Anda di halaman 1dari 17

MODEL LESSON STUDY

Lesson study merupakan suatu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian
pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas dan
mutual learning untuk membangun learning community.
Lesson study bukan suatu metode pembelajaran atau suatu strategi pembelajaran, tetapi
dalam kegiatan lesson study dapat memilih dan menerapkan berbagai metode/strategi
pembelajaran yang sesuai dengan situasi, kondisi, dan permasalahan yang dihadapi pendidik.
Lesson study dapat merupakan suatu kegiatan pembelajaran dari sejumlah guru dan pakar
pembelajaran yang mencakup 3 (tiga) tahap kegiatan, yaitu :
1.      perencanaan (planning),   
2.      implementasi (action)
3.      pembelajaran dan observasi serta refleksi (reflection) terhadap perencanaan dan implementasi
pembelajaran tersebut, dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran.
Karakteristik lesson study merupakan salah satu upaya pembinaan untuk meningkatkan
proses pembelajaran yang dilakukan oleh sekelompok guru secara kolaboratif dan
berkesinambungan, dalam merencanakan, melaksanakan, mengobservasi dan melaporkan hasil
pembelajaran, yang dapat mendorong terbentuknya sebuah komunitas belajar ( learning society )
yang secara konsisten dan sistematis melakukan perbaikan diri, baik pada tataran individual
maupun manajerial.
Lesson study sebagai salah satu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian
pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan pada prinsip-psrinsip kolegalitas
dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar.

2.      Kelebihan Dan Kekurangan


Kelebihan lesson study : dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana
siswa belajar dan guru mengajar; memperoleh hasil-hasil tertentu yang dapat dimanfaatkan oleh
para guru lainnya, di luar peserta lesson study; meningkatkan pembelajaran secara sistematis
melalui inkuiri kolaboratif.
Membangun sebuah pengetahuan pedagogis, dimana seorang guru dapat menimba
pengetahuan dari guru lainnya adalah :
a.       mengurangi keterasingan guru (dari komunitasnya), khususnya dalam pembelajaran
b.      meningkatkan akuntabilitas kinerja guru
c.       membantu guru untuk mengobservasi dan mengkritisi pembelajarannya
d.      memperdalam pemahaman guru tentang materi pelajaran, cakupan dan urutan materi dalam
kurikulum. 
e.       membantu guru memfokuskan bantuannya pada seluruh aktivitas belajar siswa.
f.       menciptakan terjadinya pertukaran pengetahuan para guru tentang pemahaman berpikir dan
belajar siswa
g.      meningkatkan kolaborasi pada sesama guru

            Kekurangan lesson study : Beberapa Kekurangan Dalam Pelaksanaan Lesson Study:


a.       belum berawal dari permasalahan pembelajaran yang dialami siswa, dan masih berkutat pada
bagaimana mengajarkan suatu materi ajar.
b.      belum berfokus pada pemecahan masalah pembelajaran atau penerapan ide pembelajaran yang
mengacu pada pencapaian kompetensi pada aspek kognitif pada level tinggi dan aspek afektif.
c.       kelemahan dalam observasi dan refleksi.
d.      para observer banyak bicara antar observer yang mengganggu konsentrasi belajar siswa.
e.       kemampuan dan ketrampilan observer dalam mengamati aspek-aspek pada aktivitas belajar
siswa (misalnya : konsentrasi, motivasi, kepuasan, interaksi belajar) masih perlu ditingkatkan.
f.       dalam kegiatan refleksi, kebanyakan observer menyampaikan kekurangan-kekurangan guru
dan kurang menyampaikan bagaimana aktivitas siswa, dan tidak menyampaikan langkahlangkah
berikutnya.

3.      Landasan Pemilihan
Pemilihan Landasn Pembelajaran Lesson Study : Setiap model pembelajaran yang dipilih
dalam perencanaan pembelajaran mencerminkan urutan pembelajaran yang terjadi . Urutan
pembelajaran model deduktif misalnya akan berbeda dengan urutan pembelajaran model
induktif. Demikian juga dengan model- model pembelajaran yang lain. Pilihan model
pembelajaran ini akan mewarnai penyusunan perangkat pembelajaran , terutama dalam
penyusunan skenario pembelajaran dan penyusunan lembar kegiatan siswa.
 Dalam pelaksanaan lesson study penetapan model pembelajaran, terutama yang inovatif
diharapkan mampu mengubah paradigma pembelajaran dari pola pembelajaran yang terpusat
pada guru menjadi pola pembelajaran yang menekankan pada keterlibatan murid, baik dalam
mengekplorasi gejala, memecahkan masalah maupun dalam proses pembangunan konsep, ecara
kooperatif di dalam kelompok, maupun secara individu..
Ada Beberapa Landasan Pemilihan dalam mengimplementasikan lesson study di sekolah,
yaitu:
1. Membentuk kelompok lesson study dengan cara merekrut anggota kelompok dan
menyusun komitmen bersama, menyusun jadwal pertemuan, dan menyepakati aturan kelompok
2. Memfokuskan lesson study yaitu penentuan tema lesson study dengan memperhatikan:
a) kualitas aktual para siswa saat sekarang,
b) kualitas ideal para siswa yang diinginkan pada masa mendatang,
c) adanya kesenjangan antara kualitas ideal dan kualitas aktual para siswa yang menjadi
sasaran lesson study.
3. Merencanakan Pembelajaran, meliputi kegiatan:
a) analisis masalah,
b) menyusun perangkat pembelajaran, dan
c) membuat lembar observasi
4. Melaksanakan Pembelajaran di kelas dan mengamatinya (observasi), dengan cara:
a) guru yang ditunjuk sebagai guru model mengimplementasikan RPP,
b) guru lain dan pakar sebaga observer dalam implementasi RPP,
c) Dokumentasi proses pembelajaran. Sebagai focus observasi pada aktivitas belajar siswa.
5. Mendiskusikan dan menganalisis pembelajaran yang telah dilaksanakan. Pada tahap ini
guru senior (fasilitator) atau kepala sekolah sebagai moderator yang memimpin jalannya diskusi.
Acara diskusi sebagai berikut:
a. Refleksi dari guru model
b.Masukan observer/pengamat
c. Tanggapan balik dari guru pelaksana atas komentar atau masukan dari observer
d.                        Tanggapan dan saran dari ahli/pakar
6. Merefleksikan pembelajaran dan merencanakan tahap selanjutnya. Pada tahap ini
dilakukan refleksi terhadap kekurangan dalam implementasi RPP dan dilakukan perencanaan
ulang berdasarkan kekurangan pada implementasi yang telah dilakukan.

4.      Langkah Pelaksanaan
Pada tahapan ini , terdapat dua kegiatan utama yaitu:
1.               Kegiatan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh salah seorang guru yang
disepakati atau atas permintaan sendiri untuk mempraktikkan rpp yang telah disusun bersama,
dan
2.               Kegiatan pengamatan atau observasi yang dilakukan oleh anggota atau
komunitas lesson study yang lainnya (baca: guru, kepala sekolah, atau pengawas sekolah, atau
undangan lainnya yang bertindak sebagai pengamat/observer).
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam tahapan pelaksanaan, diantaranya:
1.      guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rpp yang telah disusun bersama.
2. siswa diupayakan dapat menjalani proses pembelajaran dalam setting yang wajar dan
natural, tidak dalam keadaan under pressure yang disebabkan adanya program lesson study.
3. selama kegiatan pembelajaran berlangsung, pengamat tidak diperbolehkan mengganggu
jalannya kegiatan pembelajaran dan mengganggu konsentrasi guru maupun siswa.
4. pengamat melakukan pengamatan secara teliti terhadap interaksi siswa-siswa, siswa-
bahan ajar, siswa-guru, siswa-lingkungan lainnya, dengan menggunakan instrumen pengamatan
yang telah disiapkan sebelumnya dan disusun bersama-sama.
5. pengamat harus dapat belajar dari pembelajaran yang berlangsung dan bukan untuk
mengevalusi guru.
6. pengamat dapat melakukan perekaman melalui video camera atau photo digital untuk
keperluan dokumentasi dan bahan analisis lebih lanjut dan kegiatan perekaman tidak
mengganggu jalannya proses pembelajaran.
7. pengamat melakukan pencatatan tentang perilaku belajar siswa selama pembelajaran
berlangsung, misalnya tentang komentar atau diskusi siswa dan diusahakan dapat mencantumkan
nama siswa yang bersangkutan, terjadinya proses konstruksi pemahaman siswa melalui aktivitas
belajar siswa. catatan dibuat berdasarkan pedoman dan urutan pengalaman belajar siswa yang
tercantum dalam rpp.
5.      Tipe - Tipe Pembelajaran Lesson Study
a.      Tahap Perencanaan
Pada tahap ini dilakukan identifikasi masalah yang ada di kelas yang akan digunakan
untuk kegiatan lesson study dan perencanaan alternatif pemecahannya.
Identifikasi masalah dalam rangka kegiatan lesson study dan perencanaan alternatif
pemecahan masalah tersebut berkaitan dengan pokok bahasan (materi pelajaran) yang relevan
dengan kelas dan jadwal pelajaran, karakteristik siswa dan suasana kelas, metode/pendekatan
pembelajaran, media, alat peraga, dan evaluasi proses dan hasil belajar.
Dari hasil identifikasi tersebut didiskusikan (dalam kelompok lesson study) tentang
pemilihan materi pembelajaran, pemilihan metode dan media yang sesuai dengan karakteristik
siswa, serta jenis evaluasi yang akan digunakan.
Pada saat diskusi, akan muncul pendapat dan sumbang saran dari para guru dan pakar
dalam kelompok tersebut untuk menetapkan pilihan yang akan diterapkan.
Pada tahap ini, pakar dapat mengemukakan hal-hal penting/baru yang perlu diketahui dan
diterapkan oleh para guru, seperti pendekatan pembelajaran konstruktif, pendekatan
pembelajaran yang memandirikan belajar siswa, pembelajaran kontekstual (CTL),
pengembangan life skill, Realistic Mathematics Education, PAKEM, pemutakhiran materi ajar,
atau lainnya yang dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam pemilihan tersebut.
Hal yang penting pula untuk didiskusikan adalah penyusunan lembar observasi, terutama
penentuan aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam proses pembelajaran dan indikator-
indikatornya, yang dilihat dari segi tingkah laku belajar siswa. Aspek-aspek proses pembelajaran
dan indikator-indikator itu disusun berdasarkan perangkat pembelajaran yang dibuat serta
kompetensi dasar yang ditetapkan untuk dimiliki siswa setelah mengikuti pembelajaran.

b.      Tahap Implementasi dan Observasi


Pada tahap ini seorang guru yang telah ditunjuk oleh kelompoknya
mengimplementasikan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) di kelas. Pakar dan guru lain
melakukan observasi dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan dan
perangkat lain yang diperlukan.
Para observer ini mencatat hal-hal positif dan negatif dalam proses pembelajaran,
khususnya tentang tingkah laku/belajar siswa. Selain itu dilakukan rekaman video (audio visual)
yang mengclose-up kejadian-kejadian khusus kepada siswa atau kelompok siswa selama
pelaksaan pembelajaran
Pada saat observasi, observer disarankan untuk melakukan beberapa hal berikut:
1. Mencatat komentar atau diskusi yang dilakukan siswa dan menuliskan nama atau
posisi tempat duduk siswa.
2. Membuat catatan tentang situasi ketika siswa melakukan kerjasama atau memilih
untuk tidak melakukan kerjasama.
3. Mencari contoh-contoh terjadinya proses konstruksi pemahaman melalui diskusi dan
aktivitas belajar yang dilakukan siswa.
4. Mencatat variasi metode penyelesaian masalah dari siswa secara individual atau
kelompok, termasuk strategi penyelesaian yang salah.

c.       Tahap Refleksi
Pada tahap ini, guru yang mengimplementasikan rencana pelaksaan pembelajaran diberi
kesempatan untuk menyatakan kesan-kesannya selama melaksanakan pembelajaran, baik
terhadap dirinya maupun terhadap siswa.
Selanjutnya observer (guru lain dan pakar) menyampaikan hasil analisis dan observasinya,
terutama yang menyangkut kegiatan siswa selama kegiatan pembelajaran yang disertai dengan
pemutaran video hasil rekaman pembelajaran.
Terakhir, guru yang melakukan implementasi tersebut memberikan tanggapan baik atas
komentar para observer.
Hal yang penting pula dalam kegiatan refleksi ini adalah mempertimbangkan kembali
rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun sebagai dasar untuk perbaikan rencana
pelaksanaan pembelajaran berikutnya.
6.      Pencegahan Masalah Dalam Penerapan
Mengingat pentingnya Lesson Study sebagai Inovasi Pendidikan, maka perlu diupayakan
usahan untuk mengatasi masalah-masalah yang telah diungkapkan di atas. Menurut Roger
(1993), suatu inovasi akan diterima dengan cepat atau tidaknya bergantung kepada hal-hal
berikut, yaitu :
a.       Keuntungan relatif, yaitu sejauh mana inovasi dianggap menguntungkan bagi penerimanya,
dari segi-segi : ekonomi, faktor status sosial, kesenangan atau kepuasan.
b.      Kompatibel, yaitu tingkat kesesuian inovasi dengan nilai, pengalaman, dan kebutuhan
penerima.
c.       Kompleksitas, yaitu tingkat kesukaran utuk memahami dan menggunakan inovasi bagi
peneriman.
d.      Triabilitas, ialah dapat dicoba atau tidaknya suatu inovasi oleh penerima.
e.       Dapat diamati, ialah mudah tidaknya suatu hasil inovasi.
Sementara keputusan suatu inovasi itu akan diadaptasi atau tidaknya mengikuti 5
langkah, yaitu :
(1) pengetahuan tentang inovasi,
(2) bujukan dan imbauan,
(3) penetapan atau keputusan,
(4) penerapan, dan
(5) konfirmasi.

Berdasarkan asumsi teori tersebut, maka perlu ditinjau dari sudut pandang mana masalah-
masalah yang terjadi dalam pelaksanaan Lesson Study sebagai inovasi pendidikan.

A.    Masalah Sumber Daya Manusia


Masalah sumberdaya manusia selalu menjadi hambatan dalam setiap usaha inovasi, baik cara
pandang, prilaku, kebiasaan atau peresepsi tentang suatu inovasi. Oleh karena itu, dalam kasus
pelaksanaa Lesson Study di Indonesia faktor inisiatif dari guru dan sekolah maapun dinas terkait
masih kurang. Beberapa hal yang dapat dilakuakan adalah :
a.       Mengintensifkan kegiatan-kegiatan ilmiah untuk menyebarkan pengetahuan dan pengalaman
pelaksanaan Lesson Study.
b.      Melibatkan guru-guru dalam kegiatan ilmiah tersebut.
c.       Mengembangkan model-model percontohan kegiatan Lesson Study.
d.      Meningkatkan partisipasi KKG dan MGMP dalam kegiatan Lesson Study bahkan dapat
dijadikan sebagai pelaksana di lapangan.

B.     Masalah Sarana Dan Prasarana


Sarana yang digunakan dalam kegiatan Lesson Study tidak lah sulit untuk dicari. Hanya saja
sulitnya mencari sekolah yang memiliki kelengkapan fasilitas yang dibutuhkan terutama di
daerah. Biaya yang tidak kalah pentingnya adalah biaya operasional kegiatan yang sering
menjadi kendala terutama jika kegiatan Lesson Study tidak berbasis proyek. Beberapa hal yang
dapat dialakukan untuk memecahkannya adalah :
a.       Mengembangkan komitmen dinas pendidikan untuk mengalokasikan kegiatan Lesson Study
b.      Mengembangkan komitmen sekolah dalam mengalokasikan biaya operasinal bagi guru yang
terlibat dalam Lesson Study
Pihak perguruan tinggi mengembangkan proyek-proyek Lesson Study untuk diajukan pada
lembaga-lembaga pemerintah atau internasional.

C.     Masalah Kebijakan Teknis


Kebijakan pelaksanaan Lesson Study sudah direspon dengan baik oleh pemerintah pusat.
Hanya saja, pelaksana program pendidikan tingkat daerah belum semuanya mengadaptasi Lesson
Study sebagai sebuah inovasi.
Pengertian Quantum Learning

Pengertian Quantum Learning - Menurut Poter dan Hernacki, Quantum Learning adalah
seperangkat metode atau falsafah belajar yang terbukti efektif di sekolah dan bisnis untuk semua
tipe orang dan segala usia. Quantum Learning pertama kali diterapkan di tempat pelatihan
metode Quantum Learning atau Supercamp.

Quantum Learning berakar dari upaya Lozanov, seorang pendidik yang berkebangsaan Bulgaria
yang bereksperimen dengan apa yang disebut sebagai “Suggestology” atau “Suggestopedia”.
Pada prinsipnya bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar dan sikap
detail apa pun memberikan sugesti positif ataupun negatif (De Porter dan Hernacki, 2000:14). 

Dalam Quantum Learning menggabungkan sugestologi teknik pemercepatan belajar dan NLP
(Program Neurolinguistik) dengan teori, keyakinan dan metode kami sendiri, termasuk
diantaranya kosep-konsep kunci dari berbagai teori dan strategi belajar yang lain seperti : 

1. Teori otak kanan/otak kiri


2. Teori otak triune (3 in 1)
3. Pilihan modalitas (visual, auditorial, kinestetik)
4. Teori kecerdasan ganda
5. Pendidikan holistik (menyeluruh)
6. Belajar berdasarkan pengalaman
7. Belajar dengan simbol (metaphorik learning)
8. Simulasi atau permainan.
Maksud dari ke delapan kunci strategi Quantum Learning adalah menggabungkan kegiatan yang
secara seimbang antara bekerja dan bermain, dengan kecepatan yang mengesankan dan dibarengi
dengan kegiatan yang menggembirakan. Serta efektif digunakan oleh semua umur (De Porter
dan Hernacki, 2000:16) 

Setiap metode tertentu memiliki kelebihan dan kekurangan, begitu pula dengan Quantum
Learning. Kelebihan dan kekurangan metode Quantum Learning dapat dijabarkan sebagai
berikut: 

1) Kelebihan Metode Quantum Learning 

 Memberikan sikap positif terhadap cara pandang siswa


 Siswa lebih termotivasi untuk belajar
 Memperoleh keterampilan seumur hidup
 Memiliki kepercayaan diri
 Menjadi orang yang sukses (De Potter dan Hernaki, 2000:13)
2) Kekurangan 

Metode ini banyak menggunakan media, bagi sekolah yang tidak memiliki fasilitas yang
memadai akan mengalami hambatan dalam penerapannya (De Potter dan Hernacki, 2000:15) 

Sesuai dengan penjelasan di atas, dapat diambil kesimpulan tentang pengertian quantum


learning yakni suatu proses pembelajaran menjadi efektif dan bermakna apabila ada interaksi
antara siswa dengan sumber belajar dengan materi, kondisi ruangan, fasilitas, penciptaan suasana
dan kegiatan belajar yang tidak monoton diantaranya melalui penggunaan musik pengiring.
Interaksi ini berupa keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar.
METODE DISKUSI

A.    Pengertian metode diskusi

Diskusi adalah aktivitas dari sekelompok siswa, berbicara saling bertukar informasi
maupun pendapat tentang sebuah topik atau masalah, dimana setiap anak ingin mencari
jawaban/penyelesaian problem dari segala segi dan kemungkinan yang ada. (Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan: 1994)

Metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran, di mana siswa-siswa dihadapkan kepada
suatu masalah, yang bisa berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematis untuk
dibahas dan dipecahkan bersama. (Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain : 2006). Metode
diskusi adalah suatu cara penyampaian materi pelajaran melalui sarana pertukaran pikiran untuk
memecahkan persoalan yang dihadapai (Semiwan, 9990:76).Sedangkan menurut Suryosubroto
(1997:179) mengemukakan metode diskusi adalah suatu cara penyajian bahan pengajaran dengan
guru memberikan kesempatan kepada siswa atau kelompok-kelompok untuk mengadakan
perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun ke
berbagai alternatif pemecahan suatu masalah.
Metode diskusi merupakan suatu metode pengajaran yang mana guru memberi suatu
persoalan atau masalah kepada murid, dan para murid diberi kesempatan secara bersama-sama
untuk memecahkan masalah itu dengan teman-temannya.Dalam diskusi murid dapat
mengemukakan pendapat, menyangkal pendapat orang lain, mengajukan usul-usul, dan
mengajukan saran-saran dalam rangka pemecahan masalah yang ditinjau dari berbagai segi.
B.     Ciri-ciri dan Karakteristik Metode Diskusi

Soetomo (1993: 153) menyebutkan bahwa “metode diskusi merupakan suatu metode
pengajaran yang mana guru memberikan suatu persoalan (masalah) kepada murid, dan para
murid diberi kesempatan secara bersama-sama untuk meme-cahkan masalah itu dengan teman-
temannya”.Dalam kelompok diskusi siswa saling tukar informasi tentang permasalahan yang
sedang dibahas.Perbedaan pendapat sering terjadi. Semakin banyak yang beda pendapat, maka
keadaan diskusi akan semakin hidup.
Slameto (1991: 101) menyebutkan bahwa “diskusi kelompok ialah per-cakapan yang
direncanakan atau dipersiapkan di antara tiga orang siswa atau lebih tentang topik tertentu
dengan seorang pemimpin”.Percakapan diartikan sebagai adanya pendapat dari masing-masing
anggota kelompok dalam ikut memberikan alternatif pemecahan masalah sesuai dengan
pikirannya masing-masing. 
Berdasarkan pengertian tersebut dapat dirumuskan bahwa metode diskusi memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
         1.      Terdiri dari beberapa orang, bisa lebih dari tiga orang.
         2.      Ada permasalahan yang sedang dicarikan solusi pemecahannya.
         3.      Ada yang menjadi pemimpin.
         4.      Ada proses tukar pendapat atau informasi.
         5.      Menghasilkan rumusan alternatif pemecahan masalah yang sedang dibahas.
C.    Tujuan metode diskusi dalam belajar-mengajar

1.      Menanamkan dan mengembangkan keberanian untuk mengemukakan pendapat sendiri.

2.      Mencari kebenaran secara jujur melalui pertimbangan pendapat yang mungkin saja berbeda
antara satu dengan yang lain.

3.      Belajar menemukan kesepakatan pendapat melalui musyawarah.

4.      Memberikan kehidupan kelas yang lebih mendekati kegiatan hidup yang sebenarnya.

PEMBAHASAN

A.    Langkah-langkah penggunaan metode diskusi

Langkah-langkah penggunaan metode diskusi menurut Hasibuan (1985) dan Sastrawijaya


(1988)adalah sebagai berikut:

1.   Guru mengemukkan masalah yang akan didiskusikan dan memberikan pengarahan seperlunya
mengenai cara-cara pemecahannya.
2.  Para siswa membentuk kelompok-kelompok diskusi memilih pimpinan diskusi (ketua, sekretaris,
pelapor) mengatur tempat duduk, ruangan, sarana,dan sebagainya dengan bimbingan
guru.Pimpinan diskusi sebaiknya berada di tangan siswa yang :

a)      Lebih memahami masalah yang akan didiskusikan

b)      "Berwibawa" dan disenangi oleh teman-temannya

c)      Lancar berbicara

d)     Dapat bertindak tegas, adil, dan demokratis

Tugas pimpinan diskusi antara lain :

a)      Pengatur dan pengarah diskusi

b)      Pengatur "lalu lintas" pembicaraan

c)      Penengah dan penyimpul berbagai pendapat

3.    Para siswa berdiskusi dalam kelompoknya masing-masng, sedangkan guru berkeliling dari
kelompok yang satu ke kelompok yang lain, menjaga ketertiban, serta memberikan dorongan dan
bantuan agar anggota kelompok berpartisipasi aktif dan diskusi dapat berjalan lancar. Setiap
siswa hendaknya, mengetahui secara persis apa yang akan didiskusikan dan bagaimana caranya
berdiskusi.

4.    Setiap kelompok harus melaporkan hasil diskusinya. Hasil diskusi dilaporkan ditanggapi oleh
semua siswa, terutama dari kelompok lain. Guru memberikan ulasan atau penjelasan terhadap
laporan tersebut.

5.     Akhirnya siswa mencatat hasil diskusi, sedangkan guru menyimpulkan laporan hasil diskusi
dari setiap kelompok.

B.     Jenis-jenis metode diskusi

Jenis-jenis diskusi menurut Hasibuan (1985) yaitu :


1)      Whole group
Kelas merupakan satu kelompok diskusi.Whole group yang ideal apabila jumlah anggota tidak
lebih dari 15 orang.
2)      Buzz group
Satu kelompok besar dibagi menjadi beberapa kelompok kecil, terdiri atas 4-5 orang.Tempat
diatur agar siswa dapat berhadapan muka dan bertukar pikiran dengan mudah.Diskusi diadakan
di tengah pelajaran atau di akhir pelajaran dengan maksud menajamkan kerangka bahan
pelajaran, memperjelas bahan pelajaran atau menjawab pertanyaan-pertanyaan.Hasil belajar yang
diharapkan ialah agar segenap individu membandingkan persepsinya yang mungkin berbeda-
beda tentang bahan pelajaran, membandingkan interpretasi dan informasi yang diperoleh
masing-masing.Dengan demikian masing-masing individu dapat saling memperbaiki pengertian,
persepsi, informasi, interpretasi sehingga dapat dihindarkan kekeliruan-kekeliruan.
3)      Panel
Suatu kelompok kecil, biasanya3-6 orang, mendiskusikan satu subjek tertentu, duduk dalam
suatu susunan semi melingkar, dipimpin oleh seorang moderator.Panel ini secara fisik dapat
berhadapan dengan audience, dapat juga secara tidak langsung (misalnya panel di televisi).Pada
suatu panel yang murni, audience tidak ikut serta dalam diskusi.
4)      Syndicate group
Suatu kelompok (kelas) dibagi menjadi beberapa kelompok klecil terdiri dari 3-6 orang.Masing-
masing kelompok kecil melaksanakan tugas tertentu. Guru menjelaskan garis besarnya problema
kepada kelas:ia menggambarkan aspek-aspek masalah, kemudian tiap-tiap kelompok (syndicate)
diberi tugas untuk mempelajari suatu aspek tertentu. Guru menyediakan referensi atau sumber-
sumber informasi lain.Setiap sindikat bersidang sendiri-sendiri atau membaca bahan, berdiskusi,
dan menyusun laporan yang berupa kesimpulan sindikat.Tiap laporan dibawa ke sidang pleno
untuk didiskusikan lebih lanjut.
5)      Brain Storming group
Kelompok menyumbangkan ide-ide baru tanpa dinilai segera.Setiap anggota kelompok
mengeluarkan pendapatnya. Hasil belajar yang diharapkan ialah agar anggota kelompok belajar
menghargai pendapat orang lain, menumbuhkan rasa percaya pada diri sendiri dalam
mengembangkan ide-ide yang ditemukannya yang dianggap benar.
6)      Simposium
Beberapa orang membahas tentang berbnagai aspek dari suatu subjek tertentu, dan membacakan
di muka peserta symposium secara singkat (5-20 menit).Kemudian diikuti dengan sanggahan dan
pertanyaan dari para penyanggah, dan juga dari pendengar.Bahasan dan sanggahan itu
selanjutnya dirumuskan oleh panitia perumus sebagai hasil simposium.
7)      Informal debate
Kelas dibagi menjadi dua tim yang agak sama besarnya, dan mendiskusikan subjek yang cocok
untuk diperdebatkan tanpa memperhatikan peraturan perdebatan normal. Bahan yang cocok
untuk diperdebatkan ialah yang bersifat problematic, bukan yang bersifat aktual.
8)      Colloquium
Seseorang atau beberapa orang manusia sumber menjawab pertanyaan dari audience. Dalam
kegiatan belajar mengajar, siswa atau mahasiswa menginterviu manusia sumber, selanjutnya
mengundang pertanyaan lain atau tambahan dari siswa atau mahasiswa lain. Hasil belajar yang
diharapkan ialah para siswa atau mahasiswa akan memperoleh pengetahuan dari tangan pertama.
9)      Fish bowl
Beberapa orang peserta dipimpin oleh seorang ketua mengadakan suatu diskusi untuk
mengambil suatu keputusan.Tempat duduk diatur merupakan setengah lingkaran dengan dua
atau tiga kursi kosong menghadap peserta diskusi.Kelompok pendengar duduk mengelilingi
kelompok diskusi, seolah-olah melihat ikan yang berada dalam sebuah mangkuk (fish bowl).
Sedang kelompok diskusi berdiskusi, kelompok pendengar yang ingin menyumbangkan pikiran
dapat masuk duduk di kursi kosong. Apabila ketua diskusi mempersilakan berbicara, ia dapat
langsung berbicara, dan meninggalkan kursi setelah selesai berbicara.
C.    Kelebihan dan kekurangan metode diskusi

Kelebihan metode diskusi adalah:

1.  Merangsang kreativitas siswa dalam bentuk ide, gagasan – prakarsa, dan terobosan baru dalam
pemecahan suatu masalah.

2.      Mengembangkan sikap menghargai pendapat orang lain

3.      Memperluas wawasan

4.      Membina untuk terbiasa musyawarah untuk memperkuat dalam memecahkan


Agar metode diskusi dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan maka guru harus
memperhatikan beberapa hal, yaitu :

a.   Menentukan masalah (topik) yang dijangkau oleh taraf berfikir siswa. Artinya siswa sudah
memiliki pengetahuan tentang pemecahan masalah yang diharapkan. Sehingga siswa dapat
menilai, menganalisa dan mencari alternatif pemecahan dari topik yang diberikan oleh guru.

b.      Mengemukakan masalah dengan memberi penjelasan cara-cara pemecahannya dan


menjelaskan hasil apa yang ingin dicapai dalam diskusi.

c.   Guru membentuk kelompok dengan murid dan dipilih pula ketua, wakil, penulis, mengatur
tempat duduk, menjelaskan tata tertib dan lain-lain.

d.   Murid mendiskusikan masalah dengan kelompoknya masing-masing dengan bimbingan guru.


Guru mendekatkan pada masing-masing kelompok secara bergantian dan memberi bantuan bila
diperlukan, merangsang semua anggota kelompok untuk aktif dalam berbicara, mengemukakan
ide-ide tanpa adanya tekanan atau paksaan.

e.      Tiap kelompok melaporkan hasil-hasilnya. Lebih baik dalam laporan itu diajukan selain secara
tertulis juga secara lisan (dibacakan) dab semua siswa diharapkan memberi tanggapan dan guru
berusaha sebagai penengah apabila ada perbedaan (pertentangan) pendapat dan memberi usulan
serta penjelasan sebagai kesimpulan.

f.       Akhirnya semua siswa mencatat hasil dari diskusi dan masing-masing ketua kelompok
mengumpulkan hasil diskusinya kepada guru.

Kekurangan metode diskusi adalah:

1.      Tidak dapat dipakai pada kelompok yang besar.

2.      Pembicaraan terkadang menyimpang, sehingga memerlukan waktu yang panjang.

3.      Mungkin dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara atau ingin menonjolkan diri.

Untuk meminimalisir kekurangan metode ini, maka guru atau murid sebagai pemimpin diskusi
mempunyai peranan sebagai berikut :

1.      Sebagai penunjuk jalan


Tugas pemimpin disini ialah memberikan pengarahan kepada anggota tentang masalah yang
akan didiskusikan (ruang lingkup diskusi). Sehingga dengan demikian tidak timbul pertanyaan-
pertanyaan yang menyimpang.

2.      Sebagai pengatur lalu lintas

Bertugas mengatur jalannya diskusi agar jalannya menjadi lancar :

a)      Dengan jalan mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada anggota kelompok tertentu.

b)      Menjaga agar anggota berbicara menurut giliran (tidak serentak).

c)      Menjaga agar diskusi tidak dikuasi oleh orang-orang tertentu yang gemar berbicara.

d) Membuka kesempatan kepada orang-orang tertentu (pemalu) untuk mengungkapkan pendapatnya.

e)      Mengatur pembicaraan agar didengar oleh semua anggota.

3.      Sebagai dinding penangkis

Disini tugas pemimpin diskusi ialah penerima pertanyaan-pertanyaan dari anggota kemudian
melemparkannya kembali kepada anggota. Jangan sampai terjadi tanya jawab antar kelompok
kecil saja. Usahakan seluruh anggota kelompok aktif berpartisipasi.

Metode diskusi dalam proses belajar mengajar mempunyai beberapa kegunaan, antara lain :

1.  Memberi kesempatan pada siswa untuk menyalurkan kemampuan masing-masing, dapat


mendorong anak untuk mengemukakan ide baru.

2.    Dapat memanfaatkan berbagai kemampuan yang dimiliki oleh siswa.

3.    Membantu siswa untuk dapat mengetrapkan pengalaman teoritis dan pengalaman praktis dalam
berbagai pengetahuan di sekolah.

4.  Membantu siswa untuk dapat menilai kemampuan dirinya, teman-temannya dan juga siswa dapat
menghargai pendapat teman.

5.      Mengembangkan inovasi anank untuk belajar lebih lanjut.

Anda mungkin juga menyukai