PENGAUDITAN I
OLEH :
KELOMPOK 10
NI KOMANG YUNI TRISNA DEWI (14) {1902622010172}
NI MADE ERIKA SUKMA WATI (16) {1902622010174}
NI NYOMAN AYU SUTARIYANTI (18) {1902622010176}
Sampling audit dapat diterapkan baik untuk melakukan pengujian pengendalian maupun
pengujian substantive. Meskipun demikian, auditor biasanya tidak menerapkan sampling audit
dalam prosedur pengujian yang berupa pengajuan pertanyaan atau tanya jawab, observasi, dan
prosedur analitis. Sampling audit banyak diterapkan auditor dalam prosedur pengujian yang
berupa jaminan, catatan dan konfirmasi. Sampling audit, jika diterapkan dengan semestinya akan
dapat menghasilkan bukti audit yang cukup, sesuai dengan yang diinginkan standar pekerjaan
lapangan yang ketiga.
Semakin banyak sampel yang diambil, semakin banyak waktu dan biaya yang diperlukan.
Auditor juga mengakui adanya konsekuensi negatif dari kemungkinan kesalahan pengambilan
keputusan yang didasarkan atas kesimpulan hasil audit terhadap data sampel semata. Apabila
auditor ingin mengurangi kemungkinan kesalahan keputusan tersebut, auditor harus menambah
jumlah sampel. Hal ini mengakibatkan peningkatan biaya dan waktu yang diperlukan.
Sebaliknya, apabila auditor ingin mengurangi biaya dan waktu untuk melakukan pemeriksaan,
maka auditor harus mengurangi jumlah sampel. Hal ini akan memperbesar kemungkinan
kesalahan pengambilan keputusan yang didasarkan atas kesimpulan hasil audit terhadap data
sampel tersebut.
Ketidakpastian meliputi :
Tingkat risiko sampling mempunyai hubungan yang terbalik dengan ukuran sampel. Semakin
kecil ukuran sampel, semakin tinggi risiko samplingnya. Sebaliknya, semakin besar ukuran
sampel, semakin rendah risiko samplingnya. Risiko sampling dapt dibedakan atas :
a) Risiko sampling dalam pengujian substantive atas detail atau rincian. Auditor
memperhatikan dua aspek penting dari risiko sampling, yang meliputi
1. Risiko keliru menerima (risk of incorrect acceptance)
2. Risiko keliru menolak (risk of incorrect rejection)
b) Risiko sampling dalam melaksanakan pengujian pengendalian Auditor memperhatikan
dua aspek penting dalam risiko sampling, yang meliputi :
1. Risiko penentuan tingkat risiko pengendalian yang terlalu rendah (risk ofassessing
control risk too low)
2. Risiko penentuan tingkat risiko pengendalian yang terlalu tinggi (risk ofassessing
control risk too high)
Risiko non sampling meliputi semua aspek risiko audit yang tidak berkaitan dengan
sampling. Risiko ini tidak penah dapat diukur secara matematis. Risiko non sampling timbul
karena :
Standar Profesional Akuntan Publik pada Standar pekerjaan lapangan ketiga menyatakan
bahwa:
“Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan
pertanyaan, dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas
laporan keuangan auditan”
Ada dua pendekatan umum dalam sampling audit yang dapat dipilih auditor untuk memperoleh
bukti audit kompeten yang cukup. Kedua pendekatan tersebut adalah :
1) SAMPLING STATISTIK
Sampling statistik lebih banyak memerlukan biaya daripada sampling non statistik.
Namun, tingginya biaya dapat dikompensasi dengan tingginya manfaat yangdapat
diperoleh melalui pelaksanaan sampling statistik. Sampling statistic menguntungkan
manajemen dalam tiga hal berikut :
Sampling non statistik merupakan sampel yang dilakukan berdasarkan kriteria subyektif.
Auditor dapat menentukan besarnya sampel yang diambil dalam sampling non statistik, dengan
melakukan pertimbangan subyektif berdasarkan pengalamanannya. Pelaksaan evaluasi atas
sampel juga dilakukan berdasar kriteria subyektif dan pengalaman auditor yang bersangkutan.
D. SAMPLING DALAM PENGUJIAN SUBSTANTIF
Standar Profesional Akuntan Publik 350. Par 16 menyebutkan berbagai faktor yang harus
dipertimbangkan auditor dalam perencanaan sampel atas pengujian substantive. Faktor-faktor
tersebut meliputi :
a. Hubungan antara sampel dengan tujuan audit yang relevan yang harus dicapai.
d. Karakteristik populasi.
Disamping faktor tersebut diatas auditor harus cermat dalam mempertimbangkan pula hal-hal
berikut :
1. Pemilihan sampel
E. VARIABLE SAMPLING
Variable sampling adalah tehnik statistik yang digunakan oleh auditor untuk menguji
kewajaran suatu jumlah atau saldo dan untuk mengestimasi jumlah rupiah saldoatau kuantitas
lain. Auditor dapat menghadapi dua keputusan dalam pengujian substantif yaitu melakukan
estimasi suatu jumlah atau menguji kewajaran suatu jumlah. Variable sampling digunakan untuk
memerkirakan saldo suatu akun digunakan oleh auditor dalam kondisi:
1. Jika klien tidak menyajikan suatu jumlah yang dapat dianggap benar
2. Jika saldo akun ditentukan dengan statistical sampling
Variable sampling untuk menilai kewajaran saldo suatu unsur yang dicantumkan didalam
laporan keuangan dapat digunakan auditor jika ada kekeliruan material dalam saldo akun
tersebut maka auditor akan menggunakan uji hipotesis.
Ada tiga tehnik yang dapat digunakan dalam variable sampling, yaitu :
1. Mean-per-unit
(MPU) Langkah-langkah dalam perencanaan estimasi MPU, meliputi :
a. Menentukan tujuan rencana sampling
b. Mendefinisikan kondisi kesalahan
c. Mendefinisikan populasi dan unit sampling
d. Menentukan ukuran sampel
e. Menentukan metode pemilihan sampel
f. Melaksanakan rencana sampling
g. Mengevaluasi hasil sampel
2. Difference estimation
Dalam sampling estimasi perbedaan ini, perbedaan dihitung untuk setiap item
sampel yang sama dengan nilai audit item tersebut dikurangi nilai bukunya. Auditor
kemudian menggunakan rata-rata perbedaan untuk menghimpun estimasi nilai populasi
total. Variabilitas perbedaan tersebut digunakan untuk menentukan (achieved precision)
atau cadangan (allowance) yang dapat diterima oleh risiko sampling. Ada empat hal yang
harus dipenuhi untuk menggunakan tehnik sampling ini, yaitu :
a. Nilai buku setiap item populasi harus dapat diketahui auditor
b. Total nilai buku populasi harus diketahui auditor
c. Jumlah keseluruhan dari nilai buku item populasi harus sama dengan total nilai buku
populasi
d. Harus ada perbedaan antara nilai audit dan nilai buku yang dapat diharapkan
3. Sampling Estimasi Rasio
Dalam sampling ini, auditor menentukan nilai audit untuk setiap item sampel.
Rasio dihitung dengan menghitung hasil pembagian jumlah nilai audit dibagi jumlahnilai
buku item sampel. Rasio tersebut kemudian dikalikan dengan nilai buku total untuk
menghasilkan nilai populasi yang diestimasikan. Sama dengan estimasi perbedaan, ada
empat hal yang harus dipenuhi untukmenggunakan tehnik sampling ini
G. ATTRIBUT SAMPLING
Tehnik ini digunakan dalam pengujian pengendalian. Kegunaannya adalah untuk
memperkirakan tingkat deviasi atau penyimpangan dari pengendalian yang ditentukan dalam
populasi. Sampling atribut untuk pengujian pengendalian, meliputi tahap berikut :
1) Menentukan tujuan pengujian audit
2) Menspesifikasi atribut yang akan diperiksa dan kondisi penyimpangan
3) Mendefinisikan populasi dan unit sampling
4) Menspesifikasikan tingkat penyimpangan yang dapat diterima
5) Menspesifikasikan risk of assessing control risk too low yang dapat diterima atau
acceptable risk of over reliance
6) Mengestimasi tingkat penyimpangan populasi
7) Menentukan ukuran sampel
8) Menentukan metode pemilihan sampel
9) Melaksanakan prosedur audit
10) Mengevaluasi hasil sampel
Tingkat penyimpangan yang dapat diterima sering disebut dengan tolerable deviation rate
(TDR). TDR mencerminkan tingkat penyimpangan dalam populasi yang dapat diterima auditor.
TDR mempunyai pengaruh yang signifikan atas ukuranampel. TDR mempunyai hubungan
terbalik dengan besar kecilnya sampel. Semakin rendah TDR, semakin besar jumlah sampel yang
diperlukan auditor.
Aceptable risk of over reliance (ARO) merupakan risiko bahwa auditor menilai suatu
pengendalian berjalan efektif, padahal pada kenyataannya tingkatdeviasi populasi lebih tinggi
daripada ARO. Auditor harus menggunakan pertimbangan profesionalnya dalam pemilihan ARO
yang tepat untuk situasi tertentu. Besarnya ARO tergantung dengan keekstensifan rencana
auditor untuk mengurangi tingkat risiko pengendalian yang ditetapkan. ARO dipengaruhi
planned assessed level of control risk atau tingkat risiko pengendalian yang ditetapkan yang
direncanakan, ARO mempunyai hubungan searah dengan planned assessed level of controlrisk.
Semakin tinggi Planned assessed level of control risk, semakin tinggi ARO.
Apabila penilaian aspek kuantitatif dan kualitatif atas hasil sampel mendukung kesimpulan
bahwa ada penyimpangan pengendalian, maka auditor harus menggunakan pertimbangan
profesional untuk menentukan tindakan yang tepat. Jika auditor menyimpulkan bahwa hasil
sampel tidak mendukung tingkat risiko pengendallian yang direncanakan atas suatu asersi, maka
dia harus mennilai Kembali sifat, waktu, dan luas prosedur pengujian substantive. Perlu
dibedakan antara TDR dan ARO yang dipilih auditor sebelum tes dilakukan, dengan UDL, dan
ARO hasil perhitungan secara obyektif berdasarkan sampel. TDR dan ARO yang dipilih auditor
sebelum tes dilakukan, merupakan TDRdan ARO standar. Sebelum populasi dapat diterima,
UPL harus lebih kecil atau samadengan TDR. Apabila UDL harus lebih besar daripada TDR,
maka auditor dapat melakukan empat alternative tindakan berikut :
1. Merevisi TDR atau ARO. Langkah ini diambil apabila auditor berkesimpulan bahwa
spesifikasi sebelumnya terlalu konservatif.
2. Menambah ukuran atau jumlah sampel. Apabila sampel ternyata tidak representative,
maka auditor dapat menambah sampel dan mengevaluasi kembali hasilnya.
Peningkatan jumlah sampel dan mengevaluasi kembali hasilnya. Peningkatan jumlah
sampel akan mengurangi UDL sehingga terjadi penuruna risiko sampling.
3. Menambah prosedur pengujian substantive.
4. Memberitahu manajemen mengenai masalah struktur pengendalian intern.
Apabila auditor menilai bahwa struktur pengendalian intern tidak berjalan secara efektif,
maka auditor perlu menginformasi hal inni kepada manajemen. Ada tiga cara yang dapat
dilakukan untuk mengestimasi tingkat penyimpangan populasi yang diharapkan, yang meliputi :
Auditor dalam situasi tertentu, dapat merancang sampel yang memenuhi dua tujuan
sekaligus, yaitu :
Untuk melakukan hal itu, auditor biasanya telah membuat estimasi pendahuluan bahwa
terdapat tingkat risiko yang rendah bahwa penyimpangan dari prosedur atau kebijakan struktur
pengendalian intern yang ditetapkan dalam populasi, akan melebihi tingkat penyimpangan yang
dapat diterima. Ukuran sampel yang dirancang harus merupakan yang terbesar diantaraukuran-
ukuran sampel yang dirancang untuk masing-masing tujuan terpisah.Penilaian untuk setiap
tujuan harus dilakukan secara terpisah dengan menggunakan tingkat risiko yang sesuai untuk
masing-masing tujuan pengujian
Pengambilan sample dalam pengujian ini dilakukan dengan melalui tujuh tahapan sebagai
berikut:
Model statistik yang digunakan oleh auditor dalam memerkirakan suatu jumlah terdiri dari:
Rahayu Siti Kurnia dan Suhayati Elvi.2010, “ Auditing Konsep dasar dan
Pedoman Pemeriksaan
Akuntansi Publik”. Graha ilmu : Yogyakarta.
Boynton C. William, Johnson N. Raymond, Kell G. Walter.2003,edisi ketujuh,
“Modern Auditing”. Erlangga : Jakarta.
Guy M.Dan, Alderman C. Wayne, Winters J. Alan. 2003. Edisi
Kelima, “ Auditing”.Erlangga: 2003.
Aren, Alvin, A Randal J Elder & Mark, S Beasley, 2008, “Auditing and Assurance
Service”: An Integreated Approuch, 11st Edition, Pearson Prentice Hall
https://dokumen.tips/documents/auditing-variable-sampling-untuk-pengujian-
substantif.html