Materi Sejarah Peminatan
Materi Sejarah Peminatan
Perang Dingin adalah sebutan yang digunakan untuk menjelaskan kondisi dunia pasca
Perang Dunia II. Di mana Amerika Serikat dan blok barat memperebutkan kekuasaan
dengan Uni Soviet di blok timur. Kemenangan keduanya di tengah hancurnya seluruh
negara di dunia akibat perang kemudian memicu ketegangan antara keduanya untuk
menjadi adikuasa. Sebutan perang dingin digunakan karena kedua negara tidak pernah
terlibat dalam konflik militer langsung. Namun dalam banyak kesempatan mendukung
situasi perang dan perebutan kekuasaan, utamanya pada negara-negara dunia ketiga.
Menyebabkan kekacauan di hampir seluruh negara di dunia, termasuk Indonesia.
Perang dingin juga diwarnai dengan perlombaan kekuatan militer, teknologi nuklir, dan
pengiriman ekspedisi luar angkasa. Jauh lebih dari sekedar ingin membumikan sistem
komunis ataupun liberal ke seluruh dunia. AS-Soviet masing-masing berupaya untuk
membawa sebanyak mungkin negara-negara baru pascakolonial untuk tunduk di bawah
kekuasaan dan pengaruhnya.
3. Perang Korea
Stalin mendukung Kim Il Sung untuk menginvasi Korea Selatan, sementara pasukan PBB
yang terdiri dari negara-negara barat mempertahankan Korea Selatan. Perang yang
berlangsung selama tiga tahun (1950-1953) ini menjadi titik tertinggi karena berpotensi
membuka perang antara NATO dan komunis Cina. Perang ini juga dapat berujung menjadi
perang nuklir. Setelah Stalin wafat pada 1953, gencatan senjata dilakukan. Kim Il Sung
menjadi diktator di Korea Utara, sementara Rhee Syng Man memimpin totaliter Korea
Selatan sampai dijatuhkan pada 1960. Kondisi Korea Selatan baru membaik setelah
kembalinya system multipartai pada 1987.
4. Perang Vietnam
Perang Vietnam adalah konflik terpanjang pada masa perang dingin, terjadi selama 19 tahun
(1955-1975). Terjadi antara Vietnam Utara (Hanoi) yang didukung komunis dan Vietnam
Selatan (Saigon) yang didukung SEATO. Konflik ini menewaskan jutaan orang, termasuk
peran Vietnam Utara dalam perebutan kekuasaan di Kamboja. Menyebabkan diktator
komunis Kamboja, Pol Pot membantai 1-3 juta penduduk untuk menegakkan kekuasaannya.
Perang gerilya yang berlarut-larut membuat AS harus meninggalkan Vietnam, membuat Ho
Chi Minh dapat mengalahkan Vietnam Selatan dan mendirikan negara komunis.
5. Perang Saudara Cina
Pada tahun 1949, Mao Zedong berhasil menggulingkan Chiang Kai Sek dari Pemerintah
Nasionalis Kuomintang yang didukung AS. Uni Soviet dengan segera menjalin hubungan
baik dengan republik komunis baru ini. Hal ini merupakan titik balik kebijakan pertahanan
AS karena Asia menjadi sangat rentan terhadap pengaruh besar Cina. Amerika Serikat
merespon jatuhnya Kuomintang dengan membentuk ANZUS pada 1951, dan SEATO pada
1954 untuk menciptakan pakta pertahanan terhadap pengaruh komunis. Salah satunya
mendukung Vietnam Selatan dalam memenangi perang melawan komunis Vietnam Utara.
Sementara Soviet membentuk Pakta Warsawa pada tahun 1955 sebagai basis pertahanan
melawan Eropa Barat.
Sementara Rencana Marshall adalah kucuran dana bantuan bagi negara-negara yang
membutuhkan rekonstruksi pasca perang dunia. Diterimanya bantuan ini memiliki nilai
politik yang besar bagi AS, karena secara langsung menempatkan negara tersebut dalam
pengaruh blok barat dan menjauhi blok timur. Termasuk membeli negara-negara di bawah
Soviet untuk membelot seperti Cekoslowakia. Bantuan ini membuat banyak negara mampu
pulih dan mengalahkan perlawanan dari komunis di negaranya.
Maret 1985, Mikhail Gorbachev selaku pemimpin baru Soviet meluncurkan Glasnost
(keterbukaan) dan Perestroika (restrukturisasi). Berfokus dengan perbaikan ekonomi dalam
negeri dan menghentikan perlombaan militer, salah satunya dengan mengizinkan masuknya
modal asing. Hal ini diimbangi dengan perbaikan hubungan bersama George Bush (AS) dan
menyetujui reunifikasi Jerman. Kebijakan Gorbachev membuatnya kehilangan dukungan dari
militer Soviet, sehingga negara-negara satelit mulai memerdekakan diri sejak 1989. Upaya
kudeta dilakukan oleh garis keras Uni Soviet pada 1991, salah satunya dengan upaya
pembunuhan atas Gorbachev. Hal ini gagal, dan kemudian Uni Soviet dibubarkan pada 25
Desember 1991 untuk menghindari perpecahan lebih lanjut.