Anda di halaman 1dari 5

13

dari 13

sikap agresif dan bermusuhan setelah dewasa sebagai komponen adanya ketidakpercayaan pada
lingkungannya. Tidak terpenuhinya kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak
berkembangnya ego dan membuat konsep diri yang yang rendah. Perilaku agresif dan tindakan
kekerasan merupakan pengungkapan secara terbuka terhadap rasa ketidakberdayaan dan rendahnya
harga diri perilaku tindak kekerasan (Mukripah Damaiyanti, 2012: hal 100 –101)b) Imitation, modelling
and information processing theoryMenurut teori ini perilaku kekerasan bisa berkembang dalam
lingkungan yang mentolelir kekerasan. Adanya contoh, model dan perilaku yang ditiru dari media atau
lingkungan sekitar memungkinkan individu meniru perilaku tersebut. Dalam suatu penelitian
beberapa anak dikumpulkan untuk menontn tayangan pemukulan pada boneka dengan reward
positif ( semakin keras pukulannya akan diberi coklat). Anak lain diberikan tontonan yang sama
dengan tayangan mengasihi dan mencium boneka tersebut dengan reward yang sama (yang baik
mendapat hadiah). Setelah anak –anak keluar dan diberi boneka ternyata masing-masing anak
berperilaku sesuai dengan tontnan yang pernah dilihatnya (Mukripah Damaiyanti, 2012: hal 101).c)
Learning TheoryPerilaku kekerasan merupakan hasil belajar individu terhadap lingkungan
terdekatnya. Ia mengamati bagaimana respon ayah saat menerima kekecewaan dan
mengamati bagaimana responibu saat marah ( Mukripah Damaiyanti, 2012: hal
101).C.PATOFISIOLOGIa. Faktor PredisposisiFaktor pengalaman yang dialami tiap orang yang
merupakan faktor predisposis, artinya mungkin terjadi/mungkin tidak terjadi perilaku kekerasan
jika faktor berikut dialami oleh individu:1) Psikologis

Menurut Townsend(1996, dalam jurnal penelitian) Faktor psikologi perilaku kekerasan


meliputi:a)Teori Psikoanalitik, teori ini menjelaskan tidak terpenuhinya kepuasan dan rasa aman
dapat mengakibatkan tidak berkembangnya ego dan membuat konsep diri yang rendah. Agresif
dan kekerasan dapat memberikan kekuatan dan meningkatkan citra diri (Nuraenah, 2012: 30).b)Teori
pembelajaran, perilaku kekerasan merupakan perilaku yang dipelajarai, individu yang memiliki
pengaruh biologik terhadap perilaku kekerasan lebih cenderung untuk dipengaruhioleh peran
eksternal (Nuraenah, 2012: 31).2) Perilaku, reinforcement yang diterima pada saat melakukan
kekerasan, sering mengobservasi kekerasan dirumah atau diluar rumah, semua aspek ini
menstiumulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan (Eko Prabowo, 2014: hal 142).3) Sosial budaya,
proses globalisasi dan pesatnya kemajuan teknologi informasi memberikan dampak terhadap nilai-
niali sosial dan budaya pada masyarakat. Di sisi lain, tidak semua orang mempunyai
kemampuan yang sama untuk mnyesuaikan dengan berbagai perubahan, serta mengelola konflik
dan stress (Nuraenah, 2012: 31).4) Bioneurologis, banyak bahwa kerusakan sistem limbik, lobus
frontal, lobus temporal dan ketidak seimbangan neurotransmitter turut berperan dalam
terjadinya perilaku kekerasan (Eko Prabowo, 2014: hal 143).b. Faktor PresipitasiSecara umum
seseorang akan marah jika dirinya merasa terancam, baik berupa injury secara fisik, psikis atau
ancaman knsep diri. Beberapa faktor pencetus perilaku kekerasan adalah sebagai berikut:1)Konsis
klien: kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan, kehidupan yang penuh dengan agresif dan
masa lalu yang tidak menyenangkan.2)Interaksi: penghinaan, kekerasan, kehilangan orang, merasa
terancam baik internal dari permasalahan diri klien sendiri maupun eksternal dari
lungkungan.3)Lingkungan: panas, padat dan bisingD.MANIFESTASI KLINIS

Tanda dan gejala :-Muka merah dan tegang-Pandangan tajam-Mengatupkan rahang dengan kuat-
Mengepalkan tangan-Jalan mondar-mandir-Bicara kasar-Suara tinggi, menjerit atau berteriak-
Mengancam secara verbal atau fisik-Melempar atau memukul benda atua orang lain-Merusak barang
atau benda-Tidak memiliki kemampuan mencegah atau mengendalikan oerilaku
kekerasan.E.PEMERISAAN DIAGNOSTIKMeskipun pemeriksaan diagnostik merupakan pemeriksaan
penunjang, tetapi peranannya penting dalam menjelaskan dan mengkuantifikasi disfungsi
neurobiologis, memilih pengobatan, danmemonitor respon klinis (Maramis, 2009, hlm. 205).Menurut
Doenges (1995, hlm. 253), pemeriksaan diagnostik dilakukan untuk penyakit fisik yang dapat
menyebabkan gejala reversibel seperti kondisi defisiensi/toksik, penyakit neurologis, gangguan
metabolik/endokrin. Serangkaian tes diagnostik yang dapat dilakukan pada Skizofrenia Paranoid adalah
sebagai berikut:1.Computed Tomograph (CT) ScanHasil yang ditemukan pada pasien dengan
Skizofrenia berupa abnormalitas otak seperti atrofi lobus temporal, pembesaran ventrikel dengan
rasio ventrikel-otak meningkat yangdapat dihubungkan dengan derajat gejala yang dapat
dilihat.2.Magnetic Resonance Imaging (MRI)MRI dapat memberi gambaran otak tiga dimensi,
dapat memperlihatkan gambaran yang lebih kecil dari lobus frontal rata-rata, atrofi lobus
temporal (terutama hipokampus, girus parahipokampus, dan girus temporal superior).3.Positron
Emission Tomography (PET)

Alat ini dapat mengukur aktivitas metabolik dari area spesifik otak dan dapat menyatakan
aktivitas metabolik yang rendah dari lobus frontal, terutama pada area prefrontal dari korteks
serebral.4.Regional Cerebral Blood Flow (RCBF)Alat yang dapat memetakan aliran darah dan
menyatakan intensitas aktivitas pada daerah otak yang bervariasi5.Brain Electrical Activity Mapping
(BEAM)Alat yang dapat menunjukkan respongelombang otak terhadap ransangan yang bervariasi
disertai dengan adanya respons yang terhambat dan menurun, kadang-kadang di lobus frontal dan
sistem limbik.6.Addiction Severity Index (ASI)ASI dapat menentukan masalah ketergantungan
(ketergantungan zat),yang mungkin dapat dikaitkan dengan penyakit mental, dan mengindikasikan
area pengobatan yang diperlukan.7.Electroensephalogram (EEG)Dari pemeriksaan didapatkan hasil
yang mungkin abnormal, menunjukkan ada atau luasnya kerusakan organik pada
otak.F.PENATALAKSANAANa. FarmakoterapiPasien dengan ekspresi marah perlu perawatan dan
pengobatan mempunyai dosis efektif tinggi contohnya: clorpromazine HCL yang berguna untuk
mengendalikan psikomotornya. Bila tidak ada dapat bergunakan dosis efektif rendah. Contohnya
trifluoperasineestelasine, bila tidak ada juga maka dapat digunakan transquilizer bukan obat anti
psikotik seperti neuroleptika, tetapi meskipun demikian keduanya mempunyai efek anti tegang,anti
cemas,dan anti agitasi (Eko Prabowo, 2014: hal 145).b. Terapi okupasiTerapi ini sering
diterjemahkan dengan terapi kerja terapi ini buka pemberian pekerjaan atau kegiatan itu
sebagai media untuk melakukan kegiatan dan mengembalikan kemampuan berkomunikasi, karena
itu dalam terapi ini tidak harus diberikan pekerjaan tetapi segala bentuk kegiatan seperti membaca
koran, main catur dapat pula dijadikan media yang penting setelah mereka melakukan kegiatan

a.Pada pengkajian biodata atau identitas klien dapat kita kaji meliputi: nama, umur, jenis kelamin (l/p),
nomor cm, ruang rawat, tanggal masuk MRS.b. Penanggung Jawab klien meliputi: orang tua, wali,
atau,orang lainc. Tanda dan gejala perilaku kekerasanMenurut Yosep (2008: 1250-1251), perawat
dapatmengidentifikasikan tanda dan gejala perilaku kekerasan :1) FisikCiri-ciri pada penampilan fisik
dapat ditandai dengan : muka merahdan tegang, mata melotot/pandangan tajam, tangan mengepal,
rahangmengatup, postur tubuh kaku, dan jalan mondar-mandir.2) VerbalPenampilan verbal yang
tampak meliputi : bicara kasar, suara tinggi,membentak atau berteriak, mengancam secara
verbal atau fisik,mengumpat dengan kata-kata kotor dan ketus3) PerilakuPerilaku yang biasa
ditunjukan biasanya : melempar atau memukulbenda/orang lain, menyerang orang lain, melukai diri
sendiri atauorang lain, merusak lingkungan dan amuk/agresif4) EmosiTidak adekuat, tidak aman dan
nyaman, rasa terganggu, dendam danjengkel, bermusuhan,mengamuk, menyalahkan dan
menuntut.5) IntelektualMendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, dan sarkasme.6)
SpiritualMerasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengkritik pendapat oranglain, menyinggung
perasaan orang lain, tidak peduli dan kasar.7) SosialMenarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan,
ejekan, dansindiran.8) PerhatianBolos, mencuri, melarikan diri, dan penyimpangan seksual.2)Diagnosa
KeperawatanDiagnosis keperawatan dari pohn masalah pada gambar adalah sebagai berikut
(Mukhripah Damaiyanti, 2012: hal 106).

1. Resiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri dan orang lain2. Harga diri rendah kronik3)Rencana
Asuhan Keperawatan1.Tujuan UmumKlien dapat melanjutkan hubungan peran sesuai denga tanggung
jawab2.Tujuan Khususa. TUKI : Klien dapat membina hubungan saling percaya1) Kriteria Evaluasia) Klien
mau membalas salamb) Kien mau berjabat tanganc) Klien mau menyebutkan namad) Klien mau kontak
matae) Klien mau mengetahui nama perawatf) Klien mau menyediakan waktu untuk kontak2)
Intervensia) Beri salam dan panggil nama kienb) Sebutkan nama perawat sambil berjabat tanganc)
Jelaskan maksud hubungan interaksid) Jelaskan tentang kontrak yang akan dibuate) Beri rasa aman dan
sikap empatif) Lakukan kontak singkat tapi seringb. TUK II : Klien dapat mengidentifikasi penyebab
perilaku kekerasan1) Kriteria Evauasia) Klien dapat mengungkapkan perasaannyab) Klien dapat
mengungkapkan penyebab perasaan jengkel/jengkel (dari diri sendiri, orang lain dan lingkungan)2)
Intervensia) Beri kesempatan mengungkapkan perasaannyab) Bantu klien mengungkap perasaannyac.
TUK III : Kien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan1) Kriteria Evaluasia) Klien dapat
mengungkapkan perasaan saat marah atau jengkel

b) Klien dapat menyimpulkan tanda-tanda jengkel/kesal yang dialami2) Intervensia) Anjurkan klien
mengungkapkan yang dialami saat marah/jengkelb) Observasi tanda-tanda perilaku kekerasan pada
klienc) Simpulkan bersama klien tanda-tanda klien saat jengkel/marah yang dialamid. TUK IV : Klien
dapat mengidentifikasi perilakuk kekerasan yang biasa dilakukan1) Kriteria Evaluasia) Klien
dapatmengungkapkan perilaku kekerasan yang dilakukanb) Klien dapat bermain peran dengan
perilaku kekerasan yang dilakukanc) Klien dapat mengetahui cara yang biasa dapat
menyelesaikan masalah atau tidak2) Intervensia) Anjurkan klien mengungkapkan perilaku kekerasan
yang biasa dilakukan klienb) Bantu klien dapat bermain peran dengan perilaku kekerasan yang
biasa dilakukanc) Bicarakan dengan klien apakah dengan cara yang klien lakukan masalahnya
selesaie. TUK V : Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan1) Kriteria Evaluasia) Klien dapat
mengungkapkan akibat dari cara yang dilakukan klien2) Intervensia) Bicarakan akibat kerugian dari cara
yang dilakukan klienb) Bersama klien menyimpulkan akibat cara yang dilakukan oleh klienc) Tanyakan
pada klien apakah ingin mempelajari cara baru yang sehatf. TUK VI : Klien dapat mengidentifikasi
cara konstruktif dalam berespon terhadap kemarahan secara konstruktif1) Kriteria Evaluasi

a) Klien dapat melakukan cara berespn terhadap kemarahan secara konstruktif2) Intervensia)
Tanyakan pada klien apakah ingin mempelajari car barub) Beri pujian jika klien menemukan cara yang
sehatc) Diskusikan dengan klien mengenai cara laing. TUK VII : Klien dapat mengontrol perilaku
kekerasan1) Kriteria EvaluasiKlien dapat mengontrol perilaku kekerasana.Fisik : olahragadan menyiram
tanamanb.Verbal : mengatakan secra langsung dan tidak menyakitic.Spiritual : sembahyang,
berdoa/ibdah yang lain2) Intervensia) Bantu klien memilih cara yang tepat untuk klienb) Bantu klien
mengidentifikasi manfaat cara yang dipilihc) Bantu klien menstimulasi cara tersebutd) Berikan
reinforcement positif atas keberhasilan klien menstimulasi cara tersebute) Anjurkan klien
menggunakan cara yang telah dipilihnya jiak ia sedang kesal/jengkelh. TUK VIII : Klien mendapat
dukungan keluarga dalam mengontrol perilaku kekerasan1) Kriteria Evaluasia)Keluarga klien dapat
menyebutkan cara merawat klien yang berperikalu kekerasanb)Keluarga klien meras puas dalam
merawat klien2) Intervensia)Identifikasi kemampuan keluarga merawat klien dari sikap apa yang telah
dilakukan keluarga terhadap klien selam inib)Jelaskan peran serta keluarga dalam perawatan
klienc)Jelaskan cara merawat kliend)Bantu keluarga mendemonstrasikan cara merawat kien

e)Bantu keluarga mengungkapkan perasaannya setelah melakukan demonstrasii. TUK IX : Klien


dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program pengobatan)1) Kriteria Evaluasia)Klien
dapat meyebutkan obat-batan yang diminum dan kegunaannyab)Klien dapat minum obat sesuai dengan
program pengobatan2) Intervensia)Jelaskan jenis-jenis obat yang diminum klienb)Diskusikan manfaat
minum obat dan kerugian berhenti minum obat tanpa izin dokter c)Klien dapat meyebutkan
obat-batan yang diminum dan kegunaannyad)Klien dapat minum obat sesuai dengan program
pengobatan

Anda mungkin juga menyukai