Anda di halaman 1dari 7

Pengaruh Kecepatan Putar Alat Potong (Spindle Speed)

dan Kedalaman Pemakanan (Depth Of Cut) Proses Milling


pada Aluminium Alloy Terhadap Kehalusan Permukaan
Produk
Muhammad Irwan Arinanda*, Hanifah Widyastuti* and Muhammad Dzuhri M#

 Politeknik Negri Batam


Program Studi Teknik Mesin
Jl. Ahmad Yani, Batam Centre, Batam 29461, Indonesia
E-mail: irwankwon@gmail.com

Abstrak
Mesin Frais merupakan salah satu mesin yang sangat diandalkan oleh industri manufaktur dalam membuat
berbagai produk dengan bentuk yang kompleks, dan memiliki tuntutan kualitas yang tinggi baik secara geometri
maupun tingkat kekasaran/kehalusan permukaannya. Alumunium alloy adalah salah satu material yang banyak
digunakan sebagai bahan baku untuk membuat produk tersebut seperti dies, mould, jig dan fixture. Oleh karena
itu, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui tingkat kekasaran permukaan hasil proses milling terhadap
pengaruh variasi kecepatan putar alat potong (spindle speed), kecepatan gerak potong (feed rate), dan kedalaman
potong (Depth Of Cut). Hasil dari proses milling akan diuji kekasaran permukaannya dengan alat uji kekasaran
permukaan produknya menggunakan endmill HSS Ø16 mm sehingga diketahui pengaruhnya terhadap tingkat
kekasaran permukaan yang dihasilkan dari proses milling tersebut. Dari hasil pengujian yang telah dilakukan pada
material alumunium alloy bahwa faktor yang sangat mempengaruhi tingkat kekasaran permukaan pada proses
milling adalah putaran spindel, kecepatan gerak potong, dan kedalaman pemakanan dan telah ditentukan
parameter seting untuk kedalaman 0,5 mm dengan nilai kekasaran yang terendah yaitu sebesar 3,722 μm, dengan
kecepatan spindel 2270 rpm dan kecepatan gerak potong 681 mm/menit. Sedangkan untuk kedalaman pemakanan
1 mm nilai kekasaran terendahnya adalah 4,873 μm dengan kecepatan putar dan gerak potong sama dengan
kedalaman pemakanan 0,5 mm. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa permukaan produk semakin halus
dengan kedalaman pemakanan yang kecil dan kecepatan putar alat potong yang tinggi.

Kata kunci: Kecepatan Putar Alat Potong, Kedalaman Pemakanan, Proses Milling.

Abstract
The Frais Machine is one of the most reliable machines use by the manufacturing industry for various products.
This machine can meet the needs of production for various products with complex shapes especially essend tools
such as dies, molds, jigs and fixtures that which have high quality demands both geometry and the level of surface
roughness / smoothness. Therefore, research was needed to find out the surface roughness of Frais process as the
result spindel speed of vaned, feed rate, and depth of cut. The alumunium alloy specimenss from frais proses with
HSS Ø 16 mm endmill were tested for their surface roughnessvalves. level resulting from the Frais process could
be . From the results of tests that have been done on aluminum material that factors that greatly affect the level of
surface roughness in the frais process is spindel rotation, cutting speed velocity, and the depth of cut. For the
depth of cut of 0,5 mm, the minimum 0f 2270 rpm surface roughness measured was 3,722 μm with the spindle
speed rpm and feed rate of 681 mm/minute. While for the depth cut of 1 mm surface roughness measured was
4,873 μm at the same spindle speed and feed rate as the depth of cut of 0,5 mm. Thus, it can be concluded that the
surface is smoother with lower depth of cut and higher spindle speed and feed rate.

Keywords : Turning Speed of Cut Tool, Depth of Feeding, Milling Process.


menggunakan endmill HSS Ø16 mm dengan
1 Pendahuluan memberikan variasi kecepatan putar alat potong
Mesin frais merupakan salah satu mesin yang sangat (spindle speed), kecepatan gerak potong (feed rate)
diandalkan oleh industri manufaktur dalam membuat dan kedalaman pemakanan (depth of cut), hasil dari
berbagai produk. Mesin ini dapat memenuhi proses milling akan diuji kekasaran permukaannya
kebutuhan produksi untuk berbagai produk dengan dengan alat uji kekasaran permukaan surface
bentuk yang kompleks, seperti memproduksi roughness.
perkakas-perkakas penting yaitu dies, mould, jig dan Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui
fixture yang memiliki tuntutan kualitas yang tinggi tingkat kekasaran permukaan alumunium alloy hasil
baik secara geometri maupun tingkat pemotongan pada proses milling berdasarkan
kekasaran/kehalusan permukaannya. pengaruh variasi kecepatan putar alat potong (spindle
speed), kecepatan gerak potong (feed rate), dan
kedalaman pemakanan (depth of cut) dengan
menggunakan alat potong (cutter) endmill cutter Ø16
mm HSS dan dapat memberikan alternatif dalam
menentukan putaran spindel (spindle speed),
kecepatan gerak potong (feed rate) dan kedalaman
pemakanan (depth of cut) yang sesuai sehingga dapat
menghasilkan tingkat kekasaran permukaan sesuai
tuntutan kualitas.

Gambar 1: Gerak Pemotongan


2 Metodologi Penelitian
Pada proses pemotongannya, mesin frais mempunyai
tiga gerakan utama yaitu gerakan berputarnya alat Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini
potong/spindel (main motion), kecepatan gerak terdiri dari tahapan berikut:
potong (feed motion) dan kedalaman pemakanan 1. Observasi lapangan
(adjusting motion/Depth Of Cut). Berdasarkan
gerakan tersebut, maka dalam prosesnya seorang Merupakan langkah awal yang dilakukan penulis
operator yang mengoperasikan mesin frais harus untuk mendapatkan informasi yang berhubungan
mengetahui dan mampu memperhitungkan dengan objek penelitian.
parameter–parameter dari gerakan tersebut guna 2. Study literature
menghasilkan kualitas permukaan hasil potong yang
baik atau tingkat kehalusan permukaan yang baik. Merupakan langkah penelusuran dan penelaah buku-
Tingkat kehalusan suatu permukaan memiliki peranan buku referensi, untuk menambah wawasan teoritis
yang sangat penting dalam suatu komponen produk yang lebih luas.
khususnya yang menyangkut masalah gesekan 3. Pengambilan data
pelumasan, keausan, tahanan terhadap kelelahan dan
sebagainya. Namun, produsen suatu alat potong tidak Pada proses pengambilan data ini dilakukan beberapa
ada yang memuat nilai tingkat kehalusan permukaan tahap persiapan dan pengerjaan sebagai berikut:
yang dihasilkan dari suatu proses pemotongan dengan A. Persiapan instrumen pengujian
parameter-parameter tertentu. Dan pada umumnya
produsen alat potong (cutter) hanya mencantumkan Peralatan yang harus dipersiapkan dalam melakukan
parameter putaran spindel (spindle speed), kecepatan pengujian yaitu mesin frais, alat potong (cutter)
gerak potong (feed rate), dan kedalaman potong endmill, alat uji kekasaran yang di gunakan, dan
(depth of cut) saja tanpa memuat nilai tingkat melakukan uji kekasaran pada benda uji yang telah
kekasaran permukaan hasil pemotongan. selesai dilakukan proses milling.
Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk • Mesin frais
mengetahui tingkat kekasaran permukaan hasil proses Dalam pengujian ini, mesin yang digunakan seperti
milling terhadap pengaruh variasi kecepatan putar terlihat pada gambar 2 adalah jenis mesin frais
alat potong (spindle speed), kecepatan gerak potong vertikal dengan merk krisbow type X6325. Mesin ini
(feed rate), dan kedalaman pemakanan (Depth Of dipilih karna penulis selalu menggunakan mesin ini
Cut). Sehingga diketahui pengaruhnya terhadap pada pekerjaannya.
tingkat kekasaran permukaan yang dihasilkan dari
proses milling tersebut, agar menghasilkan produk
yang memiliki tingkat kekasaran permukaan yang
sesuai dengan tuntutan kualitas [2]. Penelitian ini
dilakukan pada material alumunium alloy
• Alat Uji Kekasaran
Alat uji kekasaran permukaan yang di gunakan untuk
menguji tingkat kekasaran permukaan benda setelah
dilakukan proses milling adalah alat uji kekasaran
permukaan surface roughnes merk MITUTOYO
Model No SJ-310 Serial No 178.

Gambar 2: Mesin Frais Krisbow X6325 Gambar 4: Surface roughness

B. Persiapan spesimen benda uji


Spesifikasi mesin frais Krisbow X6325
Merk : Krisbow Benda uji yang di gunakan adalah jenis material
Buatan : Indonesia alumunium alloy (dengan kandungan Aluminium
Model : X6325 mencapai 97% dan sisanya adalah tambahan/alloy)
SN : 2012 08 073N
yang umum di gunakan pada pembuatan jig and
Variasi kecepatan putar alat potong (spindle speed) fixture. Jumlah benda yang diuji ada lima (5) buah
dan kecepatan gerak potong (feed rate) pada mesin dengan dimensi ukuran 30 x 40 x 20 mm.
frais X6325 dapat di lihat pada tabel di bawah ini [1]

TABEL I
VARIASI KECEPATAN ALAT POTONG (SPINDLE SPEED)
(rpm)
A B
NO
H L H L
1 4540 2270 5440 2720
2 2920 1460 3500 1750
3 1860 930 2220 1110 Gambar 5: Alumunium alloy
4 1100 550 1460 660
5 540 273 650 325
6 350 175 420 210 TABEL II
7 220 110 270 135
8 132 66 160 80 KOMPOSISI KIMIA ALUMUNIUM ALLOY

No Element Content No Element Content


1 Al % 97.061 17 V% 0.014
• Endmill 18 Na % 0.005
2 Si % 0.735
Pada proses milling endmill yang di gunakan adalah 3 Fe % 0.208 19 Bi % 0,004
endmill Ø16 mm HSS (Co.8R30 JIS) merk SUTTON. 4 Cu % 0.104 20 Zr % 0.003
5 Mn % 0.107 21 B% 0.003
Jenis ini merupakan alat potong yang paling umum 22 Ga % 0.009
6 Mg % 0.922
digunakan pada proses milling. 7 Zn % 0.104 23 Cd % 0.012
8 Cr % 0.107 24 Co % 0.001
9 Ni % 0.008 25 Ag % 0.001
10 Ti % 0.015 26 Hg % 0.011
11 Be % 0.000 27 In % 0.002
12 Ca % 0.004 28 Sb % 0.282
13 Li % 0.000 29 P% 0.002
14 Pb % 0.005 30 As % 0.011
15 Sn % 0.157 31 Ce % 0.004
16 Sr % 0.000 32 La % 0.002

Gambar 3: Endmill HSS Ø16 mm


C. Proses milling Keterangan :
S = Kecepatan gerak potong (mm/menit)
Sebelum melakukan pengujian tingkat kekasaran
permukaan berdasarkan variasi parameter yang telah
𝑆𝑧 = Sayatan per gigi (mm/gigi)
ditentukan, , perlu dilakukan perhitungan parameter– Z = Jumlah gigi pada cutter
parameter untuk mendapatkan nilai yang sesuai. Pada n = putaran spindel (rpm)
proses ini parameter yang telah ditentukan nilainya
Untuk menentukan sayatan pergigi telah ditentukan
(variable independen) adalah variasi kecepatan
potong alumunium alloy pada pekerjaan halus yang pada tabel di bawah ini [3]:
mengacu pada nilai yang telah tertera pada tabel III.
TABEL IV
TABEL III SAYATAN PERGIGI DALAM MILIMETER
VARIASI KECEPATAN POTONG MENURUT JENIS
Material End mill Face Cutting Depth Max 6 mm
MATERIAL
Cutter HSS
Material Diameter
Halus Kasar <12 12-25 >25
Baja perkakas 75-100 25-45 (mm)
Baja karbon rendah 73-90 25-40
Alumunium
Baja karbon menengah 60-85 20-40 0,05 0,075 0,1
Alloy
Besi cor 40-45 25-30
Kuningan 85-110 45-70
Alumunium alloy 70-120 30-45 Pada tabel di atas kita dapat melihat sayatan pergigi
pada material alumunium alloy dengan diameter alat
• Perhitungan putaran spindel potong 16 mm adalah 0,075.
(spindle speed)
• Kedalaman Pemakanan (depth of cut)
Spindle speed adalah kecepatan putar alat potong Kedalaman pemakanan (depth of cut) yang ditentukan
(cutter) dalam revolusi per menit (rpm). Untuk rumus 0,5 mm dan 1 mm. Setelah semua nilai diketahui lalu
perhitungannya dapat kita lihat di bawah ini [3]: di lakukan proses milling sebanyak 8 kali dengan
beberpa variasi kecepatan putar alat potong (spindle
1000.𝑐𝑠 speed), kecepatan gerak potong (feed rate), dan
𝑛= (1) kedalaman pemakanan (depth of cut) seperti yang
π.d
dapat kita lihat pada tabel dibawah ini:

keterangan : TABEL V
Cs = Kecepatan potong (m/menit) VARIASI SPINDLE SPEED, FEED RATE, CUTTING SPEED,
d = Diameter alat potong (mm) DAN DEPTH OF CUT PADA MATERIAL ALUMUNIUM ALLOY
n = Putaran spindel (rpm) MENGGUNAKAN ENDMIL HSS Ø16 MM
Spindel Cuting Depth Of
Dimana diketahui diameter alat potong yang di Feed rate
N0 Speed Speed Cut
gunakan adalah 16 mm, dan kecepatan potong yang (mm/menit)
(rpm) (m/menit) (mm)
digunakan pada alumunium alloy pada proses 1 1460 396 73
pemakanan halus pada kisaran 70-120 m/min yang di 2 1750 525 87
dapat dari tabel II. 0,5 mm
3 1860 558 93
4 2273 681 114
• Perhitungan kecepatan gerak potong (Feed 5 1460 396 73
Rate) 6 1750 525 87
1 mm
7 1860 558 93
Kecepatan gerak potong (feed rate) adalah jarak
8 2273 681 114
sayatan dalam satu menit yang di hitung dari besarnya
sayatan pergigi (𝑆𝑧 atau 𝐹𝑧 ) dikalikan dengan jumlah
Dari tabel V, dapat terlihat nilai–nilai variasi yang
mata potong dan dikalikan putaran pisau frais dalam
akan dilakukan pada proses milling untuk diuji nilai
satu menit. Dapat dirumuskan sebagai berikut [4]:
kekasaran permukaannya. Pada gambar di bawah ini
dapat kita lihat proses milling yang telah dilakukan

𝑆 = 𝑆𝑧 . 𝑍. 𝑛 (2)
.
TABEL VI
HASIL PENGUKURAN KEKASARAN
DENGANKEDALAMAN PEMAKANAN 0,5 MM

Nilai
Spindle Cutting
Feed rate Kekasaran
N0 Speed Speed
(mm/menit) Permukaan
(rpm) (m/menit)
(μm)

1 1460 396 73 5,207

Gambar 6: Proses milling 2 1750 525 87 4,930

D. Pengukuran kekasaran 3 1860 558 93 4,920

Setelah dilakukan proses milling pada benda uji tahap


selanjutnya adalah menguji tingkat kekasaran 4 2270 681 114 3,722
permukaan dengan menggunakan surface roughness
test. Kekasaran (roughness) didefinisikan sebagai
ketidakhalusan bentuk yang menyertai proses Dari tabel VI diatas, dapat dilihat bahwa nilai tingkat
produksi yang disebabkan oleh pengerjaan mesin. kekasaran permukaan dengan nilai Ra
Nilai kekasaran dinyatakan dalam Roughness Average terkecil/permukaan “halus” terdapat pada interaksi
(Ra). Ra merupakan parameter kekasaran yang paling putaran spindel 2273 rpm, kecepatan gerak potong
banyak dipakai secara internasional. Pengukuran 681 mm/min, kecepatan potong 114 m/min dan
kekasaran permukaan diperoleh dari sinyal pergerakan kedalaman potong 0,5 mm yaitu sebesar 3,722 μm.
stylus berbentuk diamond untuk bergerak sepanjang Dan nilai tingkat kekasaran permukaan dengan Ra
garis lurus pada permukaan sebagai alat indicator terbesar/permukaan “kasar” terdapat pada interaksi
pengkur kekasaran permukaan benda uji [5]. Pada putaran spindel 1460 rpm, kecepatan gerak potong
gambar di bawah ini dapat kita lihat pengukuran 396 m/min, kecepatan potong 73 m/min dan
kekasaran dengan surface roughness. kedalaman potong 0,5 mm yaitu sebesar 5,207 μm.
Seperti dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar 7: Uji Kekasaran Gambar 8: Grafik Tingkat Nilai Kekasaran Permukaan dengan
Kedalaman Pemakanan 0,5 mm

3 Analisa dan Pembahasan Lalu berdasarkan kedalaman pemakanan 1 mm nilai


tingkat kekasaran permukaan dapat dilihat pada tabel
Berdasarkan data hasil pengukuran kekasaran VII. dengan nilai variasi putaran spindel (spindle
permukaan menggunakan alat ukur Surface roughness speed) dan kecepatan gerak potong (feed rate) yang
Tester Mitutoyo Surftest SJ-310 ditampilkan pada sama dengan pemakanan 0,5 mm.
tabel VI dibawah ini:
Perbandingan nilai kekasaran pada kedalaman
TABEL VII pemakanan 0,5 dan 1mm dapat dilihat pada gambar di
HASIL PENGUKURAN KEKASARAN DENGAN bawah ini:
KEDALAMAN PEMAKANAN 1 MM

Nilai
Spindel Cuting
Feed rate Kekasaran
N0 Speed Speed
(mm/menit) Permukaan
(rpm) (m/menit)
(μm)

1 1460 396 73 7,113

2 1750 525 87 6,734


Gambar 10: Grafik Perbandingan Nilai Kekasaran Permukaan
dengan Kedalaman Pemakanan 0,5 mm dan 1 mm
3 1860 558 93 5,910

Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa semakin


4 2270 681 114 4,873 kecil kedalaman pepemakanan dengan variasi putaran
spindel (spindle speed) dan kecepatan gerak potong
(feed rate) yang semakin besar akan menghasilkan
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai tingkat nilai kekasaran yang rendah.
kekasaran permukaan dengan nilai Ra
terkecil/permukaan “halus” terdapat pada interaksi
putaran spindel 2270 rpm, kecepatan gerak potong 4 Kesimpulan
681 mm/min dan kecepatan potong 114 m/min sama
dengan kedalaman pemakanan 0,5 mm tapi nilai dari Semakin kecil kedalaman pemakanan dengan variasi
tingkat kekasaran yang di peroleh berbeda. Untuk putaran spindel (spindle speed) dan kecepatan gerak
kedalaman pemakanan 1 mm nilai kekasaran potong (feed rate) yang semakin besar akan
terendahnya adalah 4,873 μm sedangkan 0,5 mm nilai menghasilkan nilai kekasaran yang rendah.Dari hasil
kekasarannya 3,722 μm. pengujian di atas telah di dapat parameter untuk
kedalaman 0,5 mm dengan nilai kekasaran yang
Dari hasil pemakanan 1 mm grafik nilai kekasarnnya terandah yaitu sebesar 3,722 μm, dengan kecepatan
sama dengan grafik pemakanan 0,5 hanya nilai dari spindel 2270 rpm, kecepatan potong 114 m/min dan
kekasaran permukaannya saja yang berbeda dapat kecepatan gerak potong 681 mm/menit sedangkan
terlihat dari gambar 8 pada pemakanan 0,5 nilai grafik untuk kedalaman pemakanan 1 mm nilai kekasaran
tingkat kekasaran permukaan dengan variasi terendahnya adalah 4,873 μm dengan parameter yang
kecepatan putar alat potong (spindle speed) dan digunakan dengan kecepatan putar alat potong dan
kecepatan gerak potong (feed rate) yang paling tinggi kecepatan gerak potong yang sama dengan kedalaman
akan menghasilkan nilai tingkat kekasaran yang pemakanan 0,5 mm.
paling rendah, sedangkan variasi kecepatan putar alat
potong (spindle speed) dan kecepatan gerak potong
(feed rate) yang paling rendah akan menghasilkan
nilai tingkat kekasaran permukaan yang tinggi seperti
disajikan pada gambar di bawah ini:

Gambar 9: Grafik Tingkat Nilai Kekasaran Permukaan dengan


Kedalaman Pemakanan 1 mm
Referensi

[1] Manual Book Mesin Milling Krisbow X6325.

[2] Sebastian, Elia. “ Pengertian Proses milling”. 10


Mei 2017.
https://eliasebastian.wordpress.com/2014/06/24/pe
ngertian-proses-frais/

[3] Andryanto. “Cutting Condition”. 8 Mei 2017.


https://andryanto86.wordpress.com/artikel/cutting-
condition/

[4] Kristo. “Parameter dan perhitungan kecepatan


pisau frais metrik / parameter and calculation
speed metric of frais cutter”. 7 Mei 2017.
http://machiningtool.blogspot.co.id/2014/10/param
eter-dan-perhitungan-kecepatan.html

[5] Alat Uji. “Pengukuran kekasaran permukaan


dengan Surface roughness”. 15 Mei 2017.
http://www.alatuji.com/article/detail/434/surface-
roughness-alat-ukur-kekasaran#.WSQuuW4xXIU

Anda mungkin juga menyukai