0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
17 tayangan7 halaman
1. Dokumen tersebut membahas tentang desain kurikulum dan proses pengembangannya, termasuk beberapa prinsip desain kurikulum seperti subject-centered design.
2. Beberapa langkah proses pengembangan kurikulum dijelaskan seperti menetapkan tujuan, pemilihan strategi, hingga evaluasi.
3. Subjek-centered design diuraikan sebagai salah satu pola desain kurikulum yang berfokus pada pengetahuan dan menyajikan m
1. Dokumen tersebut membahas tentang desain kurikulum dan proses pengembangannya, termasuk beberapa prinsip desain kurikulum seperti subject-centered design.
2. Beberapa langkah proses pengembangan kurikulum dijelaskan seperti menetapkan tujuan, pemilihan strategi, hingga evaluasi.
3. Subjek-centered design diuraikan sebagai salah satu pola desain kurikulum yang berfokus pada pengetahuan dan menyajikan m
1. Dokumen tersebut membahas tentang desain kurikulum dan proses pengembangannya, termasuk beberapa prinsip desain kurikulum seperti subject-centered design.
2. Beberapa langkah proses pengembangan kurikulum dijelaskan seperti menetapkan tujuan, pemilihan strategi, hingga evaluasi.
3. Subjek-centered design diuraikan sebagai salah satu pola desain kurikulum yang berfokus pada pengetahuan dan menyajikan m
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2021 A. Pengertian Desain Kurikulum Sukmadinata (2007:113) menjelaskan bahwasanya desain kurikulum adalah menyangkut pola pengorganisasian unsur-unsur atau komponen kurikulum. Penyusunan desain kurikulum dapat dilihat dari dua dimensi, yaitu dimensi horizontal dan vertikal. Dimensi horizontal berkenaan dengan penyusunan dari lingkup isi kurikulum. Sedangkan dimensi vertikal menyangkut penyusunan sekuens bahan berdasarkan urutan tingkat kesukaran. Sedangkan Longstrteet (1993) menyaakan desain kurikulum berpusat pada pengetahuan (the knowledge centered design) yang dirancang berdasarkan struktur disiplin ilmu, oleh karena itu model desain ini dinamakan juga model kurikulum subjek akademis yang penekanannya diarahkan untuk pengembangan intelektual siswa. Menurut Zais, desain kurikulum dibagi menjadi dua dimensi yaitu dimensi vertical & horizontal. Dimensi vertical yakni terkait permasalahan sequence dan continuity, atau berkenaan dengan penyusunan sistematika bahan/isi kurikulum berdasarkan tingkat kesulitannya, misalnya dari yang mudah ke yang sulit atau sebaliknya. Dapat pula berdasarkan tingkat kesiapan siswa (kematangan usia atauupun intelektual) dalam menerima materinya memiliki tingkat kesulitan yang bertingkat dan berkelanjutan atau memiliki sequence dan continuity. Adapun dimensi horizontal yakni terkait pada permasalahan scope dan integration. atau berkenaan dengan penyusunan isi kurikulum yang sering diintegrasikan dalam suatu proses pembelajarannya, misalnya pengintegrasian beberapa materi yang sama dalam kegiatan pembelajaran bersama3 Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat diketahui bahwasanya desain kurikulum merupakan suatu pengorganisasian tujuan, isi, serta proses belajar yang akan diikuti siswa pada berbagai tahap perkembangan pendidikan. Dalam desain kurikulum akan tergambar unsur-unsur dari kurikulum, hubungan antara satu unsur dengan unsur lainnya, prinsip-prinsip pengorganisasian, serta hal-hal yang diperlukan dalam pelaksanaannya. Selain iu terdapat juga dimensi dalam desain kurikulum yaitu desain vertical serta desain horizontal. B. Proses Desain Kurikulum Desain kurikulum sendiri memiliki beberapa proses atau langkah yang harus dilaksanakan. Masdiono (2019) menjelaskan beberapa proses dalam desain kurikulum yaitu: 1. Mengidentifikasi nilai lembaga pendidikan dan kebutuhan para pengguna pendidikan. Proses yang paling pertama dan menjadi hal pokok adalah memahami nilai misi dari suatu lembaga pendidikan dimana kurikulum akan dibuat dan diterapkan. Misalnya misi yang ada pada fakultas pendidikan yakni untuk mencetak generasi pendidik yang baik, cerdas dan berbudi pekerti sebagai akibat dari misi tersebut maka pengembangan kurikulumnya harus menilik dan mengetahui serta paham akan apa saja kebutuhan para pengguna kurikulum dan apa saja yang diperlukan untuk mewujudkan misi tersebut. 2. Penilaian kebutuhan pembelajaran Proses atau langkah kedua ini seringkali terabaikan oleh para pengembang kurikulum. Padahal pengembang kurikulum haruslah tahu sampai sejauh mana kemampuan peserta didik apa saja kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh peserta didik. Maka dari itu diperlukan data-data karakteristik peserta didik secara perorangan. Adapun karakteristik peserta didik yang perlu diketahui adalah mengenai kompetensi awal pembelajaran, yaitu sejauh mana peserta didik mampu mencapai standar minimal yang telah dibuat oleh lembaga pendidikan, perlu juga mengetahui bagaimana sikap peserta didik mengenal hal disiplin serta pendapat awal peserta didik mengenai program studi yang akan ia ambil juga apa tujuan, prioritas serta motivasi peserta didik memilih untuk mendaftarkan dirinya pada lembaga pendidikan tersebut. 3. Menetapkan tujuan kurikulum Proses ini merupakan langkah terpenting dalam pengembangan kurikulum. Dengan menetapkan tujuan kurikulum maka kita akan mengetahui arah kurikulum akan kemana, hal ini juga akan menentukan filosofi instruksional dan menentukan metode pembelajaran apa yang paling efektif untuk digunakan. Penetapan tujuan juga dapat menjadi jembatan untuk menentukan desain dan pemilihan prosedur dan instrumen penilaian, sebab tersusunnya tujuan yang baik akan berdampak baik pula bagi penentuan fokus kurikulum yang akan dibuat. 4. Pemilihan strategi Pendidikan Ada tiga prinsip utama yang menjadi dasar pemilihan strategi pendidikan. Pertama, metode pendidikan yang dipilih harus sejalan dengan tujuan pendidikan yang akan dicapai. Kedua, lebih baik menggunakan banyak metode pendidikan, dari pada hanya menggunakan satu metode pendidikan saja, sebab kurikulum berfungsi untuk memberikan jawaban tantangan akan bermacam-macam jenis belajar peserta didik dan beraneka ragamnya tujuan pembelajaran. Ketiga, dalam mengembangkan kurikulum harus memperhatikan aspen kecocokan antara kompetensi yang dimiliki oleh guru dengan materi pelajaran yang akan diajarkan. 5. Impelementasi kurikulum yang baru Kegiatan mendesain kurikulum merupakan salah satu hal yang cukup menarik serta memerlukan upaya dan kreatifitas dalam proses pengembangannya. Tujuan utama dari mendesain kurikulum tentu bukan hanya sekedar mendesain sebuah kurikulum yang paling bagus dan ideal saja, tapi bagaimana keberhasilan kurikulum tersebut dalam implementasinya. Adapun kondisi dan syarat dalam implementasi kurikulum yakni adanya keterlibatan administrator pendidikan serta alokasi sumber daya yang mencukupi. Sebelum proses pengimplementasian kurikulum baru dilakukan sebaiknya terlebih dahulu mendapatkan izin dari pemimpin lembaga pendidikan yang berwenang. Setelah itu barulah melakukan penilaian formal sebagai control pengaplikasian kurikulum tersebut. 6. Evaluasi dan umpan balik untuk memperbaiki kurikulum Meskipun evaluasi terlihat seperti langkah final dari pelaksanaan penerapan kurikulum, namun sebenarnya evaluasi bukanlah langkah paling final, sebab masih ada langkah selanjutnya yakni melakukan umpan balik dari hasil atau data yang didapatkan dari proses evaluasi tersebut. Hasil evaluasi yang biasanya berupa data-data harus dijadikan kriteria atau indikator agar kurikulum tersebut sesuai dengan program studi juga visi dan misi dari Lembaga pendidikan tersebut. C. Subject-Centered Design Subject centered design merupakan salah satu pola desain kurikulum yang ada. Pola desain kurikulum ini merupakan pola desain tertua dan paling popular karena paling banyak digunakan. Pola desain ini sebenarnya merupakan pola perkembangan dari konsep lama yang lebih menekankan pada pengetahuan, keterampilan dan nilai yang ingin diturunkan pada generasi berikutnya. Karena pola SCD ini berfokus pada pengetahuan alias bahan ajar sehingga polanya bersifat mata pelajaran yang terpisah-pisah (Separated subject curriculum) juga karena pola ini lebih mengutamakan isi bahan pelajaran maka organisasi kurikulumnya disebut subject academic. Pola desain kurikulum ini juga memiliki beberapa bentuk yaitu : 1. The subject design The subject design curriculum merupakan bentuk desain yang paling murni dari subject centered design mata pelajaran disajikan secara terpisah-pisah dalam bentuk mata-mata pelajaran. model desain ini telah ada sejak lama. Orang-orang Yunani dan kemudian Romawi mengembangkan Tivium dan Quadrivium. Tivium meliputi Gramatika, Logika, dan Retorika, sedangkan Quadrivium,Matematika, Geometri, Astronomi, dan Musik. Pada saat itu pendidikan tidak diarahkan pada mencari nafkah, tetapi pada pembentukan pribadi dan status sosial (liberalart). Pendidikan hanya diperuntukan bagi anakanak golongan bangsawan yang tidak usah bekerja mencari nafkah. Pada abad ke-19 pendidikan tidak lagi diarahkan pada pendidikan umum tetapi pada pendidikan yang lebih yang bersifat praktis, berkenaan dengan mata pencaharian (pendidikan vokasional). Pada saat itu mulai berkembang mata-mata pelajaran Fisika, Kimia, Biologi, Bahasa yang masih bersifat teoritis, juga berkembang mata-mata pelajaran praktis seperti Pertanian, Ekonomi, Tata Buku, Kesejahteraan Keluarga, Keterampilan, dan lain-lain. Isi diambil dari pengetahuan, dan nilai-nilai yang telah ditemukan oleh ahli-ahli sebelumnya. Para siswa dituntut untuk menguasai semua pengetahuan yang diberikan, apakah mereka menyenangi atau tidak, membutuhkannya atau tidak. Karena pelajranpelajaran terebut diberikannya secara terpisah- pisah, maka siswa menguasainya pun terpisah-pisah pula. Tidak jarang siswa menguasai bahan hanya pada tahap hafalan, bahan dikuasai secara verbalistis didapatkan diberbagai lembaga pendidikan. Kurikulum ini terdiri dari mata pelajaranpelajaran yang tujuan pelajarannya. 2. The disciplines design Bentuk ini merupakan pengembangan dari subject design, keduanya masih menekankan pada isi atau materi kurikulum. Walaupun bertolak dari hal yang sama tetapi antara keduanya terdapat perbedaan, pada subject design belum ada kriteria yang tegas tentang apa yang disebut subjected (ilmu). Belum ada perbedaan antara Matemetika, Psikologi, dengan Teknik atau Cara Mengemudi, semua disebut subjected. Pada disciplines design kriteria tersebut talah tegas yang membedakan apakah suatu pengetahuan itu ilmu atau subject dan bukan adalah batang tubuh keilmuannya. Perbedaan lain adalah dalam tingkat penguasaan disciplines tidak seperti subject design yang menekankan penguasaan fakta-fakta dan informasi tetapi pada pemahaman. Proses belajarnya tidak lagi menggunakan pendekatan Ekspository yang menyebabkan peserta didik lebih banyak pasif, tetapi menggunakan pendekatan Inkuiri dan Diskaveri. 3. The broad field design Kurikulum ini merupakan salah satu usaha untuk menghilangkan pemisahan tersebut. Dalam model ini mereka menyatukan beberapa mata pelajaran yang berdekatan atau berhubungan menjadi satu bidang studi seperti Sejarah, Geografi dan Ekonomi digabung menjadi Ilmu Pengetuan Sosial. Aljabar, Ilmu Ukur, dan berhitung menjadi Matematika dan sebagainya. Tujuan pengembangan kurikulum broad field adalah menyiapkan para siswa yang dewasa ini hidup dalam dunia informasi yang sifatnya spesialiatis, dengan pemahaman yang bersifat menyeluruh. Bentuk kurikulum ini banyak digunakan di Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama, di Sekolah Menengah Atas penggunaanya agak terbatas apalagi di Perguruan Tinggi sedikit sekali. Kurikulum broadfields kadang-kadang disebut kurikulum fusi. Taylor dan Alexander menyebutkan dengan sebutan The Broad Field Of Subject Metter. Broadfields menghapuskan batas-batas dan menyatukan mata pelajaran (subject matter)yang berhubungan erat DAFTAR PUSTAKA
Marbun Mancar. 2014.Desain Pengembangan Kurikulum pendidikan Dasar di MI (Al-Razi,
Jurnal Ilmu Pengetahuan & Kemasyarakatan, 1448-1451 Masdiono. (2019). Desain Pengembangan Kurikulum Pendidikan Dasar. Bada'a : Jurnal Pendidikan Dasar, 49-51. Sukmadinata, Nana Sy. 2001. Pengembangan Kurikulum: Teori dan Parktek. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Zais, R.S. 1976. Curriculum: Principles, Foundations. New York: Harper & Row Publishers.