PENDAHULUAN
merupakan salah satu lembaga hukum Islam yang telah menjadi hukum positif di
wakaf dikelola dengan baik maka akan menunjang pembangunan, baik di bidang
baik, wakaf merupakan salah satu pilar ekonomi yang dapat dipergunakan untuk
harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu
1
kesejahteraan umum menurut syariah”.6 Rumusan dalam UU wakaf tersebut
merangkum berbagai pendapat para ulama, sehingga makna wakaf dalam konteks
bergerak dan benda bergerak, juga wakaf abadi dan wakaf sementara. 7 Hal
menuntut juga adanya pemikiran dan pemahaman tentang konsep wakaf serta
Tidak dapat dipungkiri bahwa hingga saat ini, umat Islam di Indonesia
masih banyak yang beranggapan bahwa aset wakaf itu hanya boleh digunakan
untuk tujuan ibadah saja,9 seperti untuk pembangunan masjid, komplek kuburan,
panti asuhan, pendidikan,dll, padahal, nilai ibadah itu tidak harus berwujud
langsung seperti itu. Pemahaman ihwal benda wakafpun masih sempit. Harta yang
bisa diwakafkan masih dipahami sebatas benda tak bergerak, seperti tanah,
padahal wakaf juga bisa berupa benda bergerak, antara lain uang. 1010 Harta wakaf
dapat dikembangkan agar memiliki nilai produktif, seperti dijadikan mall atau
6 6
lihat juga definisi wakaf menurut para ahli antara lain menurut Imam Nawawi, yang
mengartikan wakaf sebagai “menahan sesuatu yang akan bermanfaat serta bendanya tetap
dengan tidak melakukan tindakan hukm padanya disalurkan pada jalan yang mubah”, dalam
Muhammad Nawawi Bin Umar Al-Jawi, Nihat-Al zayn fi Irsyad al Mubtadiin ( Surabaya, Dar
al’Ilm, tanpa tahun, Hlm. 268
7 7
Abdurrahman, op.cit ,Hlm 43
8 8
Di Indonesia, campur tangan pemerintah dalam perwakafan mempunyai dasar hukum yang
kuat. Dalam Undang-undang Dasar 1945 Pasal 29 ayat (1) di bawah Bab Agama, dinyatakan
bahwa negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa.
9 9
Hasan, Tholhah, (2009). “Perkembangan Kebijakan Wakaf di Indonesia ”, dalam Republika,
Rabu, 22 April.
10 10
Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Panduan PemberdayaanTanah Wakaf Produktif Strategis di
Indonesia,departemen Agama RI, Jakarta : 2007
2
usaha lain yang pemanfaatannya akan lebih luas lagi bagi kepentingan umat.1111)
Hal tersebut tercermin dalam Bab II, Pasal 16, UU No. 41 tahun 2004 Tentang
Wakaf serta sejalan dengan fatwa MUI tentang Pengembangan wakaf . 1212
beberapa ayat yang digunakan oleh para ahli sebagai dasar hukum disyariatkannya
3
benda wakaf harus dilakukan secara profesional. Dasar argumentasinya dikaitkan
dengan hukum wakaf itu sendiri, seperti dalam pandangan Imam Nawawi Al
Bantani,1515 bahwa Wakaf itu hukumnya jaiz ( boleh), bahkan mustahab ( sangat
disunahkan) dengan syarat- syarat antara lain , Benda wakaf ( al-mauquf) itu
bermanfaat, sifatnya kekal (tidak rusak ketika diambil manfaatnya), milik wakif.
16
16 Pemanfaatan benda harus sesuai dengan maksud wakaf, benda wakaf harus
konkrit, tidak dalam sengketa, dan pemanfaatannya tidak boleh untuk hal-hal yang
diharamkan.
urgen dan strategis. Di samping sebagai salah satu aspek ajaran Islam yang
pendefinisian ulang terhadap wakaf agar memiliki makna yang lebih relevan
Pelaksanaan ibadah wakaf adalah sebuah contoh yang konkrit atas rasa
keadilan sosial, sebab Si wakif dituntut dengan keikhlasan yang tinggi agar harta
15 15
Muhammad Nawawi Bin Umar Al Ja-wi, seperti dikutip dari
M.Athoillah,op.cit ,Hlm.77
16 16
M.Athoillah, ibid, Hlm.78
17 17
Direktorat pemberdayaan wakaf, loc.cit
18 18
Tim Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji Departemen Agama RI, Pengelolaan
Wakaf Tunai, Jakarta, 2005, Hlm.7
4
yang menyebabkan harta wakaf tidak berfungsi secara maksimal dan tidak
produktif.1919
yang berbeda dalam menjalankan tugas, kewajiban dan haknya, sehingga praktik
beberapa negara Islam seperti Mesir, Arab Saudi, Qatar, Turki, sudah dilakukan
dengan manajemen yang baik, wakaf tidak lagi terfokus kepada sarana
kekayaan baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, yang berwujud dan
tidak berwujud, juga sudah dikenal dengan wakaf uang, logam mulia, surat
dan sejenisnya. 21
21 Bahkan, di negara yang penduduk muslimnya minor,
Ugama Islam Singapura (MUIS) membuat anak perusahaan bernama Wakaf Real
19 19
Abdullah Ghofar, “Nadzir dan Managemen Pendayagunanan Tanah Wakaf”,
dalamMimbar Hukum, No. 41 Tahun 2004, Hlm 23.
20 20
Anizar, Implementasi Konsep Wakaf, Analisis Terhadap Peran Nadzri Dalam
Pendayagunaan Tanah Wakaf di Kecamatan Bahorok, Tanpa Tahun, Hlm. 100
.
21 21
Demitry Aldi Ratman, “Wakaf Uang Ditinjau Dari Segi Hukum Islam dan Undang-
Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf Untuk Perkembangan Ekonomi Di
Indonesia”, Fakultas Hukum, Universitas Padjajaran, 2010, Hlm. 2.
5
Di Indonesia, harta benda wakaf pada umumnya berupa tanah , akan
tetapi sedikit sekali tanah wakaf yang dikelola dan dikembangkan secara produktif
yang memerlukan termasuk fakir miskin, yatim piatu dan lainnya, karena pada
lebih banyak manfaatnya, dan lebih memberikan kemaslahatan umum, baik untuk
yang tidak hanya bertujuan menyediakan berbagai sarana ibadah dan sosial,
melainkan juga memiliki kekuatan ekonomi yang berpotensi antara lain untuk
dari 366.595 lokasi di seluruh Indonesia. Dilihat dari sumber daya alam atau
harta wakaf terbesar di seluruh dunia. Ini merupakan tantangan bagi umat Islam
22 22
Direktorat Pemberdayaan Wakaf, “Data Luas dan Lokasi Tanah Wakaf Nasional
Sampai Dengan Tahun 2008”, Jakarta, 22 April 2008.
6
wakaf ke arah produktif. Oleh karena itu, perlu adanya persamaan faham tentang
yang lebih produktif dengan menggali berbagai kemungkinan jalan ke arah itu.
Selain itu, ada beberapa faktor yang menjadi penghambat pemberdayaan wakaf di
Selama ini, umat Islam masih banyak yang beranggapan bahwa aset wakaf
itu hanya boleh digunakan untuk tujuan ibadah saja. Misalnya, pembangunan
masjid, komplek kuburan, panti asuhan, dan pendidikan. Padahal, nilai ibadah itu
tidak harus berwujud langsung seperti itu. Bisa saja, di atas lahan wakaf dibangun
anak yang tidak mampu, layanan kesehatan gratis, atau riset ilmu pengetahuan,
Selain itu, pemahaman ihwal benda wakaf juga masih sempit. Harta yang
bisa diwakafkan masih dipahami sebatas benda tak bergerak, seperti tanah.
Padahal wakaf juga bisa berupa benda bergerak, antara lain uang, logam mulia,
pengelolaannya, bahkan ada harta wakaf yang hilang. Salah satu penyebabnya
adalah umat Islam pada umumnya hanya mewakafkan tanah dan bangunan
sekolah, dalam hal ini wakif kurang memikirkan biaya operasional sekolah, dan
23 23
Uswatun Hasanah, Wakaf Produktif Untuk Kesejahteraan dalam Perspektif Hukum
Islam di Indonesia. (Jakarta: Naskah Pidato Pengukuhan Guru Besar di Universitas
Indonesia, 6 April 2009)
24 24
Bab II, Pasal 16, UU No. 41 tahun 2004, dan juga sejalan dengan fatwa MUI ihwal
bolehnya wakaf uang.
7
nazhirnya kurang profesional. Oleh karena itu, kajian mengenai manajemen
Indonesia karena wakaf tidak dikelola secara produktif. Untuk mengatasi masalah
modern. Untuk mengelola wakaf secara produktif, ada beberapa hal yang perlu
dikelolanya, apalagi jika harta wakaf tersebut berupa uang. Di samping itu, untuk
dikembangkan. Memang ada beberapa tanah wakaf yang cukup luas, tetapi nazhir
tidak profesional. Di Indonesia masih sedikit orang yang mewakafkan harta selain
tanah (benda tidak bergerak), padahal dalam fikih, harta yang dapat diwakafkan
sangat beragam termasuk surat berharga dan uang. Dalam perwakafan, salah satu
unsur yang amat penting adalah nazhir. Berfungsi atau tidaknya wakaf sangat
terdahulu, maka dalam rencana disertasi ini dianggap perlu ditindak lanjuti dan
diteliti lebih mendalam . Sebagai sampel, dalam penelitian ini adalah pelaksanaan
25
Munzir Kahaf, Manajemen Wakaf Wakaf Produktif, diterjemahkan oleh Muhyiddin
25
8
wakaf produktif yang dilakukan oleh dua Organisasi Kemasyarakatan Islam besar
yang ada di Kota Bandung, yaitu PERSIS dan Muhammadiyah. Ke dua organisasi
tersebut telah lama terbentuk dan memberikan andil besar terhadap pembangunan
wakaf konvensional dan wakaf produktif. Untuk wakaf produktif yang dikelola
Indonesia masih sedikit nazhir yang profesional, bahkan ada beberapa nazhir yang
kewajibannya.
tergantung pada zakat, infaq dan shadaqah dari masyarakat. Di samping itu, dalam
berbagai kasus ada sebagian nazhir yang kurang memegang amanah, seperti
lebih dahulu apa yang diperlukan masyarakat, dan dalam memilih nazhir
9
Problematika Perwakafan di Indonesia juga disebabkan karena kuatnya
paham lama umat Islam dalam pengelolaan wakaf, seperti adanya anggapan
bahwa wakaf itu milik ALLAH semata yang tidak boleh diubah/ganggu gugat.
Atas pemahaman itu, banyak tokoh masyarakat atau umat Islam tidak
pemahaman bahwa wakaf memiliki fungsi sosial yang lebih luas dan tidak
dipecahkan bersama.
10
sosial sangat kuat mempengaruhi proses regulasi di bidang perwakafan. Semangat
keagamaan lainnya.
A. Identifikasi Masalah
keadilan ?
B. Tujuan Penelitian
C. Kegunaan Penelitian
11
Hasil penelitian yang nantinya akan disusun dalam sebuah disertasi,
diharapkan akan bermanfaat baik secara teoretis maupun praktis. Secara teoretis,
informasi, evaluasi dan sumbangan pemikiran bagi para pembuat kebijakan dan
D. Kerangka Pikir
yang berbentuk masdar (gerund) dari ungkapan waqfu al-syai’ yang pada
Diartikan demikian karena barang milik itu dipegang dan ditahan orang lain,
kata-kata segala jenis barang termasuk ungkapan yang tidak lazim (jelek). Yang
benar adalah dengan menggunakan kata kerja “waqaftu” tanpa memakai hamzah
(auqaftu). Adapun yang semakna dengan kata “habistu” adalah seperti ungkapan
26 26
Ibn Manzur, Lisan al-‘Arab, jil. 11. (Kairo: al-Dar al-Misriyyah li al-Ta’lif wa al-
Tarjamah, 1954), Hlm.276.
27 27
Muhammad Abid Abdullah al-Kabisi, Ahkam al-Waqf fi al-Syariah al-Islamiyah. (Baghdad:
Mathba’ah al-Irsyad, 1977). Alih bahasa Ahrul Sani Faturrahman dkk, judul Indonesia: Hukum
Wakaf, (Jakarta: DD Republika dan IIMan, 2004), Hlm. 37
28 28
ibid
12
Para ulama berbeda pendapat dalam memberi pengertian wakaf,
yang berbeda pada hukum yang ditimbulkan. Definisi wakaf menurut ahli sunnah
harta yang dimiliki (walaupun pemilikannya dengan cara sewa) untuk diberikan
kepada orang yang berhak dengan satu akad (shighat) dalam jangka waktu
tertentu sesuai dengan keinginan wakif Definisi wakaf tersebut hanya menentukan
memberi manfaat serta kekal materi bendanya (al-‘ain) dengan cara memutuskan
hak pengelolaan yang dimiliki oleh wakif untuk diserahkan kepada Nazhir yang
harus harta yang kekal materi bendanya (al-‘ain), dalam arti harta yang tidak
mudah rusak atau musnah serta dapat diambil manfaatnya secara berterusan.
29 29
Abdurrahman, Masalah Perwakafan Tanah Milik Dan Kedudukan Tanah Wakaf Di Negara
Kita, Citra Aditya Bhakti, Bandung, 1994, Hlm.16
30 30
Al-Imam Kamal al-Din Ibn ‘Abd al-Rahid al-Sirasi Ibn al-Humam, Sharh Fath al-Qadir, jil.
6. (Beirut: Dar al- Kutub al-‘Ilmiyyah, 1970), Hlm. 203.
31 31
Ibn Qudamah, Al-Mughni Wa al-Syarh al-Kabir, jil. 6. (Beirut: Dar al-Kutub al-‘Arabi,
1972), Hlm 185
13
Adapun dalam konteks perundangan di Indonesia, nampaknya wakaf
dimaknai secara spesifik dengan menemukan titik temu dari berbagai pendapat
ulama tersebut. Hal ini dapat terlihat dalam rumusan pengertian wakaf dalam
benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu
merangkum berbagai pendapat para ulama tersebut di atas tentang makna wakaf,
sehingga makna wakaf dalam konteks Indonesia lebih luas dan lebih
komprehensif.
bertujuan untuk memberikan manfaat atau faedah harta yang diwakafkan kepada
orang yang berhak dan dipergunakan sesuai dengan ajaran syariah Islam. Hal ini
sesuai dengan fungsi wakaf yang disebutkan pasal 5 UU No. 41 tahun 2004 yang
harta benda wakaf untuk kepentingan ibadah dan untuk memajukan kesejahteraan
umum.
terdiri dari 11 Bab, 71 pasal, 1 Bab Ketentuan Peralihan dan 1 Bab Penutup.
Ketentuan tentang wakaf produktif terdapat dalam Pasal 28, Pasal 29, Pasal 30
14
Peraturan Pemerintah Nomor 42 tahun 2006 tentang Pelaksanaan Undang-undang
wakaf.3333 Peraturan yang mengatur tentang wakaf adalah antara lain UU No. 5
(1), dan 49, PP No. 28 Tahun 1977 tentang Perwakafan Tanah Milik, Peraturan
Menteri No. 1 Tahun 1978 tentang Peraturan Pelaksanaan PP No. 28 Tahun 1977,
lembaga baitul mal, yaitu menerim dana yang berasal dari zakat, infaq, shadaqah,
wakaf, hibah, atau dana social lainnya dan menyalurkannya kepada yang berhak
dalam bentuk santunan dan atau pinjaman kebajikan ( qard al-hasan ).3434
2. Teori Kemaslahatan
Maslahat dalam kajian hukum wakaf ini adalah terletak pada subtansi bahasannya;
yang notabene secara filosofis hukum wakaf berasal dari hukum Islam. Satu-
satunya cara yang paling dianggap mudah dan relevan adalah teori yang berasal
dari agama (keyakinan) itu sendiri. Itulah sebabnya teori Maslahat digunakan
33 33
Lihat DEPAG RI, 2006, Peraturan Perundangan Perwakafan. (Jakarta )
34 34
Elsi Kartika Sari, Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf. (Jakarta: Grasindo, 2006), Hlm.
57-59.
15
a. Pengertian Teori Maslahat
kata bijak yang sangat berarti dalam kehidupan umat manusia. 3535 Ungkapan ini
sekalipun singkat dan sederhana, akan tetapi memiliki keluasan makna yang
manusia.
di sini masih bersifat umum. Persoalan yang muncul berikutnya adalah: apakah
sesuatu yang berfaedah bagi seseorang juga berfaedah bagi orang lain atau bahkan
merugikan orang lain dan umum.3636 Oleh karena itu yang dimaksudkan dengan
keumuman unsur manfaat di sini adalah apabila hukum itu dapat memberikan
demikian suatu perbuatan dinilai baik atau buruk berdasarkan ukuran dapat
35 35
Satjipto Rahardjo, 2007, Biarkan Hukum Mengalir, Catatan Kritis tentang Pergulatan
manusia dan Hukum, Jakarta, Penerbit Buku Kompas, Hlm. 47
36 36
Ade Maman Suherman, 2005, Aspek Hukum dalam Ekonomi Global, Edisi Revisi, Cetakan
kedua, Bogor, Ghalia Indonesia, Hlm.10.
37 37
Mudiarti Trisnaningsih, 2007, Relevansi Kepastian Hukum Dalam Mengatur Perkawinan
Beda Agama di Indonesia, Bandung, CV. Utomo, Hlm. 124.
16
sebesar-besaenya untuk orang sebanyak banyaknya (the greatest happiness for the
greatest number).3838
menurut dua asas, yaitu asas keadilan dan faedah atau kemanfaatan. 3939 Teori
Kemanfaatan (utilitis) ini secara umum sangat tepat dan berguna dalam
pembahasan yang berkaitan dengan perekonomian. Hanya saja dalam kajian yang
Karena nilai manfaat itu sering-kali hanya diukur dari kesenangan sepihak dan
bagi orang lain. Bahkan terkadang bisa merupakan penderitaan baginya. Kedua,
dari sistem ekonomi (agama) Islam. Sedangkan agama merupakan produk Tuhan
yang bersifat absolut. Karena sifat keabsolutannya itulah pada umumnya agama
38 38
Bellefroid dalam Kansil, CST, 1992, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia,
Balai Pustaka, Hlm.. 9
39 39
Satjipto Rahardjo, op.cit, Hlm.51
40 40
Muhammad Taufiq, Al-Maslhah sebagai Sumber Hukum Islam, Jurnal Hukum dan Ekonomi
Islam “Istimbath” No.2, Vol. 2, Juni 2005.
17
Hukum Islam).4242 Karena teori Maslahat dalam kerjanya selalu berpijak pada
Teori maslahat ini berasal dari teori hukum Islam yang orientasi
Teori ini tidak semata-mata melihat bunyi teks hukum (bunyi ayat al-Qur’an dan
pada prinsip-prinsip atau tujuan yang hendak dicapai, yang terkandung di dalam
Teori maslahat ini dikemukakan oleh beberapa tokoh atau pakar hukum
antaranya adalah: Imam Al-Ghazali (w. 505 H) dengan bukunya yang berjudul
Imam Najm al-Din al-Thufy (W. 716 H) dengan bukunya yang berjudul “Al-
Ta’yin fi Syarh al Arba’in, dan masih banyak lagi tokoh-tokoh lainnya yang
Adapun pengertian maslahat ditinjau dari segi etimologis berasal dari kata
42 42
Teori maslahat dalam pengertian ini sama dengan teori utilitarianisme oleh Bentham.
Menurutnya, hakikat kebahagian adalah kenikmatan dan kehidupan yang bebas dari
kesengsaran. Baca Lili Rasyidi, 2003, Hukum sebagai Suatu Sistem, Bandung, Mandar
Maju, Hlm. 116.
43 43
Juhaya S. Praja, Epistimologi Hukum Islam, Suatu Telaah Tentang Sumber, Illat Dan
Tujuan Hukum Islam,serta Metode-Metode Pengujian Kebenarannya, dalam Sistem
Hukum Islam Menurut Ibn Taimiyyah, Disertasi Fakultas Pascasarjana IAIN Syarif
Hidayatullah, Jakarta, 1988, Hlm.88
18
yang menunjukkan arti sesuatu yang banyak.Oleh karena itu kata maslahat berarti
agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta benda. Menurut istilah keagamaan, berati
a. Klasifikasi Maslahat
dalam kajian hukum, para pakar hukum Islam (ahli Ushul Fiqh) membagi atau
terdapat pada sumber hukum Islam aslinya. Baik berupa al-Qur’an maupun al-
Hadis. Oleh karena itu ia memiliki tingkat validitas yang paling tinggi
45 45
Ensiklopedi Hukum Islam, PT. Ichtiar Baru van hove, Jakarta, hal. 1038. Juga Al-Imam
Abi Ishaq al-Syatibi, Al Muwafaqot, jilid 4, Dar al Kutub al Ilmiyyah, Beirut, hlm. 20-21,
tth; mengemukakan bahwasanya ada lima tujuan yang paling mendasar sebagi alasan
diturunkan syari’at Islam. Lima tujuan dasar itu, disebut dengan istilah al dloruriyyaah al
khoms (lima kebutuhan pokok), yang diantaranya, Hifdzu al din (menjaga agama), Hifdzu
al nasl (menjaga keturunan), Hifdzu al mal (menjaga harta), Hifdzu al aql (menjaga
akal), Hifdzu al I’rdli (menjaga harga diri)
46 46
Bandingkan dengan Juhaya S.Praja, Filsafat Hukum Islam, Pusat Penerbitan UNISBA,
LPPM UNISBA, 1995, Hlm.105
47 47
ibid
19
secara esensial maupan subtansial dianggap invalid dan tidak dapat dijadikan
sebagai produk atau hasil pemikiran aktual yang secara yuridis tidak
diperintahkan oleh al-Qur’an atau al-Hadis, tetapi juga tidak bertentangan dengan
disesuakan dengan kebutuhan masa kini (kontekstualisasi hukum). dalam hal ini
umat.
manusia di dunia dan akherat kelak. Pengertian maslahat dalam konteks seperti ini
dikaitkan dengan tujuan-tujuan hukum esensial yang telah disepakati oleh ahli
menjaga jiwa, menjaga akal, menjaga keturunan dan menjaga harta. Kelima hal
yang lima).4949
48 48
op.cit
49 49
Chariri Ma’mun, Standar maslahat menurut Islam,
http://peinumesir.tripod.com/ilmiah/jurnal/isjurnal/nuansa/Jan96/4.htm, diakses pada
tanggal 15-22-2008
20
Bertitik tolak dari pengertian ini, maka tidak semua maslahat dapat
dipandang benar oleh hukum. Maslahat yang dibenarkan hanyalah maslahat yang
Untuk itulah dalam pengembangan kajian hukum (Islam) tidak bisa hanya terpaku
tersebut harus selalu berpijak dan bersandar pada teks-teks, atau nas yang ada. Hal
ini dilakukan demi untuk menjawab perkembangan dan perubahan sosial yang
dalam kenyataannya melaju lebih cepat dari pada hukum itu sendiri.52
masyarakat, antara individu dengan negara, antara seluruh umat manusia, antara
generasi yang satu dengan generasi yang lain, semuanya dikembalikan kepada
b. Teori Keadilan
menegakkan keadilan pada setiap tindakan dan perbuatan yang dilakukan (Qs. an-
Nisaa (4): 58):
50 50
Hasbi Ash-shidiqie, Falsafah Hukum Islam, Jakarta, Bulan Bintang, 1975
51 51
Chariri Ma’mun, op.cit
53 53
Sayyid Quthb, Keadilan Sosial dalam Islam , Bandung, Pustaka, 1994, Hlm.25
54 54
ibid
21
Sesungguhnya Allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya, dan (menyuruh kamu) apa bila menetapkan hukum di antara
manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberikan
pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha
Mendengar dan Maha Melihat
terlepas dan persoalan keterpaksaan dan kebebasan. Para Teolog muslim terbagi
dalam dua kelompok, yaitu Kaum Mu’tazilah yang membela keadilan dan
Asy’ari menafsirkan keadilan dengan tafsiran yang khas yang menyatakan Allah
itu adil, tidak berarti bahwa Allah mengikuti hukum-hukum yang sudah ada
Setiap yang dilakukan oleh Allah adalah adil dan bukan setiap yang adil
harus dilakukan oleh Allah, dengan demikian keadilan bukanlah tolok ukur untuk
keadilan..5757
55 55
ibid
56 56
Juhaya S.Praja, Filsafat Hukum Islam, op.cit
57 57
Hasbi Ash-shidiqie, op.cit
22
Murtadha Muthahhari5858 mengemukakan bahwa konsep adil dikenal
masyarakat yang ingin tetap bertahan dan mapan, maka masyarakat tersebut harus
berada dalam keadaan seimbang, di mana segala sesuatu yang ada di dalamnya
harus eksis dengan kadar semestinya dan bukan dengan kadar yang sama.
Konsepsi keadilan Islam mempunyai arti yang lebih dalam daripada apa
yang disebut dengan keadilan distributif dan finalnya Aristoteles; keadilan formal
seimbang.6060
politik, ekonomi, sosial, budaya, dan ideologi. Maka membangun keadilan dalam
yang dibutuhkan seluruh ummat manusia. “Dalam hal ini hukum ingin mencapai
58 58
Murtadha Muthahhari, Keadilan Ilahi: Azas Pandangan Dunia Islam, Bandung:
Mizan,1995, Hlm 53-58.
59 59
AA.Qadri, Sebuah Potret Teori dan Praktek Keadilan Dalam Sejarah Pemerintahan
Muslim, 1987, Yogyakarta: PLP2M, HIm. 1
60 60
Madjid Khadduri, Teologi Keadilan (Perspektf Islam), 1999, Surabaya: Risalah Gusti,
Hlm.119-201.
61 61
Franz Magnis Suseno, Kuasa dan Moral, PT Gramedia, Jakarta, 1988, Hlm. 45
23
tujuan hukum”6161. Keberlakukan prinsip keadilan ditunjukkan dari setiap tujuan
dari sistem hukum yang dibangun setiap bangsa berupaya mewujudkan keadilan
1. Keadilan (Grechtmategheit)
2. Kemanfaatan (Doelmaghteit).
3. Kepastian (Rechmategheit)
Bagi Radbruch ketiga aspek ini sifatnya relatif, artinya dapat berubah-
ubah. Pada suatu saat dapat lebih mengedepankan keadilan dan menggeser
kegunaan dan kepastian hukum. Namun pada saat berbeda dapat mengedepankan
kepastian atau kemanfaatan. Relasi yang bersifat relatif dan berubah-ubah ini
tidak berkaitan dengan apa yang kita inginkan. Tetapi berkenaan dengan hal
mengikuti Radbruch”.6262
Dalam dasar negara Indonesia yang juga berfungsi sebagai sumber daripada
semua sumber hukum, yakni Pancasila, konsep keadilan mendapat porsi utama
dalam ideologi berbangsa. Sila kedua menyatakan “Kemanusiaan yang adil dan
beradab”, kemudian sila kelima menyatakan “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
61 61
Teguh Prasetyo, Hukum dan Sistem Hukum Berdasarkan Pancasila, Media Perkasa,
Yogyakarta, 2015, hlm. 9.
62 62
B. Arief Shidarta, Meuwissen Tentang Pengembanan Hukum, Ilmu Hukum, Teori
Hukum dan Filsafat Hukum, PT Refika Aditama, Bandung, 2007, hlm. 20-21
24
Indonesia”. Terhadap dua kata “adil” yang muncul pada dua sila dalam Pancasila
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
sosial.”
F. Metode Penelitian
1. Metode Pendekatan
normatif, historis dan komparatif., yaitu suatu penelitian yang secara deduktif
yang mengatur terhadap permasalahan yang diteliti, dalam hal ini wakaf.
dengan peraturan lain dan penerapan dalam prakteknya. Dalam penelitian hukum
normatif maka yang diteliti pada awalnya data sekunder untuk kemudian
prakteknya.6262
62 62
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan
Singkat, Cetakan ke – 11. (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2009), Hlm 13–14.
25
Penelitian juga dilengkapi dengan metode historis, dengan maksud
2. Spesifikasi Penelitian
analitis yaitu penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran secara rinci,
(data yang diperoleh langsung dari sumbernya) dan data sekunder (data yang
a. Studi Kepustakaan.
26
berbagai teori yang relevan utuk menyusun konsep penelitian. Studi kepustakaan
juga dilakukan untuk menggali berbagai informasi dan data faktual yang terkait
b. Teknik Wawancara.
Teknik wawancara adalah teknik pengumpulan data primer dari para pihak
informan penelitian.
d. Lokasi Penelitian.
27