Anda di halaman 1dari 25

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Permasalahan


Inti dari proses pendidikan secara keseluruhan adalah proses belajar
mengajar yang di mana peranan penting dipegang oleh guru dan siswa. Moh.
Uzer Usman (2009: 4) menyatakan bahwa suatu proses yang berisi
serangkaian kegiatan oleh guru dan siswa yang memiliki hubungan timbal
balik dan berlangsung secara edukatif untuk mencapai tujuan tertentu adalah
proses belajar mengajar. Syarat utama berlangsungnya proses belajar
mengajar adalah interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa.
Menurut Oemar Hamalik (2008: 19) tujuan pembelajaran mencakup aspek
kognitif, afektif dan psikomotor. Dalam hal ini mengarah pada kognitifnya
yang mempunyai enam kegiatan yaitu: (1) Pengetahuan, (2) Pemahaman, (3)
Penerapan, (4) Analisis, (5) Sintestis, (6) Evaluasi.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut disimpulkan bahwa tujuan dari
proses pembelajaran adalah untuk melatih manusia sehingga menjadi lebih
baik, dengan demikian guru berkewajiban untuk sanggup menciptakan situasi
belajar yang menyenangkan untuk membangkitkan semangat belajar siswa
dan siswa dapat memahami materi pelajaran dengan baik. Dengan demikian
guru harus mempunyai kesiapan mental, personal dan sosial sehingga dapat
melaksanakan proses pembelajaran dengan lebih baik. Jika peran guru
berjalan dengan baik maka proses belajar mengajar dapat terselenggara secara
efektif. Berdasar dengan hal tersebut guru harus memiliki kemampuan dalam
pengelolaan kelas, melalui peran guru dalam mengelola kelas secara
profesional diharapkan tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal
serta dapat mewujudkan hasil yang berkualitas.
Sarana interaksi guru dengan siswa di dalam kelas selama kegiatan belajar
mengajar biasanya disebut dengan metode mengajar. Guru dalam mendidik
siswa harus tahu memilih metode mengajar yang sesuai dengan tujuan, jenis
dan sifat materi pelajaran yang diajarkan. Selain memilih guru juga harus
memiliki kemampuan untuk memahami dan melaksanakan metode tersebut,
dengan maksud dan harapan berpengaruh terhadap hasil yang ingin dicapai.

1
Materi Kinematika gerak merupakan salah satu materi fisika yang
diajarkan di kelas 10 SMAN 1 Mepanga. Berdasarkan hasil wawancara
dengan siswa yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa penyampaian
pembelajaran yang dilakukan pengajar kepada siswa masih banyak
kekurangan, sehingga Materi Kinematika gerak dianggap sulit,
membosankan, dan kurang menarik. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan
masih terpusat pada guru, di mana guru menjelaskan secara teoritis tanpa
memberikan peragaan, visualisasi, dan gambar umum yang ada di lapangan.
Siswa dalam proses pembelajaran tersebut cenderung pasif dan tidak bisa
melakukan eksplorasi dari materi yang disampaikan.
Berdasarkan pemaparan tersebut timbul pemikiran untuk melakukan
penelitian tentang upaya meningkatkan antusiasme dan atau minat serta hasil
belajar siswa pada materi kinematika gerak di kelas 10 SMAN 1 Mepanga
melalui penggunaan model pembelajaran Group Invetigation (GI). Penerapan
model pembelajaran tipe GI diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar
siswa baik secara kognitif, afektif, psikomotor, dan keterampilan siswa.
sehingga, pembelajaran tersebut dapat meningkatkan pengetahuan siswa dan
bekal bagi siswa setelah lulus dari sekolah tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apakah model pembelajaran GI (Group investigation) dapat
meningkatkan hasil belajar pada siswa?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Mengetahui pengaruh model pembelajaran GI (Group investigation)
terhadap hasil belajar siswa pada materi kinematika.

1.4 Hipotestis
1.4.1 Dengan menggunakan model pembelajaran GI (Group investigation) dapat
meningkatkan hasil belajar pada siswa.

1.5 Manfaat Penelitian

2
1.5.1 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menghayati proses
penemuan atau penyusunan suatu konsep sebagai suatu keterampilan
proses dalam model pembelajaran GI (Group investigation).
1.5.2 Meningkatkan antusiasme dan atau minat belajar siswa dalam mempelajari
materi kinematika dan meningkatkan hasil belajar siswa.

BAB 2. LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Teori


2.1.1 Pengertian Belajar
Belajar merupakan suatu proses, dan bukan hasil yang hendak dicapai
semata (Oemar Hamalik, 2008: 20). Proses tersebut terlaksana melalui
serangkaian pengalaman, sehingga menghasilkan perubahan perilaku yang
telah dimiliki sebelumnya. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan
proses belajar berfokus pada tujuan seperti yang dikehendaki di dalam
pendidikan.
James O. Whittaker dalam Abu Ahmadi (2004: 126) menjelaskan
bahwa melalui latihan atau pengalaman, perilaku seseorang dapat timbul
atau berubah hal ini di definisikan sebagai belajar sebagai. Berkaitan
dengan definisi di atas, Cronbach dalam bukunya yang berjudul education
psychology berpendapat “learning is shown by change in behaviour as a
result of experience”. Melalui pengalaman, seseorang dapat belajar secara
efektif dan dapat berinteraksi secara langsung dengan objek belajar dengan
menggunakan semua alat inderanya.
Witherington dalam Nana Syaodih Sukmadinata (2004: 155-156)
menjelaskan bahwa belajar adalah perubahan kepribadian, yang
diwujudkan dalam pola-pola respon yang baru sehingga terbentuk
keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan yang baru dan
lebih baik. Sedangkan menurut Slameto (2003: 2) belajar adalah suatu
proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

3
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan belajar
sebagai proses perubahan tingkah laku seseorang, melalui serangkaian
kegiatan yang dialaminya melalui pengalamannya sehingga terbentuk
keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan yang baru dan
lebih baik. Belajar akan lebih baik, jika seseorang mengalami, merasakan
dan atau melakukannya sendiri. Dengan demikian belajar merupakan
kegiatan penting yang harus dilakukan setiap orang secara maksimal untuk
dapat menguasai atau memperoleh sesuatu sehinnga dapat mewujudkan
apa yang diharapkan dan dicita-citakan.

2.1.2 Hasil Belajar


Lembaga pendidikan formal menggunakan suatu acuan penilaian
tertentu untuk mengukur hasil belajar. Menurut Oemar Hamalik (2005: 25)
hasil belajar merupakan sesuatu yang diperoleh dari proses belajar. Hasil
belajar dapat berwujud nilai, angka dan abjad tertentu yang
menggambarkan suatu hasil, akibatnya adalah adanya perubahan kognitif,
afektif, maupun psikomotorik.
Menurut Nana Sudjana (2009: 22) hasil belajar merupakan
kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar.
Hasil belajar berupa pengetahuan, keterampilan, sikap, informasi, strategi
kognitif yang baru dan diperoleh siswa setelah berinteraksi secara
langsung dengan lingkungan dengan suasana atau kondisi pembelajaran.
Berdasarkan pengertian hasil belajar oleh para ahli tersebut dapat
disimpulkan, hasil belajar adalah ukuran tingkat keberhasilan yang dapat
dicapai oleh seorang siswa berdasar pengalaman yang diperoleh setelah
dilakukan evaluasi berupa test dan biasanya diwujudkan dengan nilai
tertentu serta menyebabkan terjadinya perubahan kognitif, afektif, maupun
psikomotorik.

2.1.3 Pendekatan Proses


Menurut Sagala (2010) suatu pendekatan dengan pengajaran yang
memberi kesempatan kepada siswa untuk ikut menghayati proses

4
penemuan atau penyusunan suatu konsep sebagai suatu keterampilan
proses merupakan pendekatan proses. Pendekatan proses dalam
pembelajaran dikenal pula sebagai keterampilan proses di mana guru
memvariasikan kegiatan pengajaran, agar siswa terlibat aktif dan
memperoleh berbagai pengalaman.
Sementara menurut Widada (2008) Pendekatan keterampilan proses
sebagai suatu pendekatan dalam pembelajaran yang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk berperan secara aktif untuk
mengembangkan kemampuan yang mereka miliki sehingga mereka
memperoleh suatu yang baru berdasarkan hasil pengamatan yang dapat
dari objek atau fenomena yang mereka alami.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendekatan proses adalah
suatu pendekatan yang dilakukan dalam kegiatan belajar mengajar dengan
cara memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif sehingga
siswa dapat mengembangkan dan atau kemampuan, pengetahuan serta
keterampilan mereka. Melalui pendekatan proses ini siswa diajak untuk
berinteraksi langsung dengan lingkungan sehingga siswa dapat melakukan
pengamatan atas objek dan peristiwa yang mereka alami.

2.1.4 Model Pembelajaran GI (Group investigation)


2.1.4.1 Pengertian Model Pembelajaran GI (Group investigation)
Pandangan konstruktivistik beranggapan bahwa proses pembelajaran
dengan model Group investigation memberikan kesempatan sebanyak-
banyaknya kepada siswa untuk terlibat secara langsung dan aktif dalam
proses pembelajaran mulai dari perencanaan sampai cara belajar mengenai
suatu topik dengan cara investigasi.
Eggen & Kauchak dalam Maimunah (2005: 21) menjelaskan tentang
Group investigation sebagai strategi belajar kooperatif yang menempatkan
siswa ke dalam kelompok untuk melakukan investigasi terhadap suatu
topik pembelajaran.
Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa metode GI
merupakan cara belajar yang mempunyai fokus utama untuk melakukan

5
investigasi terhadap suatu topik atau objek khusus dengan siswa yang
berperan aktif dalam kegiatan tersebut.

2.1.4.2 Tujuan Model Pembelajaran GI (Group investigation)


Metode Grup Investigation memiliki tiga tujuan yang saling terkait:
1) Membantu siswa untuk melakukan penyelidikan terhadap suatu topik
materi secara sistematis dan analitik. Hal ini mempunyai dampak yang
positif terhadap perkembangan keterampilan penemuan dan
membantu mencapai tujuan.
2) Membantu meningkatkan pemahaman secara mendalam terhadap
suatu topik materi yang diselidiki melalui investigasi.
3) Melatih siswa untuk bekerja sama secara aktif dalam memecahkan
suatu masalah.

2.1.4.3 Tahap-tahap Model Pembelajaran GI (Group investigation)


Slavin (2005: 24-32) mengemukakan tahapan-tahapan dalam
menerapkan pembelajaran kooperatif GI adalah sebagai berikut:
1) Tahap Pengelompokan (Grouping)
Pada tahap ini, siswa mengamati sumber, memilih topik, dan
menentukan kategori-kategori topik permasalahan, kemudian siswa
bergabung ke dalam kelompok belajar berdasarkan topik yang mereka
pilih atau menarik untuk diselidiki. Peran guru pada tahap ini adalah
membatasi jumlah anggota masing-masing kelompok antara 4 sampai
5 orang berdasarkan keterampilan dan keheterogenan.
2) Tahap Perencanaan (Planning)
Pada tahap ini siswa bersama-sama merencanakan tentang apa yang
mereka pelajari, bagaimana mereka belajar, siapa dan melakukan apa,
dan apa tujuan mereka menyelidiki topik tersebut.
3) Tahap Penyelidikan (Investigation)
Pada tahap ini, siswa melakukan kegiatan mengumpulkan
informasi, menganalisis data dan membuat simpulkan terkait dengan
permasalahan-permasalahan yang diselidiki. Masing-masing anggota

6
kelompok memberikan masukan pada setiap kegiatan kelompok
sehingga siswa dapat saling bertukar, berdiskusi, mengklarifikasi dan
mempersatukan ide dan pendapat.
4) Tahap Pengorganisasian (Organizing)
Pada tahap ini setiap anggota kelompok menentukan pesan-pesan
penting dalam praktiknya masing-masing, kemudian merencanakan
apa yang akan mereka laporkan dan bagaimana
mempresentasikannya, lalu wakil dari masing-masing kelompok
membentuk panitia diskusi kelas dalam presentasi investigasi.
5) Tahap Presentasi (Presenting)
Pada tahap presentasi ini tiap kelompok menyampaikan hasil
penyelidikannya di depan kelas dan kelompok yang lain terlibat secara
aktif sebagai pendengar kemudian memberi evaluasi, mengklarifikasi
dan mengajukan pertanyaan atau tanggapan terhadap topik yang
disajikan.
6) Tahap evaluasi (evaluating)
Pada tahap ini, siswa menggabungkan masukan-masukan tentang
topiknya, pekerjaan yang telah mereka lakukan, dan tentang
pengalaman-pengalamannya. Guru dan siswa bekerja sama dalam
mengevaluasi tentang pembelajaran yang telah dilaksanakan dan
evaluasi tersebut berupa penilaian hasil belajar yang sesuai atau
mencerminkan tingkat pemahaman siswa.

2.1.4.4 Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran GI (Group


investigation)
Kelebihan dari model Pembelajaran dengan menggunakan GI (Group
investigation) (Setyaningsih,2013), yaitu :
1) Mengajak siswa untuk berperan aktif dan komunikatif.
2) Menekankan siswa untuk bekerja sama dan berinteraksi dalam
kelompok tanpa melihat katar belakang dari anggota kelompok.
3) Membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan berkomunikasi
dengan baik dan kondusif.

7
4) Menumbuhkan motivasi belajar siswa baik secara mandiri maupun
berkelompok.
Selain dari 4 kelebihan di atas model Pembelajaran dengan
menggunakan GI (Group investigation) juga membantu siswa dalam
berpikir lebih kritis dalam memilah informasi yang didapatkan,
memecahkan masalah, belajar berdemokrasi dalam penyatuan pemahaman
terhadap materi dan siswa dapat berlatih membangun sendiri pemahaman
konsep materi.
Berdasarkan kelebihan-kelebihan dari model Pembelajaran dengan
menggunakan GI (Group investigation), dapat disimpulkan bahwa
penggunaan model Pembelajaran dengan menggunakan GI (Group
investigation) mampu untuk membantu memotivasi siswa untuk lebih aktif
di dalam kelas sehingga dapat mencapai tujuan dari kegiatan
pembelajaran.

2.1.5 Materi Kinematika Gerak


2.1.5.1 Gerak Lurus
Pembahasan tentang Gerak Lurus dimulai dengan pengertian tentang
apa yang dimaksud dengan gerak. Di dalam ilmu fisika, penilaian terhadap
suatu benda bergerak atau tidak bergerak bersifat relatif. Suatu gerakan
bersifat relatif karena penilaian apakah suatu benda bergerak atau tidak
tergantung pada acuan atau patokan yang dipakai.
Ambil contoh seseorang sedang tertidur pulas di dalam kereta api Solo
Ekspres dari Yogyakarta ke Solo. Apabila acuan yang dipakai adalah kursi
tempat duduk di mana orang itu sedang tertidur, maka dikatakan bahwa
orang tersebut tidak bergerak, ia tetap berada di kursinya di dalam kereta
yang sedang membawanya ke Solo. Akan tetapi apabila acuan kita adalah
stasiun kereta api Tugu di Yogyakarta, atau stasiun Balapan di Solo maka
orang tersebut dikatakan bergerak karena posisinya makin lama makin
jauh dari stasiun kereta api Tugu dan semakin dekat dengan stasiun Solo
Balapan.

8
Jadi jelaslah bahwa penilaian suatu benda bergerak atau tidak
bergerak tergantung pada acuan yang dipakai. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa suatu benda dikatakan bergerak apabila dalam suatu
kurun waktu tertentu posisinya berubah terhadap titik acuan tertentu.

2.1.5.2 Posisi, Jarak dan Perpindahan


Posisi (vektor) adalah letak benda secara vektor yang ditandai dengan
sumbu dalam sistem koordinat. Syarat yang harus dipenuhi dalam
penentuan posisi adalah penetapan sumbu koordinat terlebih dahulu. Posisi
suatu benda tidak mengacu pada kesamaan letak melainkan pada sumbu
koordinat yang dijadikan sebagai acuan. Contoh posisi sebuah mobil di
titik koordinat x = 2 m.
Jarak (Distance) merupakan besaran skalar yang menyatakan panjang
lintasan yang dilalui oleh suatu benda yang berpindah. Contoh jarak
perjalanan yang Andi tempuh dari Yogyakarta ke Solo adalah 84 km.
Perpindahan (Displacement) merupakan besaran vektor yang
menyatakan perbedaan antara posisi awal dengan posisi akhir suatu benda
yang bergerak. Karena merupakan besaran vektor, maka informasi tentang
perpindahan suatu benda harus mengandung dua unsur yaitu panjang dan
arah. Contoh perpindahan seorang siswa berjalan sejauh 5 m ke timur.

2.1.5.3 Kecepatan (Velocity) dan Kelajuan (Speed)


Kecepatan merupakan besaran yang mendeskripsikan keadaan gerak
benda. Dengan mencermati besaran kecepatan suatu benda pada suatu saat
tertentu dapat diketahui apakah suatu benda bergerak atau tidak dan
bergeraknya ke mana (kalau sedang bergerak).
Kecepatan rata-rata adalah perpindahan per satuan waktu atau
dinyatakan dalam persamaan berikut ini :
∆ ⃗x
⃗v =
∆t
Keterangan :
⃗v = Kecepatan (m/s)
∆ ⃗x = Perpindahan (m)

9
∆ t = Waktu (s)
Karena perpindahan merupakan besaran vektor dan waktu adalah
besaran skalar, maka kecepatan merupakan besaran vektor, memiliki besar
dan arah.
Istilah yang sering dipakai untuk menyatakan nilai kecepatan tanpa
arah adalah kelajuan. Karena hanya menyatakan nilai dari kecepatan dan
tidak memiliki arah, maka kelajuan merupakan besaran Skalar.
Kelajuan rata-rata adalah jarak per satuan waktu atau dinyatakan
dalam persamaan berikut :
∆s
v=
∆t
Keterangan :
v = Kelajuan (m/s)
∆ s = Jarak (m)
∆ t = Waktu (s)

2.1.5.4 Percepatan atau Akselerasi


Percepatan atau akselerasi adalah perubahan kecepatan dalam satuan
waktu tertentu. Dalam realitas banyak benda yang mula-mula diam
kemudian bergerak atau sebaliknya benda yang mula-mula bergerak
kemudian berhenti. Ada pula benda yang mula-mula bergerak lambat
menjadi cepat atau sebaliknya. Benda-benda tersebut mengalami
perubahan kecepatan. Di dalam peristiwa yang kita temui sehari-hari,
sangat jarang ada benda yang terus menerus bergerak dengan kecepatan
tetap. Untuk menjelaskan peristiwa yang disebutkan di atas, di dalam
fisika dikenal konsep percepatan.
Percepatan rata-rata dalam suatu selang waktu adalah perubahan
kecepatan selama selang waktu tersebut dibagi waktu terjadinya perubahan
tersebut. Secara matematis, percepatan rata-rata ditulis:
∆ ⃗v
a⃗ =
∆t
Keterangan :
a⃗ = Percepatan (m/s2)

10
∆ ⃗v = Kecepatan (m/s)
∆ t = Waktu (s)
Karena kecepatan merupakan besaran vektor dan waktu adalah
besaran skalar, maka percepatan merupakan besaran vektor, memiliki
besar dan arah.
Tanda positif atau negatif dari percepatan tidak serta merta dapat
diartikan membuat gerak benda menjadi semakin cepat (mempercepat)
atau mengakibatkan gerak benda semakin lambat (memperlambat). Untuk
mengambil kesimpulan gerak benda dipercepat atau diperlambat harus
dilihat pula arah kecepatan benda tersebut. Apabila arah kecepatan sama
dengan arah percepatan maka gerak benda semakin cepat atau dipercepat,
sedangkan apabila arah percepatan berlawanan dengan arah kecepatan
maka gerak benda diperlambat atau benda mengalami perlambatan.

BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1 Design Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan yang dilakukan di dalam


kelas untuk mengukur hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran
pada materi kinematika gerak lurus dengan menggunakan metode
pembelajaran Group Invetigation (GI) dengan pendekatan proses. Penelitian
kuantitatif adalah penelitian yang dilakukan untuk menyelidiki masalah. Di
mana masalah tersebutlah yang mendasari peneliti mengambil data,
menentukan variabel dan yang kemudian diukur dengan angka agar bisa
dilakukan analisa sesuai dengan prosedur statistik yang berlaku. Penelitian ini
dilakukan secara daring dengan menggunakan media zoom.

3.2 Populasi dan Sampel

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas 10 SMAN 1 Mepanga


sebanyak 38 siswa dalam satu kelas. Alasan pengambilan subjek penelitian
sebanyak satu kelas karena, sampel satu kelas yang digunakan sebagai subjek
penelitian yang dianggap dapat mewakili jumlah populasi tersebut. Dengan

11
banyaknya jumlah sampel yang diambil diharapkan akan mendapatkan hasil
yang baik dan memuaskan.

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian ini adalah SMAN 1 Mepanga dengan Jl. Trans


Sulawesi, Mepanga, Parigi Moutong, Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi
Tengah 94479. Penelitian dilakukan pada Jumat, 19 November 2020 pada
pukul 09.00-10.00 WIB melalui via zoom.

3.4 Instrument

Test adalah suatu alat pengukur yang berupa serangkaian pertanyaan


yang harus dijawab secara sengaja dalam suatu situasi yang telah di samakan
dengan tujuan untuk mengukur kemampuan dan hasil belajar individu atau
kelompok. Test dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur pemahaman
siswa pada pelajaran Kinematika gerak.

Tabel 3.3.1. Instrumen lembar kerja siswa

No. Soal Cara memberi skor


1. Berikut ini yang termasuk Jawaban benar mendapat poin 10
GLBB dipercepat adalah …. Kunci : B
a. Batu yang dilempar
vertikal ke atas
b. Bola yang
menggelinding turun
pada bidang miring licin
c. Mobil yang sedang
direm hingga berhenti
d. Mobil yang sedang
berputar
2. Perhatikan ciri-ciri gerak Jawaban benar mendapat poin 10
berikut! Kunci : A
(1) Lintasan gerak berupa
garis lurus

12
(2) Percepatan geraknya nol
(3) Percepatan geraknya
stabil
(4) Kecepatan gerak konstan
Pernyataan yang merupakan
ciri-ciri GLB ditunjukkan
oleh nomor ….
a. (1), (2), dan (3)
b. (1), (3), dan (4)
c. (2), (3), dan (4)
d. (1), (2), dan (4)
3. Nilai percepatan mobil yang Jawaban benar mendapat poin 10
sedang direm adalah …. Kunci : D
a. Nol
b. Tidak tentu
c. Positif
d. Negatif
4. Sebuah mobil yang sedang Jawaban benar mendapat poin 10
bergerak dengan kecepatan Kunci : B
20 m/s direm, sehingga 15
sekon kemudian
kecepatannya menjadi 11
m/s. Mobil tersebut
mengalami perlambatan
sebesar ….
a. 0,6 m/s2
b. 0,8 m/s2
c. 9 m/s2
d. 50 m/s2
5. Jarak dari kota A ke kota B Jawaban benar mendapat poin 10
adalah 115 km. Pak Budi Kunci : B
berangkat dari kota A pukul

13
09.00 menuju kota B
menggunakan kendaraan
dengan kecepatan 50 km/jam.
Pak Budi akan sampai ke
kota B pada pukul ….
a. 11.15
b. 11.18
c. 11.20
d. 11.30
6. Bentuk gerak benda yang Jawaban benar mendapat poin 10
dilemparkan ke atas secara Kunci : A
vertikal dan akhirnya jatuh ke
tanah adalah ….
a. GLBB diperlambat
kemudian menjadi
GLBB dipercepat
b. GLB kemudian menjadi
GLBB
c. GLBB dipercepat
kemudian menjadi
GLBB diperlambat
d. GLBB kemudian
menjadi tidak beraturan
7. Sebuah bus di jalan raya Jawaban benar mendapat poin 10
berkecepatan 15 m/s. Ketika Kunci : B
mendekati terminal, bus
direm secara beraturan
selama 6 sekon hingga
berhenti. Perlambatan bus
sampai berhenti adalah ….
a. 2 m/s
b. 2,5 m/s

14
c. 3,5 m/s
d. 4 m/s
8. Sebuah benda mula-mula Jawaban benar mendapat poin 10
bergerak dengan kecepatan Kunci : C
awal 4 m/s. Jika benda
tersebut dipercepat dengan
percepatan 3 m/s2 selama 8
sekon, maka jarak yang
ditempuh benda tersebut
adalah ….
A. 160 m
B. 140 m
C. 128 m/s
D. 96 m/s
9. Suatu benda dikatakan Jawaban benar mendapat poin 10
bergerak apabila .... Kunci : B
a. Jarak benda tidak
berubah terhadap benda
lain
b. Kedudukan benda
berubah terhadap benda
lain
c. Jarak benda kadang
berubah, kadang tetap
terhadap benda lain
d. Kedudukan benda tetap
terhadap benda lain

10. Jarum spidometer pada Jawaban benar mendapat poin 10


sebuah mobil menunjukkan Kunci : B
angka 60, berarti ...
a. Kelajuan mobil 60

15
km/jam
b. Kecepatan mobil 60
km/jam
c. Jarak yang ditempuh
mobil 60 km setiap jam
d. Kecepatan rata-rata
mobil 60 km/jam

3.5 Validitas dan Reabilitas

Ghozali (2009) mengemukanan tentang uji validitas yang digunakan


untuk mengukur sah, atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner
dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk
mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Test yang
digunakan divalidasi dengan cara Content validity atau hasil test dari peneliti
dinilai oleh salah satu guru fisika SMAN 1 Mepanga apakah instrument test
dapat mengukur hasil belajar siswa.

Menurut Sumadi Suryabrata (2004: 28) reliabilitas menunjukkan sejauh


mana hasil pengukuran dengan alat tersebut dapat dipercaya. Hasil
pengukuran harus reliabel dalam artian harus memiliki tingkat konsistensi dan
kemantapan. Pengecekan reliabilitas menggunakan metode test ulang dengan
isi soal yang sama namun dengan interval waktu menjawab berbeda.

3.6 Data analisa

Data untuk penelitian ini adalah berupa hasil pre-test dan post-test. Data
hasil belajar siswa setelah dilakukan koreksi dan penilaian akan dianalisis
dengan membandingkan hasil pre-test dan post-test dengan menggunakan uji
T untuk dua kelompok dependent. Kemudian hasil tersebut akan disesuaikan
berdasarkan Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran Tuntas (mastery
learning), yakni 75% dari jumlah siswa telah mencapai Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) 75 sebagai ketuntasan siswa dalam penguasaan materi yang
diberikan (Depdiknas, 2008). Berdasarkan ketentuan tersebut penelitian

16
dengan menggunakan model GI dapat dihentikan jika jumlah siswa yang
menguasai materi ajar telah mencapai 75%, pencapaian tersebut diketahui
melalui perolehan hasil dari evaluasi. Perhitungan dilakukan dengan
menggunakan aplikasi SPSS.

Adapun prosedur analisis data uji statistik dua sampel berkolerasi


adalah sebagai berikut:

1) Membuat Hipotestis dalam kalimat dan dalam model statistika


H0: tidak ada pengaruh penggunaan model pembelajaran GI (Group
investigation) dalam meningkatkan hasil belajar pada siswa.
Hi: ada pengaruh penggunaan model pembelajaran GI (Group
investigation) dalam meningkatkan hasil belajar pada siswa.
Atau secara statistika dapat dituliskan seperti berikut :
H0: μ1=μ 2
Hi: μ1 ≠ μ2
2) Menentukan taraf signifikan
Pada tahap ini, sebagai tahap penentuan seberapa besar peluang
risiko kesalahan dalam mengambil keputusan menolak hipotesis yang
benar. Biasanya taraf kesalahan atau kekeliruan dilambangkan dengan α.
3) Menentukan uji yang akan digunakan
Uji statistik yang digunakan adalah sample paired test. Uji ini
digunakan karena datanya bersifat interval atau rasio dan data antara
sampel dua berpasangan dengan jumlah data yang digunakan tidak lebih
dari 40.
4) Membuat keputusan
Setelah mengetahui prosedur analisis data di atas, peneliti
menggunakan taraf signifikansi 95% melalui pedoman kaidah pengujian
melalui bantuan SPSS versi 16.

BAB 4. DATA DAN ANALISA

4.1 Data Penelitian

17
Berikut merupakan hasil penilaian data dari pre-test dan post-test untuk 38
responden:
Tabel 4.1.1. Hasil Perhitungan Lembar Kerja Siswa

No. Nama Siswa Hasil Lembar Kerja Siswa


Pre-test Post-test
1 Aida Zahra 20 80
2 Andini Putri 40 90
3 Elma Rahmaya 80 80
4 Findi Murdiani 100 100
5 Firnawati Adi 80 90
6 Friska 60 90
7 Galu Purwati 60 60
8 Ikfal 90 90
9 Indriyani 50 70
10 Jihan Syafirah 50 90
11 Joshua Langgiri 40 100
12 Marwa Darmin 70 80
13 Milyani M 70 90
14 Mohamad Fikri 70 70
15 Muh. Amirul 80 80
16 Muhamad Asfar R 20 60
17 Muslimah 40 80
18 Niluh Regita 50 90
19 Niluh Restini 90 100
20 Nisma Abas 10 70
21 Nur Padila Susanti 100 100
22 Nurviani Alamanda 60 80
23 Puja Asti Ananta 80 80
24 Rahma Mina 90 100
25 Rick Clove Podung 80 100
26 Rifka 50 70

18
27 Rifka Azkiah 40 80
28 Rini Puspita Dewi 70 70
29 Risma Wati Putri 80 90
30 Rizki Restika 70 80
31 Safirah 90 90
32 Sartika Rahmadani S 30 90
33 Sri Fatmi 50 80
34 Sutji Rochaminah 30 70
35 Ulvina Tangke 50 90
Lembang
36 Walfrandi Yusame 100 100
37 Yusuf Dharma 90 100
38 Zulkyfli S Sidupra 80 90

4.2 Analisa Data Penelitian

Dari data di tersebut sebelum dan sesudah dikelompokkan untuk belajar


berkelompok sebagai bentuk dari metode GI untuk meningkatkan hasil
belajar siswa di kelas 10 SMAN 1 Mepanga, berikut peneliti sajikan hasil
perhitungan analisis data melalui SPSS versi 16 sebagai berikut:
Tabel 4.2.1. Hasil Analisa Dengan SPSS

Paired Samples Statistics


Mean N Std. Std. Error
Deviation Mean
Pair 1 Pretest 63.42 38 24.304 3.943
PostTest 84.74 38 11.563 1.876

Paired Samples Correlations


N Correlat Sig.
ion

19
Pair Pretestt & 38 .547 .000
1 PostTest

Paired Samples Testt


Paired Differences t df Sig.
Mea Std. Std. 95% Confidence (2-
n Devi Error Interval of the tail
ation Mean Difference ed)
Lower Upper
P Pretest - - 20.42 3.313 - - -6.434 37 .000
ai PostTest 21.3 4 28.029 14.603
r 16
1

Adapun hasil analisis peneliti dari output di atas adalah sebagai berikut:
1) Dari tabel Paired Samples Statistics di atas dapat dianalisis
Penelitian ini menggunakan sampel berjumlah N1 dan N2 = 38
orang. Nilai rata-rata untuk pre-test = 63,42; Nilai rata-rata untuk post-
test = 84,74 serta standar deviasi untuk pre-test = 24,304 dan standar
deviasi untuk post-test = 11.563. Dengan standar error of mean untuk
pre-test = 3,943 dan standar error of mean untuk post-test = 1,876.
2) Dari tabel Paired samples correlations di atas dapat dianalisis
Pada output di atas menunjukkan data tentang ada tidaknya
kolerasi
antara variabel pre-test dan post-test, diperoleh hasil sebesar 0,547. Hal
ini menunjukkan adanya hubungan antara hasil belajar siswa sebelum
dan sesudah mendapatkan pendekatan proses dengan metode GI.
3) Dari tabel Paired Sample Test di atas dapat dianalisis
Hipotestis dalam penelitian ini :
H0: tidak ada pengaruh penggunaan model pembelajaran GI (Group
investigation) dalam meningkatkan hasil belajar pada siswa.

20
Hi: ada pengaruh penggunaan model pembelajaran GI (Group
investigation) dalam meningkatkan hasil belajar pada siswa.
Dari tabel Paired Sample Test di atas nilai probabilitas Sig. (2-tailed) =
0,000 dan nilai taraf signifikan (α) 0,05. Sehingga jika dibandingkan
antara nilai signifikansi (probabilitas) dengan taraf sig adalah: Jika p < α
maka Ho ditolak, atau 0,000 < 0,05 sehingga Ho ditolak. Artinya jika Ho
ditolak maka Hi diterima, sehingga keputusannya: ada perbedaan hasil
pre-test dan post-test atau dapat dikatakan ada pengaruh penggunaan
model pembelajaran GI (Group investigation) dalam meningkatkan hasil
belajar pada siswa.
4) Membanding nilai post-test dengan nilai standar nasional
Standar nilai nasional adalah 75, sedangkan dari tabel 4.1.1 dapat dilihat
bahwa nilai siswa yang berada di atas 75 adalah berjumlah 30 siswa dari
38 siswa atau dapat dikatakan sekitar 78,9%. Berdasarkan Panduan
Penyelenggaraan Pembelajaran Tuntas (mastery learning), yakni 75%
dari jumlah siswa telah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
75 sebagai ketuntasan siswa dalam penguasaan materi yang diberikan
(Depdiknas, 2008). Berdasarkan ketentuan tersebut penelitian dengan
menggunakan model GI dapat dihentikan karena jumlah siswa yang
menguasai materi ajar telah mencapai 75%, pencapaian tersebut
diketahui melalui perolehan hasil dari evaluasi.

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Jadi, dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan hasil pre-test dan post-test
atau dapat dikatakan ada pengaruh penggunaan model pembelajaran GI
(Group investigation) dalam meningkatkan hasil belajar pada siswa dengan
nilai sebesar 0, 547. Hasil pre-test dan post-test memiliki perbedaan hasil, di
mana hasil post-test lebih tinggi dibandingkan dengan nilai pre-test dengan
nilai rata-rata untuk pre-test adalah 63,42 sedangkan nilai rata-rata untuk

21
post-test adalah 84,74. Sehingga dapat dikatakan bahwa penelitian ini berhasil
karena dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

5.2 SARAN

Berdasarkan penelitian yang telah dijalankan ada beberapa saran yang


dapat diajukan, sebagai berikut:

1) Bagi peneliti disarankan untuk mengambil lebih banyak sampel untuk


penelitian selanjutnya, mengatur waktu sehingga dapat melakukan
penelitian dengan jangka waktu yang lebih banyak dan melaksanakan
penelitian secara offline atau datang langsung ketika penelitian sehingga
dapat mengetahui keadaan sebenarnya dari siswa.
2) Bagi siswa disarankan untuk dapat memotivasi diri dalam belajar secara
mandiri maupun berkelompok untuk meningkatkan pengetahuan
sehingga hasil belajar siswa menjadi lebih maksimal.
3) Bagi guru disarankan untuk menyempurnakan penelitian ini guna untuk
meningkatkan efektivitas penggunaan model pembelajaran GI (Group
investigation) dalam meningkatkan hasil belajar pada siswa dalam
penelitian bersifat konseptual.

5.3 KETERBATASAN

Berdasarkan pada pengalaman langsung peneliti dalam proses penelitian

ini, ada beberapa keterbatasan yang dialami dan dapat menjadi beberapa
faktor yang agar dapat untuk lebih diperhatikan bagi peneliti-peneliti yang
akan datang dalam lebih menyempurnakan penelitiannya karna penelitian ini
sendiri tentu memiliki kekurangan yang perlu terus diperbaiki dalam
penelitian-penelitian ke depannya. Beberapa keterbatasan dalam penelitian
tersebut, antara lain :

1) Jumlah responden yang hanya 38 orang, tentunya masih kurang untuk


menggambarkan keadaan yang sesungguhnya.
2) Dalam pelaksanaan, peneliti hanya memiliki waktu yang singkat
sehingga waktu penelitian ini kurang untuk mendapatkan hasil yang
maksimal.

22
3) Pelaksanaan penelitian ini dilakukan secara online sehingga peneliti tidak
dapat mengetahui keadaan siswa secara nyata.

Sumber Referensi :

Riadi, Muchlisin. 2012. Model Pembelajaran Group investigation. Dalam


https://www.kajianpustaka.com/2012/10/model-pembelajaran-group-
investigation.html. Diunduh pada 26 September 2021.

Haji, Saleh, Clara Ade Utami dan Zamzaili. 2017. PENGARUH


PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DENGAN
STARTEGI GROUP INVESTIGATION TERHADAP KEMAMPUAN
BERPIKIR KRITIS SISWA SMKN 3 REJANG LEBONG. Jurnal
Pendidikan Matematika Raflesia, 2 No.2, 2017, hal 130-132.

Sharan, Y. and Sharan, S. 1989. Group investigation Expand Cooperative


Learning. Educational Leadership, 47 No. 4 Tahun 1989, hal 17-21.

M, Ernawati. 2018. PENGGUNAAN METODE PENDEKATAN


KETRAMPILAN PROSES UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS
HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR. Jurnal
Primary Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau, 7 No. 1, 2018, hal 75-77.

IPB, Staf pengajar fisika. Dalam


http://web.ipb.ac.id/~tpb/files/materi/fisika_pdf/P02-KINEMATIKA.pdf.
Diunduh pada 26 September 2021.

Moh. Uzer Usman. (2009). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Nana Sudjana. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:


Remaja Rosdakarya

23
Oemar Hamalik. (2008). Teknik Pengukuran dan Evaluasi Pendidikan. Bandung :
Mandar Maju.

Wina Sanjaya. (2006). Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses


Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media.

Gaul, guru. 2012. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif Tipe Group


investigation (GI). Dalam
http://allforedu.blogspot.com/2012/06/karakteristik-pembelajaran-
kooperatif.html. Diunduh pada 26 September 2021.

24
Lampiran :

25

Anda mungkin juga menyukai