Tampaknya topik mengenai penjiplakan atau lebih keren disebut 'plagiarisme'
masih relevan jika diungkit dan dibahas. Seringkali peniruan menjadi suatu masalah besar jika sudah menyangkut hak cipta dan paten. Seperti biasa, segala yang berhubungan dengan uang sangat mudah menimbulkan polemik. Sebenarnya aturan mengenai batasan penjiplakan ini dimaksudkan supaya pekerjaan ummat manusia ke depannya menjadi lebih irit. Mengapa demikian? Jika suatu tulisan atau pekerjaan mengenai penelitian dan pengembangan sudah dilakukan oleh orang lain, maka kita tidak perlu mencari-cari atau membuat lagi hal serupa. Tentu lebih bagus jika kita menyempurnakan pekerjaan tersebut. Contoh besar ada pada notasi sigma dan delta yang digunakan Newton bertabrakan kegunaan dengan notasi integral derivatif dari ala Leibniz. Keduanya tetap bisa digunakan dalam satu perhitungan yang sama meski notasi Newton lebih sering digunakan dalam deret. Sedangkan untuk perhitungan tingkat lanjut, lebih representatif menggunakan notasi integral derivatif Leibniz yang bisa diutak-atik menggunakan fungsi dan persamaan. Dalam dunia ilmiyah, ada jurnal-jurnal yang sedemikian banyak dari masa ke masa. Terkadang judul-judul yang ada sangat identik, berikut isinya yang bisa saja tidak terlalu berbeda. Mengingat peluang suatu kejadian semakin besar berikut banyaknya kejadian berulang. Meskipun itu dihasilkan manusia yang tidak sama isi setiap kepalanya. Adanya beberapa kejadian semacam ini kemudian menghasilkan kesepakatan mengenai plagiarisasi. Seseorang menjadi disebut plagiator jika menggunakan sebagian hingga keseluruhan suatu temuan atau ciptaan yang sudah mendaftar paten maupun hak cipta. Singkat cerita, adanya paten dan hak cipta ini ternyata menjadi ladang uang bagi yang duluan. Siapa lahir duluan, menemukan duluan, mengklaim duluan, dia yang dapat. Lantas ada dagelan,“mengambil dari satu sumber dinamakan menjiplak, mengambil dari banyak sumber disebut karya ilmiah”. Memang yang namanya ide tidak bisa diklaim sebagai milik kepala pencetusnya semata. Bisa jadi ada banyak kepala memiliki ide serupa, sehingga jika ide ini memiliki pengikut atau kaum, maka menjadi suatu ideologi. Istilah ide ini kemungkinan mengambil dari Bahasa Arab “al huda”, dengan jama' muannats salim “hidayah”. Dalam ajaran Islam, hidayah hanya bisa diberikan Allah, Sang Maha Pemberi Hidayah (Hadi), kepada siapa yang dikehendaki. Sehingga secara istilah menjadi berbeda dengan “ide” yang penulis sebut sebelumnya. Jika “ide” memang sama dengan “hidayah”, maka manusia sekedar mencetuskannya di kalangan manusia, sedangkan Allah lah yang sebenarnya memilikinya. Sejauh ini plagiarisasi masih terbatas pada ranah karya tulis. Lalu, jika seorang guru di kelas memaparkan pelajaran secara persis sama dengan salah satu gurunya atau guru lainnya, bisa disebut plagiarisasi? Tentu tidak. Siapa juga yang mau mendengarkan rekaman pelajaran sekolah yang jika memang benar-benar direkam akan sangat banyak dan membosankan. Pada akhirnya, tulisan ini juga terinspirasi dari berbagai paparan dan tulisan. Hanya beberapa saya ingat sumbernya. Itupun tidak mungkin saya tulis di kolom ini, karena mengada-ada. Jika hendak mengingatkan bahwa tulisan ini plagiat, silakan hubungi saya. Kalau sekedar honor tulisan, saya kira bisa diselesaikan baik-baik.