Ziyadah 4-Hukum Asal Ibadah
Ziyadah 4-Hukum Asal Ibadah
1
HR. al-Bukhari dan Muslim.
dalam riwayat Muslim tercantum dengan redaksi,
َ َ َ َ َ َْ َ ْ َ َ َ َ ا
س َعل ْي ِه أ ْم ُرنا ف ُه َو َرد من ع ِمل عمل لي:
Penjelasan ringkas:
2
HR. Muslim.
dunia dalam satu kalimat, yaitu “Setiap amal
bergantung pada niatnya”.3
3
Jami al-Ulum wa al-Hikam hlm. 9.
4
Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim 12/16.
5
Jami al-Ulum wa al-Hikam hlm. 59.
فل يشرع منها إال ما شرعه هللا و,ألاصل في العبادة الحظر
رسوله
6
Al-Qawaid wa al-ushul al-Jami’ah wa al-Furuq wa at-
Taqasim al-Badi’ah an-Nafidzah hlm. 45.
hadits, maka sungguh dia telah membuat kreasi
dan invovasi agama (baca: bid’ah) yang
dilarang Allah ta’ala. Allah ta’ala berfirman,
ُ َأ ْم َل ُه ْم ُش َر َك ُاء َش َر ُعوا َل ُه ْم م َن الدين َما َل ْم َي ْأ َذ ْن به ه
َّللا ِِ ِ ِ ِ
“Apakah mereka mempunyai sembahan-
sembahan selain Allah yang mensyariatkan
untuk mereka agama yang tidak diizinkan
Allah?” [asy-Syura: 21].
5. Syaikh al-Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah
mengatakan,
7
Al-Fatawa al-Kubra 4/13.
diwajibkan dan dianjurkan Allah, maka perintah
untuk melakukan ibadah tersebut hanya dapat
ditetapkan melalui dalil agama8, karenanya alim
ulama bersepakat bahwa ibadah yang tidak
dianjurkan dan diwajibkan agama, tidak
berhukum wajib, tidakpula sunnah. Dan setiap
orang yang menjadikan suatu aktivitas
amaliyah sebagai ibadah dan agama untuk
mendekatkan diri kepada Allah ta’ala, padahal
agama tidak mewajibkan dan tidak
menganjurkannya, maka sungguh dia adalah
orang yang sesat dan pelaku bid’ah menurut
kesepakatan kaum muslimin.”9
8
Majmu’ al-Fatawa 29/16.
9
Majmu’ al-Fatawa 27/152.
menyekutukan-Nya dan menyembah Allah
dengan ibadah yang disyari’atkan-Nya melalui
lisan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
:فل تزول قدما العبد بين يدي هللا حتى يسأل عن مسألتين
وطاعة
10
Zaad al-Ma’ad fi Hadyi Khair al-Ibad 1/36.
وجميع أهل الزيغ، واملعتزلة على أصناف أهوائها،ضللها
مبدلون
ِ فهؤالء كلهم،والبدع
11
Al-Istidzkar 1/195.
9. Praktik inovasi dalam agama (baca: bid’ah)
terjadi melalui dua cara, yaitu:
12
Al-Qawaid wa al-Ushul al-Jami’ah wa al-Furuq wa at-
Taqasim al-Badi’ah an-Nafidzah hlm. 46.
itu bukanlah suatu praktik agama yang
benar dan ketaatan kepada Allah.13
13
Majmu’ al-Fatawa 27/152.
14
Fatawa wa Rasa-il Samahah asy-Syaikh Muhammad bin
Ibrahim bin Abdi al-Lathif alu asy-Syaikh 3/49.
diziarahi. Mereka tidak mengunjungi tempat-
tempat tersebut selain masjid. Mereka tidak
mengunjungi Gua Hira yang menjadi tempat
pertama turunnya wahyu. Mereka tidak pula
mengunjungi Gua Tsur yang disebutkan
dalam firman-Nya di surat at-Taubah ayat
40, tidak pula mengunjungi tempat kelahiran
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.15
15
Jami’ al-Masaail 1/423.
16
Majmu’ Fatawa wa Rasail 24/546.
ليس ملن ألهم ا
شيئا من الخير أن يعمل به حتى يسمعه من
وافق ما في قلبه
17
Hilyah al-Auliya 9/269.
“Terkadang dalam beberapa hari timbul rasa
waswas dalam hatiku seperti yang dialami oleh
orang lain. Saya tidak dapat menerimanya
kecuali setelah menggunakan dua saksi yang
adil, yaitu al-Quran dan as-Sunnah.”18
ا
تسليما وصل اللهم وسلم وبارك على دمحم وآله وصحبه وسلم
18
Siyar A’lam an-Nubala 10/183.