 °C) = 0,996 𝑔𝑟𝑎𝑚⁄𝑐𝑚3

(22,0 – 11,7) gram


Volume Piknometer = = 10,34 𝑐𝑚3
0,9960 𝑔𝑟𝑎𝑚⁄𝑐𝑚3

• Variasi Waktu Fermentasi 1,5 Hari

Data:

a. Berat Sampel yang difermentasi = 251,97 gr


b. Jumlah Ragi yang dibutuhkan = 7,5591 gram

c. Volume Destilat = 40 mL

d. Berat Piknometer + Destilat = 21,95 gram

e. Volume Piknometer = 10,34 𝑐𝑚3

(21,95 – 11,7) gram


f. ρ Destilat = = 0,9912 𝑔𝑟𝑎𝑚⁄𝑐𝑚3
10,34 𝑐𝑚3

g. Massa Destilat = ρ Destilat x Volume Destilat

= 0,9912 𝑔𝑟𝑎𝑚⁄𝑐𝑚3 x 40 mL x 1 𝑐𝑚 ⁄1 𝑚𝐿 = 39,6518 gram


3

h. Kadar Etanol

A=2 0,9919
X 0,9912
C=3 0,9901

(0,9912−0,9919)
𝑋 = 2% + (0,9901−0,9919)
𝑥 (3% − 2%)

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐸𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 = 𝑋 = 2,3888%


i. Jumlah Etanol

= Kadar Etanol x Massa Destilat

2,3888
= 𝑥 39,6518 gram = 0,9472 gram
100

j. Rendemen

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑗𝑎𝑑𝑖


= x 100%
(𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑔𝑢𝑙𝑎 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛⁄100) 𝑥 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑓𝑒𝑟𝑚𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑖

0,94723
=
(4,1⁄100) 𝑥 251,97
x 100% = 9,1690%

• Variasi Waktu Fermentasi 2 Hari

Data:
a. Berat Sampel yang difermentasi = 251,97 gr

b. Jumlah Ragi yang dibutuhkan = 7,5591 gram

c. Volume Destilat = 40 mL

d. Berat Piknometer + Destilat = 21,94 gram

e. Volume Piknometer = 10,34 𝑐𝑚3

(21,94 – 11,7) gram


f. ρ Destilat = = 0,9903 𝑔𝑟𝑎𝑚⁄𝑐𝑚3
10,34 𝑐𝑚3

g. Massa Destilat = ρ Destilat x Volume Destilat

= 0,9903 𝑔𝑟𝑎𝑚⁄𝑐𝑚3 x 40 mL x 1 𝑐𝑚 ⁄1 𝑚𝐿 = 39,6131 gram


3

h. Kadar Etanol

A=2 0,9919
X 0,9903
C=3 0,9901

(0,9903−0,9919)
𝑋 = 2% + (0,9901−0,9919)
𝑥 (3% − 2%)

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐸𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 = 𝑋 = 2,8888%


i. Jumlah Etanol

= Kadar Etanol x Massa Destilat

2,8888
= 𝑥 39,6131 gram = 1,1443 gram
100

j. Rendemen

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑗𝑎𝑑𝑖


= x 100%
(𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑔𝑢𝑙𝑎 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛⁄100) 𝑥 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑓𝑒𝑟𝑚𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑖

1,14437
=
(4,1⁄100) 𝑥 251,97
x 100% = 11,0773%

• Variasi Waktu Fermentasi 3 Hari


Data:

a. Berat Sampel yang difermentasi = 251,97 gr

b. Jumlah Ragi yang dibutuhkan =7,5591 gram

c. Volume Destilat = 40 mL

d. Berat Piknometer + Destilat = 21,87 gram

e. Volume Piknometer = 10,34 𝑐𝑚3

(21,87 – 11,7) gram


f. ρ Destilat = = 0,9835 𝑔𝑟𝑎𝑚⁄𝑐𝑚3
10,34 𝑐𝑚3

g. Massa Destilat = ρ Destilat x Volume Destilat

= 0,9835 𝑔𝑟𝑎𝑚⁄𝑐𝑚3 x 40 mL x 1 𝑐𝑚 ⁄1 𝑚𝐿 = 39,3423 gram


3

h. Kadar Etanol

A=6 0,9850
X 0,9835
C=7 0,9834

(0,9835−0,9850)
𝑋 = 6% + (0,9834−0,9850)
𝑥 (7% − 6%)

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐸𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 = 𝑋 = 6,9375 %


i. Jumlah Etanol

= Kadar Etanol x Massa Destilat

6,9375
= 𝑥 39,3423 gram = 2,7293 gram
100

j. Rendemen

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑗𝑎𝑑𝑖


= x 100%
(𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑔𝑢𝑙𝑎 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛⁄100) 𝑥 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑓𝑒𝑟𝑚𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑖
2,72937
=
(4,1⁄100) 𝑥 251,97
x 100% = 26,4198%
• Variasi Waktu Fermentasi 4 Hari

Data:

a. Berat Sampel yang difermentasi = 251,97 gr

b. Jumlah Ragi yang dibutuhkan = 7,5591 gram

c. Volume Destilat = 40 mL

d. Berat Piknometer + Destilat = 21,83 gram

e. Volume Piknometer = 10,34 𝑐𝑚3

(21,83 – 11,7) gram


f. ρ Destilat = = 0,9796 𝑔𝑟𝑎𝑚⁄𝑐𝑚3
10,34 𝑐𝑚3

g. Massa Destilat = ρ Destilat x Volume Destilat

= 0,9796 𝑔𝑟𝑎𝑚⁄𝑐𝑚3 x 40 mL x 1 𝑐𝑚 ⁄1 𝑚𝐿 = 39,1876 gram


3

h. Kadar Etanol

A=9 0,9803
X 0,9796
C = 10 0,9787

(0,9796−0,9803)
𝑋 = 9% + (0,9787−0,9803)
𝑥 (10% − 9%)

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐸𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 = 𝑋 = 9,4375%


i. Jumlah Etanol

= Kadar Etanol x Massa Destilat

9,4375
= 𝑥 39,1876 gram = 3,6983 gram
100

j. Rendemen
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑗𝑎𝑑𝑖
= x 100%
(𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑔𝑢𝑙𝑎 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛⁄100) 𝑥 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑓𝑒𝑟𝑚𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑖
3,6983
=
(4,1⁄100) 𝑥 251,97
x 100% = 35,7991%

• Variasi Waktu Fermentasi 5 Hari

Data:

a. Berat Sampel yang difermentasi = 246,85 gr

b. Jumlah Ragi yang dibutuhkan = 7,5591 gram

c. Volume Destilat = 40 mL

d. Berat Piknometer + Destilat = 21,81 gram

e. Volume Piknometer = 10,34 𝑐𝑚3

(21,81– 11,7) gram


f. ρ Destilat = = 0,9778 𝑔𝑟𝑎𝑚⁄𝑐𝑚3
10,34 𝑐𝑚3

g. Massa Destilat = ρ Destilat x Volume Destilat

= 0,9777 𝑔𝑟𝑎𝑚⁄𝑐𝑚3 x 40 mL x 1 𝑐𝑚 ⁄1 𝑚𝐿 = 39,1102 gram


3

h. Kadar Etanol

A=9 0,9803
X 0,9778
C = 10 0,9787

(0,9778−0,9803)
𝑋 = 9% + (0,9787−0,9803)
𝑥 (10% − 9%)

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐸𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 = 𝑋 = 10,5625%

i. Jumlah Etanol

= Kadar Etanol x Massa Destilat


10,5625
= 𝑥 39,11025145 gram = 4,1310 gram
100

j. Rendemen

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑗𝑎𝑑𝑖


= x 100%
(𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑔𝑢𝑙𝑎 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛⁄100) 𝑥 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑓𝑒𝑟𝑚𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑖
4,1310
=
(4,1⁄100) 𝑥 251,97
x 100% = 39,9875%

Waktu Berat Jumlah ρ Destilat Massa Kadar Jumlah Rendemen


Fermentasi Substrat Ragi Destilat Etanol Etanol
𝑔𝑟𝑎𝑚
(Hari) (gram) (gram) ( ) (gram) (%) (gram) (%)
𝑐𝑚3

1,5 251,97 7,5591 0,9912 39,6518 2,3888 0,9472 9,1690


2 251,97 7,5591 0,9903 39,6131 2,8888 1,1443 11,077
3 251,97 7,5591 0,9835 39,3423 6,9375 2,7293 26,4198
4 251,97 7,5591 0,9796 39,1876 9,4375 3,6983 35,7994
5 251,97 7,5591 0,9777 39,1102 10,562 4,1310 39,9875

Anda mungkin juga menyukai