Anda di halaman 1dari 10

8

Meningkatkan Kesejahteraan Sosial Anak Jalanan


dengan Teori Self Esteem
Improving Street Children Welfare
with Self Esteem Theory

Pipin Armita
Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga. Jl. Marsda Adi Sucipto, Yogyakarta, 55281.
Telpon (0274) 512474. HP. 089687086343. Email: pipinarmita@gmail.com.
Diterima 30 Agustus 2016, diperbaiki 15 September 2016, disetujui 5 Oktober 2016.

Abstract

This study was intended to provide a solution to community or social organizations how to improve social welfare of
street children with the self esteem theory and to know what are the constraints faced by street children in improving social
welfare. Acceptance and knowing the existing potential toward street chlidren are the basic concept of enhancing street
children social welfare, because street children are still able to develop themselves optimally. This article offers four aspects
in providing solutions to improve social welfare of street children with self esteem theory: power, significance, virtue, and
competence. The basic concept is to offer treatment, protection, and empowerment of street children that can give a better
results. All they take then is the willingness of all parties, especially social worker, community, and social organizations to
sit together, discuss to find the best solution for street children and then formulate an intervention program that targeted
and simultaneously undertake a more coordinated division of work. The basic argument that can be worked out is the street
children can develop themselves if a community or social institution introduced self esteem theory in them.

Keywords: social welfare, street children, self esteem

Abstrak

Tulisan ini dimaksudkan untuk memberikan solusi kepada komunitas atau lembaga sosial dalam meningkatkan
kesejahteraan sosial anak jalanan dengan teori self esteem dan untuk mengetahui kendala yang dihadapi anak jalanan dalam
meningkatkan kesejahteraan sosial. Sikap penerimaan terhadap diri anak jalanan dan mengetahui potensi yang dimiliki
adalah dasar untuk meningkatkan kesejahteraan sosial anak jalanan, karena seseorang anak masih dapat berkembang secara
optimal. Tulisan ini menawarkan empat aspek dalam memberi solusi untuk meningkatkan kesejahteraan sosial anak jalanan
dengan teori self esteem: Kekuatan, Keberartian, Kebajikan, dan kemampuan. Konsep dasar yang ditawarkan adalah agar
penanganan dan upaya perlindungan dan pemberdayaan pada anak jalanan dapat memberi hasil yang lebih baik, dibutuhkan
kesediaan semua pihak, terutama pekerja sosial dan komunitas atau lembaga sosial untuk duduk bersama, berdiskusi mencari
jalan keluar terbaik bagi anak jalanan dan merumuskan program intervensi yang tepat sasaran dan sekaligus melakukan
pembagian kerja yang lebih terkoordinasi. Argumen dasar yang dikembangkan adalah anak dapat mengembangkan dirinya
jika komunitas atau lembaga sosial mengenalkan self esteem yang ada pada diri anak jalanan.

Kata kunci: kesejahteraan sosial; anak jalanan; self esteem

A. Pendahuluan termasuk kategori anak yang tidak berdaya. Se-


Permasalahan yang sangat kompleks yang cara psikologis, anak jalanan adalah anak-anak
perlu mendapatkan perhatian serius dari banyak yang pada suatu taraf tertentu belum memiliki
pihak, baik keluarga, masyarakat, maupun peme- cukup mental dan emosional yang kuat, semen-
rintah adalah merebaknya anak jalanan. Tetapi tara mereka harus bergelut dengan dunia jalanan
sejauh ini perhatian tersebut belum efektif dan yang keras dan cenderung berpengaruh negatif
solutif, belum memadai, belum terencana, dan bagi perkembangan dan pembentukan kepriba-
belum terintegrasi dengan baik. Anak jalanan diannya (Mursyid Itsnaini, 2010).

377
Jurnal PKS Vol 15 No 4 Desember 2016; 377 - 386

Meskipun masalah anak jalanan sudah men- Pada saat ini, penanganan anak-anak jalanan
jadi global, tetapi sampai sekarang belum ada mulai digiatkan dengan baik. Dapat dilihat dari
data yang lengkap dan akurat tentang jumlah banyaknya bermunculan rumah singgah, panti,
anak jalanan di Indonesia maupun di seluruh dan sanggar yang memfasilitasi anak-anak jalan-
dunia. Secara global dapat diperkirakan, bahwa an dalam mengembangkan diri mereka dengan
ada sekitar 100 juta anak jalanan di belahan pendidikan dan soft skill. Pemerintah mempunyai
dunia. Sebagian mereka adalah anak jalanan tanggung jawab besar terhadap pemeliharaan dan
yang berusia belasan tahun, tetapi ada juga di- pembinaan anak-anak terlantar, termasuk anak
antaranya yang berusia di bawah 10 tahun (Edi jalanan. Hal ini tertuang dalam Undang-undang
Suharto, 2007: 230). Di wilayah masyarakat Dasar 1945 yang menyatakan bahwa, “Fakir mis-
kota, keberadaan anak jalanan menjadi suatu re- kin dan anak terlantar dipelihara oleh negara”.
alitas kehidupan. Dengan demikian, anak jalanan Hak-hak asasi manusia pada umumnya, seperti
menjadi semakin tidak mendapatkan makna halnya tercantum dalam Undang-undang RI No-
hidup dan apresiasi positif dalam hubungan- mor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia,
hubungan sosial budaya dengan masyarakat dan dalam Pengesahan Konvensi Hak-hak Anak
kota pada umumnya. Norma-norma kehidupan (Convention on the Right of the Child) yang
anak jalanan secara tegas dianggap tidak sesuai diadopsi oleh PBB pada tahun 1989 dan telah
dengan norma-norma kehidupan yang berlaku diratifikasi oleh pemerintah RI melalui Keputus-
umum. Situasi ini menurut James H. Stronge an Presiden No. 36 tahun 1990 telah meletakkan
(2000: 66), menjadikan kehidupan anak jalanan dasar utama bagi pemenuhan hak-hak anak.
selalu berada dalam bayang-bayang resiko yang Penanganan anak jalanan tidak hanya dari
tinggi, mereka sering merasakan ketidakstabilan pemerintah saja. Tetapi banyak juga penanggu-
sosial dan emosional, ketidakamanan serta sering langan dan penanganan dari LSM, organisasi
menghadapi deprivasi ekonomi. mahasiswa atau bahkan perseorangan. Tumbuh
Keberadaan anak jalanan dan anak terlantar kembangnya anak harus diperhatikan dengan
sering terlihat di kota-kota besar di Indonesia. baik, karena anak merupakan generasi penerus
Jumlah anak jalanan dan anak terlantar dari tahun masa depan. Tidak terkecuali juga dengan anak
ketahun selalu mengalami peningkatan, hal ini jalanan, mereka mempunyai hak yang sama un-
menjadi kondisi yang sangat memprihatinkan. tuk memperoleh pendidikan dan mengasah bakat
Menurut Darmawan W. (2008), anak jalanan yang ada dalam diri mereka. Menurut Pasal 9 ayat
seharusnya dilindungi dan dijamin hak-haknya (1) Undang-undang RI Nomor 23 Tahun 2002
sebagaimana anak pada umumnya, agar menjadi tentang perlindungan anak menjelaskan bahwa,
manusia yang bermanfaat dan mempunyai masa “Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan
depan yang cerah. Anak-anak perlu mendapat- pengajaran dalam rangka pengembangan priba-
kan hak-haknya secara normal sebagaimana dinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan
layaknya, antara lain hak sipil dan kemerdekaan minat dan termasuk juga anak jalanan” (Herlina
(civil right and freedoms), lingkungan keluarga Apong, dkk, 2003: 88). Dasar seseorang anak
dan pilihan pemeliharaan (family environment dapat berkembang secara optimal, dapat dilihat
and alternative care), kesehatan dasar dan kese- dari sikap penerimaan terhadap diri sendiri dan
jahteraan (basic health and welfare), pendidikan, mengetahui potensi yang ada dalam diri mereka.
rekreasi dan budaya (educational, leisure, and Tetapi hal itu tidak cukup dari kesadaran dari diri
culture activities), serta perlindungan khusus mereka sendiri, tentunya harus ada dorongan dari
(special protection). Hak-hak tersebut yang pihak luar untuk mengembalikan potensi dan
seharusnya diterima oleh seorang anak belum kemampuan meraka.
dapat terpenuhi, sehingga seorang anak terpaksa Di kota Yogyakarta, komunitas atau lem-
memilih untuk hidup dijalanan. baga sosial sudah cukup memadai. Tetapi tidak

378
Meningkatkan Kesejahteraan Sosial Anak Jalanan dengan Teori Self Esteem (Pipin Armita)

semua komunitas atau lembaga sosial yang tahu berkaitan dengan objek telaah kajian, membatasi
bagaimana solusi yang tepat untuk menangani kegiatan kepada bahan-bahan koleksi perpusta-
masalah anak jalanan. Padahal, setiap komunitas kaan saja. dipergunakan untuk mengkonfirmasi
atau lembaga sosial harus mampu memfasilitasi dan memperjelas (klarifikasi) data yang diper-
anak-anak jalanan dalam mengembangkan diri oleh (Mestetika Zed, 2004: 2). Metode penulisan
mereka dengan pendekatan sosial berupa soft ini menggunakan pendekatan deskriptif. Menu-
skill dan kesadaran akan kemampuan diri, yang rut Nawawi, metode deskriptif mempunyai dua
penulis sebut dengan teori self esteem. Masalah ciri pokok, memusatkan perhatian pada masalah
yang dihadapi anak jalanan sekarang ini adalah yang ada bersifat aktual, menggambarkan fakta
pola asuh dan dengan siapa anak jalanan ber- tentang masalah yang diselidiki dengan interpre-
hubungan. Disinilah peran komunitas dan lem- tasi rasional (Juwita, 2015). Analisis dilakukan
baga sosial dalam membina kemampuan anak dalam bentuk uraian kata-kata (deskriptif).
jalanan. Komunitas dan lembaga sosial harus
mampu membawa anak pada pemahaman dan C. Kesejahteraan Sosial Anak Jalanan
penerimaan terhadap diri, serta menjadi pribadi 1. Definisi Anak Jalanan dan Masalahnya
yang kemudian lebih berarti di masyarakat. Menurut Kementerian Sosial RI, anak jalan-
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik un- an adalah anak yang menghabiskan sebagian
tuk melakukan kajian mendalam yang berkaitan besar waktunya untuk mencari nafkah atau
dengan solusi untuk menangani anak jalanan. berkeliaran di jalanan atau tempat umum lain-
Oleh karena itu, dalam penulisan karya ilmiah nya. Anak jalanan dalam konteks ini adalah anak
ini, penulis mengangkat judul “Meningkatkan yang berusia antara enam sampai dengan delapan
Kesejahteraan Sosial Anak Jalanan dengan Teori belas tahun. Sosok anak jalanan bermunculan
Self Esteem”. Penulisan karya ilmiah ini difokus- dikota-kota, baik itu di emper-emper toko, di
kan untuk membahas pendekatan sosial yang stasiun, terminal, pasar, tempat wisata bahkan
dapat dilakukan oleh komunitas atau lembaga ada yang dimakam-makam, anak-anak jalanan
sosial berupa teori self esteem yang dimiliki anak menjadikan tempat mangkalnya sebagai tempat
jalanan, untuk memberikan solusi yang men- berteduh, berlindung, sekaligus mencari sumber
dasar dalam meningkatkan kesejahteraan sosial kehidupan, meskipun ada juga yang masih ting-
anak jalanan dengan teori self esteem dan untuk gal dengan keluarganya. Jumlah anak jalanan dari
mengetahui kendala apa saja yang dihadapi tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan
anak jalanan dalam meningkatkan kesejahteraan (Mariana D.N Nasution, Fuad Nashori, 2007).
sosial. Secara teoritis, manfaat dari penulisan Anak jalanan adalah anak yang sebagian waktu
ini adalah komunitas atau lembaga sosial dapat mereka gunakan di jalan atau tempat umum,
melakukan pendekatan dengan teori self esteem baik untuk mencari nafkah maupun berkeliaran.
pada anak jalanan. Oleh karena masyarakat telah Dalam mencari nafkah, ada beberapa anak yang
dipandang sebagai keluarga dan komunitas yang rela melakukan dengan kemauan mereka sendiri,
harmonis (Niels Mulder, 2004: 110), penulisan tetapi banyak pula anak yang dipaksa untuk
ini sebagai infomasi kepada masyarakat terutama bekerja di jalan (mengemis, mengamen, menjadi
bagi pekerja sosial akan pentingnya teori self penyemir sepatu) oleh orang-orang jahat sekitar
esteem untuk anak jalanan. mereka dengan berbagai alasan, baik orang tua
yang tidak bertanggung jawab maupun pihak ke-
B. Penggunaan Metode Kajian luarga lain, dengan alasan ekonomi keluarga.
Tulisan ini dilakukan berbasis pada kajian Fenomena anak jalanan mempunyai hubung-
kepustakaan, untuk mendapatkan konsepsi ke- an dengan masalah-masalah lain, baik secara
bijakan teori atau doktrin dan pemikiran kon- internal maupun eksternal, seperti ekonomi,
septual bertolak dari penelitian pendahulu yang psikologi, sosial, budaya, lingkungan, pendidik-

379
Jurnal PKS Vol 15 No 4 Desember 2016; 377 - 386

an, agama, dan keluarga. Mereka korban dari alami anak jalanan adalah identitas dan akte
kondisi yang dialami individu, baik internal, kelahiran, terbatasnya akses anak pada berbagai
eksternal maupun kombinasi keduanya. Banyak- fasilitas pelayanan umum, serta diskriminasi dan
nya masalah yang tampak pada fenomena anak kekerasan aparat pemerintah (negara) terhadap
jalanan di kota besar di Indonesia, termasuk Yog- anak jalanan.
yakarta adalah sebuah potret masalah perkotaan. Banyak orang di lingkup ini tampaknya tidak
Munculnya anak jalanan, tidak bisa dilihat dari pernah ada jalan keluar dari kemiskinan, yang
faktor ekonomi saja, tetapi banyak faktor yang cenderung mendapat apatisme masyarakat luas
menjadi pemicu, seperti kemiskinan, perhatian dan sedikit saja politisi mau menyentuhnya. Pro-
keluarga, kenakalan remaja, pola asuh yang gram konseling yang biasanya disertai program
salah. pelatihan karir, jarang ditemukan di lingkup ini,
Menurut Moeliono dan Dananto (2007), kendati ditemukan program konseling pekerjaan
masalah yang dihadapi oleh anak jalanan ber- di komunitas, sering kali konselornya sendiri
dasarkan dengan siapa berhubungan. Lima sum- dicurigai atau diabaikan lantaran kurangnya
ber masalah anak jalanan: Pertama, anak jalanan informasi publik dan akses sosial yang dimiliki
dengan anak jalanan. Kesan yang dimunculkan warga miskin (Robert L. Gibson, Marianne H.
oleh anak jalanan high risk sebagai sosok yang Mitchell, 2011: 267).
bebas, tidak dikontrol orang tua, tidak wajib
setor uang, bebas jajan, merokok, bergaya hidup 2. Latar Belakang Menjadi Anak Jalanan
santai sering menjadi daya tarik sendiri bagi anak Beberapa hal yang menyebabkan munculnya
jalanan vulnerable untuk mengikuti jejak anak fenomena anak jalanan, yaitu sejumlah kebijakan
jalanan high risk. Kekerasan antaranak jalanan makro dalam bidang sosial ekonomi telah me-
juga sering terjadi dalam berbagai bentuk seperti nyumbang munculnya fenomena anak jalanan.
perkelahian, penggunaan senjata tajam, penge- Modernisasi, industrialisasi, migrasi dan urbani-
royokan, pengompasan atau pemerasan, intimi- sasi menyebabkan terjadinya perubahan jumlah
dasi psikis dan bahkan seksual, akibat kekerasan anggota keluarga dan gaya hidup yang membuat
terwujud dalam trauma psikis dan lingkaran dukungan sosial dan perlindungan terhadap anak
setan kekerasan. Kedua, anak jalanan dengan menjadi berkurang. Kekerasan dalam keluarga
orang tua. Kemiskinan sering dituding sebagai menjadi latar belakang penting yang menyebab-
biang keterlibatan anak dalam ekonomi keluarga, kan anak keluar dari rumah yang mengalami
dengan dalih kemiskinan anak diperlakukan se- tekanan ekonomi dan jumlah anggota keluarga
cara salah dan dipaksa bekerja untuk membantu yang besar. Terkait permasalahan ekonomi, se-
ekonomi orang tua. Ketiga, anak jalanan dengan hingga anak terpaksa ikut membantu orang tua
masyarakat, yang cenderung memberi stigma dengan bekerja di jalanan. Orang tua “mengar-
buruk pada anak jalanan. Anak jalanan dianggap yakan” sebagai sumber ekonomi keluarga peng-
sebagai pengganggu kenyamanan lingkungan, ganti peran yang seharusnya dilakukan oleh
pelaku kriminalitas dan kekerasan. Keempat, orang dewasa (Syahrudin, Maulana, 2014).
anak jalanan dengan LSM pendamping, terka- Sebenarnya banyak faktor yang menyebab-
dang terjadi persaingan antara LSM, sehingga kan anak-anak terjerumus dalam kehidupan di
untuk menarik perhatian anak, LSM memberi jalanan, misalnya kesulitan keuangan keluarga
iming-iming, janji atau bingkisan dan uang saku. atau tekanan kemiskinan, ketidakharmonisan
Anak jalanan tiba-tiba merasa jadi idola yang rumah tangga, dan masalah khusus menyangkut
diperebutkan, bahkan menuduh LSM “menjual hubungan anak dengan orang tua. Kombinasi
kemiskinan anak jalanan”. Kelima, anak jalanan dari faktor ini sering kali memaksa anak-anak
dengan negara, yang berkewajiban menjamin mengambil inisiatif mencari nafkah atau hidup
hak asasi anak. Tiga persoalan besar yang di- mandiri di jalanan. Kadangkala pengaruh te-

380
Meningkatkan Kesejahteraan Sosial Anak Jalanan dengan Teori Self Esteem (Pipin Armita)

man atau kerabat juga ikut menentukan kepu- Self esteem adalah penilaian pribadi ter-
tusan untuk hidup di jalanan (Bagong Suyanto, hadap hal yang dicapai dengan menganalisa
2013: 211). Studi yang dilakukan Kemensos kemampuan perilaku mengenali diri. Harga
Pusat dan Unika Atma Jaya Jakarta (1999) di diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain.
Surabaya yang mewancarai 889 anak jalanan Dalam harga diri, yang menjadi aspek utama
di berbagai sudut kota menemukan, bahwa fak- adalah dicintai dan menerima penghargaan dari
tor penyebab atau alasan anak memilih hidup orang lain, manusia cenderung bersifat negatif
di jalanan adalah karena kurang biaya sekolah walaupun cinta dan mengakui kemampuan orang
(28,2 persen) dan membantu pekerjaan orang tua lain, tetapi jarang mengekspresikan. Harga diri
(28,6 persen). Pada batas-batas tertentu, tekanan bermakna dan berhasil jika diterima dan diakui
kemiskinan merupakan kondisi yang mendorong orang lain, merasa mampu menghadapi kehidup-
anak-anak hidup di jalanan. Akan tetapi bukan an dan dapat mengontrol dirinya (Widiyatun,
berarti kemiskinan merupakan satu-satunya fak- 1999: 34). Menurut Michener dan Delamater
tor determinan yang menyebabkan anak lari dari (1999), sumber terpenting dalam pembentukan
rumah dan terpaksa hidup di jalanan. Menurut dan perkembangan harga diri adalah perban-
penjelasan Justika S. Baharjah, kebanyakan anak dingan sosial, yang dapat mempengaruhi harga
bekerja di jalanan bukan atas kemauan mereka diri, karena perasaan mampu (kompeten) atau
sendiri, melainkan sekitar 60 persen di antaranya berharga, dapat diperoleh dari suatu performance
karena dipaksa oleh orang tuanya, yang seharus- yang tergantung sebagian besar kepada siapa
nya memberi perlindungan. membandingkan, baik dengan diri kita sendiri
atau dengan orang lain.
3. Upaya Menangani Anak Jalanan dengan Berdasarkan dari berbagi pendapat di atas,
Teori Self Esteem dapat disimpulkan bahwa self esteem merupakan
Definisi self esteem (harga diri) menurut evaluasi menyeluruh terhadap diri sendiri yang
beberapa tokoh, di antaranya Branden (dalam bersifat khas, mengenai percaya diri, keberhar-
Gufron dan Rini 2010: 43), mendefinisikan self gaan, mandiri, bebas, mengenai kemampuan,
esteem adalah keyakinan individu terhadap ke- keberhasilan, serta penerimaan diri yang dibuat
mampuan dirinya untuk belajar membuat pilihan dan dipertahankan oleh individu, berasal dari
dan keputusan yang layak serta merespons secara interaksi individu dengan orang lain. Proses
efektif terhadap perubahan. Coopersmith men- pembentukan self esteem dimulai saat bayi mera-
definisikan, self esteem adalah pernilaian yang sakan tepukan pertama kali yang diterima orang
dibuat oleh seseorang dan biasanya tetap tentang mengenai kelahirannya (Nur Ghufron dan Rini
dirinya, yang mengekspresikan satu sikap menye- Risnawati, 2010: 41-42). Self esteem sudah ter-
tujui atau tidak setuju, dan menganggap dirinya bentuk pada masa kanak-kanak sehingga seorang
mampu, berarti, sukses dan berharga. Menurut anak sangat perlu mendapatkan rasa penghargaan
Ghufron dan Rini, self esteem adalah hasil dari dari orang tuanya. Proses selanjutnya, self esteem
penelitian yang dilakukan dan perlakuan orang dibentuk melalui perlakuan yang diterima indi-
lain terhadap dirinya yang menunjukkan kemam- vidu dari orang lingkungannya, seperti dimanja
puan individu memiliki rasa percaya diri serta dan diperhatikan orang tua dan orang lain. Self
mampu berhasil dan berguna. Sebagai kebutuhan esteem bukan merupakan faktor yang dapat
psikologis, terpenuhinya kebutuhan harga diri dipelajari dan terbentuknya sepanjang pengala-
menentukan kondisi kesehatan psikologis, seba- man individu (Daradjat, 2013: 18).
liknya berakibat terganggunya kondisi psikologis Self esteem berkaitan dengan individu mem-
yang dapat menggejala pada berbagai bentuk persepsikan diri secara keseluruhan, penilaian
gangguan fisik dan psikis jika tidak terpenuhinya seseorang tentang dirinya dapat berbeda dengan
kebutuhan harga diri. persepsi ideal yang diinginkan, yang kemudian

381
Jurnal PKS Vol 15 No 4 Desember 2016; 377 - 386

dapat berpengaruh pada diri orang tersebut. tidak menganggap dirinya lebih baik dari orang
Apabila perbedaan keadaan dirinya dengan lain, tidak menganggap dirinya lebih lemah dari
persepsi idealnya besar, menimbulkan harga diri orang lain, dan lebih mudah menyesuaikan diri
yang rendah, sebaliknya jika keadaan dirinya dengan suasana yang menyenangkan sehingga
dengan persepsi idealnya kecil, orang tersebut tingkat kecemasannya rendah dan memiliki
memiliki harga diri yang tinggi (Sorga Perucha ketahanan diri yang seimbang.
Iful Prameswari, dkk., 2013: 58), self esteem Self esteem rendah menyebabkan orang ke-
sangat berperan penting dalam perilaku individu. hilangan orientasi dalam menghadapi realitas,
Coopersmith mengemukakan, bahwa harga diri sesungguhnya dia tidak sanggup melihat dan me-
menentukan seseorang beradaptasi berdasarkan nyadari realitas yang ada pada dirinya, sehingga
tuntutan lingkungan, berperan dalam perilaku mudah merasa sedih, gelisah, tertekan, dan tidak
melalui proses berpikir, emosi, nilai cita-cita mampu menggali potensi dalam dirinya. Mereka
serta tujuan yang hendak dicapai seseorang. barangkali sadar memiliki potensi bagus untuk
Pengalaman sebagai sarana mencapai kema- tumbuh dan berkembang, tetapi sebuah pengha-
tangan dan perkembangan kepribadian, tetapi lang besar self esteem rendah merintangi diri
pengalaman tidak selalu memberikan umpan sehingga tidak bisa mewujudkan kemampuan-
balik yang positif. Jika umpan balik yang di- nya dalam bentuk kesuksesan dan kebahagiaan
terima remaja positif, harga dirinya membaik, dalam hidup. Empat aspek teori Self esteem
sebaliknya jika umpan yang diterima remaja menurut Coopersmi dalam upaya menangani
negatif, juga mempengaruhi harga diri remaja anak jalanan, power (kekuatan), significance
tersebut. (keberartian), virtue (kebajikan), competence
Di dalam Nur Ghufron dan Rini Risnawati (kemampuan), (Setiawan, D.S., 2012).
(2010) menyebutkan, karakteristik self esteem Pemaknaan diri sebagai bentuk harga diri
dibagi dua bentuk, karakteristik self esteem ren- sangat penting bagi anak jalanan. Anak yang
dah (low self esteem) dan karakteristik self esteem pada mulanya banyak menghabiskan waktu
tinggi (high self esteem). Untuk karakteristik self di jalanan harus diberikan pendekatan secara
esteem rendah, Frey dan Carlock menyebutkan pelan-pelan dan juga berkelanjutan. Pegiat atau
adanya indikasi-indikasi individu yang memi- pekerja sosial dapat menerapkan teori self esteem
liki self esteem rendah, seperti mengungkapkan yang meliputi: Power (kekuatan), kemampuan
kata-kata yang biasa menunjukkan harga dirinya yang dimiliki untuk mengendalikan atau mem-
rendah, merasa takut terhadap pengalaman baru, pengaruhi orang lain. Kekuatan ditandai oleh
tidak percaya akan kemampuan diri, sehingga adanya pengakuan dan rasa hormat yang diterima
cenderung menghindari hal-hal yang baru dan individu dari orang lain. Didasari atas alasan
beresiko, serta bereaksi secara berlebihan ter- bahwa setiap anak pasti memiliki sisi baik dan
hadap kegagalan, sangat ingin menjadi sempurna potensinya masing-masing, setiap komunitas
sehingga sulit menghadapi kegagalan. Karakter- atau lembaga sosial tidak boleh membedakan
istik self esteem tinggi, Reasoner menyebutkan, anak jalanan yang datang karena membutuhkan
bahwa individu yang memiliki self esteem tinggi bantuan sosial dan yang tidak.
cenderung menumbuhkan, mengembangkan dan Komunitas atau lembaga sosial juga harus
meningkatkan diri dengan cara potensi yang aktif melakukan peninjauan ke daerah-daerah
dimilikinya. Karakterisik self esteem tinggi, tertentu untuk mendata anak jalanan dan menga-
antara lain aktif dan dapat mengekpresikan jak mereka bergabung di komunitas sosial agar
dirinya dengan baik, tidak merasa bangga yang mendapatkan pelayanan sosial, tanpa melihat
berlebihan akan dirinya, lebih menghargai orang mereka masih memiliki keluarga atau tidak,
lain, menghargai prestasi dan kebaikan orang normal atau kurang normal (cacat atau idiot),
lain, mau mengakui kesalahan yang dilakukan, semuanya diajak bergabung di komunitas atau

382
Meningkatkan Kesejahteraan Sosial Anak Jalanan dengan Teori Self Esteem (Pipin Armita)

lembaga sosial dengan harapan mereka bisa men- kehidupan mereka ke depan, secara perlahan
jadi lebih baik dan lebih terurus, banyak masalah mereka diberi dorongan dan motivasi agar tidak
dan perbedaan yang ditemui dari setiap anak ada lagi merasa minder, masing-masing memiliki
jalanan tetapi banyak pula alasan dan cara untuk potensi yang pantas untuk dibanggakan.
menjadikan mereka menjadi lebih berarti. Anak jalanan yang pada mulanya tidak suka
Significance (keberartian), adalah penerima- mandi menjadi mau mandi, yang mulanya duduk
an yang diperoleh berdasarkan penelitian orang dan berbicara kasar serta seenaknya sekarang jadi
lain, ditandai oleh adanya kepedulian dan afeksi lebih sopan dan punya tata krama, pakaian yang
yang diterima individu dari orang lain. Banyak biasanya terkesan kotor, kumuh dan asal pakai
sekali komunitas dan lembaga sosial yang peduli menjadi lebih bersih serta lebih pantas, harga
anak jalanan, kepedulian tersebut harus selalu diri dan potensi anak lebih terperhatikan. Menu-
didukung. Setiap komunitas atau lembaga so- rut Bagong Suyanto (2013), agar penanganan
sial harus mendukung kegiatan-kegiatan yang dan upaya perlindungan serta pemberdayaan
memberi kontribusi yang baik kepada anak, pada anak jalanan dapat memberi hasil lebih
seperti kegiatan motivasi, pelatihan, dan parti- baik, dibutuhkan kesediaan semua pihak duduk
sipasi lomba agar anak mau mengikuti kegiatan bersama, berdiskusi untuk mencari jalan keluar
tersebut sehingga mereka semakin memiliki yang terbaik bagi anak-anak jalanan dan kemu-
sikap percaya diri atas dirinya sendiri. Virtue dian merumuskan program intervensi yang tepat
(kebajikan), adalah ketaatan terhadap etika atau sasaran dan sekaligus melakukan pembagian
norma moral masyarakat, ditandai oleh ketaatan kerja yang terkoordinasi, termasuk juga pekerja
untuk menjauhi tingkah laku yang tidak diperbo- sosial yang sangat berperan dalam hal ini.
lehkan dan terbebas dari perasaan yang tidak me- Menurut Tata Sudrajat, selain teori self
nyenangkan. Eksistensi komunitas atau lembaga esteem, ada beberapa pendekatan yang bisa di-
sosial idealnya membuat anak jalanan sudah lakukan LSM dan atau pekerja sosial dalam pe-
tidak lagi terjun ke jalan mencari nafkah, mencari nanganan anak jalanan, yaitu street based, model
pekerjaan lebih baik, dengan membuka usaha penanganan anak jalanan di tempat anak jalanan
sendiri atau bekerja kepada orang lain. Solusi itu berasal atau tinggal, street educator datang
lain yang dapat dilakukan oleh komunitas atau kepada mereka, berdialog, mendampingi mereka
lembaga sosial adalah dengan mengembalikan bekerja, memahami dan menerima situasinya,
anak duduk di bangku sekolah, meskipun masih serta menempatkan diri sebagai teman. Centre
ada beberapa yang nekat kembali ke jalan, tetapi based, adalah pendekatan dan penanganan anak
komunitas atau lembaga sosial sudah berupaya jalanan di lembaga atau panti. Anak-anak yang
berbuat kebajikan bagi anak jalanan. masuk dalam program ini ditampung dan diberi
Competence (kemampuan), adalah kemam- pelayanan di lembaga atau panti, malam hari
puan untuk berhasil sesuai dengan tujuan yang diberi makanan dan perlindungan, serta per-
dimiliki, ditandai oleh individu yang berhasil lakuan hangat dan bersahabat dari pekerja sosial.
memenuhi tuntutan prestasi dan dalam ber- Community based adalah model penanganan
adaptasi. Banyaknya komunitas atau lembaga so- yang melibatkan seluruh potensi masyarakat,
sial yang mengadakan berbagai macam kegiatan terutama keluarga atau orang tua anak jalanan.
dan pelatihan untuk anak jalanan, membuktikan Pendekatan ini bersifat preventif, yakni mence-
bahwa mereka mengakui anak jalanan mampu gah anak agar tidak masuk dan terjerumus dalam
berkembang dengan lebih baik dari perkiraan kehidupan di jalanan. Keluarga diberi kegiatan
orang. Anak diarahkan untuk menggali potensi penyuluhan tentang pengasuhan anak dan upaya
mereka masing-masing dengan berbagi pelatihan untuk meningkatkan taraf hidup, sementara anak-
dan keterampilan, dimotivasi untuk bisa kembali anak diberi kesempatan memperoleh pendidikan
ke bangku sekolah formal karena penting bagi formal dan informal, pengisian waktu luang

383
Jurnal PKS Vol 15 No 4 Desember 2016; 377 - 386

dan kegiatan lain yang bermanfaat. Pendekatan menjadi manusia yang bermanfaat dan mempu-
ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan nyai masa depan yang cerah. Anak-anak perlu
keluarga dan masyarakat agar sanggup melin- mendapatkan hak-haknya secara normal seperti
dungi, mengasuh dan memenuhi kebutuhan layaknya, antara lain hak sipil dan kemerdekaan,
anak-anaknya secara mandiri. linkungan keluarga dan pilihan pemeliharaan,
Dari berbagai pendekatan yang diuraikan, kesehatan dasar dan kesejahteraan, pendidikan,
tidak berarti satu pendekatan yang ada lebih baik rekreasi dan budaya, dan perlindungan khusus.
daripada pendekatan lain. Pendekatan yang lebih Hak tersebut belum dapat terpenuhi oleh se-
tepat, banyak ditentukan oleh kebutuhan dan bagian anak, sehingga terpaksa memilih hidup
masalah yang dihadapi anak jalanan. Agar peker- dijalanan. Pekerja sosial dapat membantu anak
ja sosial dapat membantu anak mengembangkan mengembangkan perilaku, mengurus diri sendiri,
perilaku dan mengurus diri sendiri, perlu secara proaktif mempromosikan program intervensi
proaktif mempromosikan program-program in- primer yang mendorong perilaku ini. Program
tervensi primer yang akan mendorong perilaku pendidikan dapat digunakan untuk mengajari
ini. Program pendidikan dapat digunakan untuk anak mengatasi dan mengelola stress, memba-
mengajari anak mengatasi dan mengelola stress, ngun hubungan sosial positif, bertanggung
membangun hubungan sosial positif, bertang- jawab, dan belajar bagaimana mengurus kese-
gung jawab, dan belajar mengurus kesehatan hatan fisik dan psikologis.
fisik dan psikologis (David Geldard, 2012:
34). Pittman Etal mengemukakan, bahwa anak Pustaka Acuan
tumbuh di tengah masyarakat, bukan hanya di Apong, Herlina, dkk. (2003). Perlindungan Anak Berbasis
sekolah dan di program anak. Organisasi berbasis Undang-undang No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlin-
dungan Anak. Jakarta: Harapan Prima
masyarakat, lembaga pelayanan, bisnis, dan so- Daradjat. (2013). Psikologi Kepribadian. Jakarta: Jem-
sial adalah lingkup berbagai strategi dapat digu- batan Tiga
nakan untuk berkontribusi pada perkembangan Darmawan, W., “Peta Masalah Anak Jalanan dan Alternatif
seorang anak remaja. Akan tetapi konteks-kon- Model Pemecahannya Berbasis Pemberdayaan Kelu-
teks cenderung tumpang tindih dengan derajat arga”, dalam HTML Document, 21 Januari 2008
Fathi, Rizqullah, Makin Meningkatnya Jumlah Anak
yang berbeda-beda, kebijakan-kebijakan sosial Jalanan di Kota Besar: Faktor Penyebab, Dampak,
seharusnya melihat perpotongan antara anak dan Upaya Mengatasi, dalam http//saveanakjalanan.
remaja dan konteks-konteks yang membentuk blogspot.com. Akses 10 Desember 2014
dan membangun pengalaman perkembangan Geldard, David, editor: Kathryn Geldard. (2012). Konse-
mereka, intervensi seharusnya memfokuskan ling Remaja Intervensi Praktis Bagi Remaja Beresiko,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
pada dukungan dan kesempatan yang berkaitan Gibson, Robert L., Marianne H. Mitchell. (2011). Bimbing-
dengan efikasi diri, pemberdayaan, dan pemben- an dan Konseling. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
tukan identitas positif. Gufron, Nur, dan Rini Risnawati. (2010). Teori-teori
Psikologi. Yogyakarta: Ar Ruzz Media
D. Penutup Itsnaini, Mursyid. (2010). “Pemberdayaan Anak Jalanan
Oleh Rumah Singgah Kawah di Kelurahan Klitren,
Keberadaan anak jalanan, sebagai suatu reali- Gondokusuman, Yogyakarta”. Skripsi Universitas
tas kehidupan dalam masyarakat, kadang-kadang Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta
tidak mendapatkan makna dan apresiasi positif Juwita. Deskriptif Kualitatif. dalam Juwita.blog.fisip.uns.
dalam hubungan sosial budaya masyarakat, ac.id. akses tanggal 16 April 2015
kondisi yang sangat memprihatinkan padahal Keputusan Presiden No. 36 tahun 1990 tentang pemenuhan
hak-hak anak
jumlah anak jalanan dan anak terlantar dari Mulder, Niels. (2004). Individu, Masyarakat, dan Sejarah,
tahun ke tahun mengalami peningkatan. Anak diterjemahkan dari Individual, Society and History
jalanan seharusnya dilindungi dan dijamin According to Indonesia School Texts, oleh A. Widya-
hak-haknya seperti anak pada umumnya agar martaya, cet.5. Yogyakarta: Kanisius

384
Meningkatkan Kesejahteraan Sosial Anak Jalanan dengan Teori Self Esteem (Pipin Armita)

Nasution, Mariana D.N., Fuad Nashori. (2007). “Harga Suharto, Edi. (2007). Kebijakan Sosial Sebagai Kebijakan
Diri Anak Jalanan”. Indigenous, Jurnal Ilmiah Publik: Peran Pembangunan Kesejahteraan Sosial
Berkala Psikologi, vol. 9, No. 1 dan Pekerjaan Sosial dalam Mewujudkan Negara
Prameswari, Sorga Perucha Iful, Siti Aisah, Mifbakhuddin. Kesejahteraan (Welfare) di Indonesia. Bandung:
(2013). “Hubungan Obesitas dengan Citra Diri Harga Alfabeta
Diri Pada Remaja Putri di Kelurahan Jombang”. Jur- Suyanto, Bagong. (2013). Masalah Sosial Anak. Jakarta:
nal Keperawatan Komunitas. Vol. 1, No. 1 Kencana Pranada Media Group
Setiawan, D.S.. (2012). “Perbedaan Harga Diri Maha- Syahrudin, Maulana, “Faktor-faktor yang Menyebabkan
siswa Bertato Dengan Mahasiswa Tidak Bertato Munculnya Anaka Jalanan”, dalam http://mau-
Pada Mahasiswa Laki-laki Fakultas Keguruan dan lodonk221027. Blogspot.com/2012/06/fator-faktor-
Ilmu Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana yang-menyebakan.html. Akses 10 Desember 2014.
Salatiga”. Skripsi, Universitas Kristen Satya Wacana Undang-undang RI Nomor 23 Tahun 2002 Pasal 9 ayat
Salatiga. (1) tentang Perlindungan Anak
Stronge, James H.. (2000). The Educational of Homeles Undang-undang RI Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak
Children and Youth in The United State: A Progress Asasi Manusia
Report, dalam terj. Roslyn Arlin Mickelson (ed.), Widiyatun. (1999). Ilmu Perilaku. Jakarta: Infomedia
Children on the Street of the Amaricas: Homelessnes, Zed, Mestetika. (2004). Metode Penelitian Kepustakaan.
Educational and Globalization in the United States, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
Brazil and Cuba, New York: Routledge

385
Jurnal PKS Vol 15 No 4 Desember 2016; 377 - 386

386

Anda mungkin juga menyukai