Pemberi waralaba
Badan usaha atau perorangan yang memberikan hak kepada pihak lain untuk memanfaatkan
dan/atau menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau penemuan, atau ciri khas usaha yang
dimilikinya.
Penerima waralaba
Badan usaha atau perorangan yang diberikan hak untuk memanfaatkan dan/atau menggunakan hak
atas kekayaan intelektual atau penemuan, atau ciri khas yang dimiliki pemberi waralaba.[7]
Jenis waralaba
Waralaba dapat dibagi menjadi dua:
Waralaba luar negeri, cenderung lebih disukai karena sistemnya lebih jelas, merek sudah
diterima diberbagai dunia, dan dirasakan lebih bergengsi.
Waralaba dalam negeri, juga menjadi salah satu pilihan investasi untuk orang-orang yang ingin
cepat menjadi pengusaha tetapi tidak memiliki pengetahuan cukup peranti awal dan kelanjutan
usaha ini yang disediakan oleh pemilik waralaba.
Tingkat pengembalian
Tingkat pengembalian yang layak dari sebuah waralaba adalah minimum 15 persen dari nilai.
Ongkos awal, dimulai dari Rp10 juta hingga Rp1 miliar. Biaya ini meliputi pengeluaran yang
dikeluarkan oleh pemilik waralaba untuk membuat tempat usaha sesuai dengan spesifikasi
pengwaralaba dan ongkos penggunaan HAKI.
Ongkos royalti, dibayarkan pemegang waralaba setiap bulan dari laba operasional. Besarnya
ongkos royalti berkisar dari 5-15 persen dari penghasilan kotor. Ongkos royalti yang layak
adalah 10 persen. Lebih dari 10 persen biasanya adalah biaya yang dikeluarkan untuk
pemasaran yang perlu dipertanggungjawabkan.
Hal ini tentu saja akan lebih mudah untuk memasarkan produk yang dijual ke
masyarakat, sehingga biaya dan tenaga yang dikeluarkan untuk membangun
reputasi bisnis tidak sesulit ketika kita membangun bisnis dari awal.
Dengan sistem waralaba biasanya ada potongan fee, dimana keuntungan mitra
sebagian kecil akan menjadi hak si pemilik waralaba.
5. Pemotongan keuntungan
Selain biaya waralaba, mitra waralaba juga harus membayar royalti kepada
franchisor, yaitu pemotongan dari sejumlah keuntungan yang Anda dapatkan. Jika
ternyata keuntungan Anda hanya sedikit, maka keuntungan tersebut tetap
dipotong untuk menutupi biaya royalti.
Namun tidak semua brand waralaba memberlakukan sistem seperti ini. Jadi, Anda
harus menanyakan mengenai hal tersebut sejak awal.
Waralaba, Solusi atau Masalah?
Oleh: Ahmad Syaikhon Sabtu, 14/06/2014
Bisnis waralaba memang sangat menarik belakangan ini. Lihat saja di setiap
sudut kota pasti ada saja bisnis waralaba yang buka, baik makanan, minuman,
dan lain sebagainya. Tetapi, sebetulnya jenis bisnis ini solusikah atau masalah.
Bagi Anda yang ingin membuka usaha minim pengalaman, bisnis ini bisa jadi
solusi. Dengan membeli merk atau dengan bahasa sekarang membeli sebuah
waralaba. Baik itu waralaba makanan, minuman atau lain sebagainya, pastinya
kesemua waralaba itu menawarkan kemudahan berbisnis kepada Anda yang
tidak memiliki pengalaman berbisnis.
Meski demikian, bukan berarti Anda dapat seenaknya membeli sebuah waralaba
tanpa pertimbangan matang. Karena dampaknya, jika Anda salah menentukan
pilihan bukan tidak mungkin usaha Anda gagal alias gulung tikar.
Meski bisnis dengan sistem waralaba memiliki risiko kegagalan yang relatif kecil,
bukan berarti kesuksesan akan terjamin 100%. Karena, harus diakui pula tidak
sedikit kalangan yang gagal dan akhirnya menutup usaha.
Ya, kegagalan adalah hal yang wajar dalam bisnis. Karena jalan berbisnis tak
selamanya lurus, kadangkala jalan yang harus dilalui berliku dan terjal. Tetapi
untuk kegagalan bisnis waralaba, ada beberapa alasan yang menjadikannya
gagal.
Pertama, dari sisi pemilik waralaba, kegagalan bisa saja terjadi karena salah
konsep bisnis, komitmen yang lemah untuk mendukung waralaba mereka.
Sehingga menjadikan perjanjian yang dibuat tidak jelas, atau lain sebagainya.
Istilah waralaba atau franchise memang telah menjadi salah satu model bisnis
yang populer. Tak hanya ditilik dari kemudahan berbisnis, tetapi masing-masing
waralaba menjanjikan keuntungan yang luar biasa.
Waralaba sendiri merupakan ikatan di mana salah satu pihak diberikan hak
memanfaatkan dan atau menggunakan merk atau dengan imbalan berdasarkan
persyaratan yang ditetapkan dalam rangka penyediaan dan atau penjualan
barang dan jasa yang sudah disepakati