Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN

DENGAN NYERI

OLEH:

1. Muh. Firmansyah Latief (841421081)


2. Rahmatia Sabrun Saleh (841421029)
3. Nadia Oktaviana Rahman (841421053)
4. Tri Yuliana Soga (841421058)
5. Astrit Lamadi (841421060)
6. Dea Natalia A. Luwiti (841421070)
7. Astrid Dunaya (841421079)
8. Vidya Aurelya P. Ilam (841421105)
9. Mifta Salsalun Hidayat (841421064)

DOSEN PENGAMPU :
Ns. Nirwanto K. Rahim

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
TAHUN AJARAN 2021
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Nyeri”.

Kami menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan
Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak untuk itu dalam
kesempatan ini kami menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar - besarnya
kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini. Tak lupa kami ucapkan
terima kasih kepada dosen mata kuliah Proses Keperawatan Dan Berpikir Kritis : Ns.
Nirwanto K. Rahim, S.Kep., M.Kep yang telah memberikan kesempatan kepada kami
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini

Kami menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, kami telah
berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai
dengan baik dan oleh karenanya, kami dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka
menerima masukan, saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini.

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................................. i

Daftar isi ............................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. 1

A. Latar Belakang......................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 1
C. Tujuan...................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 3

A. Konsep Nyeri .......................................................................................................... 3


1. Pengertian Nyeri Akut ................................................................................ 3
2. Klasifikasi Nyeri Akut................................................................................. 3
3. Tanda dan gejala.......................................................................................... 4
4. Mekanisme Nyeri Akut............................................................................... 4
5. Faktor yang mempengaruhi......................................................................... 5
6. Penilaian nyeri............................................................................................. 7
B. Asuhan Keperawatan.............................................................................................. 9
1. Pengkajian................................................................................................... 9
2. Diagnosa..................................................................................................... 12
3. Standar Luaran Keperawatan Indonesia.................................................... 12
4. Standard Intervensi Keperawatan Indonesia............................................. 13

BAB III PENUTUP......................................................................................................... 15

A. Simpulan ............................................................................................................... 15
B. Saran ..................................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Nyeri merupakan pengalaman sensori dan emosional yang dirasakan mengganggu
dan menyakitkan, sebagai akibat adanya kerusakan jaringan eriat dan potensial yang
menyebabkan seseorang mencari perawatan kesehatan ( Smeltzer & Bare, 2012). Pengkajian
dan pemahaman yang menyeluruh tentang nyeri sangat penting bagi pemberi perawatan
kesehatan dalam penanganan nyeri yang efektif karena nyeri tidak eri diobservasi secara
langsung, pengukuran nyeri hanya berdasar pada laporan pasien akan adanya nyeri beserta
kondisi fisiologis yang menyertainya (Potter & Perry, 2005).
Berbagai stimulasi penyebab nyeri diolah oleh otak yang kemudian menyampaikan
pesan adanya nyeri, untuk itu jika persepsi nyeri diubah oleh adanya penatalaksanaan nyeri
dengan atau tanpa obat, maka tidak ada lagi nyeri yang dirasakan pasien, dengan kata lain
kenyamanan sebagai kebutuhan dasar klien dapat terpenuhi (Potter & Perry, 2005).
Untuk mengatasi nyeri diperlukan penatalaksanaan manajemen nyeri melalui cara
farmakologi dan non-farmakologi (Smeltzer & Bare, 2012). Pereda nyeri farmakologi
dibedakan menjadi tiga kategori yakni golongan opioid, non-opioid, dan anesthetic.
Walaupun eriatric dapat menghilangkan nyeri dengan efektif, jenis eriatric opioid
mempunyai efek samping yang harus dipertimbangkan dan diantisipasi, yakni diantaranya
depresi pernapasan, mual, muntah, konstipasi, pruritus, dan efek toksik pada pasien dengan
gangguan hepar atau ginjal. Ketorolak (toradol) merupakan eriatric yang kemanjurannya
dapat dibandingkan dengan morfin, lazim diresepkan sebagai pereda nyeri setelah operasi di
rumah sakit, begitu juga dengan rumah sakit PKU Muhammadiyah Roemani, Semarang,
yang menerapkan terapi farmakologi sebagai lini pertama dalam pengelolaan nyeri pasien
setelah operasi. Terapi non-farmakologi diperlukan sebagai pendamping terapi farmakologi
untuk mempersingkat episode nyeri yang hanya berlangsung beberapa detik atau menit.
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa relaksasi efektif dalam menurunkan nyeri
setelah operasi, diantaranya yaitu dengan latihan pernapasan diafragma, teknik relaksasi
progresif, guided imagery, meditasi dan relaksasi napas dalam (Smeltzer & Bare, 2012).
Beberapa penelitian tentang penerapan foot message pada pasien setelah operasi juga telah
dibuktikan dalam menurunkan nyeri (Chanif, Petpichetchian & Chongchaeron, 2013).

B. Rumusan Masalah
Adapun perumusan masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut:

1
1. Apa konsep dan definisi nyeri akut ?
2. Bagaimana pengkajian nyeri ?
3. Bagaimana eriatri dari nyeri ?
4. Apa saja intervensi nyeri ?

Tujuan
1. Mahasiswa dapat menjelaskan definisi Nyeri akut
2. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana pengkajian Nyeri
3. Mahasiswa dapat menentukan eriatri Nyeri
4. Mahasiswa dapat menentukan intervensi Nyeri

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Nyeri
1.1 Pengertian Nyeri Akut
Rasa nyaman berupa terbebas dari rasa yang tidak menyenangkan adalah suatu
kebutuhan individu. Nyeri merupakan perasaan yang tidak menyenangkan yang
terkadang dialami individu. Kebutuhan terbebas dari rasa nyeri itu merupakan
salah satu kebutuhan dasar yang merupakan tujuan diberikannya asuhan
keperawatan pada seorang pasien di rumah sakit(Perry & Potter, 2009). Nyeri
diartikan berbeda-beda antar individu, bergantung pada persepsinya.Walaupun
demikian, ada satu kesamaan mengenai persepsi nyeri. Secara sederhana, nyeri
dapat diartikan sebagai suatu sensasi yang tidak menyenangkan baik secara sensori
maupun emosional yang berhubungan dengan adanya suatu kerusakan jaringan
atau eriat lain, sehingga individu merasa tersiksa, menderita yang akhirnya akan
mengganggu aktivitas sehari-hari, psikis, dan lain-lain (Perry & Potter, 2009).
Menurut PPNI (2016) Nyeri Akut adalah pengalaman sensorik atau emosional
yang berkaitan dengan kerusakan jaringan actual atau fungsional, dengan onset
mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung
kurang dari 3 bulan. Nyeri akut dapat dideskripsikan sebagai nyeri yang terjadi
setelah cedera akut, penyakit atau intervensi bedah, dan memiliki awitan yang
cepat, dengsn intensitas yang bervariasi (ringan sampai berat) serta berlangsung
singkat (kurang dari enam bulan) dan menghilang dengan atau tanpa pengobatan
setelah keadaan 9 pulih pada area yang rusak. Nyeri akut biasanya berlangsung
singkat. Pasien yang mengalami nyeri akut biasanya menunjukkan gejala
perspirasi meningkat, denyut jantung dan tekanan darah meningkat serta pallor
(Mubarak et al., 2015).

1.2 Klasifikasi nyeri


Penting bagi seorang perawat untuk mengetahui tentang macam-macam tipe nyeri.
Dengan mengetahui macam-macam tipe nyeri diharapkan dapat menambah
pengetahuan dan membantu perawat ketika memberikan asuhan keperawatan pada
pasien dengan nyeri. Ada banyak jalan untuk memulai mendiskusikan tentang

3
tipe-tipe nyeri, antara lain melihat nyeri dari segi durasi nyeri, tingkat keparahan
dan intensitas, model transmisi, lokasi nyeri, dan kausatif dari penyebab nyeri itu
sendiri (Perry & Potter, 2009). Nyeri Akut Dibagi Menjadi 2 bagian a. Nyeri
Somatik,jika organ yang terkena adalah organ soma seperti kulit, otot, sendi,
tulang, atau ligament karena di sini mengandung kaya akan nosiseptor.
Terminologi nyeri eriatricletal diartikan sebagai nyeri eriatr. Nosiseptor disini
menjadi eriatric terhadap inflamasi, yang akan terjadi jika terluka atau keseleo.
Selain itu, nyeri juga bias terjadi akibat iskemik, seperti pada kram otot. Hal
inipun termasuk nyeri nosiseptif. Gejala nyeri eriatr umumnya tajam dan
lokalisasinya jelas, sehingga dapat ditunjuk dengan telunjuk. Jika kita menyentuh
atau menggerakanbagian yang cedera, nyerinya akan bertambah berat (Perry &
Potter, 2009). B. Nyeri eriatri, jika yang terkena adalah organ-organ eriatri atau
organ dalam yang meliputi rongga toraks (paru dan jantung), serta rongga
abdomen (usus, limpa, hati dan ginjal), rongga pelvis (ovaruim, kantung kemih
dan kandungan). Berbeda dengan organ eriatr, yang nyeri kalau diinsisi, digunting
atau dibakar, organ eriatr justru tidak. Organ eriatri akan terasa sakit kalau
mengalami inflamasi, iskemik atau teregang. Selain itu nyeri eriatri umumnya
terasa tumpul, lokalisasinya tidak jelas disertai dengan rasa mual – muntah bahkan
sering terjadi nyeri refer yang dirasakan pada kulit. (Perry & Potter, 2009).

1.3 Tanda dan gejala nyeri akut


Gejala dan tanda menurut PPNI(2016) adalah sebagai berikut: Gejala dan Tanda
Mayor Subjektif : mengeluh nyeri Objektif : tampak meringis, bersikap protektif
(mis. Waspada, posisi menghindari nyeri), gelisah, frekuensi nadi meningkat, dan
sulit tidur. Gejala dan Tanda Minor Subjektif : tidak tersedia Objektif : tekanan
darah meningkat, pola napas berubah, nafsu makan berubah, proses berfikir
terganggu, menarik diri, berfokus pada diri sendiri, dan diaphoresis.
1.4 Mekanisme Nyeri Akut
Mekanisme Nyeri Akut Antara suatu rangsang sampai dirasakannya sebagai
persepsi nyeri terdapat 5 proses elektrofisiologik yang jelas, dimulai dengan proses
transduksi, konduksi, modulasi, transmisi dan persepsi. Keseluruhan proses ini
disebut nosisepsi (nociception) (Perry & Potter, 2009). Mekanisme Nyeri Akut
melalui proses nosisepsis adalah sebagai berikut :

4
a. Transduksi adalah proses di mana suatu stimulus kuat dubah menjadi aktivitas
listrik yang biasa disebut potensial aksi. Dalam hal nyeri akut yang disebabkan
oleh adanya kerusakan jaringan akan melepaskan mediator kimia, seperti
prostaglandin, bradikinin, serotonin, substasi P, dan eriatric.
b. Konduksi adalah proses perambatan dan amplifikasi dari potensial aksi atau
impuls listrik tersebut dari nosiseptor sampai pada kornu posterior eriatr
spinalis pada tulang belakang.
c. Modulasi adalah proses inhibisi terhadap impuls listrik yang masuk ke dalam
kornu posterior, yang terjadi secara spontan yang kekuatanya berbeda- beda
setiap orang, (dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan, kepercayaan atau
budaya). Kekuatan modulasi inilah yang membedakan persepsi nyeri orang
per orang terhadap suatu eriatri yang sama.
d. Transmisi adalah proses perpindahan impuls listrik dari neuron pertama ke
neuron kedua terjadi dikornu posterior eriatr spinalis, dari mana ia naik
melalui traktus spinotalamikus ke eriatri dan otak tengah. Akhirnya, dari
eriatri, impuls mengirim pesan nosiseptif ke korteks somatosensoris, dan eriat
eriat.
e. Persepsi adalah proses yang sangat kompleks yang sampai saat ini belum
diketahui secara jelas. Namun, yang dapat disimpulkan di sini bahwa persepsi
nyeri merupakan pengalaman sadar dari penggabungan antara aktivitas
sensoris di korteks somatosensoris dengan aktivitas emosional dari sistim
eriat, yang akhirnya dirasakan sebagai persepsi nyeri berupa “unpleasant
sensory and emotional experience”(Perry & Potter, 2009).
1.5 Faktor yang mempengaruhi Nyeri
Nyeri merupakan suatu keadaan yang kompleks yang dipengaruhi oleh fisiologi,
spiritual, psikologis, dan budaya.Setiap individu mempunyai pengalaman yang
berbeda tentang nyeri. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi nyeri adalah
sebagai berikut:

a. Tahap perkembangan Usia dan tahap perkembangan seseorang merupakan


variable penting yang akan memengaruhi reaksi dan ekspresi terhadap nyeri.
Dalam hal ini, anak – anak cenderung kurang mampu mengugkapkan nyeri
yang mereka rasakan dibandingkan orang dewasa, dan kondisi ini dapat
menghambat penanganan nyeri untuk mereka. Di sisi lain, prevalensi nyeri ada

5
individu lansia lebih tinggi karena penyakit akut atau kronis dan degenerative
yang diderita. Walaupun ambang batas nyeri tidak berubah karena penuaan,
efek eriatric yang diberikan menurun karena perubahan fisiologis yang terjadi
(Mubarak et al., 2015).
b. Jenis kelamin Beberapa kebudayaan yang memengaruhi jenis kelamin
misalnya menganggap bahwa seorang anak laki – laki harus berani dan tidak
boleh menangis, sedangkan anak perempuan boleh menangis dalam situasi
yang sama. Namun, secara umum, pria dan wanita tidak berbeda secara
bermakna dalam berespon terhadap nyeri (Mubarak et al., 2015).
c. Keletihan Keletihan atau kelelahan dapat meningkatkan persepsi nyeri.Rasa
kelelahan menyebabkan sensasi nyeri semakin intensif dan menurunkan
kemampuan koping. Hal ini dapat menjadi masalah umum pada setiap individu
yang menderita penyakit dalam jangka waktu lama. Apabila keletihan disertai
kesulitan tidur, maka persepsi nyeri bahkan dapat terasa lebih berat lagi. Nyeri
seringkali lebih berkurang setelah individu mengalami suatu periode tidur yang
lelap diabandingkan pada akhir hari yang melelahkan (Perry & Potter, 2009).
d. Lingkungan dan dukungan keluarga 15 Lingkungan yang asing, tingkat
kebisingan yang tinggi, pencahayaan dan aktivitas yang tinggi di lingkungan
tersebut dapat memerberat nyeri.Selain itu, dukungan dari keluarga dan orang
terdekat menjadi salah satu eriat penting yang memengaruhi persepsi nyeri
individu. Sebagai contoh, individu yang sendiriaan, tanpa keluarga atau teman
– temang yang mendukungnya, cenderung merasakan nyeri yang lebih berat
dibandingkan mereka yang mendapat dukungan dari keluarga dan orang –
orang terdekat (Mubarak et al., 2015)
e. Gaya koping Koping mempengaruhi kemampuan seseorang untuk
memperlakukan nyeri..Seseorang yang mengontrol nyeri dengan lokus internal
merasa bahwa diri mereka sendiri mempunyai kemampuan untuk mengatasi
nyeri.Sebaliknya, seseorang yang mengontrol nyeri dengan lokus eksternal
lebih merasa bahwa eriat-faktor lain di dalam hidupnya seperti perawat
merupakan orang yang bertanggung jawab terhadap nyeri yang dirasakanya.
Oleh karena itu, koping pasien sangat penting untuk diperhatikan (Perry &
Potter, 2009).
f. Makna nyeri Makna seseorang yang dikaitkan dengan nyeri mempengaruhi
pengalaman nyeri dan cara seseorang beradaptasi terhadap nyeri. Hal ini juga

6
dikaitkan secara dekat dengan latar belakang budaya individu tersebut.
Individu akan mempersepsikan nyeri dengan cara berbeda-beda, apabila nyeri
tersebut eriat kesan ancaman, suatu kehilangan, hukuman, dan tantangan.
Derajat dan kualitas nyeri yang dipersepsikan pasien berhubungan dengan
makna nyeri (Perry & Potter, 2009).
g. Ansietas 16 Individu yang sehat secara emosional, biasanya lebih mampu
mentoleransi nyeri sedang hingga berat daripada individu yang memiliki status
emosional yang kurang stabil.Pasien yang mengalami cedera atau menderita
penyakit kritis, seringkali mengalami kesulitan mengontrol lingkungan
perawatan diri dapat menimbulkan tingkat ansietas yang tinggi. Nyeri yang
tidak kunjung hilang sering kali menyebabkan psikosis dan gangguan
kepribadian (Perry & Potter, 2009).
h. Etnik dan nilai budaya Beberapa kebudayaan uakin bahwa memperlihatkan
nyeri adalah sesuatu yang alamiah. Kebudayaan lain cenderung untuk melatih
perilaku yang tertutup. Sosialisasi nudaya menentukan perilaku psikologis
seseorang. Dengan demikian, hal ini dapat memngaruhi pengeluaran fisiologis
opial endogen sehingga terjadilah persepsi nyeri.Latar belakang etnik dan
budaya merupakan factor yang memengaruhi reaksi terhadap nyeri dan
ekspresi nyeri. Sebagai contoh, individu dari budaya tertentu cenderung
ekspresif dalam mengunngkapkan nyeri, sedangkan indiviidu dari budaya lain
justru lebih memilih menahan perasaan mereka dan tidak ingin merepotkan
orang lain (Mubarak et al., 2015).
1.6 Penilaian Nyeri
Penilaian Nyeri Penilaian nyeri merupakan elemen yang penting untuk
menentukan terapi nyeri yang efektif.Skala penilaian nyeri dan keteranagan pasien
digunakan untuk menilai derajat nyeri.Intensitas nyeri harus dinilai sedini
mungkin selama pasien dapat berkomunikasi dan menunjukkan ekspresi nyeri
yang dirasakan.Penilaian terhadap intensitas nyeri dapat menggunakan beberapa
skala yaitu (Mubarak et al., 2015):
a. Skala Nyeri Deskriptif Skala nyeri deskriptif merupakan alat pengukuran
tingkat keparahan nyeri yang objektif. Skala ini juga disebut sebagai skala
pendeskripsian verbal /Verbal Descriptor Scale (VDS) merupakan garis yang
terdiri tiga sampai lima kata pendeskripsian yang tersusun dengan jarak yang
sama disepanjang garis. Pendeskripsian ini mulai dari “tidak terasa nyeri”

7
sampai “nyeri tak tertahankan”, dan pasien diminta untuk menunjukkan
keadaan yang sesuai dengan keadaan nyeri saat ini (Mubarak et al., 2015).
b. Numerical Rating Scale (NRS) (Skala eriatr angka) Pasien menyebutkan
intensitas nyeri berdasarkan angka 0 – 10.Titik 0 berarti tidak nyeri, 5 nyeri
sedang, dan 10 adalah nyeri berat yang tidak tertahankan.NRS digunakan jika
ingin menentukan berbagai perubahan pada skala nyeri, dan juga menilai
respon turunnya nyeri pasien terhadap terapi yang diberikan(Mubarak et al.,
2015).
c. Faces Scale (Skala Wajah) Pasien disuruh melihat skala gambar
wajah.Gambar pertama tidak nyeri (anak tenang) kedua sedikit nyeri dan
selanjutnya lebih nyeri dan gambar paling akhir, adalah orang dengan ekpresi
nyeri yang sangat berat.Setelah itu, pasien disuruh menunjuk gambar yang
cocok dengan nyerinya.Metode ini digunakan untuk pediatri, tetapi juga dapat
digunakan pada eriatric dengan gangguan kognitif (Mubarak et al., 2015)

8
B. ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
A. Identitas Pasien
1) Nama : (tidak terkaji)
2) Usia : 40 tahun
3) Jenis Kelamin : pria
4) Jenis Pekerjaan : (tidak terkaji)
5) Alamat : (tidak terkaji)
6) Suku/bangsa : (tidak terkaji)
7) Agama : (tidak terkaji)
8) Tingkat pendidikan : (tidak terkaji)
B. Riwayat Penyakit
1) Keluhan Utama : Pasien mengatakan nyeri di pinggang sebelah kiri
2) Riwayat Penyakit saat ini : Pasien mengatakan nyeri pinggang sebelah
kiri, sejak 3 bulan yang lalu dengan skala 7 dan melindungi area yang
sakit. Pada saat dikaji pasien tampak lemah, memar dikulit, terdapat
pembengkakan dan perderahan gusi serta pembengkakan daerah leher.
3) Riwayat Penyakit Dahulu : (tidak terkaji)
C. Pola Fungsi Kesehatan
1) Nutrisi : (tidak terkaji)
2) Eliminasi :
a. BAB : (tidak terkaji)
b. BAK : (tidak terkaji)
3) Pola Istirahat dan Tidur : (tidak terkaji)
4) Aktivitas Fisik : (tidak terkaji)
5) Personal Hygiene : (tidak terkaji)
D. Pemeriksaan fisik
1) Kesadaran : (tidak terkaji)
2) Tingkat Nyeri : 7
3) Tanda – tanda vital :
a. Tekanan Darah : 100/70 mmHg
b. Suhu tubuh : 38,4°C
c. Nadi : 82x/menit

9
d. Respirasi : 22x/menit

Klasifikasi Data

Data Subjektif Data Objektif


1. pasien mengeluh nyeri pada pinggang 1. pasien tampak lemah dan melindungi area
sebelah kiri yang sakit
2. keluhan dirasakan sejak 3 bulan yang lalu 2. ada memar dikulit
3. pasien mengeluh sering flu dan nyeri 3. ada pembengkakan dan pendarahan di
tulang gusi
4. ada pembengakakan dibagian leher
5. skala nyeri 7
6. leukosit 12.000 mcl
7. Hb : 8g/Dl
8. tanda-tanda vital :
a. tekanan darah : 100/70mmHg
b. nadi : 82x/menit
c. respirasi : 22x/menit
d. suhu : 38,4°C

Konsep Map

10
Mnemonic PQRST untuk pengkajian nyeri
P : (tidak terkaji)
Q : (tidak terkaji)
R : Nyeri pada pinggang bagian kiri dan Nyeri tulang
S : Skala nyeri 7
T : (tidak terkaji)
Seorang laki-laki usia 40 tahun di rawat di ruang interna dengan keluhan nyeri pada
piunggang sebelah kiri. Keluhan ini dirasakan sejak 3 bulan yang lalu. Pada saat pengkajian
pasien tampak lemah, skala nyeri 7, dan melindungi area yang sakit, memar dikulit, ada
pembengkakkan di perdarahan di gusi serta pembengkakkan di daerah leher. Pasien juga
mengatakan sering flu dan nyeri tulang. TD : 100/70 mmHg, Nadi : 82x/m, Respirasi :
22x/m, Suhu : 38,4 °C. Pasien perokok aktif. Hasil pemeriksaan laboratorium leukosit 12.000 mcL,
Hb. 8 g/dL.

Tabel PES
Problem Etiologi Syntom
DS: Nyeri Akut (D.
1. Pasien mengeluh 0077)
nyeri pada
pinggang sebelah
kiri setelah 3
bulan yang lalu
2. Pasien
mengatakan sering
nyeri di tulang
DO:
1. Skala nyeri: 7
(sedang)
2. TTV
Tekanan Darah:
100/70 mmHg
Suhu Tubuh
38,40C
RR: 22x/m
Nadi: 82x/m

11
1. Diagnosa

Nyeri Akut
D.0077
Kategori : psokologis
Subkategori : Nyeri dan Kenyamanan
Definisi
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan actual atau
fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang
berlangsung kurang dari 3 bulan.

Penyebab
1. Agen pencedera fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia, neoplasma.)
2. Agen pencedera kimiawi (mis. Terbakar, bahan kimia iritan)
3. Agen pencedera fisik (mis. Abses, amputasi, terbakar, terpotong, mengankat berat,
prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)

Gejala dan Tanda Mayor


Subjektif Objektif
1. Mengeluh Nyeri 1. Tampak meringis
2. Bersikap protektif (mis.
Waspada posisi
menghindari nyeri)

Gejala dan Tanda Minor


Subjektif Objektif
(Tidak tersedia) 1. Pola napas berubah

3. Luaran
Tingkat Nyeri
L.08066
Definisi
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan aktual atau fungsional dengan
onset mendadak atau lambat dari berintensitas ringan hingga berat dan konstan.
Eskspetasi Menurun

12
Kriteria Hasil
Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun
Meningkat Menurun
Keluhan Nyeri 1 2 3 4 5
Meringis 1 2 3 4 5
Sikap Protektif 1 2 3 4 5
Memburuk Cukup Sedang Cukup Membaik
Memburuk Membaik
Pola Napas 1 2 3 4 5

4. Intervensi
Manajemen Nyeri
I.08238
Definisi
Mengidentifikasi dan mengelolah pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan
dengan kerusakan atau fungsional dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas
ringan hingga berat dan konstan.

Tindakan
Observasi
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi respons nyeri non verbal
- Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
- Identifikasi pengetahuan dan keyaninan tentang nyeri
- Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
- Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
- Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
- Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik
- Berikan tekhnik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
hipnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, tekhnik
imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
- Fasilitas istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemulihan strategi meredakan nyeri

13
Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiei
- Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
- Anjurkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

BAB III
PENUTUP

14
A. Kesimpulan
Nyeri merupakan perasaan yang tidak menyenangkan yang terkadang dialami
individu. Kebutuhan terbebas dari rasa nyeri itu merupakan salah satu kebutuhan
dasar yang merupakan tujuan diberikannya asuhan keperawatan pada seorang pasien
di rumah sakit(Perry & Potter, 2009).

Nyeri akut dapat dideskripsikan sebagai nyeri yang terjadi setelah cedera
akut, penyakit atau intervensi bedah, dan memiliki awitan yang cepat, dengsn
intensitas yang bervariasi (ringan sampai berat) serta berlangsung singkat (kurang
dari enam bulan) dan menghilang dengan atau tanpa pengobatan setelah keadaan 9
pulih pada area yang rusak. Nyeri akut biasanya berlangsung singkat. Pasien yang
mengalami nyeri akut biasanya menunjukkan gejala perspirasi meningkat, denyut
jantung dan tekanan darah meningkat serta pallor (Mubarak et al., 2015).

B. Saran
Setelah membaca dan memahami makalah ini diharapkan agar mahasiswa/i
mengerti dan menerapkannya dalam kehidupan sehari – hari terutama dibidang
keperawatan.

15
Daftar Pustaka

Potter & Perry. (2009). Fundamental Keperawatan, Edisi 7 Buku 1. Jakarta : Salemba
Medika.
PPNI, T.P. (2016). STANDAR DIAGNOSIS KEPERAWATAN INDONESIA (SDKI):
Definisi dan Indikator Diagnosis ((Cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI

16

Anda mungkin juga menyukai