Anda di halaman 1dari 17

- Ziyadah –

Hukum Asal Ibadah adalah


Terlarang

Dari Ummu al-Mukminin, Ummu Abdillah, Aisyah


radhiallahuanha, beliau berkata, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
َ َ ‫َم ْن َأ ْح َد َث في َأ ْمرَنا َه َذا َما َل ْي‬
‫س ِم ْن ُه ف ُه َو َرد‬ ِ ِ

“Siapa yang mengada-adakan sesuatu dalam


agama kami ini , maka tertolak.”1

1
HR. al-Bukhari dan Muslim.
dalam riwayat Muslim tercantum dengan redaksi,
َ َ َ َ َ َْ ‫َ ْ َ َ َ َ ا‬
‫س َعل ْي ِه أ ْم ُرنا ف ُه َو َرد‬‫ من ع ِمل عمل لي‬:

“Setiap orang yang melakukan suatu ibadah yang


tidak diperintahkan kami, maka tertolak.”2

Penjelasan ringkas:

1. Hadits ini merupakan kaidah agung yang


komprehensif, dimana Abu Ubaid al-Qasim bin
Salam rahimahullah mengatakan, “Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam telah
mengumpulkan seluruh aktivitas akhirat dalam
satu kalimat, yaitu “Siapa yang mengada-
adakan sesuatu dalam agama kami ini, maka
tertolak”, dan mengumpulkan seluruh aktivitas

2
HR. Muslim.
dunia dalam satu kalimat, yaitu “Setiap amal
bergantung pada niatnya”.3

2. Hadits ini juga merupakan salah satu kaidah


agung dalam agama Islam, yang merupakan
jawami’ kalim Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam, yang secara tegas membantah segala
inovasi dan kreasi dalam agama (baca:
bid’ah).4 Hadits ini layaknya timbangan bagi
setiap aktivitas lahiriah, sebagaimana hadits
“innamal a’malu bin niyaat” layaknya timbangan
bagi aktivitas batiniah.5

3. Hadits ini juga menjadi salah satu dalil bagi


kaidah fikih yang masyhur, yaitu

3
Jami al-Ulum wa al-Hikam hlm. 9.
4
Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim 12/16.
5
Jami al-Ulum wa al-Hikam hlm. 59.
‫ فل يشرع منها إال ما شرعه هللا و‬,‫ألاصل في العبادة الحظر‬

‫رسوله‬

“Hukum asal dalam ibadah adalah haram


dilakukan, sehingga suatu ibadah tidaklah
disyariatkan kecuali telah disyariatkan oleh
Allah dan rasul-Nya.”6

4. Ibadah adalah segala sesuatu yang


diperintahkan Allah dan rasul-Nya, baik yang
bersifat wajib maupun anjuran. Dengan
demikian, setiap perkara wajib dan sunnah
yang dperintahkan Allah dan rasul-Nya adalah
praktik ibadah yang dilakukan untuk
mendekatkan diri kepada-Nya. Setiap orang
yang mewajibkan atau menganjurkan suatu
aktivitas ibadah tanpa didukung al-Quran dan

6
Al-Qawaid wa al-ushul al-Jami’ah wa al-Furuq wa at-
Taqasim al-Badi’ah an-Nafidzah hlm. 45.
hadits, maka sungguh dia telah membuat kreasi
dan invovasi agama (baca: bid’ah) yang
dilarang Allah ta’ala. Allah ta’ala berfirman,
ُ ‫َأ ْم َل ُه ْم ُش َر َك ُاء َش َر ُعوا َل ُه ْم م َن الدين َما َل ْم َي ْأ َذ ْن به ه‬
‫َّللا‬ ِِ ِ ِ ِ
“Apakah mereka mempunyai sembahan-
sembahan selain Allah yang mensyariatkan
untuk mereka agama yang tidak diizinkan
Allah?” [asy-Syura: 21].
5. Syaikh al-Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah
mengatakan,

‫ فل يشرع منها إال ما شرعه‬،‫ألاصل في العبادات التوقيف‬


َ َ ُ َ َ
‫ {أ ْم ل ُه ْم ش َرك ُاء ش َر ُعوا‬:‫ وإال دخلنا في معنى قوله‬،‫هللا تعالى‬

‫ والعادات‬.]12 :‫َّللا} [الشورى‬ ُ ‫َل ُه ْم م َن الدين َما َل ْم َي ْأ َذ ْن به ه‬


ِِ ِ ِ ِ
‫ فل يحظر منها إال ما ه‬،‫ألاصل فيها العفو‬
‫ وإال‬،‫حرمه هللا‬
ْ ُ َ ُ ‫ُ ْ َ ََ ْ ُ ْ َ َ ْ َ َ ه‬
‫َّللا لك ْم ِم ْن ِرز ٍق‬ ‫ {قل أرأيتم ما أنزل‬:‫دخلنا في معنى قوله‬
‫َ ا‬ ْ َ
]95 :‫ف َج َعل ُت ْم ِم ْن ُه َح َر ااما َو َحلال} [يونس‬
“Hukum asal dalam ibadah adalah at-tauqif
(mengikuti dalil), sehingga ibadah tidak
disyari’atkan kecuali setelah Allah
mensyari’atkannya. Jika hal ini dilanggar, maka
kita telah tercakup dalam orang-orang yang
disebutkan dalam firman Allah ta’ala,
ُ ‫َأ ْم َل ُه ْم ُش َر َك ُاء َش َر ُعوا َل ُه ْم م َن الدين َما َل ْم َي ْأ َذ ْن به ه‬
‫َّللا‬ ِِ ِ ِ ِ

“Apakah mereka mempunyai sembahan-


sembahan selain Allah yang mensyariatkan
untuk mereka agama yang tidak diizinkan
Allah?” [asy-Syura: 21].”7

6. Dengan meneliti dalil-dalil agama kita


mengetahui bahwa segala ibadah yang

7
Al-Fatawa al-Kubra 4/13.
diwajibkan dan dianjurkan Allah, maka perintah
untuk melakukan ibadah tersebut hanya dapat
ditetapkan melalui dalil agama8, karenanya alim
ulama bersepakat bahwa ibadah yang tidak
dianjurkan dan diwajibkan agama, tidak
berhukum wajib, tidakpula sunnah. Dan setiap
orang yang menjadikan suatu aktivitas
amaliyah sebagai ibadah dan agama untuk
mendekatkan diri kepada Allah ta’ala, padahal
agama tidak mewajibkan dan tidak
menganjurkannya, maka sungguh dia adalah
orang yang sesat dan pelaku bid’ah menurut
kesepakatan kaum muslimin.”9

7. Kenapa demikian? Hal itu dikarenakan agama


Islam ini terbangun di atas dua pondasi yang
merupakan kandungan dua kalimat syahadat,
yaitu menyembah Allah semata tanpa

8
Majmu’ al-Fatawa 29/16.
9
Majmu’ al-Fatawa 27/152.
menyekutukan-Nya dan menyembah Allah
dengan ibadah yang disyari’atkan-Nya melalui
lisan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Di atas dua pondasi itulah suatu amal ibadah


disebut sebagai amal shalih. Apabila Allah
memberi taufik pada seorang hamba, sehingga
dia semangat melakukan amal shalih yang
memenuhi dua kriteria di atas, sungguh dia
telah memperoleh taufik untuk kelak menjawab
pertanyaan yang akan diajukan kepada setiap
orang dari generasi awal hingga terakhir. Ibnu
al-Qayyim rahimahullah mengatakan,

:‫فل تزول قدما العبد بين يدي هللا حتى يسأل عن مسألتين‬

‫ماذا كنتم تعبدون؟ وماذا أجبتم املرسلين؟ فجواب ألاولى‬


‫ا‬
‫ وجواب الثانية‬.‫بتحقيق (ال إله إال هللا) معرفة وإقرا ارا وعمل‬
‫ا‬
‫وانقيادا‬ ‫ا‬
،‫محمدا رسول هللا ملسو هيلع هللا ىلص) معرفة وإقرا ارا‬ ‫بتحقيق (أن‬

‫وطاعة‬

“Kedua kaki hamba tidak akan bergeser di


hadapan Allah hingga dia akan ditanya dua hal,
yaitu “Siapa yang kamu sembah?” dan
“Bagaimana responmu terhadap dakwah para
rasul?”.

Jawaban atas pertanyaan pertama adalah


dengan merealisasikan kandungan kalimat “laa
ilaha illallah”, dengan mengenal, menetapkan
dan mengamalkan kandungannya. Sedangkan
jawaban atas pertanyaan kedua adalah dengan
merealisasikan kandungan kalimat “anna
Muhammadan rasulullah”, dengan dengan
mengenal, menetapkan dan mengamalkan
kandungannya.”10

8. Hendaklah orang yang beriman bersikap


waspada dan mawas diri jika dirinya termasuk
orang yang sering membuat kreasi dan inovasi
dalam agama (baca: bid’ah), karena boleh jadi
dia akan menjadi orang yang merugi di hari
kiamat kelak. Al-Hafizh Ibnu Abdi al-Barr
rahimahullah mengatakan,

‫ فهو‬،‫وكل من أحدث في الدين ما ال يرضاه هللا ولم يأذن به‬

،-‫وهللا أعلم‬- ‫من املطرودين عن الحوض واملبعدين‬


‫وأشدهم ا‬
:‫ وفارق سبيلهم‬،‫طردا من خالف جماعة املسلمين‬

‫ والروافض على تباين‬،‫مثل الخوارج على اختلف فرقها‬

10
Zaad al-Ma’ad fi Hadyi Khair al-Ibad 1/36.
‫ وجميع أهل الزيغ‬،‫ واملعتزلة على أصناف أهوائها‬،‫ضللها‬

‫مبدلون‬
ِ ‫ فهؤالء كلهم‬،‫والبدع‬

“Setiap orang yang membuat inovasi dalam


agama (bid’ah) yang tidak diridhai dan diizinkan
Allah ta’ala adalah orang yang kelak akan diusir
dan dijauhkan dari al-Haudh (telaga Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam). Dan golongan
yang paling terusir adalah mereka yang
menyelisihi jama’ah kaum muslimin dan
memisahkan diri dari jalan mereka seperti ak-
Khawarij dengan berbagai sektenya; ar-
Rawafidh (Syi’ah) dengan beragam
kesesatannya; al-Mu’tazilah dengan berbagai
model hawa nafsunya. Seluruh pelaku
kesesatan dan bid’ah, setiap dari mereka telah
mengganti syari’at (agama).”11

11
Al-Istidzkar 1/195.
9. Praktik inovasi dalam agama (baca: bid’ah)
terjadi melalui dua cara, yaitu:

- Mensyari’atkan ibadah yang jenis ibadahnya


sama sekali tidak disyari’atkan Allah dan
rasul-Nya. Hal ini seperti seorang yang
mewajibkan dan menganjurkan suatu
praktik shalat, puasa atau ibadah lain tanpa
ada ketentuan Allah dan rasul-Nya.

- Mensyari’atkan suatu ibadah, dimana Allah


dan rasul-Nya menetapkan ibadah itu
dilakukan dengan suatu tata cara, atau
dilakukan di waktu dan tempat tertentu,
namun diubah sehingga tidak lagi sesuai
dengan ketetapan tersebut. Hal ini seperti
seorang yang mengubah ibadah-ibadah
tanpa ada perintah akan kewajibannya dari
Allah dan rasul-Nya. Seperti seorang yang
membuat inovasi agama dengan
menetapkan aktivitas wukuf di Arafah,
Muzdalifah dan melontar jumrah dilakukan
tidak pada waktunya.12

10. Contoh penerapan kaidah ini adalah


sebagai berikut:

- Tidak boleh berdo’a dan beristighatsah


(meminta pertolongan) kepada orang yang
telah mati, karena tidak ada riwayat yang
valid menunjukkan hal itu disyari’atkan.
Bahkan hal itu adalah kesyirikan yang bisa
menggugurkan keislaman.

- Praktik wisata religi dan ziarah kubur wali


dengan tujuan berdo’a di sisi kuburan orang
shalih dan meyakini berdo’a di tempat itu
lebih utama untuk dikabulkan bukanlah
bagian dari agama, karena tidak diwajibkan,
tidak pula dianjurkan. Dengan demikian, hal

12
Al-Qawaid wa al-Ushul al-Jami’ah wa al-Furuq wa at-
Taqasim al-Badi’ah an-Nafidzah hlm. 46.
itu bukanlah suatu praktik agama yang
benar dan ketaatan kepada Allah.13

- Seluruh kreasi perayaan yang mungkar


meskipun tidak menyerupai perayaan ahli
kitab dan orang musyrik, tidak boleh
dilakukan karena tercakup dalam kategori
inovasi agama (baca: bid’ah). Dan meskipun
perayaan itu dilakukan dalam rangka
memperingati kelahiran Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam, karena hukum
asal ibadah adalah tidak disyari’atkan
kecuali ibadah yang disyari’atkan Allah
ta’ala.14

- Para sahabat tidak menjadikan jejak-jejak


peninggalan nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam sebagai tempat ibadah yang

13
Majmu’ al-Fatawa 27/152.
14
Fatawa wa Rasa-il Samahah asy-Syaikh Muhammad bin
Ibrahim bin Abdi al-Lathif alu asy-Syaikh 3/49.
diziarahi. Mereka tidak mengunjungi tempat-
tempat tersebut selain masjid. Mereka tidak
mengunjungi Gua Hira yang menjadi tempat
pertama turunnya wahyu. Mereka tidak pula
mengunjungi Gua Tsur yang disebutkan
dalam firman-Nya di surat at-Taubah ayat
40, tidak pula mengunjungi tempat kelahiran
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.15

- Tidak sah melontar jumrah dengan selain


kerikil, meski jama’ah haji melontar dengan
sesuatu yang berharga seperti emas,
karena ibadah berpatokan dan mengikuti
dalil.16

11. Alangkah bagus perkataan Abu Sulaiman


ad-Daraniy yang menggambarkan sikap muslim
yang ideal dan bersemangat mengikuti dalil
dalam melakukan suatu ibadah. Beliau berkata,

15
Jami’ al-Masaail 1/423.
16
Majmu’ Fatawa wa Rasail 24/546.
‫ليس ملن ألهم ا‬
‫شيئا من الخير أن يعمل به حتى يسمعه من‬

‫ وحمد هللا تعالى حين‬،‫ فإذا سمعه من ألاثر عمل به‬،‫ألاثر‬

‫وافق ما في قلبه‬

“Tidak pantas bagi seorang yang mendapatkan


ilham untuk melakukan suatu amal kebaikan
sebelum dia mendengar bahwa amal itu
didukung oleh dalil agama. Jika benar hal itu
didukung dalil agama, maka silakan dia
mengamalkannya dan memuji Allah ta’ala
karena telah sesuai dengan ilham yang muncul
di hatinya.”17

Beliau juga berkata,

‫ربما يقع في قلبي النكتة من نكت القوم ا‬


‫ فل أقبلها إال‬،‫أياما‬

‫ الكتاب والسنة‬:‫بشاهدين عدلين‬

17
Hilyah al-Auliya 9/269.
“Terkadang dalam beberapa hari timbul rasa
waswas dalam hatiku seperti yang dialami oleh
orang lain. Saya tidak dapat menerimanya
kecuali setelah menggunakan dua saksi yang
adil, yaitu al-Quran dan as-Sunnah.”18

‫ا‬
‫تسليما‬ ‫وصل اللهم وسلم وبارك على دمحم وآله وصحبه وسلم‬

18
Siyar A’lam an-Nubala 10/183.

Anda mungkin juga menyukai