Bahasa
Indonesia
Fungsi dan Kedudukan Bahasa
Indonesia
Fakultas: Ekonomi Pertemuan KodeMataKuliah :
ABSTRAK TUJUAN
Bahasa Indonesia memiliki dua Setelah mempelajari bab ini
fungsi utama, yakni sebagai bahasa diharapkan mahasiswa mampu
nasional dan bahasa negara. memahami fungsi dan kedudukan
Sebagai bahasa nasional, peristiwa bahasa Indonesia serta isi undang-
yang tak boleh dilupakan adalah undang bahasa serta politik bahasa
nasional.
Sumpah Pemuda. Dari peristiwa
tersebut munculah kesadaran
untuk menjunjung bahasa
persatuan, bahasa Indonesia.
Judul wacana pada bab ini diharapkan dapat mengingatkan pembaca bahwa
betapa pentingnya bahasa dalam kehidupan manusia. Bahasa yang kita gunakan, yaitu
bahasa Indonesia memiliki fungsi sebagai bahasa nasional dansebagai bahasa negara.
Dalam perkembangannya, kedua fungsi tersebut mengalami kekaburan, terutama
dalam hal penerapannya di lapangan. Selain itu, pembaca juga diharapkan kritis
terhadap penggunaan bahasa saat ini, terutama tentang fenomena kebahasaan yang
terjadi di masyarakat Indonesia yang dikaitkan dengan kebijakan bidang kebahasaan
dan dasar hukum di Indonesia.
“Kami, putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia”
Mengapa bahasa Melayu dijadikan bahasa nasional? Ada empat faktor yang
menjadi penyebab bahasa Melayu diangkat menjadi bahasa Indonesia:
a) Tahun 1901 disusun ejaan resmi bahasa Melayu oleh Charles Adrian van
Ophuijsen dan dimuat dalam Kitab Logat Melayu.
2019 ManajemenKompensasi PusatBahanAjardaneLearning
4 Magito,SE.,MM08159662401
http://www.undira.ac.id
b) Tahun 1908 pemerintah mendirikan sebuah badan penerbit buku-buku bacan
yang diberi nama Taman Bacaan Rakyat, yang kemudian pada 1917 diubah
menjadi Balai Pustaka. Balai Pustaka menerbitkan buku-buku novel, seperti Sitti
Nurbaya dan Salah Asuhan, buku-buku penuntun bercocok tanam, penuntun
memelihara kesehatan, yang tidak sedikit membantu penyebaran bahasa
Melayu di kalangan masyarakat luas.
c) Tahun 1928 tanggal 28 Oktober merupakan saat-saat yang paling menentukan
dalam perkembangan bahasa Indonesia karena para pemuda dan pemudi
memancangkan tonggak yang kukuh yaitu Sumpah Pemuda.
d) Tahun 1933 secara resmi berdiri sebuah angkatan sastrawan muda yang
menamakan dirinya Pujangga Baru yang dipimpin oleh Sutan Takdir Alisjahbana
(STA) beserta kawan-kawannya.
e) Tahun 1938 tanggal 25–28 Juni dilangsungkan Kongres ke-1 Bahasa Indonesia
di Solo. Kongres tersebut menyimpulkan bahwa usaha pembinaan dan
pengembangan bahasa Indonesia telah dilakukan secara sadar oleh
cendekiawan dan budayawan.
f) Tahun 1945 tanggal 18 Agustus ditandatangani UUD 1945, yang pada salah
satu pasalnya (pasal 36) menetapkan bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa
negara.
g) Tahun 1947 tanggal 19 Maret diresmikan penggunaan Ejaan Republik (Ejaan
Soewandi) sebagai pengganti ejaan van Ophuijsen yang berlaku sebelumnya.
h) Tahun 1954 tanggal 28 Oktober–2 November Kongres ke-2 Bahasa Indonesia di
Medan merupakan perwujudan tekad bangsa Indonesia untuk terus-menerus
menyempurnakan bahasa Indonesia yang diangkat sebagai bahasa nasional
dan ditetapkan sebagai bahasa negara.
i) Tahun 1972 tanggal 16 Agustus Presiden RI, Bapak Soeharto, meresmikan
penggunaan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) melalui pidato kenegaraan di
depan sidang DPR yang dikuatkan pula dengan Keputusan Presiden (Keppres)
No. 57 tahun 1972.
j) Tahun 1972 tanggal 31 Agustus Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan/Mendikbud menetapkan Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan
Pedoman Umum Pembentukan Istilah resmi berlaku di
seluruh Indonesia.
Bahasa Indonesia mempunyai kedudukan yang sangat penting, seperti tercantum pada
ikrar ketiga Sumpah Pemuda tahun 1928 yang berbunyi “Kami putra dan putri Indonesia
menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia”. Selain itu di dalam UUD 1945 bab
XV pasal 36 yang berbunyi “Bahasa negara ialah bahasa Indonesia”.
Sebuah bahasa penting atau tidaknya dapat dilihat dari tiga kriteria, yaitu jumlah
penutur, luas daerah penggunaannya, luas daerah penyebarannya, dan terpakainya
bahasa itu dalam sarana ilmu, susastra, dan budaya.
Ada dua bahasa di Indonesia, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa daerah.
Bahasa Indonesia lahir sebagai bahasa kedua bagi sebagian besar warga negara
Indonesia. Yang pertama kali muncul atas diri seseorang adalah bahasa daerah atau
yang sering disebut sebagai bahasa ibu. Bahasa Indonesia baru dikenal anak-anak
setelah mereka sampai pada usia sekolah, apakah di Taman
Kanak-kanak/TK atau di kelas 1 Sekolah Dasar.
Penyebaran suatu bahasa tentu ada hubungannya dengan penutur bahasa itu.
Oleh sebab itu, tersebarnya suatu bahasa tidak dapat dilepaskan dari segi penutur.
Penutur bahasa Indonesia yang berjumlah lebih dari 210 juta orang ini lebih
tersebar dalam daerah yang luas, yaitu dari Sabang sampai Merauke. Daerah ini masih
harus ditambah dengan–di samping Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Thailand
bagian selatan & Filipina bagian Selatan, termasuk Timor Leste– daerah-daerah lain
seperti Rusia, Belanda, Jepang, dan Australia. Luas penyebaran ini dapat dilihat pula
pada beberapa universitas di luar negeri yang membuka jurusan bahasa Indonesia
sebagai salah satu jurusan. Keadaan daerah penyebarannya ini akan membuktikan
bahwa bahasa Indonesia amat penting kedudukannya di antara bahasa-bahasa dunia.
Undang-Undang Bahasa
Berdasarkan Undang-Undang Bahasa No. 24 Tahun 2009 pada pasal 44 ayat 1
dan disebutkan bahwa pemerintah meningkatkan fungsi bahasa Indonesia menjadi
bahasa internasional secara bertahap, sistematis, serta berkelanjutan dan peningkatan
fungsi bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional dikoordinasi oleh lembaga
kebahasaan. Lembaga kebahasaan yang dimaksud tentunya adalah Badan Bahasa.
Hal ini dikarenakan Badan Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (Badan Bahasa)
yang dahulu bernama Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (Pusat Bahasa)
merupakan satu-satunya lembaga yang memiliki kewenangan yang sah karena di
bawah naungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
(Kemdikbud RI) untuk mengajarkan bahasa Indonesia kepada orang-orang yang
berbahasa ibu yang bukan bahasa Indonesia.
Daftar Pustaka
Arifin, Zaenal dan S. Amran Tasai. 2004. Cermat Berbahasa Indonesia untuk
Perguruan Tinggi. Jakarta: Akademika Pressindo.
Halim, Amran. (Editor) 1976. Politik Bahasa Nasional 2. Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa.
PEMBAHASA