Anda di halaman 1dari 18

1

BAB I
PENDAHULUAN

A.            LATAR BELAKANG
Islam adalah agama yang sangat mementingkan Akhlak dari pada masalah-
masalah lain. karena misi Nabi Muhammad diutus untuk menyempurnakan
Akhlak. Hal itu dapat kita lihat pada zaman Jahiliyah kondisi Akhlak yang sangat
semrawut tidak karuan mereka melakukan hal-hal yang menyimpang seperti
minum khomar dan berjudi. Hal-hal tersebut mereka lakukan dengan biasa bahkan
menjadi adat yang diturunkan untuk generasi setelah mereka.
Prinsip Akhlak dalam Islam terletak pada iman yang dimiliki oleh setiap
orang mukmin yang berfungsi sebagai motor penggerak dan motivasi
terbentuknya kehendak untuk merefleksikan dalam tata rasa, tata karsa, dan tata
karya yang kongkret. Dalam hubungan ini Abu Hurairoh meriwayatkan hadist
dari Rosulullah Saw yang artinya:
“Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang terbaik akhlaknya.
Dan sebaik-baik diantara kamu ialah yang paling baik kepada istrinya”.
Dari arti ayat diatas dapat kita ambil contoh bahwa ciri khas orang yang
beriman adalah indah perangainya dan santun tutur katanya, tegar dan teguh
pendirian (tidak terombang ambing), mengayomi atau melindungi sesama,
mengerjakan buah amal yang dapat dinikmati oleh lingkungan.
Akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam diri manusia dan bisa
bernilai baik atau bernilai buruk. Akhlak tidak selalu identik dengan pengetahuan,
ucapan ataupun perbuatan orang yang bisa mengetahui banyak tentang baik
buruknya akhlak, tapi belum tentuini didukung oleh keluhuran akhlak, orang bisa
bertutur kata yang lembut dan manis, tetapi kata-kata bisa meluncur dari hati
munafik. Dengan kata lain akhlak merupakan sifat-sifat bawaan manusia sejak
lahir yang tertanam dalam jiwanya dan selalu ada padanya Al-Qur'an selalu
menandaskan, bahwa akhlak itu baik atau buruknya akan memantul pada diri
sendiri sesuai dengan pembentukan dan pembinaannya.
Makalah ini akan  membahas tentang beberapa pengetahuan tentang faktor-
faktor yang mempengaruhi dan pembentukan akhlak dan dimensi-dimensi akhlak.

B.            RUMUSAN MASALAH
1.      Apa pengertian dari akhlak?
2.      Apa saja faktor pembentukan akhlak ?
3.      Apa saja faktor yang mempengaruhi akhlak ?
4.      Apa itu dimensi akhlak ?

C.           TUJUAN MASALAH
1)    Untuk mengetahui tentang akhlak.
2

2)    Untuk mengetahui apa saja faktor mempengaruhi akhlak


3)    Untuk mengetahui apa saja faktor pembentukan akhlak
4)    Untuk mengetahui apa saja dimensi-dimensiakhlak
3

BAB II
PEMBAHASAN

A.           PENGERTIAN AKHLAK
Kata akhlak berasal dari bahasa Arab khuluq yang jamaknya akhlaq.
Menurut bahasa, akhlak artinya perangai, tabiat, dan agama. Secara sempit,
pengertian akhlak dapat diartikan dengan kumpulan kaidah untuk menempuh jalan
yang baik, jalan yang sesuai untuk menuju akhlak, pandangan akal tentang
kebaikan dan keburukan.
1.         Menurut Ibnu Maskawaih (941-1030 M)
Keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-
perbuatan tanpa melaluipertimbangan pikiran terlebih dahulu. Keadaan ini terbagi
dua, ada yang berasal dari tabiat aslinya, ada pula yang diperoleh dari kebiasaan
yang berulang-ulang. Boleh jadi, pada mulanya tindakan itu melalui pikian dan
pertimbangan, kemudian dilakukan terus-menerus maka jadilah suatu bakat dan
akhlak.
2.         Imam Al-Ghazali (1055-1111 M)
Dalam Ihya Ulumuddin menyatakan: Akhlak adalah daya kekuatan (sifat) yang
tertanam dalam jiwa yang mendorong perbuata yang spontan tanpa memerlukan
pertimbangan pikiran. Jadi, akhlak merupakan sikap yang melekat pada diri
seseorang dan secara spontan diwujudkan dalam tingkah laku dan perbuatan.
3.         Muhyiddin Ibnu Arabi (1165-1240 M)
Keadaan jiwa seseorang yang mendorong manusia untuk berbuat tanpa melalui
pertimbangan dan pilihan terlebih dahulu. Keadaan tersebut pada seseorang boleh
jadi merupakan tabiat atau bawaan, dan boleh jadi juga merupakan kebiasaan
melalui latihan dan perjuangan.
4.         Syekh Makarim Asy-Syirazi
Akhlak adalah sekumpulan keutamaan maknawi dan tabiat batini manusia.
5.         Al-Faidh Al-Kasyani (w. 1091 H)
4

Akhlak adalah ungkapan untuk menunjukkan kondisi yang mandiri dalam jiwa,
yang darinya muncul perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa didahului
perenungan dan pemikiran.

B.       FAKTOR-FAKTOR MEMPENGARUHI AKHLAK
Segala tindakan dan pperbuatan manusia yang memiliki corak berbeda
antara satu dengan yang lainnya, pada dasarnya merupakan akibat adanya
pengaruh dari dalam diri manusia (insting) dan motivasi yang disuplai dari luar
dirinya seperti milieu, pendidikan dan aspek waritssh. Untuk itu berikut ini akan
dibahsa faktor-faktor yang mempengaruhi akhlak.[1]
1.             Insting (Naluri)
Aneka corak refleksi sikap, tindakan dan perbuatan manusia dimotivasi oleh
kehendak yang dimotori oleh Insting seseorang ( dalam bahasa Arab gharizah).
Insting merupakan tabiat yang dibawa manusia sejak lahir. Para Psikolog
menjelaskan bahwa insting berfungsi sebagai motivator penggerak yang
mendorong lahirnya tingkah laku antara lain adalah:

a.    Naluri Makan (nutrive instinct). Manusia lahir telah membawa suatu hasrat makan


tanpa didorang oleh orang lain.
b. Naluri Berjodoh (seksul instinct). Laki-laki mengingkan wanita dan
wanita mengingkan laki-laki Dalam al-Quran diterangkan Kalimat yang
dimaksud untuk naluri berjodoh ini pada kata-kata ini :
"Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang
diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak".

 ( QS. Ali Imran : 14

c. Naluri Keibuan (peternal instinct) tabiat kecintaan orang tua


kepada anaknya dan sebaliknya kecintaan anak kepada orang tuanya.
d. Naluri Berjuang (combative instinct). Tabiat manusia untuk
mempertahnkan diri dari gangguan dan tantangan.
5

e. Naluri Bertuhan. Tabiat manusia mencari dan merindukan


penciptanya.1
Segenap naluri insting manusia itu merupakan paket yang inheren dengan
kehidupan manusia yang secara fitrah sudah ada dan tanpa perlu di pelajari
terlebih dahulu. Dengan potensi naluri itu lah manusia dapat memperudukaneka
corak perilaku sesuai pula dengan corak instingnya.
2.             Adat ( Kebiasaan)
Adat atau kebiasaan adalah setiap tindakan dan perbuatan seseorang yang
dilakukan secara berulang-ulang dalam bentuk yang sama sehingga menjadi
kebiasaan, seperti berpakaian, makan, tidur, olahraga dan sebagainya.
Dengan demikian, Abu Bakar Zikri berpendapat : “ perbuatan manusia, apabila di
kerjakan secara berulang-ulang sehingga menjadi mudah melakukannya itu
dinama kan adat kebiasaan”.
            Perbuatan yang telah menjadi adat/kebiasaan tidak cukup hanya di ulang-
ulang saja, tetapi harus disertai kesukan dan kecendrungan hati terhadapnya.
Orang yang sedang sakit, rajin beroabat, minum obat, mematuhi nasiahat-nasiahat
dokter tidak bisa di katakana adat kebiasaan, sebab dengan begitu dia
mengharapkan sakitnya lekas sembuh. Apabila ia telah sembuh, dia tidak akan
berobat lagi kepada dokter. Jadi, terbentuknya kebiasaan itu, adalah karena adanya
kecendrungan hati yang di iringi perbuatan.
            Adapaun ketentuaan sifat-sifat adat kebiasaan, ialah :
a.       Mudah diperbuat
b.      Menghemat waktu dan perhatian
Hal ini dapat di lihat ketika orang baru belajar naik sepeda yang sering
jatuh. Namun, dengan latihan berulang-ulang, akhirnya ia bisa naik sepeda dengan
baik. Karena sudah menjadi kebiasaan, naik sepada di lakukan dengan mudah.
3.             Wirotsah ( Keturunan)

1
Zahruddin. 2004. PEMGANTAR STUDI AKHLAK. Jakarta: PT Raja Perlindo
Persada.hal 92
6

Istilah wirotsah berhubungan dengan faktor keturunan. Dalam hal ini secara
langsung atau tidak langsung, sangat mempengaruhi bentukan sikap dan tingkah
laku seseorang. sifat-sifat asasi anak merupakan pantulan sifat -sifat asasi orang
tuanya. Kadang-kada ng anak itu mewarisi sebagian besar dari salah satu sifat
orang tuanya itu. Ilum pengetahuaan belum menemukan secara pasti, tentang
ukuran warisan dari campuran atau prosentase warisan orang tua terhadap orang
tuanya. Peranan keturunan, sekali pun tidak mutlak, dikenal pada setiap suku,
bangsa dan daerah.
4.             Milieu (lingkungan)
Salah satu aspek yang turut memberikan saham dalam terbentuknya corak
sikap dan tingkah laku seseeorang adalah faktor milieu (lingkung) dimana
seseorang berada. Milieu artinya artinya suatu yang melingkupi tubuh yang hidup
meliputi tanah dan udara sedangkan lingkungan manusia, ialah apa yang
mengelilinginya, seperti negeri, lautan, udara, dan masyarakat. milieu ada 2
macam:
a.         Lingkungan Alam

Alam yang melingkupi manusia merupakan faktor yang mempengaruhi dan


menentukan tingkah laku seseorang. Lingkungan alam mematahkan atau
mematangkan pertumbuhn bakat yang dibawa oleh seseorang. Pada zaman Nabi
Muhammad pernah terjadi seorang badui yang kencing di serambi masjid, seorang
sahabat membentaknya tapi nabi melarangnya. Kejadian diatas dapat menjadi
contoh bahwa badui yang menempati lingkungan yang jauh dari masyarakat luas
tidak akan tau norma-norma yang berlaku.

b.         Lingkungan sosial

Manusia hidup selalu berhubungan dengan manusia lainnya. Itulah


sebabnya manusia harus bergaul. Oleh karena itu, dalam pergaulan akan saling
mempengaruhi dalam fikiran, sifat, dan tingkah laku. Contohnya Akhlak orang
tua dirumah dapat pula mempengaruhi akhlak anaknya, begitu juga akhlak anak
sekolah dapat terbina dan terbentuk menurut pendidikan yang diberikan oleh
guru-guru disekolah.Setiap perilaku manusia didasarkan atas kehendak. Apa yang
7

dilakukan manusia timbul dari kejiwaan. Walaupun pancaindra kesulitan melihat


pada dasar kejiwaan, namun dapat dilihat dari wujud kelakuan. Maka setiap
kelakuan pasti bersumber dari kejiwaan.

C.    ARTI PEMBENTUKAN AKHLAK

Berbicara masalah pembentukan akhlak sama dengan berbicara tentang


tujuan pendidikan, karena banyak sekali dijumpai pendapat para ahli yang
menyatakan bahwa tujuan pendidikan adalah pembentukan akhlak. Muhammad
Athiyah Al-Abrasyi  misalnya mengatakan bahwa pendidikan budi pekerti dan
akhlak adalah jiwa dan tujuan pendidikan islam. Demikan pula ahmad D.
Marimba berpendapat bahwa tujuan utama pendidikan islam adalah identik
dengan tujuan hidup setiap Muslim, yaitu untuk menjadi hamba Allah, yaitu
hamba yang percaya dan menyerahkan diri kepada-Nya dengan memeluk agama
islam.[2]

Namun sebelum itu masih ada masalah yang perlu kita dudukkan dengan
seksama, yaitu apakah akhlak itu dapat dibentuk atau tidak? jika dapat dibentuk
apa alasannya dan bagaimana caranya?  Dan jika tidak, apa pula alasannya dan
bagaimana selanjutnya

Menurut sebagian ahli bahwa akhlak tidak perlu dibentuk, karena akhlak
adalah insting (garizah) yang dibawa manusia sejak lahir. Bagi golongan ini
bahwa masalah akhlak adalah pembawaan dari manusia sendiri, yaitu
kecendrungan kepada kebaikan atau fithrah yang ada dalam diri manusia, dan
dapat juga berupa kata hati atau intuisi yang selalu cendrung kepada kebenaran.
Dengan pandangan seperti ini, maka akhlak akan tumbuh dengan sendirinya,
walaupun tanpa dibentuk atau diusahakan (ghair muktasabah). Kelompok ini
lebih lanjut menduga bahwa akhlak adalah gambaran batin sebagaimana terpantul
dalam perbuatan lahir. Perbuatan lahir ini tidak akan sanggup mengubah
8

perbuatan batin. Orang yang bakatnya pendek misalnya tidak dapat dengan
sendirinya meninggikan dirinya, demikian sebaliknya.2

Selanjutnya ada pula pendapat yang mengatakan bahwa akhlak adalah hasil
dari pendidikan, latihan, pembinaandan perjuangan keras dan sungguh-sungguh.
Kelompok yang mendukung pendapat yang kedua ini umumnya datang dari
Ulama-ulama Islam yang cendrung pada akhlak. Ibnu Maskawaih, Ibn Sina, al-
Ghazali dan lain0lain termasuk kepada kelompok yang mengatakan bahwa akhlak
adalah hasil usaha (muktasabah). Pada kenyataan dilapangan, usaha-usaha
pembinaan akhalak melalui berbagai lembaga pendidikan dan melalui berbagai
macam metode terus dikembangkan. Ini menunjukkan bahwa akhlak memang
perlu dibina, dan pembinaan ini ternyata membawa hasil berupa terbentuknya
pribadi-pribadi muslim yang berakhlak mulia, taat kepada Allah dan Rasul-Nya,
hormat kepada ibu-bapak, saying kepada sesame makhluk Tuhan dan seterusnya.
Keadaan sebaliknya juga menunjukkan bahwa anak-anak yang tidak dibina
akhlaknya, atau dibiarkan tanpa bimbingan, arahan, dan pendidikan, ternyata
menjdi anak-anak yang nakal, mengganggu masyarakat, melakukan berbagai
perbuatan tercela dan seterusnya. Ini menunjukkan bahwa akhlak memang perlu
dibina.[3]

Keadaan pembinaan ini semakin terasa diperlukan terutama pada saat


dimana semakin banyak tantangan dan godaan sebagai dampak dari kemajuan
dibidang iptek. Peristiwa yang baik atau yang buruk dengan mudah dapat dilihat
melalui pesawat televise, internet dan lain-lain. Demikian pula produk obat-obat
terlarang, minuman keras, dan pola hidup materialistic dan hedonistic semakin
menggejala. Semua ini jelas membutuhkan pembinaan akhlak.

Dengan demikian pembentukan akhlak dapat diartikan sebagai usaha


sungguh-sungguh dalam rangka membentuk anak, dengan menggunakan sarana
pendidikan dan pembinaan yang terprogram dengan baik dan dilaksanakan dengan

2
Musa, Muhammad Yusuf, Falsafah al-akhlaq fi al-islam, Bandung: CV Pustika
Setia, 1997, hal 9.
9

sungguh-sungguh. Potensi rohaniah yang ada dalam diri manusia dibina secara
optimal dengan cara dan pendekatan yang tepat.

D.    TEORI-TEORI BARAT TENTANG PEMBENTUKAN AKHLAK

Berbicara tentang masalah pembentukan akhlak atau kepribadian seseorang,


maka sebenarnya kita akan masuk pada pembicaraan tentang ‘perkembangan’
kepribadian manusia, karena perkembang itu sendiri bararti serangkaian
perubahan progesif yang terjadi sebagai akibat dari proses  kematangan dan
pengalaman. Peruban ini bersifat kualitatif dan sangat terkait dengan suatu proses
integrasi dari banyak struktur dan fungsi yang kompleks.

Untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak


pada khususnya dan pendidikan pada umumnya, ada tiga aliran yang sudah amat
popular. Pertama aliran Nativisme. Kedua, aliran Empirisme, dan ketiga aliran
konvergensi.[4]

1.         Aliran Nativisme

Menurut aliran Nativisme bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap


pembentukan diri seseorang adalah factor pembawaan dari dalam yang bentuknya
dapat berupa kecendrungan, bakat, akal, dan lain-lain. Jika seseorang sudah
memiliki pembawaan atau kecendrungan kepada yang baik, maka dengan
sendirinya orang tersebut menjadi baik. Aliran ini tampaknya begitu yakin
terhadap potensi batin yang ada dalam diri manusia, da hal ini kelihatannyaerat
kaitannya dengan pendapat aliran intuisisme dalam hal penentuan baik dan buruk
sebagaimana telah diuraikan diatas. Aliran ini tampak kurang menghargai atau
kurang memperhitungkan peranan pembinaan dan pendidikan.

2.         Aliran Empirisme

Menurut aliran Empirisme bahwa factor yang paling berpengaruh


terhadap pembentukan diri seseorang adalah factor dari luar, yaitu lingkungan
social, termasuk pembinaan dan pendidikan yang diberikan. Jika pendidikan dan
pembinaan yang diberikan kepada anak itu baik, maka baiklah anak itu. Demikian
10

3
jika sebaliknya. Aliran ini tampak lebih begitu percaya kepada peranan yang
dilakukan oleh dunia pendidikan dan pengajaran. Dalam pada itu aliran
konvergensi berpendapat pembentukan akhlak dipengaruhi oleh faktor internal,
yaitu pembawaan sianak, dan faktor dari luar yaitu pendidikan dan pembinaan
yang dibuat secara khusus, atau melalui interaksi dalam lingkungan social.

3.         Aliran konvergensi

Menurut aliran konvergensi berpendapat pembentukan akhlak


dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu pembawaan sianak, dan faktor dari luar
yaitu pendidikan dan pembinaan yang dibuat secara khusus, atau melalui interaksi
dalam lingkungan social. Pendapat ini terdapat kesesuaian dengan ajaran islam.
Hal ini dapat dipahami dari ayat berikut yang artinya:

“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan
hati, agar kamu bersyukur”.( Q.S. al-Nahl : 78)

Ayat tersebut memberi petunjuk bahwa manusia memiliki potensi untuk


dididik, yaitu penglihatan, pendengaran dan hati sanubari. Potensi tersebut harus
disyukuri dengan cara mengisinya dengan ajaran dan pendidikan

Dengan demikian faktor yang mempengaruhi pembinaan akhlak pada anak


ada dua, yaitu faktor dari dalam yaitu potensi fisik, intelektual dan hati (rohaniah)
yang dibawa sianak sejak lahir, dan factor dari luar yang dalm ini adalh kedua
orang tua dirumah, guru di sekolah, dan tokoh-tokoh serta pemimpin
dimasyarakat. Melelui kerja sama yang baik antara tiga lembaga pendidikan
tersebut, maka aspek kognitif ( pengetahuan), efektif (penghayatan), psikomotorik
(pengamalan) ajaran yang diajarkan akan terbentuk pada diri anak. Inilah yang
selanjutnya dikenal dengan istilah manusia seutuhnya.

3
Ya’qub, Hamzah. (1988). Etika Islam: Pembinaan Akhlaqulkarimah (Suatu
Pengantar). Bandung: CV Diponegoro. Cet. IV, hal 71
11

E.     KONSEP PSIKOLOGI ISLAM DALAM HAL PEMBENTUKAN


AKHLAK

Konsep psikologi islam yang di asumsikan dari struktur nafsani tidak lagi
meneriama konsep dari ke-3 aliran psikologi barat dalam hal pemebentukan
akhlak manusia. Disamping terdapat berbagai kelemahan, ke-3 aliran tersebut
hanya menorientasikan teorinya pada pola piker antroposentris. Artinya,
perkembangan khlak manusia seakan-akan  hanya di pengaruhi oleh faktor
manusiawi. Manusia dalam pandanmg psikologi islam telam memiliki
seperangkat kopetensi, disposisi, dan karakter unik. Semua potensi itu bukan
diturunkan dari orang tua, melainkan di berikan oleh Allah, sejak di dalam
perjanjian (mistiq). Proses pemberian potensi-potensi tersebut melalui
struktur ruhany. Oleh sebab itu maka struktur ruhani di sebut juga dengan fitrah al
munazzalah. Jadi secara potensial, kondisi kejiwaan manusia tidak netral, apalagi
kosong seperti kertas putih. Manusia adalah makhluk religious ( makhluk
beragama), namun potensi tersebut memerlukan bimbingan dan pengembangan
dari lingkungannya (dalam arti luas), karena secara actual manusia tidak memiliki
kebaikkan atau keburukkan yang diwarisi, kebaikan dan keburukkan sangat
tergantung pada realisasi diri. Lingkungan yang akan mengenalkannya pada nilai-
nilai dan norma-norma agama yang harus dituruti dan di lakonkan.

Faktor hereditas boleh jadi menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi
pembentukan pribadi/akhlak manusia. Hal ini di isyaratkan dalam hadist nabi
bahwa pemilihan jodoh itu harus di lihat dari 4 segi yaitu harta, keturunan,
kencantiak dan agama. Nabi kemudian menganjurkan untuk memilih agamanya
agar kelak rumah tangganya menjadi bahagia dan selamat. Hadist ini  menunjukan
adanya dan pentingnya faktor hereditas dalam pemebentukan pribadi anak,
sehinggah jauh-jauh sebelumnya ia telah memilih garis keturan yang baik, agar
anaknya nanti memiliki bawaan yang baik yang baik pula.

Dengan demikan juga, psikologi islam mengakui adanya peran lingkungan


dalam penetuan kepribadian seseorang. Lingkungan ini sendiri di interpretasaikan
denag sangat luas oleh islam, dimana didalamnya termasuk pula kebudayaan dan
12

tradisi keagamaan yang akan mempengaruhi terhadap sikap keagamaan seseorang.


Faktor pendidikan pun termasuk pula dalam peran lingkungan yang dimaksud,
baik itu pendidikan keluarga, lembaga, maupun masyarakat secara umum.

Faktor terakhir yang di asumsikan oleh psikologi islami sebagai faktor yang
mempengaruhi kepribadian manusia adalah keaktifan Allah dalam perkembangan
manusia, yang di wujudkannya dalam bentuk pemberian sunnah  dan hidayah
(Q.S Al A’la : 2-3 dan Thoha ;50 ). Sunah dan hidayat merupan anugrah,
pertolongan(inayah) dan ketentuan (taqdir)nya untuk kebaikan perkembangan
hidup manusia. [5]

F.     DIMENSI AKHLAK

Imam A- Ghazali mengatkan bahwa ahlak tidak hanya terbatas pada apa
yang dikenal dengan “teori menengah” dalam keutamaan seperti apa yang disebut
aristotelels, dan pada sejumlah sifat keutamaan yang bersifat pribadi, tetapi juga
menjangkau sejumlah sifat keutamaan akali dan amali, perorangan dan
masyarakat. Semua sifat ini bekerja dalam satu kerangka umum yang mengarah
kepada suatu sasaran dan tujuan yang telah ditentukan.

1.    Akhlak Terhadap Allah SWT

Menurut pendapat Quraish Shihab bahwa titik tolak akhlak kepada Allah
adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan melainkan Allah. Dia
memiliki sifat-sifat terpuji; demikian agung sifat itu, jangankan manusia, malaikat
pun tidak akan mampu menjangkaunya.
Menurut Kahar Masyhur dalam bukunya yang berjudul “Membina Moral
dan Akhlak” bahwa akhlak terhadap Allah, itu antara lain :
a.       Cinta dan ikhlas kepada Allah SWT.
b.      Berbaik sangka kepada Allah SWT.
c.       Rela terhadap kadar dan qada (takdir baik dan buruk) dari Allah SWT.
d.      Bersyukur atas nikmat Allah SWT.
e.       Bertawakal/ berserah diri kepada Allah SWT.
f.       Senantiasa mengingat Allah SWT.
13

g.      Memikirkan keindahan ciptaan Allah SWT.4


h.      Melaksanakan apa-apa yang diperintahkan Allah SWT.

Dari uraian-uraian diatas dapat dipahami bahwa akhlak terhadap Allah


SWT, manusia seharusnya selalu mengabdikan diri hanya kepada-Nya semata
dengan penuh keikhlasan dan bersyukur kepada-Nya, sehingga ibadah yang
dilakukan ditujukan untuk memperoleh keridhaan-Nya. Dalam melaksanakan
kewajiban yang diperintahkan oleh  Allah, terutama melaksanakan ibadah-ibadah
pokok, seperti shalat, zakat, puasa, haji, haruslah menjaga kebersihan badan dan
pakaian, lahir dan batin dengan penuh keikhlasan. Tentu yang tersebut bersumber
kepada al-Qur’an yang harus dipelajari dan dipelihara kemurnianya dan
pelestarianya oleh umat Islam.

2.    Akhlaq Terhadap Rasulullah SAW


Disamping akhlak kepada Allah Swt, sebagai muslim kita juga harus
berakhlak kepada Rasulullah Saw, meskipun beliau sudah wafat dan kita tidak
berjumpa dengannya, namun keimanan kita kepadanya membuat kita harus
berakhlak baik kepadanya, sebagaimana keimanan kita kepada Allah Swt
membuat kita harus berakhlak baik kepada-Nya. Meskipun demikian, akhlak baik
kepada Rasul pada masa sekarang tidak bisa kita wujudkan dalam bentuk
lahiriyah atau jasmaniyah secara langsung sebagaimana para sahabat telah
melakukannya.
a.              Ridha Dalam Beriman Kepada RasulIman kepada Rasul Saw
b.             Mencintai dan Memuliakan Rasul
c.              Mengikuti dan Mentaati Rasul
d.             Mengucapkan Shawalat dan Salam Kepada Rasul
e.              Menghidupkan Sunnah Rasul
f.              Menghormati Pewaris Rasul

Rahman, padli.2009. AKHLAK TASAWUF Memahami Dunia Esoteris Islam.


4

Malang: Setara Pess.hal 47


14

3.    Akhlaq Terhadap Pribadi


Akhlaq Pribadi, akhlaq pribadi meliputi sebagai berikut:
a.              Shidiq (ash-sidqu) artinya benar atau jujur
b.             Amanah
c.              Istiqamah
d.             Iffah
e.              Mujahadah
f.              Syaja’ah
g.             Tawadlu
h.             Zuhud
i.               Sabar dan Pemaaf

4.    Akhlaq Dalam Keluarga


Kedudukan Anak Menurut Agama, Anak sebagai perhiasan kehidupan dunia,
Anak sebagai ujian bagi orang tua, Anak sebagai penghibur hati
a.    Akhlak Orang Tua Terhadap Anak : memberi nama yang baik pada anaknya dan
memilih calon ibu yang baik untuk nya
b.    Akhlak anak kepada orang tua, selalu memuliakan orang tua dan
menghormatinya.
c.    Akhlak Antara Ayah dan Ibu: Di dalam Islam, ayah dan ibu atau suami dan istri
memiliki hak dan kewajiban sama meskipun tugas masing-masing berbeda. Sang
ayah sebagai kepala rumah tangga mempunyai tugas untuk memberi nafkah atau
rezeki bagi seluruh anggota keluarga, termasuk sang istri.
d.    Akhlak terhadap suami dan isteri, akhlaq itu antara lain, adalah Kewajiban
suami kepada isteri Kewajiban yang harus dipenuhi oleh seorang suami terhadap
isteri antara lain : Mahar, Nafkah,  Ihsan al-‘Asyarah, Membimbing dan
Mendidik Keagamaan Isteri

5.    Akhlaq Bermasyarakat5

Rahman, padli.2009. AKHLAK TASAWUF Memahami Dunia Esoteris Islam.


5

Malang: Setara Pess.hal 52


15

Akhlaq dalam Bertamu dan Menerima Tamu,  Islam memberikan tuntunan


bagaimana sebaiknya kegiatan bertamu dan bagaimana menerima tamu. Sebelum
memasuki rumah seseorang, hendaklah yang bertamu terlebih dahulu meminta
izin dan mengucapkan salam kepada penghuni rumah. Sebagaiman dijelaskan
allah dalam firmannya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam
kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu agar kamu (selalu)
ingat” (QS. Surat an-nur: 27)
a.              Hubungan Baik dengan Tetangga, Rasulullah saw mengatakan, bahwa
tetangga yang baik adalah salah satu, dari tiga hal yang mebahagiakan hidup.“
Diantara yang membuat bahagia seorang muslim adalah tetangga yang  baik,
rumah yang lapang dan kendaraan yang nyaman” (HR. Hakim)
b.             Hubungan Baik dengan Masyarakat, Adab Bergaul Dalam Masyarakat :
 Adab bergaul dengan yang lebih tua, Kitapun dianjurkan untuk bergaul dengan
orang-orang tua lainnya dengan penuh hormat dan sopan santun.
  Adab bergaul dengan orang yang sebaya, Pergaulan dengan orang yang sebaya
adalah amat penting, karena dalam mengarungi kehidupan di dunia ini kita tidak
luput dari kesulitan. Dan dalam mengatasi kesulitan itu akan lebih cepat tersatasi
apabila kita banyak mendapatkan pertolongan orang-orang yang sebaya dengan
kita, karena sama-sama merasakan nasip yang seimbang berdasarkan
keseimbangan pengalaman, pengetahuan, usia dan lain sebagainya. Manusia itu
tidak akan dapat dengan sempurna tanpa ada pertolongan orang lain. Firman Allah
SWT : "Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikaan
bersifat lemah". (QS. An Nisa’ : 28)
  Adab bergaul dengan yang lebih muda. Kita senantiasa dianjurkan untuk bersikap
merendah, yakni bersifat sopan santun terhadap sesama orang mukmin, termasuk
terhadap orang-orang yang lebih muda dari pada kita. Dalam Alqur’an Allah SWT
berfirman :"Dan merendah dirilah kamu terhadap orang-orang yang beriman. (QS
Al Hijr: 88)".
16

BAB III
PENUTUP
17

A.    KESIMPULAN
Dari pemaparan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa:
Akhlak adalah sebuah perangai manusia yang bisa dirubah atau dibentuk
untuk manjadi sebuah perangai yang baik, namun butuh waktu dan pembiasaan
diri dalam proses tersebut. Untuk itu perlu adanya beberapa hal yang menjadi
faktor – faktor penunjang yang dapat membantu perubahan akhlaq atau perilaku
seseorang.
            Beberapa faktor yang mempengaruhi Pembentukan Akhlak Menurut 3
Aliran yakni aliran filsafat natifisme, empirisme, dan konvergensi memiliki
pandangan berbeda – beda sperti terurai di atas. Namun penulis berpendapat
bahwa adanya korelasi yang sama pada aliran konvergensi, yakni pada dasarnya
perubahan akhlaq atau perilaku seseorang tidak hanya adanya faktor yang ada
pada dirinya sendiri atau internal melainkan juga adanya faktor dari luar yakni
eksternal.
            Ada 5 faktor yang menjadi pengaruh perubahan perilaku seseorang yakni
manusia itu sendiri, instinc, adat, keturunan, dan lingkungan. Dari hal tersebut
maka apabila seseorang ingin merubah suatu akhlaq pada dirinya maka hal yang
terpenting baginya adalah memperhatikan dan membiasakan 5 perkara yang
menjadi faktor penyebab perubahan akhlaq tersebut.

B.     SARAN
Demikian apa yang dapat penulis paparkan tentang Faktor – faktor yang
mempengaruhi pembantukan akhlaq. Saya berharap apa yang telah kita simak
dalam uraian di atas dapat memberikan manfaat pada kita semua.

DAFTAR PUSATAKA
18

Rahman, padli.2009. AKHLAK TASAWUF Memahami Dunia Esoteris


Islam. Malang: Setara Pess

Zahruddin. 2004. PEMGANTAR STUDI AKHLAK. Jakarta: PT Raja


Perlindo Persada

Musa, Muhammad Yusuf. 1997.  Falsafah al-akhlaq fi al-islam, Bandung:


CV Pustika Setia

Ya’qub, Hamzah. (1988). Etika Islam: Pembinaan Akhlaqulkarimah (Suatu


Pengantar). Bandung: CV Diponegoro.

http://konselingbki21.blogspot.co.id/2015/01/akhlak-kepada-allah-manusia-
dan-alam.html

http://www.mahfudrm.xyz/2017/04/makalah-dimensi-akhlak-dan-etika-
islam.html

Anda mungkin juga menyukai