html
Disusun oleh :
1. Kayani Panjaitan 13110102
2. Debora Manurung 13110103
3. Titir Novita Napitupulu 13110100
Grup :B
Mata Kuliah : Analisis Kesalahan Berbahasa
Dosen Pengasuh : Samuel B.T Simorangkir, M.Pd
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Adapun makalah ini diperbuat untuk memenuhi salah satu tugas dalam mata kuliah
Analisis Kesalahan Berbahasa. Dalam makalah ini penulis akan membahas mengenai Analisis
Kesalahan Berbahasa pada surat kabar Siantar 24 Jam “ Ya Ampun, Siswa SMP Cabuli Dua
Anak TK”
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis
berharap agar pembaca dapat memberikan saran dan kritikan agar dihari-hari mendatang penulis
dapat lebih baik dalam membuat makalah.
Atas perhatiannya penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .................................................................................................................. 1
1.2. Identifikasi Masalah .......................................................................................................... 2
1.3. Pembatasan Masalah ......................................................................................................... 2
1.4. Rumusan Masalah ............................................................................................................. 3
1.5. Tujuan Penelitian .............................................................................................................. 3
1.6. Manfaat Penelitian ............................................................................................................. 4
BAB II KAJIAN TEORI
2.1. Pengertian Analisis Kesalahan Berbahasa ........................................................................ 5
2.2. Pengertian Berita ............................................................................................................... 6
2.3 Pengertian Fonologi ........................................................................................................... 8
2.4. Pengertian Morfologi ........................................................................................................ 9
2.5.Pengertian Sintaksis ......................................................................................................... 11
2.6 Ejaan yang Disempurnakan .............................................................................................. 12
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Lokasi Penelitian ............................................................................................................. 17
3.2. Subjek Penelitian ............................................................................................................. 17
3.3. Metode Penelitian ............................................................................................................ 17
3.4. Teknik Pengumpulan Data .............................................................................................. 18
3.5. Teknik Analisis Data ....................................................................................................... 19
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Kesalahan Berbahasa dari Tataran Fonologi .................................................................... 20
4.2 Kesalahan Berbahasa dari Tataran Morfologi .................................................................. 21
4.3 Kesalahan Berbahasa dari Tataran Sintaksis ................................................................... 21
4.4 Kesalahan Berbahasa dari Tataran Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)........................ 25
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
3.1. Simpulan .......................................................................................................................... 28
3.2. Saran ................................................................................................................................ 28
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan sarana untuk berinteraksi dengan
manusia lainnya. Untuk kepentingan interaksi sosial itu, maka dibutuhkan suatu wahana
komunikasi yang disebut bahasa. Setiap masyarakat tentunya memiliki bahasa. Dalam
komunikasi sehari-hari alat yang digunakan untuk berkomunikasi adalah bahasa, baik
berupa bahasa tulis maupun bahasa lisan. Bahasa juga merupakan alat yang digunakan
oleh manusia untuk mengekspresikan diri.
Begitu dekatnya kita kepada bahasa, terutama bahasa Indonesia, sehingga tidak dirasa
perlu untuk mendalami dan mempelajari bahasa Indonesia secara lebih jauh. Akibatnya,
sebagai pemakai bahasa, orang Indonesia tidak terampil menggunakan bahasa. Suatu
kelemahan yang tidak disadari.Komunikasi lisan yang sangat praktis menyebabkan kita
tidak teliti berbahasa. Akibatnya, kita mengalami kesulitan pada saat akan menggunakan
bahasa tulis atau bahasa yang lebih standar dan teratur. Pada saat dituntut untuk
berbahasa’ bagi kepentingan yang lebih terarah dengan maksud tertentu, kita cenderung
kaku. Kita akan berbahasa secara terbata-bata bahkan, mencampurkan bahasa atau
istilah asing ke dalam uraian kita.
Kesalahan berbahasa adalah pemakaian bentuk-bentuk tuturan berbagai unit
kebahasaan yang meliputi kata, kalimat, paragraf, yang menyimpang dari sistem kaidah
bahasa Indonesia baku, serta pemakaian ejaan dan tanda baca yang menyimpang dari
sistem ejaan dan tanda baca yang telah ditetapkan sebagaimana dinyatakan dalam buku
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. S. Piet Corder dalam bukunya Introducing
Applied Linguistik menjelaskan bahwa kesalahan berbahasa adalah pelanggaran terhadap
kode bahasa. Pelanggaran ini disebabkan kurang sempurnanya penguasaan dan
pengetahuan terhadap kode.
Kesalahan berbahasa tidak hanya dibuat oleh siswa yang mempelajari bahasa kedua
(bahasa yang dipelajari siswa), tetapi juga dibuat siswa yang belajar bahasa pertama
(bahasa ibu). Kesalahan berbahasa itu bisa terjadi disebabkan oleh kemampuan
pemahaman siswa atau pembelajar bahasa. Artinya, siswa memang belum memahami
sistem bahasa yang digunakan. Kesalahan biasanya terjadi secara sistematis. Kesalahan
jenis ini dapat berlangsung lama bila tidak diperbaiki. Perbaikannya biasanya dilakukan
oleh guru. Misalnya, melalui pengajaran remidial, pelatihan, praktik, dan sebagainya.
Kadangkala sering dikatakan bahwa kesalahan merupakan gambaran terhadap
pemahaman siswa akan sistem bahasa yang sedang dipelajari. Bila tahap pemahaman
siswa akan sistem bahasa yang dipelajari ternyata kurang, kesalahan akan sering terjadi.
Kesalahan akan berkurang bila tahap pemahamannya semakin baik.
Sedangkan analisis kesalahan berbahasa adalah suatu cara atau langkah kerja yang
biasa digunakan oleh peneliti atau guru bahasa untuk mengumpulkan data,
mengidentifikasi kesalahan, menjelaskan kesalahan, mengklasifikasikan kesalahan dan
mengevaluasi taraf keseriusan kesalahan berbahasa. Kesalahan berbahasa biasanya
ditentukan berdasarkan ukuran keberterimaan. Apakah bahasa (ujaran atau tulisan) si
pembelajar bahasa itu berterima atau tidak bagi penutur asli atau pengajarnya. Jadi, jika
pembelajar bahasa Indonesia membuat kesalahan, maka ukuran yang digunakan adalah
apakah kata atau kalimat yang digunakan pembelajar benar atau salah menurut penutur
asli bahasa Indonesia. Jika kata atau kalimat yang digunakan pembelajar bahasa tadi
salah, dikatakan pembelajar bahasa membuat kesalahan.
Berdasarkan uraian di atas peneliti melakukan penelitian terhadap kesalahan
berbahasa pada sebuah surat kabar Siantar 24 Jam dengan judul “Ya Ampun Siswa SMP
Cabuli Dua Anak TK” dari tataran fonologi, morfologi, sintaksis, dan ejaan yang
disempurnakan.
BAB II
KAJIAN TEORI
Pada bagian kajian teori ini akan dikemukakan teori yang berkaitan dengan masalah
yang dikaji secara berturut – turut, hal – hal yang dipaparkan adalah :
Paul De Maeseneer dalam bukunya Here’s the News mendefenisikan berita sebagai
informasi baru tentang kejadian yang baru, penting, dan bermakna (significant), yang
berpengaruh pada para pendengarnya serta relevan dan layak dinikmati oleh mereka.
Defenisi ini mengandung unsur – unsur yang :
Syarat Berita
Berdasarkan pengertian berita di atas, dapat disimpulkan syarat berita adalah sebagai
berikut :
Merupakan fakta, berita haruslah berdasarkan kejadian atau peristiwa yang benar-benar
nyata
Terkini, artinya jarak penyiaran berita dengan waktu kejadian tidak telalu jauh
Seimbang, artinya berita harus ditulis dan disampaikan dengan seimbang, tidak memihak
kepada salah satu pihak.
Lengkap, berita haruslah memenuhi unsur-unsur berita sebagaimana akan kita bahas di
bawah ini.
Menarik, artinya berita harus mampu menarik minat pembaca atau pendengarnya. Berita
dapat dikatakan menarik bila bermanfaat bagi pembaca atau pendengarnya, berkaitan
dengan tokoh terkenal, berkaitan dengan kejadian penting, humor, aneh, luar biasa atau
bersifat konflik.
Sistematis, berita seharusnya disusun secara sistematis, urutannya jelas sehingga pembaca
tidak kebingungan dalam menangkap isi berita.
Unsur-unsur berita
Salah satu syarat berita adalah lengkap. Untuk dapat dikatakan lengkap, berita
haruslah mampu menjawab pertanyaan 5W + 1 H sebagai berikut :
Dengan berbagai alat proses pembentukan kata itu, yaitu afiks dalam proses
pembentukan kata melalui proses afiksasi, duplikasi ataupun pengulangan dalam proses
pembentukan kata melalui proses reduplikasi, penggabungan dalam proses pembentukan
kata melalui proses komposisi. Jadi, ujung dari proses morfologi adalah terbentuknya kata
dalam bentuk dan dan makna sesuai dengan keperluan dalam satu tindak pertuturan.
Baik ragam tulis maupun lisan dapat terjadi kesalahan berbahasa dalam
pembentukan kata atau tataran morfologi. Kesalahan berbahasa dalam tataran morfologi
disebabkan oleh berbagai hal. Klasifikasi kesalahan berbahasa dalam tataran morfologi
antara lain : penghilangan afiks, bunyi yang seharusnya luluh tetapi tidak diluluhkan,
peluluhan bunyi yang seharusnya tidak luluh, penggantian morf, penyingkatan morf
mem-, men-, meng-, meny-, dan menge-, pemakaian afiks yang tidak tepat, penentuan
bentuk dasar yang tidak tepat, penempatan afiks yang tidak tepat pada gabungan kata,
dan pengulangan kata majemuk yang tidak tepat.
2.5 Sintaksis
Ramlan (1981:1) mengatakan: “Sintaksis ialah bagian atau cabang dari ilmu
bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa, dan frase .” Suatu cara
yang memang harus dilakukan untuk mengenalkan satuan – satuan sintaksis : wacana,
kalimat, klausa, frasa, dan kata.
Verhaar mendefinisikan sistaksis sebagai ilmu yang membahas hubungan antar-kata
dalam tuturan.Hubungan antar-kata tersebut meliputi satuan gramatikal yang meliputi
frasa, klausa, dan kalimat.
Kridalaksana menyatakan bahwa sintaksi adalah: (1) pengaturan dan hubungan antara
kata dengan kata,dengan satuan-satuan yang lebih besar, antara satuan yang lebih besar
itu dalam bahasa; (2) Sub sistem bahasa yang mencakup hal tersebut; (3) Cabang
linguistik yang mempelajari hal tersebut.
Rusmadji mengemukan definisi sintaksis sebagai subsistem tata bahasa yang mencakup
kelas kata dan satuan-satuan yang lebih besar yaitu frasa,klausa,kalimat dan hubungan-
hubungan diantara satuan-satuan sintaksis tersebut.
1. Frasa
a. Frasa adalah satuan gramatikal yang tidak melebihi batas fungsi
b. Frase lazim didefinisikan sebagai satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang
bersifat nonpredikatif (hubungan antara kedua unsur yang membentuk frase tidak
berstruktur subjek - predikat atau predikat - objek), atau lazim juga disebut gabungan
kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat.
2. Klausa
a. Klausa adalah satuan gramatikal yang terdiri dari predikat, baik disertai subjek, objek,
pelengkap, dan keterangan.
3. Kalimat
a. Kalimat sebagai alat interaksi dan kelengkapan pesan atau isi yang akan disampaikan,
didefinisikan sebagai susunan kata-kata yang teratur yang berisi pikiran yang lengkap.
Sedangkan dalam kaitannya dengan satuan-satuan sintaksis yang lebih kecil (kata, frase,
dan klausa), kalimat adalah satuan sintaksis yang disusun dari konstituen dasar, yang
biasanya berupa klausa, dilengkapi dengan konjungsi bila diperlukan, serta disertai
dengan intonasi final.
b. Kalimat adalah satuan bahasa yang terdiri dari dua kata atau lebih yang mengandung
satu pengertian dan mempunyai pola intonasi akhir.
Kesalahan dalam tataran sintaksis antara lain berupa : kesalahan dalam bidang frasa dan
kesalahan dalam bidang kalimat.
1. Pemakaian Huruf,
1. Jika di tengah kata ada vokal yang berurutan, pemenggalan itu dilakukan diantara kedua
huruf vokal itu. Contoh: aula menjadi au-la bukan a-u-l-a
2. Jika di tengah kata ada konsonan termasuk gabungan huruf konsonan, pemenggalan itu
dilakukan sebelum huruf konsonan. Contoh: bapak menjadi ba-pa.
3. Jika di tengah kata ada dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalan itu dilakukan
diantara kedua huruf itu. Contoh : mandi menjadi man-di
4. Jika di tengah kata ada tiga buah huruf konsonan, pemenggalan itu dilakukan diantara
huruf konsonan yang pertama dan kedua. Contoh : ultra menjadi ul-tra.
2. Pemakaian Huruf Kapital dan Huruf Miring
a. Huruf Kapital atau Huruf Besar
Huruf Kapital dipakai sebagai huruf pertama pada awal kalimat, petikan langsung,
ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan, nama gelar kehormatan, unsur nama
jabatan, nama orang, nama bangsa, suku, tahun, bulan, nama geografi, dll.
Huruf Miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, surat
kabar, yang dikutip dalam tulisan, nama ilmiah atau ungkapan asing, dan untuk
menegaskan huruf, bagian kata, atau kelompok kata.
Penulisan unsur serapan pada umumnya mengadaptasi atau mengambil dari istilah
bahasa asing yang sudah menjadi istilah dalam bahasa Indonesia. Contoh : president
menjadi presiden
Pemakaian tanda baca terdiri dari tanda (.) , (,), (-), (;), (:), (”)
Pembentukan istilah asing yang sudah menjadi perbendaharaan kata dalam bahasa
Indonesia mengikuti kaidah yang telah ditentukan, yaitu :
Gaya bahasa ialah penggunaan kata kiasan dan perbandingan yang tepat untuk
mengungkapkan perasaan atau pikiran dengan maksud tertentu. Gaya bahasa berguna
untuk menimbulkan keindahan dalam karya sastra atau dalam berbicara. Gaya bahasa
disebut juga majas.
Berikut ini berturut – turut akan penulis kemukakan kesalahan dalam penerapan
kaidah Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD), diantaranya meliputi :
1. Kesalahan penulisan huruf besar atau huruf kapital
2. Kesalahan penulisan huruf miring
3. Kesalahan penulisan kata
4. Kesalahan memenggal kata
5. Kesalahan penulisan lambang bilangan
6. Keselahan penulisan unsur serapan
7. Kesalahan penulisan tanda baca
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1. Memusatkan perhatian pada permasalahan yang ada pada saat penelitian dilakukan atau
permasalahan yang bersifat aktual
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Analisis kesalahan berbahasa pada surat kabar ditemukannya kesalahan berbahasa
dari segi tataran Fonologi, Morfologi, Sintaksis, dan Ejaan yang Disempurnakan.
Bentuk baku
1. Seorang Siswa SMP Mencabuli Dua Orang Anak TK
2. Seorang siswa SMP berinisial KP (13), warga Desa Jambur Nauli, Tapanuli Utara, tega
memacari dua orang anak berinisial PT (6) dan FAP yang masih duduk di Taman Kanak –
kanak (TK).
3. Menurut pengakuan PT selaku korban, tempat tinggalnya dengan tersangka tidaklah
jauh.
4. Pertama dia dipanggil oleh tersangka kemudian dikejar hingga tertangkap.
5. Celana korban dibuka dan tersangka langsung melakukan pencabulan.
6. “ Setiap saya dan KP bertemu KP mencabuli saya dan setelah selesai dia menyuruh saya
pulang ke rumah. Saya tidak ingat dengan pasti sudah berapa kali dia mencabuli saya,
mungkin sudah tiga kali. Teman saya Cin melihat perbuatannya itu dan
memberitahukannya pada Ibu saya,” ungkap PT saat diminta keterangan.
7. Teman PT bernama Cin mengetahui perbuatan tersangka yang mencabuli PT.
8. “ Di rumahnya, KP sudah beberapa kali melakukan pencabulan, beda lagi di kebun dekat
rumahnya tapi saya tidak mau lagi diajaknya karena saya merasakan sakit di bagian
kemaluan saya,” ungkap PT.
9. Rumah saya dekat dengan rumah KP. Saya sedang bermain dengan PT teman sekolahku
di TK setelah itu saya pergi ke rumah nenek, di perjalanan saya bertemu dengan KP. Saat
KP mengajak saya, saya menjawab tidak mau, tangan saya langsung ditarik dan tubuh
saya diseret, kemudian celana saya dibuka,” ujar FAP dengan begitu polos.
10. Di rumah tersangka, FAP juga dicabuli bahkan dihadapan adik tersangka.
11. “ Dia menanggalkan celana dan baju yang saya kenakan, dia membawa saya ke dapur
rumahnya dan disuruh tidur, saat itu saya dilihat oleh kedua adik perempuannya. Di
kebun dia mencabuli saya sudah tiga kali dan sekali saat saya dicabuli di kebun, saya
bersama dengan PT. Dan di dapur rumahnya saya dicabuli lagi. Di kebun milik nenek PT
dia melakukan hal itu lagi terhadap PT yaitu orang pertama yang dia pacari,” ujar FAP.
12. Terungkapnya kejadian tersebut setelah Cin mengetahui perbuatan KP kepada temannya
PT dan FAP dan Cin langsung memberitahukan perbuatan KP itu kepada Ibu korban
pada Kamis (17/3).
13. Setelah kedua orangtua korban mengetahui perbuatan itu, kedua orangtua korban pun
langsung memanggil kedua orangtua tersangka dan juga KP.
14. Di rumah korban KP mengakui perbuatannya itu saat dia, PT dan FAP diperhadapkan.
Kemudian, pihak keluarga korban melakukan pengaduan ke Kantor Komisi Perlindungan
Anak Indonesia Daerah (KPAID),Jumat (18/3).
15. Setelah kedua orangtua korban tiba di kantor KPAID (Kantor Komisi Perlindungan Anak
Daerah), pengaduan yang disampaikan kedua orangtua korban langsung diterima oleh
pihak KPAID. Kedua korban pencabulan dimintai keterangan satu per satu untuk
membuat laporan ke Polres Taput ( Tapanuli Utara ) supaya ditindaklanjuti.
16. “ Kita langsung membuat laporan ke Polres Taput ( Tapanuli Utara ) supaya perbuatan
cabul yang dilakukan oleh KP segera ditanggapi. Kalau dari KPAID ( Komisi
Perlindungan Anak Indonesia Daerah) sendiri perbuatan itu akan ditindak dengan cara
Dipersi Undang-Undang 35 tahun 2014,” ungkap Zam Zam Rahmatika anggota
Komisioner KPAID Taput.
17. Dari kantor KPAID, kedua orangtua korban kemudian mendatangi Rumah Sakit
Tarutung untuk dilakukan visum terhadap PT dan FAP.
18. Setelah dilakukannya visum terhadap korban, hasilnya jelas mengungkapkan bahwa PT
dan FAP adalah korban pencabulan.
19. Keluarga kembali mendatangi Polres Taput untuk melaporkan pencabulan yang
dilakukan KP kepada anak mereka untuk segera diusut.
20. “Kami dari kepolisian Polres Taput akan mengusut kasus terkait pencabulan yang
dilakukan tersangka terhadap PT dan FAP dan kami akan memanggil orangtua tersangka
dengan segera. Karena tersangka dan korban masih di bawah umur maka, tersangka akan
kami kenakan hukuman pasal 28 Undang – Undang Perlindungan Anak,” ujar Kapolres
Taput AKBP Dudus Harley Davidson melalui Kasubag Humas Aiptu W. Barimbing.
21. Kedua orangtua korban pencabulan saat diminta tanggapannya mengatakan, untuk
pelaku pencabulan semoga Polres Taput segera mengusut kasus ini dan menghukum
pelaku dengan seberat – beratnya karena begitu tega melakukan pencabulan terhadap
putri mereka.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan analisis data yang diperoleh, maka dapat dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Jenis kesalahan berbahasa dari segi tataran fonologi pada surat kabar Siantar 24 Jam
dengan judul “Ya Ampun Siswa SMP Cabuli Dua Anak TK” yaitu Penghilangan fonem
konsonan /h/, Perubahan fonem vokal /i/ dilafalkan menjadi /e/, Penambahan fonem
vokal /a/, Penambahan fonem konsonan /k/, Penghilangan fonem vokal /a/
2. Jenis kesalahan berbahasa dari segi tataran morfologi pada surat kabar Siantar 24 Jam
dengan judul “Ya Ampun Siswa SMP Cabuli Dua Anak TK” yaitu penggunaan prefiks
ber-
3. Jenis kesalahan berbahasa dari segi tataran sintaksis pada surat kabar Siantar 24 Jam
dengan judul “Ya Ampun Siswa SMP Cabuli Dua Anak TK” yaitu kalimat yang di
dalamnya terdapat susunan kata dan kalimat yang kurang tepat.
4. Jenis kesalahan berbahasa dari segi tataran ejaan yang disempurnakan pada surat kabar
Siantar 24 Jam dengan judul “Ya Ampun Siswa SMP Cabuli Dua Anak TK” yaitu
Kesalahan Penulisan Preposisi di, ke, dan dari, Kesalahan Penulisan Tanda Koma (,),
Kesalahan dalam Menggunakan Spasi atau Jarak pada Susunan Kata, Kesalahan
Penulisan Huruf Besar atau Huruf Kapital.
5.2 Saran
Saran yang disimpulkan dari penelitian ini adalah :
1. Bagi pembaca makalah ini diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif dalam
memahami jenis kesalahan berbahasa Indonesia dalam surat kabar Siantar 24 Jam dengan
judul “Ya Ampun Siswa SMP Cabuli Dua Anak TK”
2. Bagi siswa/mahasiswa diharapkan menjadi pedoman dalam menggali informasi
mengenai bentuk-bentuk kesalahan berbahasa Indonesia.
3. Bagi guru bahasa Indonesia diharapkan dapat menjadi alternatif materi pengajaran,
khususnya di bidang bahasa.
4. Bagi wartawan diharapkan dapat menaati kaidah tata bahasa, khususnya dalam
penulisan/pengetikan kata pada surat kabar atau media cetak lainnya.
5. Bagi penulis selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian yang lebih variasi,
yakni pada sisi yang berbeda dari segi kesalahan yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zenal & dkk. 1992. Pemakaian Bahasa Dalam Iklan Berita dan Papan Reklame.
Jakarta
Chaer, Abdul. 2009. Sintaksis Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses). Jakarta : Rineka
Cipta
Eva, dkk. 2015. Makalah Pemerolehan Bahasa. Pematangsiantar : UHKBPN
http://dmsprmn.blogspot.co.id/2012/10/fungsi-bahasa-sebagai-alat-komunikasi.html
http://www.bahasasastraindonesia.com/2015/11/4-fungsi-bahasa-sebagai-alat-
komunikasi.html
https://www.academia.edu/7440902/
MAKALAH_ANALISIS_KESALAHAN_BERBAHASA_INDONESIA
http://samdeviadiyatno.blogspot.co.id/2012/12/v-behaviorurldefaultvmlo.html
Departemen Pendidikan Nasional. 2012. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat.
Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Oli, Helena. 2007. Berita dan Informasi Jurnalistik Radio. Indonesia : PT MACANAN
JAYA CEMERLANG
Pamungkas.1072. PEDOMAN UMUM EJAAN BAHASA INDONESIA YANG
DISEMPURNAKAN ~EYD~ . Surabaya : GIRI SURYA
Pasaribu, Elfrida. 2014. Fonologi. Diktat. Pematangsiantar : UHKBPN
Pasaribu, Elfrida. 2014. Morfologi. Diktat. Pematangsiantar : UHKBPN
Setyawati, Nanik.2010. Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia : Teori dan Praktik.
Surakarta : Yuma Pustaka.
Surat Kabar Harian. 2016. Pematangsiantar : Siantar 24 Jam