Anda di halaman 1dari 18

AL-ISLAM 3 (ULUMUL QURAN DAN HADITS)

AL-QUR’AN

Dosen Pengampu:
Dr. Rojja Pebrian, Lc., MA
Disusun Oleh:
MALA FEBRIANTI (196910552)
Kelas : 4B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
nikmat, taufik serta hidayah-NYA yang sangat besar. Sehingga saya bisa menyelesaikan makalah
yang berjudul “Al-qur’an“ ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Sholawat serta salam
semoga selalu tercurahkan kepada nabi Muhammad beserta keluarga dan para sahabatnya hingga
pada umatnya pada akhir zaman.
Makalah ini disusun agar pembaca memperoleh pengetahuan tentang “Al-qur’an”
didalam mata kuliah yang telah saya sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber yang
dapat saya pertanggung jawabkan.
saya menyadari bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan didalamnya. Sehingga
dalam kesempatan kali ini saya juga bermaksud meminta saran dan masukan dari berbagai pihak.
saya juga berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi rekan-rekan mahasiswa dan para pembaca.

Pekanbaru, 02 Maret 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................. ii

PENDAHULUAN........................................................................................... 1

a. Latar Belakang...................................................................................... 1
b. Rumusan masalah ................................................................................ 1
c. Tujuan Penulisan ................................................................................. 1

PEMBAHASAN.............................................................................................. 2

a. Pengertian Al-qur’an............................................................................ 2
b. Keutamaan Al-qur’an........................................................................... 2
c. Adab Al-qur’an..................................................................................... 3
d. Wirid Al-qur’an ................................................................................... 11

PENUTUP....................................................................................................... 14

a. Kesimpulan .......................................................................................... 14
b. Saran .................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 15

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Al quran adalah kitab suci yang diturunkan Allah SWT kepada nabi Muhammad SAW
sebagai rahmat yang tak ada taranya bagi alam semesta, di dalamnya terkumpul wahyu Ilahi
yang menjadi petunjuk, pedoman dan pelajaran bagi siapayang mempelajarinya dan
mengamalkannya. Bukan itu saja tetapi juga Al quran adalah sebagai kitab suci terakhir di
turunkan Allah SWT yang isinya mencakup segala pokok-pokok syariat yang terdapat dalam
kitab-kitab sebelumnya.
Karena itu orang yang mempercayai Al quran akan bertambah cinta kepadanya, cinta
untuk membacanya, untuk mempelajarinya dan memahaminya serta untuk mengamalkannya
dan mengajarkannya sampai merata rahmatnya dirasakan oleh penghuni alam semesta.
Sehubungan dengan hal tersebut di dalam mukaddimah Al quran dan Terjemahnyajuga
ditegaskan bahwa:
“Membaca Al quran, baik mengetahui artinya maupun tidak adalah termasuk ibadah,
amal saleh dan memberi rahmat serta menjadi manfaat bagi yang melakukannya, memberi
cahaya ke dalam hati yang membacanyasehingga terang benderang, juga memberi cahaya
kepada keluarga, rumah tangga tempat Al quran itu dibaca”.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Pengertian Al-qur’an?
2. Apa Saja KeutamaanAl-qur’an?
3. Sebutkan Adab Al-qur’an?
4. Apa Yang dimaksud Dengan Wirid Al-quran?

C. TUJUAN PENULIS
1. Mengetahui Apa Yang dimaksud Dengan Pengertian Al-qur’an
2. Mengetahui Apa Saja Keutamaan Al-qur’an
3. Mengetahui Adab Al-quran
4. Mengetahui Apa Yang dimaksud Dengan Wirid Al-qur’an

1
BAB ll

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN AL-QUR’AN

Al-Qur’an merupakan sumber utama ajaran Islam, dan juga merupakan pedoman hidup bagi
setiap manusia. Al-Qur’an bukan sekedar memuat petunjuk tentang hubungan manusia dengan
Tuhannya, tetapi juga mengatur hubungan manusia dengan sesamanya, bahkan hubungan
manusia dengan alam sekitarnya (Choiruddin Hadliri:1993) Dengan deimkian, untuk dapat
memahami ajaran Islam secara sempurna, maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah
memahami Al-Qur’an.Al-Qur’an, sebagaimana diketahui, diturunkan dalam bahasa Arab, baik
lafal maupun uslubnya. Namun demikian, tidaklah berarti bahwa semua orang Arab, atau orang
yang mahir dalam bahasa Arab, dapat memahami Al-Qur’an secara rinci. Bahkan menurut
Ahmad Amin (1975) para Sahabat sendiri tidak sanggup memahami kandungan Al-Qur’an
dengan hanya sekedar mendengarkannya dari Rasulullah saw, karena menurut beliau, memahami
Al-Qur’an tidak cukup dengan menguasai bahasa Arab saja.

B. KEUTAMAAN AL-QUR’AN

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu ia berkata Rasulullah bersabda :

“Tidaklah suatu kaum berkumpul di suatu rumah dari rumah Allah (masjid) mereka
membaca kitabullah dan saling belajar diantara mereka, kecuali Allah menurunkan ketenangan
kepada mereka, mereka diliputi rahmat, dinaungi malaikat dan Allah menyebutnyebut mereka
pada (malaikat) yang didekatNya” (HR. Muslim)”

Maka berbahagilah ahlul Qur‟an dengan karunia yang agung dan kedudukan yang tinggi ini,
maka sungguh sangat mengherankan orang yang masih bermalas-malasan bahkan berpaling dari
majelis Al Qur‟an.Maka dengan uraian diatas sangat mulya bagi orang-orang yang selalu
hidupnya disandarkan kepada Al-Qur‟an dengan cara belajar dan mengajarkannya. Dan ada
tujuh keutamaan membaca Al-Qur’an :

1. Mendapat Pahala Berlipat

Memiliki banyak keistimewaan, Rasulullah bersabda "Barangsiapa yang membaca satu huruf
dari Alquran maka ia akan mendapat satu kebaikan dan dari satu kebaikan itu berlipat menjadi
sepuluh kebaikan. Aku tidak mengatakan alif lam mim sebagai satu huruf. Akan tetapi alif satu
huruf, lam satu huruf danmim satu huruf.

2. Derajatnya Diangkat

Allah SWT akan mengangkat derajat orang-orang yang selalumembaca Alqurandan


mempelajari isi kandungannya serta mengamalkannya setiap hari.

2
3. Mendapatkan ketenangan hati

Alquran diturunkan Allah SWT untuk menjadi obat segala macam penyakit kejiwaan.
Sehingga keutamaan membaca Alquran di rumah ataupun di masjid akan mendapatkan
ketenangan jiwa.

4. Mendapat Pertolongan Allah SWT di hari Kiamat

Keutamaan membaca Alqurandengan tartil akan mendapatkan syafaat (pertolongan) pada


hari Kiamat.

5. Terbebas dari Aduan Rasulullah SAW pada Hari Kiamat

Memperbanyak membaca Alquran akan mengantarkan kemudahan ketika kita menghadap


Allah SWT.

6. Dihadiri malaikat

Rumah yang dibuat untuk membaca Alquran akan dihadiri malaikat. Penghuni rumah akan
merasakan bahwa rumahanya menjadi luas.

7. Ditempatkan Bersama Malaikat

Dikutip dari sumber-sumber islam bahwaorang yang mahirmembaca Alqurannantinya akan


ditempatkan bersama malaikat-malaikat pencatat yang patuh kepada Allah yang selalu berbuat
kebaikan.

yang dimaksud mahir di sini adalah orang yang cerdas, maksudnya, hafalan dan tajwidnya
sama-sama mempunyai kualitas bagus, tidak perlu mengulang-ulang.

C. ADAB AL-QUR’AN

Adab membaca Al-Qurān dapat dipetakan menjadi tiga bagian, yaitu adab sebelum membaca
Al-Qurān, ketika, dan sesudahnya.

1. Adab Sebelum Membaca Al-Qurān

Sebelum membaca Al-Qurān perlu diketahui beberapa syarat yang harus dipenuhinya.
Artinya, sesuatu variabel yang harus dipenuhi sebelum melakukannya agar bacaan Al-Qurān
dapat menghasilkan sesuai dengan harapan kaidah membaca Al-Qurān.

Adapun syarat-syarat membaca Al-Qurān yang harus dipenuhi antara lain:

a. Niat

Adab membaca Al-Qurān sebelumnya harus difokuskan niat beribadah dengan menjalankan
perintah agama Allah. Artinya, mengabdi kepada Allah sebagai Tuhan yang menurunkan Al-

3
Qurān yang di dalamnya terdapat ajaran agama Islam sebagai pedoman hidup manusia hidup di
alam dunia menuju alam akhirat.

Niat merupakan suatu dasar semua pengalaman. Diterangkan suatu hadis, artinya:
“Sebenarnya amal perbuatan tergantung pada niatnya. Sebenarnya tiap-tiap seseorang tergantung
apa yang telah diniatkannya. Maka barangsiapa yang hijrahnya kepada Allah dan kepada Rasul-
Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya. Maka barangsiapa yang hijrahnya kepada
dunia atau wanita yang hendak dikawininya maka hijrahnya kepadanya.”

Memahami hadis tersebut dapat dibuat suatu gambaran rangkaian niat bahwa niat itu
mempunyai beberapa rukun, yaitu: (1) orang yang melakukan niat, (2) barang (amal) yang
diniati, (3) tujuan niat.

Orang yang melakukan niat merupakan salah satu rukun daripadanya karena wujudnya suatu
niat dan suatu amal merupakan produk darun seseorang yang melakukan niat itu. Orang yang
berniat akan memberikan arah daru suatu tindakan melakukan sesuatu sehingga niat orang Islam
dinilai lebih daripada perilakunya. Tetapi sebaliknya, perilaku orang munafik lebih baik daripada
niatnya. Rasul bersabda, artinya: “Niat orang mukmin lebih baik daripada amalnya, dan orang
munafik lebih buruk daripada niatnya”.

Niat orang Islam lebih baik daripada amalnya karena orang Islam di dalamnya terdapat iman
dan ketetapan hati yang akan membenarkan terhadap niatnya melalui perilaku atau perbuatan.
Tetapi orang munafik tidak mempunyai keteguhan hati yang ada pada imannya. Iman orang
munafik akan selalu berubah-ubah sesuai dengan kehendaknya, sehingga perilaku orang munafik
ada kecenderungan tidak sesuai dengan niatnya karena dipengaruhi motif tujuannya.

Amal yang diniatkan merupakan realisasi daripada isi atau materi niat, apabila amal
perbuatan sudah dilakukan maka buah amal itu akan membawa akibat yang dapat menyinari
terhadap hati orang yang beramal itu. Maka Rasul bersabda, artinya: “Tiap orang berbuat
tergantung pada niatnya, maka apabila orang mukmin berbuat suatu amalan, maka cahayanya
akan membebaskan pada hatinya”.

Tujuan amal diarahkan kepada suatu arahan tertentu sesuai dengan arahannya. Apabila niat
seseorang diarahkan pada perilaku yang baik akan membawa hasil dan akibat yang baik. Tetapi
apabila arahan niat seseorang diarahkan pada suatu perilaku butuh, maka ia akan membawa hasil
dan akibat yang buruk pula.Membaca Al-Qurān merupakan pengamalan yang dapat diniati
ibadah kepada Allah. Rasul bersabda, artinya: “Lebih utama ibadah ummatku adalah membaca
Al-Qurān.”

Adab membaca Al-Qurān seharusnya didasari niat menjalankan perintah agama Allah, sebab
orang yang menjalankan perintah agama-Nya akan mendapatkan pertolongan daripada-Nya.
Rasul bersabda, artinya: “Tidaklah seorang hamba mempunyai niatnya melaksanakan perintah
agama-Nya, kecuali baginya mendapatkan pertolongan dari Allah SWT.”

4
Membaca Al-Qurān kalau diniati ibadah artinya pengabdian kepada Allah dengan cara
melaksanakan ajaran agama Allah. Ini merupakan hubungan timbal balik (interaksi) yang
bersifat psikologis yang didasari kepercayaan adanya Tuhan dan adanya ganjaran. Akibat
daripadanya akan direspon oleh Allah dan dibalas dengan pahala-Nya berupa pertolongan yang
datang daripadanya.

b. Suci dari hadas kecil dan besar

Adab membaca Al-Qurān sebelumnya disyaratkan suci dari hadas kecil dan besar. Artinya,
nagi seseorang membaca Al-Qurān tidak menanggung beban berupa hadas kecil yang
diakibatkan dari perbuatan buang air kecil dan buang air besar serta keluar angin dari dubur. Ini
dapat dihilangkan melalui bersuci melalui wudu.Membaca Al-Qurān bagi seseorang yang
menanggung hadas besar yang diakibatkan karena keluar air mani atau bersenggama. Ini dapat
dihilangkan dengan bersuci melalui mandi junub.Membaca Al-Qurān bagi orang yang masih
menanggung hadas, maka dilarang oleh Allah, sebab Allah berfirman, artinya: “Tidak
menyentuhkan kecuali orang-orang yang suci.”

Ayat tersebut terdapat lafad “lā yamassuhu”. Lafad “lā” merupakan huruf nafi artinya
“peniadaan pada sesuatu”. Namun lafad “lā” di sini diartikan sebagai “lā” nafi artinya “larangan
untuk melakukan sesuatu”, sehingga lafad tersebut diartikan dilarang seseorang menyentuhnya
(Al-Qurān) kecuali mereka telah suci. Suci adalah merupakan salah satu persyaratan hadirnya
jiwa seseorang untuk menyentuh isi Al-Qurān. Karena, suci dari hadas akan mempengaruhi
terhadap kesucian jiwa. Kesucian jiwa akan dapat mempengaruhi kejernihan berpikir, kejernihan
berpikir dapat mengakibatkan kelancaran dalam membaca dan memahami isi kandungan Al-
Qurān.

c. Menghadap Qiblat

Membaca Al-Qurān disyaratkan menghadap qiblat. Ini dilakukan karena Al-Qurān adalah
Kalamullah yang berisi tentang Asma Allah dan doa. Seseorang yang berdoa diqiyaskan orang
yang melakukan salat (salat = doa), sehingga menghadap qiblat merupakan keutamaan bagi
orang yang membaca Al-Qurān.Membaca Al-Qurān diqiyaskan dengan doa. Menurut bahasa,
doa merupakan dari perbuatan salat. Menurut Abu Syuja’ bahwa, salat menurut bahasa adalah
doa.

Salat disyariatkan menghadap qiblat. Hal ini diabadikan dalam Al-Qurān, artinya: “Dan
dari mana saja kamu keluar maka hadapkanlah wajahmu ke Masjidil Haram.”

Membaca Al-Qurān dengan menghadap qiblat adalah bentuk sikap tawadu (rendah hati)
dan penghormatan terhadap kitab suci Al-Qurān yang diturunkan di tanah suci yaitu Makkah dan
Madinah. Ini merupakan simbol kesucian dari kitab yang diturunkan di tanah suci.

d. Menutup aurat

5
Membaca Al-Qurān disyaratkan menutup aurat bagi orang yang membacanya. Menutup aurat
merupakan sikap wirangi seseorang yang walaupun belum ditemukan nas Al-Qurān atau al-hadis
yang memerintahkannya. Pemikiran ini didasari atas penghormatan kepada kitab suci. Membaca
ayat Al-Qurān menjadi salah satu rukun yang menjadikan sahnya salat seseorang. Sedangkan
orang yang mengerjakan salat diharuskan menutup aurat.Hal ini dijelaskan oleh Syeh Zainuddin
Al-Mulaibari, artinya: “Syarat sahnya salat yang ketiga adalah menutup aurat, orang laki-laki,
hamba, mukatab menutup di antara pusar dan lutut, dan wanita merdeka menutup seluruh tubuh,
kecuali di wajah dan kedua telapak tangannya”.

Membaca Al-Qurān dan salat merupakan pekerjaan yang berhubungan dalam mencapai
tujuan, yaitu ibadah kepada Allah sebagai Sang Pencipta. Yang membedakan adalah, kalau
ibadah salat termasuk ibadah mahdhah, sedangkan membaca Al-Qurān termasuk ibadah gairu
mahdhah.Ibadah mahdhah yaitu ibadah salat artinya tatacara ibadah salat sudah diatur oleh Rasul
saw sehingga ibadah yang dilakukan dengan cara yang murni tidak terdapat penambahan atau
pengurangan di dalamnya. Sedangkan ibadah gairu mahdhah dalam membaca Al-Qurān yaitu
suatu perbuatan ibadah membaca Al-Qurān yang tidak diatur tatacara yang berhubungan dengan
adab ketika membacanya.

e. Pakaian bersih dan suci

Pakaian merupakan sarana menutup aurat supaya aurat seorang pembaca Al-Qurān tetap suci,
ditutup dengan pakaian yuang bersih dan suci. Pakaian yang bersih artinya pakaian yang tidak
terdapat halangan yang melekat padanya. Sedangkan pakaian yang suci adalah pakaian yang
tidak mengandung sesuatu yang dinilai najis oleh hukum syara.Pakaian bersih dan suci
merupakan simbol kebersihan dan kesucian hati fisik dan hati seseorang. Perintah berpakaian
bersih dan suci dinisbatkan dengan pakaian yang dipakai rasul-rasul ketika menerima wahyu. Ini
telah ditetapkan dalam Al-Qurān, artinya: “Dan bersihkanlah pakaianmu.”

Pakaian bersih dan suci berguna bagi seseorang yang membaca Al-Qurān. Karenanya
seorang membaca Al-Qurān dapat konsentrasi melalui membacanya, karena tidak terhambat
adanya bau pakaian atau warna pakaian kotor yang tidak bersahabat, yang mengakibatkan
gangguan bagi pembacanya.

f. Tempat yang tidak najis

Membaca Al-Qurān yang disyaratkan menempati pada tempat yang tidak najis (suci) artinya
tempat yang suci dari kotoran-kotoran. Karenanya tempat yang kotor dapat mengganggu
konsentrasi bagi pembacanya.Membaca Al-Qurān disyaratkan menempati pada posisi yang tidak
najis karena Al-Qurān merupakan kalam Allah yang suci, agar terjaga kesuciannya disyaratkan
menempati posisi yang suci ketika membacanya.Membaca Al-Qurān diqiyaskan dengan ibadah
salat karena membaca Al-Qurān merupakan salah satu rukun yang menjadikan keabsahan salat
seseorang. Salat seseorang tidak dianggap sah kalau di dalamnya tidak terdapat bacaan sebagian

6
dari ayar Al-Qurān.14Sedangkan syarat sahnya salat salah satu syarat sahnya adalah suci tempat
dan pakaiannya. Seperti hadits Nabi, artinya: “Tidak diterima salat seseorang kecuali suci.

g. Membaca ta’awuz

Membaca Al-Qurān disyaratkan membaca ta’awuz sebelum membacanya. Karena ta’awuz


merupakan lafad yang berisi doa memohon perlindungan kepada Allah dari godaan syaitan dan
jin bagi orang yang akan melakukan suatu pekerjaan. Firman Allah, artinya: “Apabila engkau
membaca Al-Qurān, mohonlah pertolongan kepada Allah.”

Membaca ta’awuz merupakan bentuk permohonan perlindungan kepada Allah dari godaan
syaitan dan jin. Dengan perlindungan Allah dari godaan, hati seorang pembaca Al-Qurān dapat
tenang dan dapat konsentrasi ketika membacanya, dan akan memperoleh hasil bacaan yang
maksimal.

Membaca ta’awuz dapat mendatangkan manfaat bagi pembaca Al-Qurān. Karenanya dapat
menjadikan dirinya percaya diri dalam membacanya, merasa dirinya mendapat perlindungan dari
Allah SWT.

2. Adab Ketika Membaca Al-Qurān

Adab ketika membaca Al-Qurān seharusnya memenuhi beberapa hal, antara lain:

a. Membaca dengan tartil


Tartil artinya bagus. Membaca Al-Qurān dengan tartil artinya melafadkan huruf-huruf Al-
Qurān dengan jelas, bunyi hurufnya, panjang dan pendeknya, ibtida dan waqafnya, ghunnah dan
sukunnyayang sesuai dengan pedoman ilmu tajwid. Membaca Al-Qurān dengan tartil
diperintahkan oleh Allah SWT, artinya: “Dan bacalah Al-Qurān dengan tartil”.

Membaca Al-Qurān dengan tartil dapat berguna bagi orang yang membaca. Ia dapat
mendengarkan lafad bacaannya dengan mengangan-angan lafad dan artinya yang terkandung
dalam bacaannya.

Membaca Al-Qurān dengan tartil dapat berguna orang yang mendengarkannya. Ia dapat
mendengarkan bunyi lafad bacaan itu, dapat direspon isi kandungan bacaan itu.

Ini dapat menjadikan stimulus yang dapat menyentuh hati orang yang membaca dan
mendengarkan, dan dapat mengakibatkan getaran hati, dan meningkatkan keimanan seseorang.
Firman Allah, artinya: “Apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Allah maka dapat
menambah iman mereka”.

b. Memperindah bacaan

7
Memperindah bacaan Al-Qurān artinya menghiasi bacaan-bacaan Al-Qurān dengan suara
yang indah dengan menyesuaikan bunyi huruf dan panjang pendeknya sesuai dengan kaidah ilmu
tajwid. Memperindah bacaan Al-Qurān diperintahkan oleh Nabi saw, artinya: “Hiasilah suara-
suaramu dengan bacaan Al-Qurān”. Firman Allah, artinya: “Dan bacalah Al-Qurān itu dengan
perlahan-lahan”.

Menghiasi bacaan Al-Qurān dapat berguna bagi orang yang membacanya. Ia dapat
melantunkan bacaannya dengan indah dan meresap di dalam hatinya sehingga hatinya merasa
terhibur dengan keindahannya bacaan itu.

Menghiasi bacaan Al-Qurān dapat berguna bagi orang yang mendengarkannya (mustami).
Mereka dapat mendengarkannya dengan khidmad, dapat menyentuh pada hatinya hingga muncul
perasaan senang atas keindahan bacaan itu.

c. Membaca Al-Qurān dengan suara yang keras


Mengeraskan bacaan Al-Qurān artinya melafadkan huruf-huruf dari ayat-ayat Al-Qurān
dengan suara yang lantang, tidak ada suara yang samar atau ragu-ragu bagi orang yang
membacanya, sehingga dapat didengarkan dengan jelas.

Mengeraskan bacaan Al-Qurān diperintahkan oleh Allah SWT, artinya: “Katakanlah:


“Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia
mempunyai al-asmāul husna(nama-nama yang terbaik) ....”

Mengeraskan suara bacaan Al-Qurān dapat berguna bagi yang membacanya. Ia dapat
mendengarkan suara dan lafad atau huruf Al-Qurān itu sendiri, yang dapat mengontrol tekanan
suara masing-masing huruf dapat stabil.

Mengeraskan suara bacaan Al-Qurān dapat berguna bagi orang yang mendengarkannya.
Mereka dapat mendengarkan dengan jelas masing-masing huruf yang dibaca, yang dapat
mengontrol bacaan itu dan mengerti isi kandungan bacaan Al-Qurān dengan mudah, tidak ragu-
ragu.

d. Mengingat isi bacaan Al-Qurān


Yang dimaksud mengingat bacaan Al-Qurān adalah ketika seseorang membaca Al-Qurān.
Keadaan mengingat isi bacaan yang terkandung di dalamnya, isi kandungan bacaan itu meliputi
akidah, akhlak, hukum, dan hikmah-hikmah serta nilai-nilai pendidikan yang ada di dalamnya.

Mengingat isi bacaan Al-Qurān diperintahkan oleh Allah SWT, artinya: “Dan ingatlah apa
yang dibacakan di rumahmu dari ayat-ayat Allah dan hikmah (sunnah Nabi).”

Mengingat isi bacaan Al-Qurān dapat berguna bagi orang yang membacanya. Seseorang
dapat mengingat lafad, makna, dan kandungan yang berhubungan dengan nilai-nilai pendidikan.

8
e. Menghayati bacaan Al-Qurān
Menghayati bacaan Al-Qurān artinya memperhatikan dengan mengkonsentrasikan pikiran
pada bacaan itu ketika membacanya. Memperhatikan bacaan Al-Qurān diperintahkan oleh Allah,
artinya: “Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qurān? Kalau kiranya Al-Qurān itu
bukan dari sisi Allah.”

Menghayati bacaan Al-Qurān dapat diketahui dengan cara merasakan lewat “getaran hati”
ketika dibacanya, dan menambah kualitas iman seseorang. Firman Allah, artinya:
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka apabila disebut nama Allah
gemetar hati mereka”.

Menghayati bacaan Al-Qurān dapat membuka tabir yang menghalangi masuknya


kesadarannya jiwa untuk memperdalam isi kandungannya.

f. Menangis ketika membaca Al-Qurān


Menangis ketika mendengar bacaan Al-Qurān dengan mencucurkan air mata akibat dari
bacaan yang menyentuh jiwanya. Allah berfirman, artinya: “Dan apabila mereka mendengarkan
apa yang diturunkan kepada Rasul (Muhammad), kamu lihat mata mereka mencucurkan air
mata”.

Menangis ketika mendengarkannya disebabkan karena mengetahui kebenaran isi-isi


kandungan Al-Qurān setelah mereka ketahuinya. Ini dapat berguna bagi orang yang
mendengarkannya yaitu dapat melenturkan hati yang dapat mengakibatkan kesadaran baru untuk
berbuat kebaikan.

Menangis ketika mendengar bacaan Al-Qurān atas bacaan sendiri maupun orang lain,
sehingga mengakibatkan lentur/lemahnya hati seseorang. Ini dapat mendorong kesadaran baru
sehingga muncul kesadaran untuk membacanya dengan berulang-ulangm sehingga menjadikan
nilai hiburan yang menyenangkan dirinya.

3. Adab Sesudah Membaca Al-Qurān

Setelah membaca Al-Qurān diperintahkan untuk mengamalkan isi kandungan Al-Qurān,


mencintai dan mengikuti Allah SWT dan Rasul-Nya mengambil pengajaran.

a. Berpegang teguh pada Al-Qurān

Berpegang teguh pada Al-Qurān maksudnya menjadikan Al-Qurān sebagai dasar pemikiran.
Artinya, merumuskan permasalahan dan pemecahannya didasari dengan nilai-nilai yang ada
dalam nas Al-Qurān.

9
Berpegang teguh pada Al-Qurān artinya menjadikan Al-Qurān sebagai dasar dalam
pengamalan menjalani kehidupan sehari-hari. Firman Allah, artinya: “Wahai orang-orang yang
beriman, taatlah perintah Allah.

Berpegang teguh pada Al-Qurān dengan cara bermuhasabah yaitu meneliti ulang dalam
perilaku kehidupan sehari-hari, sudah sesuai dengan nilai-nilai nas Al-Qurān atau belum. Kalau
perilaku sudah sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalamnya, maka ini perlu diperhatikan dan
ditingkatkan pada tahapan yang lebih baik. Akan tetapi kalau perilaku seseorang belum sesuai
dengan nilai-nilai Al-Qurān, maka dikaji ulang, dicari penyebabnya, dan diupayakan
memperbaikinya agar sesuai dengan nilai-nilai nas Al-Qurān.

Berpegang teguh pada Al-Qurān dapat memperkuat jiwa seseorang menjadi kokoh dan tekun
dalam menjalankan perintah dan menjauhi larangan yang ada di dalam nilai-nilai Al-Qurān.

b. Mengamalkan isi kandungan Al-Qurān

Mengamalkan isi kandungan Al-Qurān maksudnya memberdayakan anggota badan lisan


untuk membacanya, mata untuk melihat hurufnya, telinga untuk mendengarkan bacaannya, akal
untuk merekayasa pikiran dalam mengambil pengajaran, pikiran digunakan untuk mengambil
pengajaran, dan hati digunakan untuk merasakan kandungan pengajaran yang ada di dalamnya.

Mengamalkan isi Al-Qurān diperintahkan oleh Rasul saw, artinya: “Barangsiapa membaca
Al-Qurān dan mengamalkannya isi kandungan yang ada di dalamnya, maka di hari kiamat kedua
orang tuanya mengenakan pakaian koko yang lebih baik dari cahaya matahari di dunia”.

Mengamalkan isi kandungan Al-Qurān dapat memupuk keimanan seseorang yang lebih baik.
Seseorang dapat memraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Ini dapat menghiasi hidupnya
dengan nilai-nilai Al-Qurān, sehingga hidupnya nampak indah sesuai nilai-nilai Al-Qurān.

c. Mencintai Allah dan Rasul-Nya

Maksudnya adalah adanya perasaan yang cenderung mentaati perintah Allah yang tercantum
dalam Al-Qurān dan perintah Rasul yang tercantum dalam Al-Hadis.

Mencintai Allah dan Rasul-Nya diperintahkan oleh Allah, artinya: “Katakanlah, jika
engkau mencintai Allah, maka ikutilah aku.

Mencintai Allah dan Rasul-Nya dapat menambah keimanan seseorang dalam berpegang
pada ajaran yang terkandung di dalamnya.Mencintai Allah dan Rasul-Nya dapat meningkatkan
kecintaan mengamalkan ajaran yang ada di dalamnya.

d. Meneladani akhlak Rasul sesuai dengan Al-Qurān

Meneladani akhlak Rasul dengan cara mencontoh terhadap perilaku Rasul dari segi perkataan
dan sikap terhadap Allah dan sesama manusia dalam kehidupan sehari-hari. Akhlak Rasul

10
digambarkan dalam Al-Qurān, artinya: “Said bin Hasyim berkata, “Saya datang kepada Aisyah
r.a. bertanya kepadanya tentang akhlak Rasul. Ia menjawab, “Betul. Akhlak Rasul saw adalah
Al-Qurān”.”

Meneladani akhlak Rasul saw dalam kehidupan sehari-hari, meliputi tatacara berbicara, sikap
hidup terhadap Allah, terhadap orang lain. Nilai-nilai akhlak Rasul dicantumkan dalam suatu
hadis, artinya: “Wahai Muaz aku berwasiat kepada engkau: takwa kepada Allah, jujur dalam
perkataan, menepati janji, menjalankan amanat, meninggalkan amanat, menyapa tetangga,
menyayangi anak yatim, bicara yang luwes, menyampaikan salam, baik beramal, pendek angan-
angan, menepati (pegang teguh) iman, memahami Al-Qurān, cintai akhirat, tidak sabar dalam
hitungan, merendahkan diri. Rasul melarang engkau (Muaz), mencaci hakim, mendustakan orang
yang jujur, mengikuti orang yang berbuat dosa, maksiat kepada imam yang adil, merusak bumi.
Rasul berwasiat kepada engkau, takwa kepada Allah, ketika ada undangan dan ikatan, mengakui
tiap dosa, taubat sirri dengan sirri, taubat terang-terangan dengan terang-terangan”.

e. Muhasabah

Muhasabah artinya merenungkan diri dari amalan-amalan yang telah lalu dengan cara
mengangan-angan dengan pikiran dan perasaan untuk memikirkan diri merasakan perilaku ketika
dilakukan suatu amalan tertentu.

Muhasabah diperintahkan Allah, artinya: “Wahai orang-orang yang beriman bertakwalah


kepada Allah, dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya”.

Muhasabah juga diperintahkan oleh Umar, artinya: “Telitilah dirimu sebelum kamu diteliti
dan timbanglah dirimu sebelum dirimu ditimbang”.

Muhasabah dapat berguna bagi kehidupan seseorang yang telah membaca Al-Qurān. Ini
dapat mengenang kembali bacaan-bacaannya, isi kandungannya, dan diambil pengajaran.

Muhasabah dapat mengingatkan pembaca Al-Qurān mengenai kebenaran, kesalahan, bacaan


yang telah dilakukan. Apabila bacaannya sudah benar perlu diperhatikan dan apabila terdapat
kekeliruan bacaannya dapat dibetulkan pada waktu berikutnya.

D. WIRID AL-QUR’AN

Al-Qur’an Al-Karim adalah sistem yang komprehensif bagi seluruh hukum Islam. Al-Qur’an
adalah sumber mata air yang senantiasa menyirami hati-hati yang beriman dengan kebajikan dan
hikmah. Dan yang paling utama seorang hamba dalam upaya bertaqarub kepada Allah adalah
dengan membacanya. Dalam hadits dari Ibnu Mas’ud, Nabi saw. Bersabda, “Sesungguhnya Al-
Qur’an itu adalah panggilan dari Allah, maka terimalah panggilan-Nya semampu kalian. Al-
Qur’an ini adalah tali Allah. Cahaya yang terang, dan syifa’ (obat) yang bermanfaat. Qur’an
adalah perisai bagi yang berpegang teguh kepadanya, dan penyelamat bagi yang mengikuti
(petunjuk)nya. Tidak akan pernah menyimpang, karena Qur’an akan meluruskannya. Qur’an

11
tidak akan pernah habis keajaiban-keajaibannya. Tidak akan pernah lenyap kemuliaan dan
kelezatannya karena sering diulang. Bacalah Al-Qur’an karena sesungguhnya Allah akan
memberi pahala kepadamu karena bacaan itu untuk setiap hurufnya sepuluh kebajikan. Saya
tidak mengatakan kepada kalian bahwa ‘alif lam mim’ itu satu huruf, tetapi ‘alif’ satu
huruf,‘lam’ satu huruf, dan ‘mim’ satu huruf.” (HR. Hakim)

Juga wasiat Rasulullah saw. Kepada Abu Dzar Al-Ghifari,“Bacalah Al-Qur’an, karena
sesungguhnya ia akan menjadi cahaya bagimu di bumi dan menjadi simpanan (deposit amal) di
langit.” (HR. Ibnu Habban dalam hadits yang panjang)

Dari Aisyah ra. Berkata, Rasulullah saw. Bersabda, “Orang yang mahir dalam membaca Al-
Qur’an bersama para malaikat yang mulia lagi taat. Dan barangsiapa membaca Al-Qur’an,
sementara ada kesulitan (dalam membacanya), maka baginya dua pahala.” (HR. Bukhari dan
Muslim)

Rasulullah benar-benar membawa menusia kepada (pelaksanaan) Al-Qur’an, melakukan


klasifikasi di antara mereka menurut kedudukan mereka terhadap Al-Qur’an dan memerintah
kepada orang yang tidak mampu membaca agar mau mendengarkan dan memahami, sehingga
tidak terputus berkah dari hubungan spiritual dengan kitab Allah tabaraka wa ta’ala.

Beliau menguji setiap orang dikalangan mereka. Tibalah giliran seseorang yang tertua dari
mereka. Rasulullah saw. Bertanya, “Apa yang bisa kau miliki (dari hafalan Al-Qur’an) wahai
fulan?” Dia menjawab, “Saya telah hafal ini dan ini, serta surat Al-Baqarah.” Rasulullah
bertanya, “Benarkah kau telah hafal surat Al-Baqarah?” Dia menjawab, “Ya.” Rasulullah
bersabda, “Pergilah, maka engkaulah yang menjadi amir (pemimpin) mereka.” (HR. At-
Tirmidzi, dia mengatakan, “Ini hadits hasan”)

Para salafus shalih tahu benar keutamaan Al-Qur’an dan keutamaan membacanya. Mereka
menjadikan Al-Qur’an sebagai tasyri’, sumber perundang-undangan, penentram hati, dan wirid
dalam ibadah. Mereka melapangkan dada-dada mereka di hadapannya, mentadaburi isi dan
kandungannya, serta reflekasikan makna-makna luhur yang terkandung di dalamnya ke dalam
ruh dan spiritualitas mereka. Maka Allah memberikan pahala di dunia dengan menjadikan
mereka sebagai qiyadah alam dan di akhirat mereka mendapatkan derajat yang tinggi. Namun
ternyata Al-Qur’an kini kita terlantarkan, sehingga sampailah kita pada kondisi yang rapuh di
dunia dan terlampau longgar dalam (pengamalan) agama.

Dari Anas bin Malik ra., Rasulullah saw. Bersabda, “Diperlihatkan kepadaku semua pahala
umatku, sampai-sampai (pahalanya) seseorang yang membuang kotoran dari masjid.
Diperlihatkan pula dosa-dosa umatku. Maka aku tidak melihat dosa yang paling besar melebihi
surat Al-Qur’an atau ayat AlQur’an yang dihafalkan oleh seseorang lalu dilupakannya.” (HR.
Abu Dawud, At- Tirmidzi, dan Ibnu Majah)

12
Oleh karena itu, Islam sangat menaruh perhatian untuk menjadikan kitab Allah sebagai wirid
pertama. Dan di antara ata’ahhud (janji setia) dalam menjalankannya, setiap muslim didorong
mengkondisikan dirinya untuk membaca minimal satu hizb dari Al-Qur’an setiap hari.

13
BAB lll

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Menurut Ahmad Amin (1975) para Sahabat sendiri tidak sanggup memahami kandungan Al-
Qur’an dengan hanya sekedar mendengarkannya dari Rasulullah saw, karena menurut beliau,
memahami Al-Qur’an tidak cukup dengan menguasai bahasa Arab saja.

ada tujuh keutamaan membaca Al-Qur’an :

1. Mendapat pahala berlipat


2. Derajatnya diangkat
3. Mendapatkan ketenangan hati
4. Mendapatkan pertolongan Allah SWT di hari kiamat
5. Terbebas dari aduan Rasulullah SAW pada hari kiamat
6. Dihadiri malaikat
7. Ditempatkan bersama malaikat
Adab membaca Al-Qurān dapat dipetakan menjadi tiga bagian yaitu:
1. Adab sebelum membaca Al-quran
2. Adab ketika mambaca Al-qur’an
3. Adab sesudah membaca Al-qur’an

Dari Abu Hurairah ra., Rasulullah saw.sabda, “Barangsiapa mendengarkan satu ayat dari Al-
Qur’an, akan dicatat baginya satu kebajikan yang berlipat ganda. Dan barangsiapa membacanya,
maka baginya cahaya pada hari kiamat.” (HR. Ahmad) Juga dalam hadits Abu Hurairah ra., ia
berkata bahwa Rasul Allah saw. Mengutus (untuk suatu perkara), sementara mereka banyak
jumlahnya. Maka beliau meminta kepada mereka untuk menghafal apa yang mereka hafal dari
Al-Qur’an.

B. SARAN
Semoga kita dapat mengetahui (dari makalah ini) tentang Al-qur’an dan dapat
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari karena sebagian orang masih ada yang tidak
mengetahui akan Al-qur’an, keutamaan Al-qur’an, adab Al-quran dan wirid Al-quran, agar
mereka yang belum tahu menjadi paham akan arti Al-qur’an dalam kehidupan.
Saya menyadari dalam pembuatan makalah ini masih kurang dari sempurna, maka dari itu
untuk menyempurnakan makalah ini dan makalah selanjutnya saya meminta koreksi dan kritikan
dari para pembaca terutama dosen pembimbing dari mata kuliah ulumul Qur’an dan Hadits.

14
DAFTAR PUSTAKA

Amin, Ahmad. 1975, Fajar Al- Islam, Cet. Xl; Beirut: Dara Al-Kutub

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-Qur’an,
Jakarta, 1976-1977. Hal.122

15

Anda mungkin juga menyukai