Anda di halaman 1dari 65

DIKTAT

PROGRAM STUDI KEWIRAUSAHAAN

MATA KULIAH
KREATIVITAS DAN INOVASI
Kode MK: KEW 3102

SEMESTER 2

Nama Dosen
Pieter Radiantius, S.Kom, M.M.

SEKOLAH TINGGI ILMU MANAJEMEN


SHANTI BHUANA
Bengkayang, Kalimantan Barat
2017
Diktat Kreativitas dan Inovasi | ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kasih atas segala penyertaan dan berkat-Nya
sehingga penulis telah menyelesaikan penyusunan Diktat Kreativitas dan Inovasi untuk
Program Studi Kewirausahaan. Penyusunan diktat ini bertujuan untuk menunjang program
pengajaran mata kuliah Kreativitas dan Inovasi pada semester dua di Sekolah Tinggi Ilmu
Manajemen (STIM) Shanti Bhuana, Bengkayang.

Mata kuliah Kreativitas dan Inovasi memberikan inspirasi untuk mengembangkan ide
dan gagasan yang pada akhirnya bertujuan untuk memotivasi para mahasiswa agar memiliki
jiwa wirausaha dan siap dalam menghadapi tantangan global dengan berbekal ilmu teori
dan berlandaskan semangat amare. Pembahasan materi ditekankan pada masalah
menciptakan ide yang kreatif dan inovatif dengan tetap mengedepankan budaya amare.
Diktat ini meliputi sebelas bab yaitu Kreativitas, Inovasi, Inovasi Produk Inovasi Jasa dan
Manajemen Inovasi dan Teknologi, Model Bisnis Inovasi, Ekonomi Inovasi dan Ekosistem
Inovasi, Inovasi di Indonesia, Ekonomi Kreatif, Sumber Daya Ekonomi Kreatif, Mengelola Ide
dan Gagasan, Cetak Biru Industri Kreatif di Indonesia dan Inovasi dan Kreatif dalam
Berwirausaha.

Demikian semoga diktat Kreativitas dan Inovasi ini dapat bermanfaat bagi para
mahasiswa-mahasiswi program studi Kewirausahaan STIM Shanti Bhuana Bengkayang.

Bengkayang, Februari 2017

STIM Shanti Bhuana


Diktat Kreativitas dan Inovasi | iii

DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i


KATA PENGANTAR............................................................................................ ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii

BAB I KREATIVITAS ...................................................................................... 1


BAB II INOVASI ............................................................................................. 5
BAB III INOVASI PRODUK, INOVASI JASA DAN
MANAJEMEN INOVASI DAN TEKNOLOGI.......................................... 7
BAB IV MODEL BISNIS INOVASI .................................................................... 15
BAB V EKONOMI INOVASI DAN EKOSISTEM INOVASI ................................. 22
BAB VI INOVASI DI INDONESIA ..................................................................... 29
BAB VII EKONOMI KREATIF............................................................................ 36
BAB VIII SUMBER DAYA EKONOMI KREATIF .................................................. 42
BAB IX MENGELOLA IDE DAN GAGASAN ...................................................... 46
BAB X CETAK BIRU INDUSTRI KREATIF DI INDONESIA ................................. 52
BAB XI INOVASI DAN KREATIVITAS DALAM BERWIRAUSAHA ...................... 56

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 62

STIM Shanti Bhuana


Diktat Kreati itas da I o asi |1

BAB I
KREATIVITAS

1.1 KONSEP DAN KONTEKS KREATIVITAS


“e ara eti ologi, kata kreati itas ya g dala ahasa I ggris reati it asal
ula ya dia il dari ahasa lati , yaitu reo ya g arti ya e iptaka atau e uat .
Konsep kreativitas memiliki bahasan yang luas, yaitu menyangkut hubungan antara
kreativitas dengan inteligensi, mental, tipe dan kemampuan personal, kesehatan, mental,
pendidikan, dan pelatihan, teknologi, proses pembelajaran, dan mengajar.
Dari sudut pandang psikologis, kreativitas adalah suatu proses mental dalam
memunculkan ide-ide dan konsep-konsep baru atau keterkaitan antara ide-ide baru dengan
konsep yang ada, agar ide-ide baru dan konsep-konsep baru tersebut menjadi nilai yang
nyata, maka ide-ide tersebut ditransformasikan dan diimplementasikan menjadi tindakan
nyata. Sehingga, kreativitas baru bernilai jika ditransformasikan melalui inovasi. Seperti
dikemukakan oleh Gurteen (1998) bahwa kreativitas sebagai penghasil ide-ide, sedangkan
inovasi merupakan perbuatan mentransformasikan ide-ide tersebut ke dalam tindakan
melalui seleksi, perbaikan, dan penerapan.
Howkins (2001 : ix) mengatakan bahwa kreativitas muncul apabila sseorang berkata,
mengerjakan, dan membuat sesuatu yang baru, baik dalam pengertian menciptakan sesuatu
dari yang tadinya tidak ada maupun dalam pengertian memberikan karakter baru pada
sesuatu. Ora g ya g kreatif seri g dise ut reator , yaitu setiap orang yang menciptakan
atau menemukan sesuatu yang baru. Definisi yang hampir sama dikemukakan oleh UNCTAD
dan UNDP (2008: 10), bahwa kreativitas sebagai proses dimana ide-ide dihasilkan,
terinteralisasi, dan ditransformasikan kedalam sesuatu yang bernilai.
Kata kreativitas berkaitan dengan unsur keaslian (orisinalitas), imajinasi, inspirasi,
gagasan, kecerdikan, dan penemuan-penemuan (UNDP dan UNCTAD, 2008:3,11-12).
Dikatakan kreatif apabila penemuannya mengandung pembaruan, berdasarkan pada
imajinasi, inspirasi, kecerdikan, dan penemuan. Konsep kreativitas mengandung lima unsur
penting, yaitu :

STIM Shanti Bhuana


Diktat Kreati itas da I o asi |2

1. Orisinalitas, mengandung arti penciptaan sesuatu dari yang belum ada sebelumnya atau
memperbarui sesuatu yang telah ada.
2. Berimajinasi, merupakan proses berpikir tentang sesuatu yang baru.
3. Inspirasi adalah gagasan-gagasan baru yang dapat divisualisasikan
4. Kecerdikan merupakan kemampuan seseorang dalam berpikir dan bertindak
5. Penemuan merupakan sesuatu yang baru ditemukan yang sebelumnya belum ada.
Thedeo Levit mengatakan bahwa kreativitas adalah berpikir sesuatu yang baru
(creativity is thinking new things). Hakikat kreativitas adalah menciptakan sesuatu dari yang
tidak ada atau memperbarui kembali sesuatu yang telah ada (Zimmerer, 1996). Hal yang
sama mengenai hakikat kreativitas juga dikemukakan oleh oleh West (2005: 15) bahwa
esensi dari kreativitas terletak pada kemampuan menghasilkan gagasan baru, mengerjakan
sesuatu dengan cara yang berbeda, dan memiliki pendekatan alternatif.
Hasil dari kreativitas adalah produk kreatif (Creative product) yang didefinisikan
sebagai barang-barang dan jasa-jasa yang memiliki nilai ekonomi yang dihasilkan dari
kreativitas (Howkins, 2001 : x). Hasil dari kreativitas bisa diamati dari segi produk, proses,
strategi, metode, dan desain baru yang dihasilkan.

1.2 TERJADINYA PROSES KREATIF


Menurut Howkins (2001: 16), ada lima tahap proses kreatif yag disebut a five-fold mix of
dreams and analysis, intuitive jumps, and cold-blooded, calculation (terdapat lima tahap
yang terjalin secara integral, yang dimulai dari khayalan-khalayan, analisis, lompatan-
lompatan ide/gagasan/intuitif, dan diaplikasikan dengan tenang, saksama, dan penuh
perhitungan). Kelima tahapan tersebut disingkat menjadi RIDER (Review, Incubation, Deams,
Excitement, Reality Check).
1. Peninjauan/pengkajian ulang (Review)
Peninjauan merupakan suatu proses pengambilan persediaan tentang sesuatu,
menyangkut apa yang ingin diketahui (curious), membangun hubungan-hubungan
(connections), bertanya tentang apa yang telah terjadi, dan mengapa? (asking what was
that? and why? ). Pada tahap ini seseorang mempersiapkan diri untuk mengidentifikasi
masalah, tantangan, dan memecahkan masalah dengan banyak belajar, berpikir,
mencari jawaban, dan bertanya kepada orang lain.

STIM Shanti Bhuana


Diktat Kreati itas da I o asi |3

2. Inkubasi (Incubation)
Inkubasi merupakan pembiaran ide-ide kita untuk saling mencocokannya sendiri, yang
dapat terjadi atau muncul beberapa jam atau bulan, atau ketika beristirahat. Pada tahap
ini, seseorang mengambil waktu untuk meninggalkan perkara, istirahat dan santai,
bebas dari rutinitas berpikir. Orang kreatif selalu mengenal kapan inkubasi diperlukan
dan memiliki sumber-sumber seperti waktu, uang, dan apa saja yang perlu dimiliki dan
disediakan.
3. Mengkhayal (Dreams)
Mengkhayal merupakan aaktivitas pikiran dalam berkelana pada alam bawah sadar,
penggalian, dan penjelajahan simbol-simbol, khayalan, mimpi-mimpi, dan cerita-cerita.
Pada tahapan ini, ide atau gagasan-gagasan bermunculan dalam bentuk penyelesaian,
cara kerj, dan jawaban-jawaban baru dalam penciptaan.
4. Rangsangan (Excitement)
Rangsangan merupakan perangkat yang memperkuat loncatan intuitif dan arah
perubahan yang pergerakannya setengah diperhitungkan.
5. Pemeriksaan secara nyata (Reality check)
Pemeriksaan secara nyata merupakan analisis secara nyata untuk menjamin atau
memastikan bahwa khayalan-khayalan dan intuisi kita tidak terlalu jauh dan dapat
diwujudkan. Pada tahap ini, ide atau kreasi baru harus diwujudkan dalam relaitas. Tentu
saja diperlukan pemikiran kritis dan konvergen.

1.3 MENGELOLA KREATIVITAS


1.3.1 MENGELOLA KREATIVITAS INIDIVIDU
Pa lo Pi asso e gataka ah a setiap orang dilahirkan memiliki kreativitas,
tetapi yang menjadi masalah adalah agai a a e gelola kreati itas terse ut . Artinya
setiap orang yang dilahirkan di dunia ini memiliki potensi kreativitas yang sama, tetapi
yang berbeda adalah hasrat dan motivasi serta lingkungan yang dihadapi untuk
mengembangkan kreativitasnya.
Kreativitas pribadi mengandung arti kemampuan individu untuk menciptakan ide-ide
baru dan perspektif yang relevan melalui teknik-teknik dan pelatihan-pelatihan, seperti yang
di gkapka Mauzy dala artikel ya Ma agi g Perso al Creati it . Mauzy

STIM Shanti Bhuana


Diktat Kreati itas da I o asi |4

mengatakan unsur-unsur penting untuk mengembangkan kreativitas individu sebagai


berikut:
 Memahami proses berpikir kreatif
 Mengidentifikasi blok untuk berpikir kreatif dan ketrampilan individu dengan bantuan
manajer untuk meningkatan respon kreatif.
 Menggunakan metode berpikir kreatif lebih sering untukmendapatkan ide-ide segar dan
menemukan solusi permasalahan lebih cepat.
 Membiarkan visi kreatif pribadi menjalankan ide kreativitas untuk membantu
individu/manajer mencapai tujuan pribadi dan profesional.

1.3.2 MENGELOLA KREATIVITAS PERUSAHAAN


Perusahaan harus menyadari bahwa salah satu letak capital asset-nya adalah
kreativitas yang terdapat pada pegawainya. Melaui kreativitas, hasil karya yang diciptakan
oleh setiap individu menjadi berbeda dan unik. Oleh karena itu, perusahaan harus
memahami pemikiran kreatif setiap individu yang bergabung di dalam perusahaan untuk
meningkatkan potensi pemikiran baru.
Bakker (2006) mengungkapkan pentingnya kreativitas dalam proses pengembangan
bisnis sebagai berikut :
1. Kreativitas membawa ide-ide inovatif, produk, layanan, dan kepuasan pelanggan
lebih besar.
2. Pendekatan kreatif akan mendorong kepemimpinan dan membantu hubungan lebih
dekat serta membuat kehidupan lebih memuaskan.
3. Penemuan kreativias memberikan makna lebih besar terhadap pekerjaan.
4. Penemuan kreativitas membuka peluang atau kemungkinan baru.
Kesuksesan bisnis perusahaan dimulai melalui pengelolaan dan pembuatan
segmentasi pasar untuk meningkatkan produk dan jasa mereka. Namun, perjalanan dari
input ataupun output itu menjadi sebuah inovasi membutuhkan proses, dan proses
tersebutlah yang akan menjadi produk atau jasa (output) menjadi lenih menarik dan unik.
Kreativitas memegang peranan terpenting didalam proses menghasilkan output terbaik.
Oleh karena itu, kreativitas dalam perusahaam perlu dikelola dan diberdayakan untuk
melahirkan inovasi.

STIM Shanti Bhuana


Diktat Kreati itas da I o asi |5

BAB II
INOVASI

2.1 KONSEP DAN KONTEKS INOVASI


“e ara eti ologi, kata i o asi ya g dala ahasa I ggris dieja de ga i o atio
asal ula ya dia il dari ahasa Lati yaitu i o otus , yang dalam bentuk kata bendanya
dieja de ga i o are u tuk e yataka pe arua atau peru aha dari akar kata ke
dala suatu ya g aru .
Peter F Drucker (1991: 21) inovasi adalah alat spesifik wirausahawan yaitu suatu alat
untuk memanfaatkan perubahan sebagai peluang bagi bisnis yang berbeda, inovasi dapat
ditampilkan sebagai ilmu, dapat dipejari dan dapat dipraktekkan. Definisi hampir sama
dikemukakan oleh Avanti Fontuna (2009: 22) bahwa inovasi adalah pengenalan cara-cara
baru atau kombinasi baru dari cara-cara lama dalam mentrandformasi input menjadi output
sehingga menghasilkan perubahan besar dalam perbandingan antara nilai guna dan harga
yang ditawarkan kepada konsumen atau pengguna.
Inovasi memiliki beberapa makna penting secara multidimensional yaitu:
1. Inovasi Sebagai Pembaruan (Innovation as Novelty)
Pada hakikatnya, inovasi adalah pembaruan atau kebaruan, yaitu adanya nilai tambah
baru bagi penggunanya. Objek inovasi adalah nilai tambah suatu produk, proses, atau
jasa. Inovasi selalu dinyatakan dalam bentuk solusi teknologi yang lebih baik diterima
masyarakat. Kebaruan hanya merupakan konsekuensi dari implementasi praktis inovasi.
Parameter kunci dari inovasi adalah nilai tambah bagi pengguna.
2. Inovasi Sebagai Perubahan (Innovation as Change)
Inovasi merupakan perubahan. Perubahan bisa dalam bentuk transformasi, difusi yang
berujung pada perubahan. Dilihat dari dimensi waktu inovasi, inovasi lebih menekankan
pada objek baru, namun sebenarnya lebih menekankan pada proses baru yang dapat
mengakibatkan objek baru, dengan demikian inovasi mengacu pada transformasi untuk
difusi dan akhirnya untuk mengubah.

STIM Shanti Bhuana


Diktat Kreati itas da I o asi |6

3. Inovasi Sebagai Keunggulan (Innovation as Advantage)


Inovasi adalah keunggulan, dengan inovasi berarti kita menciptakan keunggulan-
keunggulan dalam bentuk yang baru. Inovasi bisa dalam berbagai bentuk seperti inovasi
produk, proses, metode, teknologi, dan manajemen.
Inovasi juga bisa berarti kemampuan menerapkan kreativitas dalam rangka
memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi dan menciptakan peluang untuk
meningkatkan dan memperkaya kehidupan. Jadi, inovasi merupakan salah satu bentuk
usaha atau tindakan dari kreativitas atau proses penggunaan atau implementasi gagasan,
pemecahan masalah, atau peluang baru yang muncul dari kreativitas. Seperti dikemukakan
Zimmerer (1996) bahwa inovasi adalah melakukan sesuatu yang baru (innovation is doing
new things), sedangkan kreativitas adalah berpikir sesuatu yang baru (creativity is
thinking bew things). Dalam bentuk bagan, maka keterkaitan antara kreativitas dan inovasi
dapat digambarkan sebagai berikut :

IDE

INNOVATION
C R E A T I V I TY

PEOPLE

(Dhewanto, 2013)

STIM Shanti Bhuana


Diktat Kreati itas da I o asi |7

BAB III
INOVASI PRODUK, INOVASI JASA
MANAJEMEN INOVASI DAN TEKNOLOGI

3.1 PENTINGNYA STRATEGI INOVASI PRODUK DAN JASA


Inovasi produk dan jasa merupakan hasil dari pengembangan produk baru oleh suatu
perusahaan atau industri baik yang sudah ada maupun belum. Dari produk lama yang telah
mencapai titik jenuh di pasaran, diperlukan sebuah inovasi untuk mengganti produk lama
tersebut. Penggantian ini dapat berupa produk pengganti yang secara total baru atau
dengan perkembangan produk lama yang lebih modern dan up to date, sehingga dapat
terus meningkatkan keinginan konsumen dalam keputusan pembelian produk tersebut.
Merilis produk baru yang inovatif dan meningkatkan loyalitas pelanggan (Razeghi, 2008).
Pengembangan produk sangat penting untuk keberlangsungan bisnis, terutama
dalam membentuk loyalitas pelanggan. Adanya fenomena PLC (Product Life Cycle) dimana
sebuah perjalanan produk atau jasa mengalami tahapan Pengenalan produk (Introduction),
Pertumbuhan (Growth), Kesuksesan atau kejayaan (Maturity), dan Penurunan (Decline),
seperti pada gambar sebagai berikut :

(Paulk dkk, 1993)

STIM Shanti Bhuana


Diktat Kreati itas da I o asi |8

Inovasi produk dan jasa secara lebih baik dapat terlaksana dengan memahami praktik apa
yang terbaik yang harus diadopsi untuk proses pengembangan produk, dan kemudian
mengadopsi praktik-praktik ini untuk mengulangi kesuksesan dan proses maturity dari
perusahaan-perusahaan yang memiki performa terbaik.
Semua perusahaan harus memperbarui produk dan layanan mereka untuk bertahan
hidup. Menurut Peter Drucker (1954), sebuah perusahaan yang kompetitif memiliki dua
tujua pe ti g yaitu e iptaka ilai pela gga ustu er alue (atau pemasaran) dan
inovasi.
Inovasi produk dan jasa dipandang semakin penting secara strategis karena pasar
internasional memiliki kompetisi yang semakin meningkat. Pesaing-pesaing semakin
bermunculan dan tak dapat dihindari. Customer sekarang lebih cerdas dan menjadi lebih
selektif dalam memilih produk dan jasa yang akan dikonsumsinya. Hasilnya adalah pasar
yang semakin tersegmen karena produk dan jasa yang manfaatnya semakin terspesifikasi,
juga product life cycle yang semakin pendek karena banyaknya pesaing yang memasuki
pasar.
3.2 PROSES PENGEMBANGAN PRODUK

Concept Generation

Concept Screening

Preliminary Design

Design evaluation and


improvement

Protoyping and final design

Developing the operations


process

(Holtzman, 2011)

STIM Shanti Bhuana


Diktat Kreati itas da I o asi |9

Gambar diatas menggambarkan proses pengembangan ketika bergerak melalui


serangkaian tahapan. Berikut penjelasan setiap tahapnya
a. Penciptaan Konsep (Concept Generation)
Proses awal dari perkembangan produk baru adalah pencetusan gagasan yaitu
pencarian sistematis terhadap ide-ide produk baru. Perusahaan biasanya harus harus
banyak mengeluarkan gagasan yang baru dan terbaik. Pencarian untuk gagasan produk
baru ini seharusnya di lakukan secara baik dan sistematis. Pencetusan atau penciptaan
gagasan ini dapat di peroleh dari berbagai sumber, yaitu :
 Sumber Internal : Gagasan produk dapat bersumber dari dalam perusahaan, baik
dari manajemen puncak, karyawan dan sebagainya yang ada dalam lingkungan
perusahaan.
 Pelanggan : gagasan produk dapat berasal dari mengamati dan mendengarkan
pelanggan. Kebutuhan dan keinginan pelangan di ketahui melalui survey konsumen.
 Pesaing : Gagasan produk dapat juga berasal dari menganalisis produk pesaing.
Perusahaan dapat menganalisi iklan para pesaing dan bentuk komunikasi lain untuk
memperoleh rahasia produk baru mereka. Perusaan dapat pula membeli produk
pesaing dan membongkarnya bagai mana produk itu bekerja.
 Distributor : Distributor harus dekat dengan pasar dan banyak menyerap informasi
tentang, masalah-masalah konsumen dan membantu kemungkinan di
kembangkannya produk baru. Distribotor dapat memberitahukan perusahaan
tentang konsep, teknik dan bahan–bahan baru yang di gunakan untuk
mengembangkan produk baru.
b. Penyaringan Konsep (Concept Screening)
Tahap ini merupakan langkah lanjutan setelah terciptanya ide, yang bertujuan
mengidentifikasi konsep-konsep yang paaling menjanjikan dengan mendefinisikan
secara teliti strategi pengembangan produk barunya, menegaskan produk dan pasar apa
yang akan ditekankan, menegaskan apa yang di inginkan perusahaan dari produk
barunya, pangsa pasar, serta hal-hal lainnya.
c. Penyisihan ide/gagasan (Preliminary Design)
Setelah melalui dua tahap diatas, maka proses selanjutnya adalah menyisihkan gagasan
tersebut untuk kemudian di sesuaikan dengan sumber daya perusahaan.

STIM Shanti Bhuana


Diktat Kreati itas da I o asi | 10

d. Pengembangan dan Pengujian Konsep (Design evaluation and improvement)


Gagasan yang telah lolos dari penyaringan menjadi satu konsep produk yang akan di
kembangkan dan di lakukan pengujiannya. Pengembangan konsep- tugas pemasar
adalah mengembangkan gagasan ini menjadi alternative konsep produk, mengetahui
sejauh mana setiap konsep menarik perhatian konsumen dan memilih konsep terbaik.
Pengembangan dan pengujian konsep ini harus di rancang sedemikian rupa sehingga
dapat di ketahui reaksi dari para pelangan terhadap setiap jenis produk baru tersebut.
e. Pengujian terhadap model kerja dan hasil akhir (Protoyping and final design)
Setelah mengembangkan konsep produk, manajemen dapat mengevaluasi suatu daya
tarik dari usulan bisnis. Manajemen juga memerlukan proyeksi penjualan, biaya yang di
perlukan, serta yang akan di capai, yang mana semuanya itu harus sesuai dengan tujuan
perusahaan. Pengujian ini terdiri atas empat langkah, yaitu :
 Mengidentifikasikan ciri-ciri produk.
 Memperkirakan permintaan pasar dan persaingan serta kemungkinan produk untuk
menghasilkan laba.
 Menyusun suatu program untuk mengembangkan produk
 Menetapkan tanggun jawab untuk penelitian lebih lanjut mengenai kemungkinan
pelaksanaan produksi.
f. Pengembangan Proses Operational (Developing the operations process)
Pada proses selanjutnya, konsep produk yang telah di analisis kemungkinan-
kemungkinannya secara teoritis dan ternyata dapat di terima, maka konsep tersebut di
kembangkan. Dalam hal ini, ada tiga langkah yang perlu di lakukan, yaitu :
1. Pembuatan Model dengan 3 persyaratan :
 Harus di pandang oleh konsumen sebagai suatu perwujudan atribut-atribut
pokok, seperti produk sebelumnya.
 Harus dapat bekerja dengan aman dalam keadaan dan penggunaan yang normal.
 Bisa di laksanakan oleh pabrik sesuai dengan amggaran yang tersedia.
2. Pengujian Fungsional, yaitu pengujian untuk mengetahui apakah produk tersebut
benar-benar berfungsi dengan baik dan aman baik dan aman bagi konsumen.
3. Pengujian Konsumen, yaitu mencoba konsumen untuk menilai, bagaimana
tanggapan konsumen.

STIM Shanti Bhuana


Diktat Kreati itas da I o asi | 11

3.3 DORONGAN INOVASI


Setiap dorongan inovasi dapat datang melalui dua hal yang berbeda (Boehma, 1986;
Bullinger, 1994) :
1. Market Pull / Demand Pull
Inovasi yang datang melalui sumber ini dimulai dari ketidakpuasan customer akan suatu
produk di pasar, yang kemudian menciptakan pemecahan masalah atas permintaan
customer ini (sebuah produk untuk kebutuhan tertentu). Dorongan ini datang dari
seseorang atau sekelompok orang yang mau mengekspresikan kebutuhan pasar menjadi
produk nyata yang dapat digunakan oleh banyak orang yang membutuhkannya. Hasil
produk merupakan produk pengganti atau penambah.
2. Technology Push
Inovasi yang datang dari sumber ini dimulai dengan ketidakpuasan peneliti (internal atau
eksternal)akan produk yang sudah ada, kemudian tujuan utama adalah
mengkomersialisasikan produk baru yang belum dimengerti oleh masyarakat. Dorongan
ini tidak melihat pasar apakah penciptaan produk ini dibutuhkan sebelumnya oleh pasar
atau tidak. Hasil produk merupakan produk yang kreatif atau destruktif di pasaran.
Produk destruktif dikenal sebagai hasil dari distruptive innovation, yaitu inovasi yang
membantu menciptakan pasar baru, mengganggu atau merusak pasar yang sudah ada,
dan pada akhirnya menggantikan teknologi terdahulu tersebut.

3.4 CONTOH IMPLEMENTASI INOVASI PRODUK


Unilever sebagai perusahaan ketiga terbesar di dunia dalam penyedian consumer
goods, sadar jika inovasi adalah mesin penggerak pertumbuhan perusahaannya, urat nadi
kehidupan untuk bisnisnya. Disebutkan dala e site ya, asa depa ka i erga tu g
pada kemampuan kami untuk mengantarkan inovasi kepada consumer secara lebih cepat
daripada pesai g ka i. ‘ahasia kesuksesa i o asi produk ereka adalah selalu
mengaitkan antara ilmu pengetahuan, teknologi dan kebutuhan konsumen. Beberapa
contoh inovasi produk Unilever misalnya :
a. Molto Ultra Sekali Bilas (membersihkan pakaian dengan lebih sedikit air)
Berawal dari ide untuk mengurangi penggunaan air dalam mencuci, terutama dalam hal
membilas pakaian untuk meringankan pekerjaan customer mereka yang mencuci
dengan menggunakan tangan, maka riset dilakukan dan membuahkan hasil. Setelah
STIM Shanti Bhuana
Diktat Kreati itas da I o asi | 12

formulanya ditemukan, mereka juga mengkampanyekan iklannya dengan pesan bahwa


customer bisa mendapatkan pakaian yang bersih dengan sekali pencucian, sehingga
dapat menghemat air untuk masa depan.
b. Rexona Active Reverse (deodoran yang cerdas)
Berawal dari tantangan untuk mengembangkan sebuah produk yang menawarkan
perlindungan ekstra saat keringat keluar lebih banyak dari biasanya sehingga seseorang
tetap segar dan percaya diri, dan hasil riset menemukan bahwa keringat emosi bisa
keluar secara instant dan sering muncul di telapak tangan dan ketiak, dan menimbulkan
bau yang lebih tidak sedap dibandingkan dengan keringat fisik., sehingga muncullah
produk Rexona Active Reverse yang aromanya teraktivitasi ketika tubuh bereaksi
terhadap situasi yang menekan.

3.5 RUANG LINGKUP DAN DIMENSI INOVASI JASA


Berikut merupakan konsep inovasi jasa yang dikemukakan oleh Miles (1993) :
a. Inovasi dalam pelayanan, inovasi jasa terkait erat dengan desain layanan dan
pe ge a ga laya a aru .
b. Inovasi dalam proses, yaitu cara-cara baru atau peningkatan dalam proses merancang
dan memproduksi jasa. Inovasi semacam ini mungkin berbasis teknologi, teknik atau
keahlian, atau organisasi kerja (misalnya restrukturisasi kerja antara para profesional).
c. Inovasi dalam perusahaan jasa, organisasi, dan industri. Meliputi inovasi organisasi,
produk jasa, proses inovasi, dan pengelolaan proses inovasi dalam organisasi jasa.
Deen Hertog e gide tifikasi e pat di e si i o asi jasa :
a. Konsep Jasa: mengacu pada konsep jasa yang baru bagi pasar tertentu atau sebuah
proporsi ilai aru . Di e erapa sektor jasa, seperti ritel, isal ya e gorga isasi
toko dengan cara yang berbeda dan menyediakan format toko yang bisa memberikan
kenyamanan konsumennya untuk berbelanja seperti adanya alunan musik, kebersihan
area toko, dan layanan informasi.
b. Interface klien: mengacu pada inovasi dalam interface antara penyedia layanan dan
pelanggan. Klien sering kali terlibat dalam produksi jasa, sehingga dapat menjadi inovasi
utama bagi banyak layanan. Contohnya, adanya fasilitas self service ketika klien
mengunjungi sebuah organisasi pelayanan.

STIM Shanti Bhuana


Diktat Kreati itas da I o asi | 13

c. Sistem service delivery: sering berkaitan dengan hubungan antara penyedia jasa dan
klien. Banyak inovasi menyangkut pelayanan elektronis, misalnya, transportasi dan
kemasan inovasi. Contohnya delivery pizza, delivery KFC dan McDonald.
d. Pilihan teknologi: Teknologi informasi baru sangat penting untuk layanan karena
memungkinkan untuk efisiensi dan efektivitas dalam elemen pengolahan informasi. Kita
juga sering melihat yang diteraapkan oleh beberapa minimarket dan supermarket dan
Kartu Jakarta Sehat (KJS)yang diterapkan oleh pemerintah Jakarta untuk memberikan
fasilitas layanan kesehatan gratis untuk masyarakat Jakarta.

3.6 CONTOH IMPLEMENTASI INOVASI JASA


1. PT. Bank Central Asia, Tbk (BCA) merupakan salah satu bank terbesar di Indonesia
yang memanfaatkan kemajuan dan kecanggihan teknologi untuk memberikan pelayanan
yang terbaik bagi nasabahnya. BCA merupakan katalis dalam hal kecanggihan teknologi
perbankannya, berbagai inovasi telah dilakukan dengan menghadirkan fasilitas-fasilitas
yang up to date, seperti video banking, internet banking, mesin ATM yang multifungsi
(setoran, tarikan, dan transfer), dan berbagai inovasi mutakhir lainnya.
2. Jotun Indonesia merupakan sebuah perusahaan penyedia produk cat yang
meluncurkan DecorativeJI, yaitu sebuah inovasi layanan bagi pelanggan berupa mobile
apps yang dapat diunduh dan diakses pelanggan melalui perangkat komunikasi mobile.
Hal ini merupakan sebuah terobosan baru bagi pelanggan di industri cat di Indonesia.
Aplikasi ini memberikan solusi kepada pelanggan akan kebutuhan terhadap cat.

3.7 MANAJEMEN INOVASI DAN TEKNOLOGI


Manajemen Teknologi didefinisikan sebagai penghubung teknik, ilmu pengetahuan,
disiplin manajemen untuk merencanakan, mengembangkan, dan mengimplementasikan
kemampuan teknologi untuk membentuk dan mencapai tujuan strategis dan operasional
dari sebuah organisasi. Sedangkan Manajemen Inovasi yaitu pendekatan yang komprehensif
untuk manajerial dalam pemecahan masalah dan tindakan berdasarkan kerangka
pemecahan masalah integratif serta pemahaman tentang keterkaitan antara aliran inovasi,
tim organisasi dan evolusi organisasi.
Komitmen inovasi oleh top manajemen pada gilirannya memerlukan pengakuan
mereka terhadap beberapa realitas. Realitas tersebut adalah sebagai berikut:
STIM Shanti Bhuana
Diktat Kreati itas da I o asi | 14

 Manajemen teknologi meliputi manajemen inovasi.


 Hal ini dibutuhkan untuk membina lingkungan dimana mendorong pemikiran inovatif.
 Melibatkan pemimpin perusahaan dari proses dan produk yang ada untuk sesuatu yang
aik da le ih erharga.
 Proaktif dan mendorong kreativitas dan pengambilan resiko.

3.7.1 DAMPAK INTERNET DAN E-COMMERCE


Komputer modern dan teknologi informasi telah menciptakan peluang yang luas bagi
para manajer, secara spesifik yang bergerak dalam bidang manajemen inovasi dan teknologi
untuk memanfaatkan sumber daya mereka. Dengan lebih 500 juta pengguna di seluruh
dunia dan meningkat secara eksponensial, internet dan semua subnetwork global telah
menjadi salah satu enabler yang paling dominan terhadap operasi bisnis.
Berikut dampak adanya internet dan e-commerce bagi perusahaan :
 Memungkinkan perusahaan untuk melakukan bisnis di daerah geografis dengan
kecepatan tinggi, fleksibilitas, dan ekonomis.
 Sistem canggih interoperabilitas dan pengolahan data memungkinkan perusahaan untuk
melakukan usaha jauh lebih kompleks
 Menciptakan tekanan besar untuk memberikan produk-produk mutakhir
 Menghasilkan lingkungan bisnis dengan perubahan cepat dan beresiko tinggi
 Adanya EDI (Electronic Data Interchange) yaitu sistem pilihan untuk memindahkan set
data yang besar, dikelola secara terpusat dan terkendali, validasi antara masyarakat
dimana saja dan kapan saja.

3.7.2 CONTOH IMPLEMENTASI MANAJEMEN TEKNOLOGI DAN INOVASI


Sistem e-procurement (e-Proc) PLN sebagai salah satu aplikasi yang merupakan
implementasi dari IT Governance yang mendukung Good Corporate Governance (GCG).
Terwujudnya aplikasi tersebut merupakan hasil kebijakan Manajemen PT.PLN (Persero)
terkait dengan Informasi Stok Material PLN, Penyusunan HPS (Harga Perkiraan Sendiri) dan
monitoring pergerakan material, dan PLN mengoptimalkan eProc yang sudah
dikembangkan untuk tercapainya harga pembelian optimal dan inventori PLN yang efisien.
Beberapa kendala dapat teratasi dengan adanya komitmen pada seluruh jajaran manajemen

STIM Shanti Bhuana


Diktat Kreati itas da I o asi | 15

BAB IV
MODEL BISNIS INOVASI

4.1 INOVASI HIJAU


Inovasi hijau adalah tanggung jawab bersama karena merupakan hasil produk dari
pemerintah, sektor swasta, dan individu masyarakat. Dibandingkan dengan inovasi secara
umum, inovasi hijau cukup kompleks dan membutuhkan kompetensi baru yang beragam.
Untuk keberhasilan inovasi, pendekatan lintas disiplin yang memanfaatkan pengetahuan
(baik internal maupun eksternal, jaringan, dan sumber daya) sangatlah penting. Nilai-nilai
dan makna inovasi hijau juga dikenal dengan istilah lain yaitu eco-inovasi, inovasi lingkungan
dan inovasi berkelanjutan.
Definisi inovasi hijau dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori (Hordern dkk,
2008). Inovasi hijau dilihat sebagai:
1. Pengurangan dampak lingkungan :
 Eco-inovasi relevan untuk semua kalangan masyarakat yang mengembangkan,
menerapkan dan memperkenalkan ide-ide baru, perilaku, produk dan proses dan
berkontribusi pada pengurangan beban lingkungan atau keberlanjutan ekologi
(Klemmer dkk, 1999)
 Inovasi hijau adalah produk baru dan proses yang menyediakan kebutuhan
pelanggan dengan nilai bisnis, tetapi secara signifikan mengurangi dampak
lingkungan (James, 1997)
2. Pengenalan/penciptaan kinerja lingkungan :
 Blattel Mink (1998) menyatakan bahwa inovasi hijau dapat mencakup
pengembangan produk baru (teknologi lingkungan), pasar baru, dan sistem baru
serta pengenalan dimensi ekologi dalam strategi ekonomi
 (Keeble, dkk, 2005) Pendorong inovasi lingkungan berarti penciptaan ruang pasar
bar, produk dan jasa atau proses yang didorong oleh isu-isu sosial, lingkungan atau
keberlanjutan.

STIM Shanti Bhuana


Diktat Kreati itas da I o asi | 16

3. Peningkatan kinerja lingkungan


 Sebagai bagian dari inovasi, inovasi lingkungan dapat dikatakan memiliki kualifikasi
yang berhubungan dengan orientasi arah inovasi terhadap perbaikan lingkungan
(Mirata dan Emtairah, 2005)
 Inovasi lingkungan mencakup semua inovasi yang memiliki efek menguntungkan
pada lingkungan terlepas dari apakah efek ini adalah tujuan utama dari inovasi.
Diantaranya adalah proses, produk dan inovasi organisasi (OECD, 2008)

4.1.1 STRATEGI INOVASI HIJAU


Isu-isu lingkungan merupakan realitas dasar bagi perusahaan dalam mengelola
perubahan secara proaktif untuk keuntungan strategis. Noci dan Verganti (1999)
e perti a gka isu-isu hijau se agai su er uta a peru aha strategis . La gkah
untuk memasukkan isu lingkungan dalam strategi bisnis adalah sebagai akibat dari
perubahan sistem sosial, persaingan dan regulasi/kebijakan. Terdapat hubungan positif yang
signifikan antara strategi inovasi hijau dan kinerja bisnis secara keseluruhan.
Aspek penting bagi setiap organisasi adalah harus berinovasi untuk tetap kompetitif
dan dapat menyeimbangkan jangka pendek serta kebutuhan bisnis jangka panjang.
Keberhasilan inovasi hijau memberikan tantangan yang cukup besar, sehingga perusahaan
berusaha melakukan proses transisi, mengintegrasikan pertimbangan lingkungan ke dalam
inti dari strategi bisnis mereka. Untuk melakukan hal ini, perusahaan dihadapkan dengan
tantangan untuk mengidentifikasi, mengembangkan, daan menyebarkan kemampuan
inovasi hijau ke dalam fungsi bisnis yang relevan.
Keeble (2005) menguraikan bahwa agar inovasi hijau berhasil, perusahaan perlu
mengembangkan cara-cara berpikir baru yang kreatif dan keberlanjutan dalam pengambilan
keputusan dan proses inovasi yang strategis.
4.1.2 CONTOH IMPLEMENTASI INOVASI HIJAU
Philips LED yang hemat energi dan mengurangi emisi karbon
(www.newscenter.philips.com)
Royal Philips Electronics (NYSE: PHG, AEX: PHI) bertujuan untuk meningkatkan kualitas
hidup masyarakat melalui inovasi bermakna, termasuk solusi di bidang pencahayaan.
Philips Lighting memungkinkan penghematan biaya dan peningkatan kelangsungan
hidup dengan menggunakan pencahayaan LED teknologi mutakhir yang hemat energi
STIM Shanti Bhuana
Diktat Kreati itas da I o asi | 17

dan mengurangi emisi karbon. LED mentransformasi pencahayaan dengan membuka


kemungkinan-kemungkinan baru untuk bagaimana dan dimana pencahayaan artifisial
digunakan dan meningkatkan pengalaman manusia. Philips mencipatakan
pencahayaan yang memberikan nilai lebih, menambah keindahan, meningkatkan
keamanan, serta memberikan visibilitas yang lebih baik, dimana kesemua hal tersebut
dilakukan dengan mengurangi tingkat panas, daya listrik dan dampak terhadap
lingkungan. Contoh pencahyaan yang menggunakan LED Philips yaitu : Jembatan
Suramadu, Air Mancur di Palembang dan Candi Prambanan di Yogyakarta.

4.2 INOVASI TERTUTUP DAN INOVASI TERBUKA


Inovasi dalam paradigma lama berarti orang-orang dengan seragam laboratorium di
pusat-pusat litbang sebuah perusahaan raksasa. Laboratorium AT&T Bell di New Jersey, AS
seri g dijadika iko i o asi odel la a i i, ya g diistilahka de ga odel lit a g ya g
teri tegrasi se ara erti al vertically integrated R&D) atau model inovasi tertutup (closed
innovation). Disebut inovasi yang terintegrasi dan tertutup lantaran, hanya terdapat satu
jalan masuk menuju proses inovasi, yakni inovasi yang berbasiskan sumber-sumber
knowledge dalam perusahaan, serta hanya satu jalan keluar untuk output proses inovasi
yakni melalui kanal pemasaran perusahaan.
Inovasi tertutup terlampau lamban dan terkungkung (insular) tidak berkesesuaian
dengan karakteristik ekonomi global yang amat dinamis, sehingga muncullah model inovasi
terbuka (open innovation) yang lebih demokratis, sebagai antitesis terhadap model
terintegrasi secara vertical. Open innovation menurut Chesbrough (2003) didefinisikan
sebagai penggunaan aliran knowledge baik yang ada di dalam maupun dari luar yang
ditujukan untuk mengakselerasi inovasi internal, disamping untuk mengembangkan pasar
demi pemanfaatan eksternal inovasi. Dalam model ini proyek inovasi dapat dimulai
berbasiskan sumber-sumber knowledge atau teknologi dari dalam perusahaan maupun dari
luar perusahaan. Teknologi baru juga dapat masuk ke dalam proses inovasi di pelbagai
tahapan, disamping itu output proses inovasi juga dapat masuk ke pasar melalui pelbagai
cara, bukan saja melalui kanal perusahaan-perusahaan tersebut tetapi juga melalui lisensi
atau perusahaan spin-out.

STIM Shanti Bhuana


Diktat Kreati itas da I o asi | 18

Fleksibilitas yang ditawarkan inovasi terbuka bagaikan serangan virus bagi model
inovasi tradisional yang kaku, yang akan menggerogoti system lawas ini dari dalam. Open
innovation memungkinkan penciptaan wirausaha-wirausaha baru secara tak terduga.

4.2.1 CONTOH IMPLEMENTASI INOVASI TERTUTUP


Saat ini masih banyak perusahaan yang mengembangkan konsep inovasi tertutup.
Perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang teknologi cenderung menggunakan inovasi
tertutup. Perusahaan sangat berhati-hati dalam mengembangkan inovasi di bidang
teknologi, salah satu perusahaan bisnis di bidang teknologi yang berhasil mengembangkan
inovasi tertutup adalah Apple.
Apple adalah perusahaan yang didirikan oleh Steve Jobs. Steve Jobs membangun
perusahaannya dengan bergantung pada sumber daya yang dimiliki perusahaannya. Strategi
yang digunakan ialah dia memilih orang-orang terbaik untuk bekerja dalam perusahaannya
dan memaksimalkan kemampuan sumber daya untuk menghasilkan inovasi, dimana inovasi
tersebut menggunakan teknologi baru dan berhasil menjadi produk yang unggul di pasaran.
Produk-produk tersebut seperti : iTune, iPhone, iPad. Dalam persaingannya Apple menjadi
perusahaan yang sangat tertutup. Segala informasi yang berada di dalam perusahaan dijaga
dan dikelola hanya di dalam perusahaan. Apple juga tidak memiliki mitra dalam
mengembangkan produknya, tetapi ia berhasil memenangkan pasar dari inovasi yang
dihasilkan.

4.2.2 CONTOH IMPLEMENTASI INOVASI TERBUKA


Procter and Gamble (P&G) ketika memutuskan merangkul model open innovation
la gsu g e era gus sikap eksklusif. “trategi Co ept + De elop diterapkan dengan
membuka lebar-lebar pintu bagi innovator di luar perusahaan. Pada tahun 2006, P&G
merangkul BASF, Laboratorium Nasional Los Alamos, AS dan segelintir perusahaan lain
untuk program kerja sama pertukaran ide-ide. Kolaborasi ini menghasilkan Yet2.com,
sebuah wahana pertukaran hak kekayaan intelektual, dan YourEncore, suatu jejaring bagi
para pakar yang telah pensiun. Belum puas, P&G melebarkan sayap kerja sama dengan
perusahaa ya g ergerak di ra ah er eda elalui progra disruptive-i o tio ollege ,
salah satunya dengan Google. Pada tahun 2008, mereka bertukar dua lusin karyawan

STIM Shanti Bhuana


Diktat Kreati itas da I o asi | 19

selama beberapa pecan : P&G ingin mempelajari seluk beluk bisnis online sementara Google
ingin mempelajari kiat membangun merek (brand building).

4.3 INOVASI RADIKAL DAN INOVASI BERTAHAP


Inovasi radikal (radical innovation) dilakukan dengan skala besar yang dilakukan oleh
para ahli dibidangnya dan biasanya dikelola oleh departemen penelitian dan
pengembangan. Inovasi radikal ini sering kali dilakukan di bidang manufaktur dan lembaga
jasa keuangan. Inovasi radikal memberikan lonjakan signifikan dalam benefit atau nilai yang
ditawarkan, demikian pula dengan keaslian ide yang mendasarinya. Radical innovation
merupakan produk, jasa atau teknologi baruyang dikembangkan oleh suatu organisasi
yang sepenuhnya menggantikanproduk, jasa, atau teknologi yang ada dalam suatu
industri.
Inovasi bertahap (incremental innovation) adalah produk, jasa atau
teknologi baru yan g memod ifikasi produ k, jasa atau teknologi yan g
ada. Peru sahaan y a n g mengimplementasikan inovasi radikal menggeser secara
fundamental sifat daripersaingan dan interaksi perusahaan dalam lingkungan.
Perusahaan yangmengimplementasikan inovasi bertahap memperbaiki tapi tidak
secarafundamental mengubah interaksi persaingan dalam suatu industri.

4.3.1 CONTOH IMPLEMENTASI INOVASI RADIKAL


Rumah Sakit (RS) Wockhdart di Bangalore, India melakukan inovasi radikal berupa
program wisata kesehatan (medical tourism), dimana RS ini menyodorkan tariff operasi by
pass jantung dengan tariff yang relative murah, perbedaannya bias sampai 16 kali lipat jika
dibandingkan dengan tariff operasi di AS. Rahasia dibalik harga miring ini adalah inovasi
radikal baik pada instrument maupun teknik operasi. Inovasi yang juga mengadopsi
pengetahuan lokal ini, bahkan memungkinkan pasien menjalani operasi tanpa harus dibius
total, namun tanpa rasa sakit. Penghematan radikal adalah alasan lainnya, RS sejak awal
menolak mendatangkan peralatan super canggih yang lazim digunakan RS-RS Negara maju,
alasannya adalah harga peralatan-peralatan tersebut (sesungguhnya) tidak sebanding
dengan benefit yang diperoleh pasien alias kelewat mahal.

STIM Shanti Bhuana


Diktat Kreati itas da I o asi | 20

4.3.2 CONTOH IMPLEMENTASI INOVASI BERTAHAP (INCREMENTAL INNOVATION)

Penggerak utama inovasi inkremental di banyak perusahaan dalam 10 tahun terakhir


ini adalah program-program yang ditujukan untuk perbaikan terus-menerus, pengurangan
biaya dan kualitas manajemen. Beberapa tahun yang lalu, Toyota menanggapi insiden
berpotensi cacat dari sistem akselerator dengan seluruh perusahaan, penegasan kembali
yang rendah hati dari pendirinya, Taiichi Ohno. Sistem tersebut menjadikan Toyota sebagai
perusahaan otomotif yang terkemuka. Toyota memulai peneltian yang cermat untuk setiap
produk yang pembelian atau pembuatannya termasuk ke dalam pemasangan otomotifnya
untuk menumbuhkan perhatian terhadap keuntungan yang didapat dari penggabungan
perusahaan optomotif yang dimulai oleh Daimler Chrysler. Hasilnya: perusahaan dalam satu
decade ini menghasilkan $20 milyar dari pembelian onderdil, dan juga menaikkan
kualitasnya secara signifikan. Mengambil perspektif Jepang yang menyatakan bahwa 1001
inovasi kecil atau perkembangan bersama akan menjadi hal yang transformatif. Contoh yang
hebat adalah pembuatan klakson oleh pemasok Jepang sehingga mengurangi komponennya
yang tadinya terdiri dari 28 komponen menjadi 6 komponene saja sehingga menghemat
40% biaya pembuatan tapi juga menaikkan kualitasnya. Contoh lainnya adalah interior
pegangan pintu. Tadinya ada 35 komponen dalam 1 pegangan tapi sekarang hanya 3 saja
untuk 90 model Toyota. Para insinyur Toyota menyebut proses ini sebagai kawaita zokin wa
shi eru atau e eras tetesa air dari ha duk ya g keri g arti ya proses pe ge angan,
luar biasa dan tanpa akhir ini telah berhasil.

4.4 KLASTER INOVASI


Salah satu strategi mendorong terciptanya inovasi, dalam koridor model
konvensional yang kental nuansa sistematik ini, adalah melalui pembentukan pusat-pusat
keunggualan inovatif atau klaster-klaster inovasi. Kalster inovasi merupakan wahana tempat
bersinerginya para pelaku inovasi guna membangun kekuatan komparatif dan kompetitif
dalam suatu jejaring kerja sama yang terpadu.
Istilah klaster i o asi innovation cluster) sendiri bermakna luas. Istilah-istilah lain
ya g erasosiasi atau ahka eririsa de ga ya a tara lai pusat sai s science center),
klaster riset i o asi research intensive cluster , klaster eko o i economic cluster),
asosiasi riset resear h asso iatio ), se tra is is tek ologi ti ggi high tech business

STIM Shanti Bhuana


Diktat Kreati itas da I o asi | 21

districts) atau zo a pe a gu a i dustry/ is is high tech business district atau zo a


pe a gu a i dustry/ is is industrial park). Klaster inovasi memuat karakteristik
institusi-institusi tersebut, namun yang menjadi komponen distingtif dari klaster inovasi
adalah klaster ini secara fisik terkonsentrasi pada sebuah lokasi khusus (tidak terfragmentasi
seperti halnya asosiasi riset) dan mempunyai jalinan Triple Helix di dalamnya.

4.4.1 KLASTER ININOVASI TAMAN IPTEK


Karakteristik utama taman iptek adalah klaster inovasi ini terkait dengan, model
mutakhir, dioperasikan secara dominan oleh perguruan tinggi. Taman iptek juga sangat
terasosiasi dengan peran inkubasi bisnis, yang menjadi karakteristik utama lainnya. Secara
sederhana dapat didefinisikan taman iptek merupakan area khusus yang didesikasikan
untuk riset-riset saintifik yang terkait dengan kepentingan bisnis (business footing). Focus
utama taman iptek adalah penegembangan iptek dan produk iptek, bukan proses produksi
(manufacturing) atau administrasi produk iptek, satu hal yang membedakannya dengan
industrial park.
Aktor utama taman iptek adalah institusi litbang (dalam hal ini universitas) dan
industri. Terlibat pula pemerintah sebagai regulator. Didalam taman iptek, sebagaimana
ditunjukkan Stanford University Science Park-taman iptek pertama, model bagi science park
di dunia-universitas dan industry bekerja secara berdampingan. Universitas menyediakan
akses sumber daya bagi industry (peneliti, mahasiswa, fasilitas, hasil riset) untuk
meningkatkan kapasitas industry, dan universitas memperoleh mutual benefit pemanfaatan
hasil riset dan permintaan proyek riset berdasarkan kebutuhan industry. Kolaborasi dan
komitmen keduanya juga termasuk penciptaan lingkungan tinggal-bekerja-bermain (live-
work-play) yang kondusif. Dengan kata lain, taman iptek merupakan inisiatif kerja sama
pengetahuan (knowledge partnership) untuk mendorong inovasi.

STIM Shanti Bhuana


Diktat Kreati itas da I o asi | 22

BAB V
EKONOMI INOVASI DAN EKOSISTEM INOVASI

5.1 Ekonomi Inovasi dan Ekosistem Inovasi


Joseph Schumpeter (1942) mengatakan bahwa dunia mulai bergerak meninggalkan
ekonomi berbasis sumber daya alam, memasuki era Ekonomi Inovasi (innovation economy).
Malaysia, Korea Selatan, China, beserta sejumlah negara Asia lain, seperti India, mulai
menyelinap dan berjalan cepat di lintasan Ekonomi Inovasi mengekor negara-negara Dunia
Pertama. Ini adalah buah dari keputusan tepat—jika bukan keputusan berani—dalam
menyikapi krisis ekonomi global dan ancaman latennya. Alih-alih ke ali ke hangar ,
banyak negara Asia memanfaatkan situasi ini sebagai momentum untuk menata diri secara
radikal: dana penelitian dan pengembangan (litbang) dipergemuk, modal manusia (talenta)
digodok lewat pusat-pusat keunggulan inovasi, klaster-klaster litbang disemai, sistem
pendidikan dipermak supaya adaptif terhadap budaya inovasi.
Singkat kata, ekosistem inovasi diperbaiki. Sehingga, dalam dua dekade terakhir,
bumi laksana bidang datar yang bergerak miring beberapa derajat, menghadap Timur:
power tengah menggelosor perlahan ke arah Asia. 4 Zhongguancun di China, Bangalore di
India, Daedeok Innapolis di Korea Selatan, Hsinchu Science Park di Taiwan, Biopolis di
Singapura, untuk menyebut sejumlah nama, adalah pusat-pusat keunggulan sains dan
teknologi yang bermekaran di Timur yang kelak patut dipersandingkan dengan hub-hub
serupa di belahan AS dan Eropa. Dalam waktu mendatang klaster-klaster teknologi-tinggi ini
bakal menjadi pabrik utama bagi produk-produk high-tech IT, bioteknologi, kedokteran,
yang turut menjubeli pasar dunia. Sebenarnya Indonesia sudah memiliki banyak institusi
pendukung inovasi tetapi belum tertata secara optimal dalam satu ekosistem inovasi. Untuk
penataan ekosistem inovasi tersebut, beberapa faktor strategis yang perlu mendapatkan
perhatian yang sungguh-sungguh antara lain adalah kepemimpinan, pendidikan, peningkatan
sistem etika dan etos kerja, sosial budaya, harmonisasi kebijakan, dan aspek pendanaan yang
mendukung pengembangan riset dan inovasi untuk pertumbuhan ekonomi yang berwawasan
inovasi (innovation-driven economy)

STIM Shanti Bhuana


Diktat Kreati itas da I o asi | 23

(Zuhal, 2013)
5.1.1 PARADIGMA BARU EKONOMI
Dalam model Ekonomi Neoklasik, distribusi pendapatan (income) dilakukan melalui
interaksi dinamis antara supply dan demand, ya g difasilitasi le at aksi alisasi
kepuasa maximization of utility). Konsumsi—sebuah cara mencapai kepuasan
maksimum individu—kare a ya dia ggap se agai engine pe ggerak pertu uha dala
model ini. Model Ekonomi Inovasi berargumen bahwa bukan hanya konsumsi, tetapi
investasi inovasi yang akan lebih menjamin pertumbuhan berkesinambungan. Supaya
akumulasi terus tumbuh, stok kapital tidak boleh turun. Karenanya, menurut model ini,
diperlukan knowledge atau temuan-temuan baru yang dilakukan lewat investasi litbang.

Negara-negara maju menyadari ketidakandalan konsumsi sebagai basis


pertumbuhan. Merespon krisis finansial yang menerpa AS, Presiden Barrack Obama di
hadapan National Academy of Science (April 2009) mengharapkan adanya gerakan nasional
ya g dapat e gi spirasi ge erasi uda to be makers, not just consumers of things .
Ketika AS kian awas soal pentingnya inovasi, dan banyak negara Asia kian bergiat
mengokohkan sains, teknologi dan infrastrukturnya guna menyongsong era Ekonomi
inovasi, Indonesia seakan tak bergeming: tetap saja getol membangun mall-mall megah
yang konsumtif.

STIM Shanti Bhuana


Diktat Kreati itas da I o asi | 24

5.2 PELUANG INDONESIA


Berpopulasi 237 juta jiwa, atau keempat terbesar di dunia, Indonesia adalah pangsa
pasar empuk produk-produk erdas egara lai . Juluka Bla kBerry atio , isal ya,
meski hanya lelucon, disematkan sejumlah media asing kepada Indonesia—negeri
berpendapatan per kapita 3.464 US $ atau rangking109 dunia—menyusul laku kerasnya
smartphone mahal bikinan perusahaan asal Kanada itu. Belum lagi untuk produk-produk
otomotif, pasar Indonesia termasuk yang paling menggiurkan para importir. Predikat
ko su e ya g rakus dala ko petisi pasar glo al ya g se git le ih erko otasi se agai
o jek alias kor a , sehi gga sudah aktu ya dita ggalka . Na u agai a a kesiapa
egeri i i u tuk e jadi su jek , yak i e gekor Korea Selatan, Singapura, atau Taiwan
sebagai produsen produk high-tech yang disegani? Kabar buruknya adalah: minat kaum
muda kepada pendidikan sains dan rekayasa—cabang ilmu wajib untuk berinovasi—
cenderung menurun Daya saing negeri ini hanya ditopang lulusan sarjana teknik 11,5 persen
dan sarjana sains 3,6 persen, menunjukkan karakteristik generasi muda konsumtif yang
kurang bergairah untuk berproduksi.
Pa eo: ―Kalau isa eli ke apa harus iki se diri ta pak ya elu aka asuk
peti es.Toh, pelua g u tuk a gkit asih ada. Jika Bu g Kar o per ah erujar: ―Beri aku
sepuluh pe uda, aka aku aka gu a g du ia . Kita, setidak ya, isa elihat pelua g itu
bertengger di pundak kaum muda. Setumpuk prestasi kelas dunia diraih para pelajar
Indonesia, seolah menjadi petunjuk: negeri ini gudangnya orang cerdas. Pada tahun 2005 di
Singapura, Indonesia menyabet juara umum Olimpiade Fisika Internasional. Pada kompetisi
IT ahasis a I age Cup di Pola dia, ya g diikuti 4 egara, I do esia e oro g
dua podium: juara kedua kategori Windows Phone 7 Rockstar Award juara ketiga kategori
Interoperability Award (Kompas 11 Juli 2011). Kita juga boleh menepuk dada dengan
ke u ula Bi asakti , o il For ula “atu karya ahasis a UGM.“elai itu, ke a pua
para peneliti negeri ini di bidang litbang juga terus meningkat.
Semua talenta yang masih dimiliki menjadikan indikator inovasi Indonesia berada
pada posisi lumayan: peringkat ke-36 dari 139 negara yang dinilai oleh World Economic
Forum (WEF). Terkait peringkat daya saing, laporan WEF juga memberi angin segar: pada
2010 posisi Indonesia secara keseluruhan berada di peringkat 44, bergeser cukup signifikan
dari peringkat ke-54 pada 2009. Momentum ini cukup beralasan sebagai pangkal tolak
memperbaiki ekosistem inovasi kita guna menyongsong era gelombang Ekonomi Inovasi.
STIM Shanti Bhuana
Diktat Kreati itas da I o asi | 25

5.2.1 VISI BANGSA SEBAGAI PLATFORM NASIONAL


Pengalaman beberapa negara seperti Finlandia, China, India, Korea dan Malaysia
menunjukkan adanya peran aktif lembaga eksekutif (pemerintah) dan lembaga legislatif,
maupun yudikatif mencari kesepakatan dan komitmen bersama untuk melaksanakan
sebuah visi negara dan bangsa. Visi negara dan bangsa ini tentunya didesain secara sistemik
dan terencana dengan konsep kerangka kerja yang baik, strategis dan sesuai dengan potensi
sumber daya yang tersedia, dengan selalu mempertimbangkan pendekatan-pendekatan
sosiodan tekno-ekonomi yang dapat dipertanggungjawabkan. Visi ini juga harus
disosialisasikan kepada kalangan akademisi/peneliti, pengusaha dan komunitas profesi dan
masyarakat luas. Dengan demikian seluruh komponen bangsa yang dapat digolongkan
dalam quadruplehelix (akademisi, bisnis, pemerintah dan komunitas) dapat memahami
kemana arah negara dan bangsa ini akan dibawa.
Indonesia harus segera menetapkan visi tersebut dan memantapkannya menjadi visi
bersama, visi sang pemimpin dan visi rakyatnya untuk dicapai. Visi ini tentunya harus selaras
dengan ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, serta kemampuan IPTEK Indonesia.
Indonesia dengan sistem multi partai saat ini memang menghadapi tantangan yang lebih
kompleks untuk mendapatkan kesepahaman visi bangsa. Di sini, tekad mencapai
kemandirian teknologi inovasi dapat dijadikan sebagai common goal dan sekaligus platform
nasional yang akan dikejar oleh seluruh rakyat Indonesia. Seperti yang ditemukan di
beberapa negara, umumnya hanya ada satu visi Bangsa yang merupakan sebuah konsensus
nasional. Pemerintah berkewajiban secara proaktif memasyarakatkan Visi tersebut ke
berbagai jajaran mulai dari kementerian terkait, kemudian sosialisasi di tingkat provinsi,
kabupaten, kecamatan sampai tingkat pemerintahan yang paling bawah. Visi tersebut juga
harus disosialisasikan di kalangan akademisi/peneliti, pengusaha dan komunitas profesi dan
masyarakat luas.
Pemerintah bersama lembaga legislatif seyogianya mengajak seluruh komponen
bangsa untuk memantapkan sebuah Visi Bangsa apakah 2025, 2030, atau 2045. Indonesia
sudah memiliki RPJPN dan kelengkapannya MP3EI. KIN memperkenalkan Inisiatif 1-747
(akan dijelaskan kemudian) untuk memperkuat program sains, teknologi dan inovasi.
Pengemasan ketiga hal tersebut sangat perlu untuk mengembangkan institusi yang mampu
mengelola dan sekaligus memperkuat para aktor sains, teknologi dan inovasi untuk
menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di Indonesia. Tidak cukup dengan
STIM Shanti Bhuana
Diktat Kreati itas da I o asi | 26

upaya di atas, upaya sinergis antar komponen di atas perlu digalakkan, dan untuk itu
diperlukan suatu kepemimpinan yang kuat dan berwawasan sosio dan tekno-ekonomi yang
komprehensif.
Visi pemerintah Indonesia atau yang dikenal dengan sebutan Visi Indonesia 2025
adalah menjadi negara maju pada tahun 2025. Untuk mencapai visi ini, pemerintah telah
meluncurkan program MP3EI (Master Plan Percepatan dan Pengembangan Ekonomi
Indonesia), sebagai pelengkap RPJPN (Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional).
MP3EI terdiri atas 8 program dan 22 kegiatan ekonomi. Delapan program tersebut adalah:
1. Industri Manufaktur, 2. Pertambangan, 3.Pertanian, 4.Kelautan dan Perikanan,
5.Pariwisata, 6.Telekomunikasi, 7.Energi, dan 8.Strategi Pembanguanan Regional.Semua
program ini membutuhkan investasi yang signifikan baik dari dalam maupun luar negeri.

(Zuhal, 2013)

STIM Shanti Bhuana


Diktat Kreati itas da I o asi | 27

5.2.2. SISTEM EKONOMI NASIONAL UNTUK TRANSFORMASI EKONOMI


Inovasi merupakan sebuah fenomena kompleks yang melibatkan produksi, difusi dan
translasi dari pengetahuan teknologi menjadi sebuah produk atau proses yang baru. Konsep
inovasi mengalami beberapa kali perubahan yang disesuaikan dengan perkembangan zaman
dan ditambah dengan perkembangan tentang proses inovasi itu sendiri. Proses inovasi
melibatkan hubungan interaktif antara berbagai aktor inovasi yang mengikuti jalur non
linear yang dikarakterisasi dengan mekanisme umpan balik yang sangat komplek.
Pendekatan sistemik untuk inovasi didasari oleh asumsi bahwa proses inovasi tidak dapat
dikelompokkan ke dalam beberapa fase yang terisolasi. Adanya interaksi antara seluruh
aktor inovasi di dalam sebuah sistem sistemik menjadikan inovasi sebagai sebuah sistem
yang saling terkait satu sama lain, tidak terisolir atau terkontrol, dan memiliki sistem umpan
balik yang bekerja. Pandangan inovasi seperti inilah yang menjadi dasar terbentuknya
sebuah sistem inovasi secara umum.
Pendekatan Sistem Inovasi Nasional (SINAS) menjadi salah satu fondasi untuk
mendesain hubungan yang kompleks antara beberapa institusi inovasi yang terikat di dalam
proses inovasi. SINASdapat digambarkan sebagai sekumpulan institusi yang saling terkait
dan bersinergi membangun dan mendifusikan teknologi di dalam satu kerangka acuan di
mana pemerintah dapat menjalankan kebijakan untuk memicu proses inovasi. Dari
pandangan ini dapat diambil kesimpulan bahwa performansi inovasi dalam sebuah sistem
ekonomi tidak saja bergantung kepada masing-masinginstitusi yang bekerja secara sendiri-
sendiri tetapi kepada bagaimana masing-masing institusi ini saling bekerjasama di dalam
sebuah sistem. Dalam SINAS ini pemerintahmemegangperananpentingdalammemicu
terjadinya proses inovasi.
Pengalaman Korea Selatan, serta negara-negara advanced economy lainnya,
menunjukkan bahwa produktivitas negara hanya dapat didongkrak melalui kontribusi
inovasi (teknologi) yang signifikan. Dan, sebagaimana telah disinggung sebelumnya,
invovasi—dalam skala massif dan yang kontinyu—hanya dapat terwujud melalui
ketersediaan SINAS yang mapan di suatu negara.Adalah penting untuk mengetahui
mengapa SINAS sedemikian krusial sehingga dijadikan jembatan transformatif menuju
negara maju.
Ide tentang SINAS, dan inisiatif penguatan SINAS, sesungguhnya bermula dari
keingintahuan mendasar: agai a a i o asi u ul—seperti apa proses ya? Ke udia ,
STIM Shanti Bhuana
Diktat Kreati itas da I o asi | 28

lebih jauh, adalah untuk mengetah agai a a supaya i o asi dapat u ul se ara
berkesinambungan dan, pada gilirannya, memiliki da pak eko o i ya g luas ?
Inovasi tidak datang tiba-tiba, melainkan lahir sebagai keluaran dari sinergi yang
kompleks antara para aktor di dalam sistem inovasi. Melalui sinergi ini knowledge disebar,
diperbarui, dan dimanfaatkan oleh para pelaku inovasi guna menghasilkan teknik dan/atau
produk baru—yak i, apa ya g lazi dise ut i o asi . De ga kata lai , ke eradaa alira
knowledge merupakan komponen terpenting dalam proses inovasi. Salah satu cara untuk
memompa aliran knowledge, sekaligus meningkatkan penggunaan knowledge, dalam ranah
ekonomi dan sosial masyarakat adalah melalui SINAS.
Interaksi SINAS harus dilihat sebagai entitas organisasi dan jaringan yang kompleks.
SINAS melibatkan setidaknya empat pilar, yang kesemuanya harus berkoordinasi—yakni
tidak sekadar eri teraksi , a u erkola orasi se ara har o is—guna menjamin
keberlangsungan inovasi dan dampak ekonominya, yakni:
1. Institusi penghasil teknologi. Pada pilar ini, terdapat sejumlah isu spesifik yang berkaitan
dengan inovasi, seperti: penjaminan mutu dan sertifikasi produk teknologi; standar,
ukuran dan pengujian produk teknologi; perlindungan Hak atas Kekayaan Intelektual
(HaKI); pendanaan litbang; konsultasi teknologi dan manajemen.
2. Institusi pendidikan (isu-isu spesifik terkait, misalnya: pendidikan dasar yang
komprehensif; pendidikan menengah terkait aplikasi teknologi; pelatihan vocational;
pendidikan tinggi bidang perekayasaan dan manajemen).
3. Perusahaan/korporasi (isu-isu spesifik terkait, antara lain: pembelajaran teknologi;
pengembangan skilled human capital dan aliansi teknologi/pengetahuan; litbang dan
kemitraan litbang).
4. Institusi penghasil regulasi dan insentif (isu-isu spesifik terkait, misalnya: regulasi
ekonomi makro, insentif promosi industri dan ekspor, regulasi pengelolaan SDA, fiskal,
pajak dan perdagangan, HaKI, infrastruktur ekonomi, alih teknologi, standar
internasional, persaingan sehat, nilai dan sikap mental, serta keterbukaan).
Tampak bahwa implementasi inovasi merupakan proses kompleks yang membutuhkan
harmonisasi pelbagai kebijakan dan strategi dari banyak sektor. Jika hal itu terpenuhi,
inovasi akan terjadi secara berkesinambungan dan berkontribusi secara signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi. Di sinilah titik berat fungsi SINAS: melakukan harmonisasi, sekaligus
memfokuskan dan mengkonsolidasi arah inovasi menjadi lebih konvergen.
STIM Shanti Bhuana
Diktat Kreati itas da I o asi | 29

BAB VI
INOVASI DI INDONESIA

6.1 POTRET BUDAYA INOVASI DI INDONESIA


Pada era kontemporer saat ini budaya inovasi belum terbangun di Indonesia (meski
jejak i o asi uka ya tidak ada dari masa lalu, yang terungkap lewat peninggalan artifak-
artifak i o atif . Pa eo kalau bisa membeli, kenapa harus membuat asih e deka
di benak sebagian besar masyarakat. Pandangan ini diteguhkan laporan Global Consumer
Report AC Nielsen yang menobatkan Indonesia sebagai negara paling konsumtif terbesar ke-
2 di dunia setelah Singapura. Salah satu indikator adalah nilai transaksi kartu kredit di negeri
ini yang mencapai Rp 250 triliun setahun, atau seperlima angka APBN.Survei global lain dari
World Intellectual Property Organization (WIPO) memasukkan Indonesia sebagai negara
paling malas mencipta (inventing).Ini tercermin dari kecilnya angka registrasi paten. Pada
2009 temuan made in Indonesia yang dipatenkan hanya berjumlah enam buah, atau
tertinggal beribu-ribu kali lipat dibanding Jepang (224.795 paten) dan AS (135.193 paten),
menempatkan ranking paten Indonesia yang terendah di antara negara-negara G-20.
Ketersediaan sumber daya alam (SDA) yang melimpah, pada kadar tertentu,
merupakan salah satu faktor yang membuat manusia Indonesia lebih suka menjual apa yang
dimiliki (alias menjadi pedagang) ketimbang mencipta apa yang tidak dimiliki (menjadi
inventor). Keunggulan komparatif SDA yang tidak ditangani secara visioner ini telah
menumbuhkan me talitas pe ari re te rent-seeking), sebagai cara mudah mengantungi
keuntungan, dimana ini juga diperburuk oleh sikap nrimo—kebalikan dari semangat self-
improvement-nya bangsa AS—yang benihnya telah ada di masyarakat.
Kondisi-kondisi ini kemudian beresonansi dengan rezim otoritarian-paternalistik
yang berkuasa selama tiga Dekade, dimana kreatifitas dipasung, yang pada gilirannya
berkontribusi terhadap lemahnya inisiatif untuk berimprovisasi dan berinovasi. Jika pun ada,
inovasi di Indonesia, berseberangan dengan kasus klaster biotek San Diego, lebih
berorientasi pada inovasi yang dikawal pemerintah (government-led innovation) ketimbang
tumbuh dari bawah (bottom-up).
Sikap anti-peru aha , tertutup, da ke e deru ga u tuk er ai a a ya g
telah terlembagakan berpuluh-puluh tahun ini berkontribusi terhadap turunnya semangat

STIM Shanti Bhuana


Diktat Kreati itas da I o asi | 30

berwirausaha (entrepreneurship), sebuah pilihan yang menuntut kreatifitas dan keberanian


mengambil risiko. Pada tahun 2012, jumlah penduduk Indonesia yang terjun menjadi
pengusaha ha ya sekitar , juta ji a atau perse total populasi; i i u a seuju g kuku
dibanding AS yang memiliki 37,7 juta entrepreneurs atau 12 persen jumlah penduduk negeri
itu, angka terbesar di dunia. Sekali lagi, nilai-nilai budaya (worldview) menjadi determinan:
masyarakat AS dikenal memiliki sikap yang sangat toleran terhadap kesalahan berbisnis
(business failure). Di klaster IT Silicon Valley ada sebuah lelucon: kekeliruan dalam
menerapkan resep bisnis (teknik pemasaran, misalnya) sangat diharapkan, bahkan ditunggu-
tunggu kedatangannya! Penerimaan yang luas terhadap business failure ini turut
mendorong budaya risk-taking di AS.
Sementara di Indonesia, atmosfer yang dikembangkan selama beberapa dekade
(terutama di sektor pendidikan dan parenting) justru kurang mendorong semangat
bereksperimen dan sikap tidak takut salah. Ini misalnya tampak dari kecenderungan
pengusahaIndonesia untuk membeli teknologi lisensi asing dalam proses produksi
ketimbang repot-repotberinvestasi—mengambil risiko—di litbang teknologi guna
menciptakan terobosan.
Kesadaran mengenai peran penting inovasi dan sistem inovasi yang produktif untuk
percepatan pertumbuhan ekonomi, belakangan kian mengkristal di tingkat pemerintah
pusat.Didirikannya Komite Inovasi Nasional (KIN) pada 2010 oleh Presiden RI merupakan
sinyal positif munculnya mindset inovasi di tingkat elite. Namun menjadi pertanyaan:
apakah mindset ini merupakan sebuah konsensus nasional yang takkan lekang oleh waktu
alias menjadi visi pembangunan jangka panjang negeri ini, atau sekadar gagasan periodikal
yang tumbuh dan layu seiring dengan pergantian pemerintahan? Katakanlah bahwa inovasi
telah menjadi mindset di tingkat elite, tetapi menjadi pertanyaan pula: apakah masyarakat
memiliki mindset yang sama, sehingga ketika inisiatif top-down dijalankan pemerintah,
masyarakat akan merespons dengan baik—tidak bertepuk sebelah tangan?
Sebagaimana dijelaskan di muka, budaya berinovasi belum terbangun mapan di
negeri ini. Karena itulah secara bersamaan, seiring dengan upaya top-down pemerintah,
perlu dilakukan upaya membangun mindset inovasi di tengah-tengah masyarakat, sehingga
mindset ini akan selalu ada dan tidak terpengaruh oleh pergantian pemerintahan. Upaya ini
dapat dilakukan dengan melakukan penguatan inovasi terhadap simpul-simpul strategis
pada elemen-elemen civil society. Simpul-simpul ini adalah bagian dari masyarakat yang
STIM Shanti Bhuana
Diktat Kreati itas da I o asi | 31

selalu ada (exist), memiliki peran besar, dan/atau kelak memegang tampuk kepemimpinan
bangsa dimasa mendatang, antara lain: lembaga swadaya masyarakat (LSM), pers,
perguruan tinggi, Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas), atau asosiasi-asosiasi bisnis.
Pembentukan jaringan atau komunitas inovasi di antara, dan untuk, elemen-elemen ini
perlu dilakukan guna menebar ''virus-virus inovasi''.

6.2 MENINGKATKAN KEMAMPUAN EKONOMI BANGSA


Upaya-upaya mencapai visi Indonesia 2025 telah dilakukan pemerintah secara
bertahap melalui Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 1 (2005–2009), RPJM 2
(2010-2014), yang akan dilanjutkan dengan RPJM 3 hingga RPJM 5 (2020-2024). Jika dalam
RPJM 1 pemerintah fokus pada upaya-upaya penataan kembali NKRI, membangun Indonesia
yang aman dan damai, yang adil dan demokratis dengan tingkat kesejahteraan yang lebih
baik, dalam RPJM2 pemerintah mengarahkan perhatiannya pada target memantapkan
penataan kembali NKRI, meningkatkan kualitas SDM, membangun kemampuan IPTEK, dan
memperkuat daya saing perekonomian bangsa. Hal ini sejalan dengan upaya peningkatan
produktivitas nasional melalui peningkatan kemampuan IPTEK dan kualitas SDM guna
meningkatkan daya inovasi.
Tekad pemerintah untuk mencapai masyarakat adil dan makmur melalui
peningkatan kemampuan teknologi dan inovasi tercermin secara jelas, diantaranya melalui
arahan Presiden Republik Indonesia pada pertemuan Tapak Siring, 21 April 2010, yang
antara lain dikemukakan: a) Perlunyapeningkatan infrastruktur ekonomi termasuk
i frastruktur IPTEK di seluruh ilayah ta ah air; pe a gu a ―connectivity aik fisik
maupun ICT; c) perlunya upaya inovasi teknologi secara besar-besarandan terencana yang
dihasilkan oleh seluruh komponen aktor inovasi: pemerintah, dunia akademis, pengusaha
dan masyarakat; d) pentingnya upaya perbaikan secara sungguh-sungguh terhadapiklim
investasi; dan e) peningkatanproduktivitas nasional.
Selain hal di atas, diperlukan usaha untuk memperbaiki peraturan dan perundang-
undangan untuk meningkatkan ruang gerak investasi sektor riil terutama manufaktur dalam
rangka mendorong tumbuhnya investasi produktif (productive investment). Karena telah
diyakini bahwa untuk mencapai pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, faktor inovasi dan
ekologi harus mewarnai segala ekonomi kita. Indonesia juga harus melakukan upaya
transformasi menuju ke Low Carbon Society seperti dicanangkan Presiden RI dalam
STIM Shanti Bhuana
Diktat Kreati itas da I o asi | 32

Konferensi Climate Change di Bali dan Kopenhage ya g er asis ―Green Industry and
Green Growth .
Sejauh ini, Indonesia masih belum optimal mengelola STI berdasarkan
technoeconomic paradigm untuk pengembangan ekonomi. Sebagai contoh, masih
rendahnya elemen Total Factor Productivity (TFP) yang merupakan komponen intangible
dari sebuahtotal output sistem dan faktor produksi suatu negara. Dua komponen lainnya
bersifat tangible yaitu labor dan kapital. Meningkatnya kontribusi TFP merupakanindikasi
utama adanya peningkatan kuantitas dan kualitas modal manusia (human capital), serta
meningkatnyakontribusi STI dalam faktor produksi negara. Gambar 4 menunjukkan bahwa
antara tahun 1980-2000, kontribusi TFP terhadap pertumbuhan GDP (%) Indonesia adalah
terendah dibanding negara-negara Asean lainnya, bahkan mencapai nilai negatif (-0.80).
Nilai kontribusi TFP negatif tersebut menunjukkan rendahnya efisiensi dan
produktivitas perekonomian Indonesia, artinya nilai input lebih besar dari nilai ouput
produksi.Indikator strategis lainnya adalah terjadinya peningkatan upah buruh yang diikuti
oleh peningkatan produktivitas dan kualitas pekerjaan dalam hal ini juga Indonesia masih
rendah. Dari segi kelengkapan faktor pendukung inovasi, sebenarnya Indonesia sudah
memiliki banyak institusi pendukung, seperti adanya Kementerian Riset dan Teknologi,
lembaga-lembaga penelitian, universitas, dsb. Namun demikian, institusi-institusi ini belum
tertata secara optimal dalam satu ekosistem inovasiyang rapih, sehingga kinerjanya belum
mendorong terjadinya inovasi.
Beberapa faktor strategis yang perlu mendapatkan perhatian serius dan
diperbaikiadalah:Faktor Kepemimpinan, Pendidikan, Peningkatan sistem etika dan etos
kerja, Sosial budaya, Harmonisasi kebijakan, dan Aspek pendanaan R&D yang mendukung
pengembangan riset untuk pertumbuhan ekonomi yang berwawasan inovasi (innovation-
driven economy). Untuk itu Indonesia harus memiliki grand design pengembangan ekonomi
berkelanjutan dengan mengembangkan human capital berbasis STI dan ekologi secara
komprehensif. Selain itu juga diperlukan kebijakan yang tepat untuk menarik direct domestic
investment maupun foreign direct investment dan mengarahkannyapada kegiatan ekonomi
yang tepat.

STIM Shanti Bhuana


Diktat Kreati itas da I o asi | 33

6.3 INISIATIF INOVASI I-747


Belajar dari pengalaman masa lalu dan kondisi kebijakan sains dan teknologi
Indonesia saat ini, KIN berpendapat bahwa untuk dapat berkembang menjadi negara
barbasis inovasi, Indonesia perlu melengkapi bagian yang hilang dalam rencana
pembangunan nasional, yakni adanya satu Sistem Inovasi Nasional, sebagai sebuah peta
jalan yang menuntun dan mengawal program-program nasional kearah pencapaian visi
pembangunan nasional yang berkesinambungan melalui inovasi. Sasaran utama SINAS
adalah penguatan ekosistem inovasi Indonesia yang terdiri atas perbaikan unsur-unsur:
Pendanaan R&D, Kepemimpinan, Kebijakan, Pendidikan dan Budaya Inovasi. Kesemua butir-
butir ini dirangkum dalam sebuah rekomendasi KIN yang disebut: Inisiatif Inovasi 1-747
kepada Presiden Republik Indonesia.
Angka Satu adalah peningkatan dana R&D menjadi satu persen dari GDP (70 triliun
rupiah) secara bertahap dimulai dari tahun 2014;Tujuhadalah tujuh langkah untuk
memperbaiki ekosistem inovasi guna mendorong inovasi nasional; Empatadalah empat
model pembangunan industri berdasarkan inovasi untuk mempercepat pembangunan
ekonomi; Tujuh adalah ketujuh target visi Indonesia 2025, menuju pembangunan Indonesia
seutuhnya yang berkesinambungan.

(Zuhal, 2013)

STIM Shanti Bhuana


Diktat Kreati itas da I o asi | 34

Perumusan kebijakan Sains dan Teknologi hanya akanberarti jika faktor-faktor


kritikal yang dapat mendorong kelancaran pengimplementasian rumusan tersebut juga
dipertimbangkan dengan baik. Faktor-faktor tersebut antara lain: rendahnya dana R&D yang
tersedia,rendahnya tingkat pendidikan, lemahnya koordinasi dan kurangnya dukungan dan
apresiasi bagi para peneliti di kalangan pemerintah, serta rendahnya insentif dan regulasi
yang mempromosikan permintaan terhadap produk sains dan teknologi lokal. Rendahnya
apresiasi dapat menyebabkan kurangnya motivasi dan partisipasi dari para pemangku
kepentingan (stake holders). Perlu dicatat bahwa kegagalan dalam berinvestasi pada R&D
sekarang, akan menyebabkan hilangnya pertumbuhan di masa depan; yang merupakan
suatu kemunduran yang tidak dapat dibalik dengan cepat, dan akan sangat merugikan.
Strategi yang diterapkan adalah mendorong R&D agar dapat memainkan peranan
lebih signifikan dalam mengimplementasikan sains dan teknologi, yang terdiri atas 2
pendekatan utama:
1. Mekanisme Input, yakni penyediaan dan alokasi dana riset yang mencukupi untuk
mengembangkan aktivitas R&D di negeri ini. Hal yang perlu diperhatikan adalah
keseimbangan antara pengeluaran negara untuk kebutuhan R&D dan pengembangan
ekonomi nasional, karena keduanya sangat penting bagi kemajuan inovasi.Untuk
mendorong inovasi, KIN telah mengusulkan kepada Pemerintah untuk meningkatkan
dana R&D hingga 1% dari GDP secara bertahap, dimulai pada tahun 2014. Dalam hal ini,
Presiden RI telah memberikan dukungannya secara penuh atas rekomendasi KIN tentang
peningkatan dana R&D, sebagaimana tertuang dalam arahan Presiden pada Sidang
Kabinet tanggal 12 April 2011:
Co a hitu g se ua erapa a ak da a a g di utuhka u tuk udget R&D kita, aik
yang dari APBN, BUMN, dan Swasta. Satu persen GDP (kurang lebih 70 triliun rupiah),
kalau masih kurang ya harus kita tambah.Libatkan KIN, Bappenas, Menristek,
Me dik as, Me keu, da “ asta .
2. Mekanisme Proses, di mana revitalisasi terhadap ekosistem inovasi, termasuk di
dalamnya penguatan kerangka regulasi, mobilitas sumber daya manusia terampil,
pembangunan pusat-pusat inovasi untuk mendukung perusahaan UMKM, pembentukan
klaster-klaster sesuai keunggulan daerah, penyediaan renumerasi yang menarik bagi
para peneliti, meningkatkan fasilitas-fasilitas riset dengan teknologi yang memadai
untuk inovasi, penciptaan lingkungan yang mendukung dan menggairahkan yang dapat
STIM Shanti Bhuana
Diktat Kreati itas da I o asi | 35

memotivasi para ilmuwan dan teknolog agar memberikan yang terbaik bagi
pembangunan bangsa dan negara.
KIN menerjemahkan pendekatan kedua dalam bentuk empat wahana untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi, termasuk di dalamnya pengembangan industri dasar,
industri kreatif, industri berbasis daya dukung daerah berdasarkan keunggulan komparatif di
masing-masing daerah, serta industri-industri strategis.
Perlu dicatat bahwa kandungan Inisiatif Inovasi 1-747 tidak hanya berupa kebijakan
yang bersifat pendekatan top-down, tetapi juga mendorong sektor swasta dan sektor publik
untuk turut mengembangkan STI (bottom-upapproach). Dalam hal ini Pemerintah
diharapkan memberikan insentif terhadap individu berprestasi, perusahaan enterprise serta
institusi-institusi unggulan melalui, misalnya, hibah dana R&D, keringan pajak pendapatan,
keringanan pajak pembelian alat dan bahan pendukung R&D, dsb.
Sebagai tambahan, pemerintah juga diharapkan dapat menciptakan lingkungan yang
kondusif untuk menarik investor baik dalam maupun luar negeri, melalui DDI & FDI.
Pendekatan ini bermanfaat dalam mempromosikan teknologi baru melalui proses
diseminasi yang lebih efisien dan cepat sehingga dapat memberikan dampak signifikan
terhadap pembangunan ekonomi.

STIM Shanti Bhuana


Diktat Kreati itas da I o asi | 36

BAB VII
EKONOMI KREATIF

7.1 HAKIKAT DAN INTI EKONOMI KREATIF


Ekonomi Kreatif pada hakikatnya adalah kegiatan ekonomi yang mengutamakan pada
kreativitas berpikir untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda yang memiliki nilai
dan bersifat komersial. Dalam konteks ekonomi, kreativitas menunjukkan suatu formulasi
ide-ide baru dan menerapkan ide-ide baru tersebut untuk menghasilkan pekerjaan-
pekerjaan yang berasal dari produk-produk seni dan budaya, kreasi-kreasi yang berfungsi,
penemuan ilmu pengetahuan, dan penerapan teknologi.
Kelompok Kerja Desain Power Kementrian Perdagangan RI dalam Penegembangan
Ekonomi Kreatif Indonesia 2010-2014 9: 4 e ge ukaka Eko o i Kreatif
merupakan era ekonomi baru yang mengutamakan informasi dan kreativitas dengan
mengandalakan ide dan pengetahuan (stock of knowledge) dari sumber daya manusia
se agai faktor produksi uta a dala kegiata eko o i
Tiga konsep utama kreativitas ekonomi yaitu sebagai berikut :
1. Kreativitas ekonomi menyangkut proses menghasilkan sesuatudari suatu yang tidak ada.
2. Kreativitas ekonomi merupakan hasil dari kolaborasi dalam menghasilkan sesuatu yang
lama dengan cara-cara yang baru
3. Kreativitas ekonomi merupakan pengguanaan sesuatu untuk menciptakan sesuatu yang
lebih sederhana atau lebih baik.
Inti atau jantungnya ekonomi kreatif adalah industri kreatif yang melakukan proses
penciptaan melalui penelitian dan pengembangan. Kekuatan industri kreatif terletak pada
riset dan pengembangan untuk menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa baru yang
bersifat komersial. Dengan stock knowledge yang dimilikipara intelektual melahirkan ide-
ide atau gagasan-gagasan, insirasi-inspirasi dan khayalan-khayalan yang diwujudkan dalam
bentuk kekayaan intelektual seperti desain, merek dagang, paten, hak cipta dan royalti.

STIM Shanti Bhuana


Diktat Kreati itas da I o asi | 37

7.2 PERAN EKONOMI KREATIF


Ekonomi Kreatif berperan dalam perekonomian suatu bangsa terutama dalam
menghasilkan pendapatan (income generation), menciptakan lapangan kerja (job creation)
dan meningkatkan penerimaan hasil ekspor (export earning), meningkatkan teknologi
(technology development), menambah kekayaan intnelektual (intelectual property), dan
peran sosial lainnya. Oleh sebab itu ekonomi kreatif dapat dipandang sebagai penggerak
pertumbuhan dan pembangunan ekonomi suatu bangsa (engine of economic growth and
development). Seperti dikemukakan oleh UNCTAD (2008: 15), dalam Creative Economic
Report bahw ekonomi kreatif adalah suatu konsep berbasis aset kreativitas yang secara
potensial menghasilkan pertumbuhan dan perkembangan ekonomi.
Menurut UNCTAD dan UNDP dalam Summary Creative Economic Report, 2008: 11-
12, dan Creative Economic Report, 2008: 4), secara potensial ekonomi kreatif berperan
dalam menggerakkan ekonomi yang disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut.
1. Ekonomi kreatif dapat mendorong penciptaan pendapatan, penciptaan lapangan kerja,
dan penerimaan ekspor. Selain itu, ekonomi kreatif juga dapat mempromosikan aspek-
aspek sosial (social inclusion), ragam budaya, dan pengembangan sumber daya manusia.
2. Ekonomi kreatif memupuk ekonomi, bidaya, dan aspek-aspek sosial yang sosial yang
saling berhubungan dengan teknologi, kekayaan intelektual dan tujuan-tujuan wisata.
3. Merupakan seperangkat ilmu pengetahuan yang berbasis aktivitas ekonomi dengan
suatu dimensi perkembangan dan keterkaitan antara tingkat makro dan mikro untuk
ekonomi secara keseluruhan.
4. Ini adalah salah satu pilihan pengembangan yang layak untuk menggugah inovasi yang
multidisiplin, respons kebijakan, dan tindakan antarkementrian.
5. Di dalam jantung ekonomi kreatif terdapat industri-industri kreatif.
Pendekatan lain dari peran kreativitas adalah bahwa kreativitas dipandang sebagai
alat ukur untuk proses sosial. Kreativitas dapat meningkatnkan nilai ekonomi seperti
pendapatan, kesempatan kerja, dan kesejahteraan yang pada gilirannya dapat mengurangi
permasalahan sosial seperti kemiskinan, pengangguran, rendahnya pendidikan, kesehatan,
ketimpangan, dan persoalan ketidakstabilan sosial lainnya. Ekonomi kreatif dapat
menciptakan kesejahteraan karena dapat menciptakan kesempatan kerja/mengurangi
pengangguran, meningkatkan pendapatan, menciptakan pemerataan, mengurangi
kemiskinan, mengurangi kesenjangan, dan memanfaatkan bahan baku lokal.
STIM Shanti Bhuana
Diktat Kreati itas da I o asi | 38

7.3 JENIS-JENIS KREATIVITAS YANG MEMBENTUK EKONOMI KREATIF


Menurut KEA European Affairs (2006: 42) yang dikutip oleh UNDP dan UNCTAD
dalam Creatif Ekonomi Report, (2008: 9), ada empat jenis kreativitas yang membentuk
ekonomi kreatif, yaitu sebagai berikut:
1. Kreativitas ilmu pengetahuan (Scientific creativity)
2. Kreativitas ekonomi (Economic creativity)
3. Kreativitas budaya (Cultural creativity)
4. Kreativitas teknologi (Technology creativity)
Keempat kreativitas tersebut saling terkait yang digambarkan seperti pada model berikut:

Scientific
creativity

Technological
creativity

Cultural
Economic
creativity
Creativity

(Suryana, 2012)

Kreativitas ilmu pengetahuan yaitu menyangkut keingintahuan dan keinginan untuk


terus melakukan penelitian dalam memecahkan berbagai masalah yang dihadapi. Misal,
riset-riset yang dilakukan oleh para ilmuwan dan akademisi.
Kreativitas ekonomi merupakan proses dinamis yang mengarah pada inovasi
teknologi, praktik bisnis, pemasaran dan usaha lainnya untuk meraih keunggulan bersaing
dalam ekonomi. Ekonomi kreatif dipandanag sebagai penggerak pembangunan dan
pertumbuhan ekonomi, disebabkan kegiatan tersebut mempunyai peranan dalam
menciptkan kesempatan kerja dan pendapatan.
Kreativitas Budaya adalah kreativitas dalam bentuk seni budaya, seperti kesenian,
film, artisitik dan seni lainnya. Industri Kreatif oleh UNESCO didefinisikan sebagai industri
yang mengkombinasikan kreasi, produksi, dan koersialisasi, baik intangible maupun cultural
STIM Shanti Bhuana
Diktat Kreati itas da I o asi | 39

yang tercipta secara alamiah. Industri kreatif adalah industri yang menggunakan kreativitas,
ketrampilan (skill), dan kecakapan (talent) yang secara potensial dapat menciptakan
kekayaan dan lapangan kerja.
Selain konsep industri kreatif dan kreativitas budaya, UNESCO juga mengeukakan
konsep industri budaya dan ekonomi budaya. Industri budaya adalah suatu industri yang
mengombinasikan kreasi, produksi, dan komersialisasi tentang materi yang tidak nyata dan
budaya dalam bentuk nyata. Ekonomi budaya merupakan penerapan analisis ekonomi
terhadap semua kreativitas dalam bentuk seni, cagar budaya, dan industri budaya.

7.4 INDUSTRI KREATIF

Beberapa definisi dan batasan industri kreatif menurut para ahli:

1. Menurut Departemen Perdagangan RI (2009: 5)

Industri Kreatif adalah industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, ketrampilan
serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan dan lapangan pekerjaan dengan
menghasilkan dan memberdayakan daya kreasi dan daya cipta individu tersebut.

2. Menurut Simatupang (2007)

Industri kreatif adalah industri yang mengandalakan talenta, ketrampilan dan kreativitas
yang merupakan elemen dasar setiap individu. Unsur utama industri kreatif adalah
kreativitas, keahlian, dan talenta yang berpotensi meningkatkan kesejahteraan melalui
penawaran kreasi intelektual.

3. Menurut UK DCMS Task Force (1988: 4)

Industri kreatif merupakan industri yang berasal dari kreativitas individu ketrampilan,
danbakat yang secara potensial mencipatakan kekayaan dan lapangan pekerjaan melalui
eksploitasi dan pembangkitan kekayaan intelektual dan daya cipta individu.

4. Menurut UNESCO

Industri kreatif adalah industri yang mengkombinasikan kreativitas, ketrampilan, dan


kecakapan untuk menghasilkan kekayaan dan lapangan kerja. Industri kreatif dibentuk
oleh budaya kreatif, yaitu budaya yang mengombinasikan kreasi(creation), produk
(product), dan komersialisasi (commercilaization).

STIM Shanti Bhuana


Diktat Kreati itas da I o asi | 40

7.4.1 KARAKTERISTIK INDUSTRI KREATIF

Berdasarkan hasil studi pemetaan industri kreatif yang dilakukan Departemen


Perdagangan RI (2007: 38), industri kreatif memiliki karakteristik umum sebagai berikut:

1. Fluktuasi pertumbuhan nilai tambah terjadi hampir pada seluruh subsektor industri
kreatif

2. Fluktuasi pertumbuhan nilai tambah tersebut diikuti oleh fluktuasi pertumbuhan jumlah
perusahaan

3. Fluktuasi pertumbuhan penyerapan tenaga kerja tinggi, tetapi tidak setinggi fluktuasi
pertumbuhan perusahaan.

4. Memiliki tingkat teknologi dan produktivitas modal yang relatif konstan. Artinya
teknologi yang digunakan bukan teknologi tinggi dan bukan industri padat modal.

7.4.2 PERAN INDUSTRI KREATIF

Industri kreatif memiliki peranan penting dalam perekonomian nasional maupun


global karena memberikan kontribusi terhadap berbagai aspek kehidupan baik secara
ekonomi maupun nonekonomi. Secara ekonomi, industri kreatif berperan dalam
menciptakan iklim bisnis, penciptaan lapangan kerja, menumbuhkan inovasi dan kreativitas,
pencipta sumber daya yang terbarukan, dan berkontribusi positif terahadap pendapatan
nasional bruto (Gross National Product – GNP)

Berdasarkan laporan ekonomikreatif (2008: 2), dari Departemen Perdagangan RI,


kontribusi ekonomi kreatif dapat dilihat dari beberapa indikator baik secara ekonomi
maupun nonekonomi sebagai berikut.

1. Berkontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB)

Berdasarkan data diri Departemen Perdagangan RI (2008: 26), Kontribusi Industri kreatif
terhadap PDB di Indonesia tahun 2002-2007 sebesar 6,3%, Inggris 8,2%, Amerika Serikat
11,12% (WIPO), Singapura tahun 2002 sebesar 3% dari GDP.

2. Menciptakan lapangan pekerjaan

3. Mempertinggi ekspor

4. Meningkatkan iklim bisnis

STIM Shanti Bhuana


Diktat Kreati itas da I o asi | 41

5. Pencipta lapangan usaha

6. Dampak terhadap sektor lain, aspek sosial dan pelestarian budaya.

7.4.3 KEUNGGULAN INDUSTRI KREATIF

Menurut Departemen Perdagangan RI, yang dikutip Ubaydillah dalam karyanya


Melirik Peluang Industri Kreatif, (2009: 1), industri kreatif memiliki kelebihan dan telah
terbukti memberikan sumbangan dalam pembangunan, diantaranya sebagai berikut;

1. Kebutuhan terhadap modal uang dan material relatif lebih kecil. Siapa saja individu atau
kelompok bisa memulainya dengan menggunakan modal yang sudah ada.

2. Fleksibel terhadap perubahan sehingga lebih tahan terhadap goncangan eskternal. Ide
kreatif itu bisa diterapkan dan diadaptasikan ke tingkat yang tak ada batasnya meski
masih dalam satu bidang.

3. Kelincahan dalam bermain, terutama dalam distribusi dan pemasaran. Kalau kita
mengirim barang ke Saudi, ini butuh waktu beberapa hari, disamping juga biayanya
mahal. Namun, kalau kita mengirim berkas (file), hitungannya menit dan biayanya lebih
murah.

7.4.4 PELUANG INDUSTRI KREATIF

Industri kreatif sangat responsif terhadap fenomena-fenomena sosial konsumen.


Sebaliknya, konsumen juga sangat responsif terhadap barang-barang dan jasa-jasa baru
yang unik yang diciptakan industri kreatif. Oleh karena itu industri kreatif akan mrespons
balik dari konsumen dengan cara menciptakan produk-produk yang berkarakter baru.
Dengan daya respons dan fleksibilitas maka permintaan konsumen telah mengubah
pendekatan dalam orientasi industri, dari supply driven, yaitu industri yang merespons
konsumen, ke demand driven yaitu pendekatan industri yang berorientasi untuk
merangsang permintaan dan proses produksinya tidak di suatu tempat, tetapi tersebar.
Perkembangan industri jasa lebih cepat daripada perkembangan industri barang, seperti
tampak pada industri jasa transportasi, keuangan dan telekomunikasi.
Berdasarkan data dari united Nation tahun 2003, bahwa 50% dari belanja
masyarakat (consumer spending) dari negara-negara G7-AS, Jerman, Prancis, Jepang, Inggris,
Italia, dan Kanada berasal dari produk industri kreatif.

STIM Shanti Bhuana


Diktat Kreati itas da I o asi | 42

BAB VII
SUMBER DAYA EKONOMI KREATIF

8.1 SUMBER DAYA MANUSIA KREATIF


Richard Florida menggolongkan sumber daya kreatif di Amerika menjadi strata baru
yang disebut strata kreatif, dan menggolongkannya menjadi dua komponen utama yaitu:
1. Inti super kreatif (super creative core)
Strata inti super kreatif terdiri dari ilmuwan dan insinyur, profesor pada universitas,
pujangga dan pengarang cerita, seniman dan seniwati,entertainers, aktor, desainer dan
arsitek, pengarang cerita nonfiksi, editor, tokoh budaya, peneliti, analis, produser film,
dan pekerja kreatif lainnya yang secara insentif berperan dalam proses kreatif.
2. Pekerja kreatif profesional (creative professional)
Orang yang bekerja pada strata ini pada umumnya beekerja pada industri yang memiliki
karakteristik dalam mengintensifkan penggunaan ilmu pengetahuan (knowledge
intensive), seperti industri berbasis teknologi tinggi, berbasis jasa keuangan, berbasis
hukum , praktisi kesehatan, keteknikan, dan manajemen bisnis. Semua individu tersebut
terlibat dalam penyelesaian masalah yang memerlukan kreativitas (creative problem
solving). Mereka biasanya mengkombinasikan metode standar dengan cara yang unik.
Sumber daya manusi kreatif adalah orang-orang yang menciptakan ide-ide baru,
teknologi dan metode baru, serta kandungan baru (new content), (Departemen
Perdagangan, 2008: 20). Dengan kata lain, sumber daya kreatif adalah sumber daya manusia
yang selalu mengasah kepekaan dan kesiapan untuk proaktif dalam menghadapi perubahan-
perubahan yang ditemukan dalam dunia nyata.
Departemen Perdagangan mengatakan bahwa untuk menciptakan sumber daya manusia
kreatif, lembaga pendidikan seharusnya mengarah kepada sistem pendidikan yang
menciptakan hal berikut :
1. Kompetensi yang kompetitif
Untuk menciptakan kompetensi yang kompetitif, lembaga pendidikan harus
memperbanyak pelatihan yang beriorientasi ke lapangan, eksperimen, penelitian dan
pengembangan, serta mengadakan proyek kerja sama multidisipliner yang
beranggotakanberbagai keilmuan, sains, teknologi dan seni.

STIM Shanti Bhuana


Diktat Kreati itas da I o asi | 43

2. Intelegensia multidimensi
Harus menempatkan porsi yang sama dalam dunia pendidikan antara kecerdesan
rasional (Intellegentia Quotient-IQ), kecerdasan emosional (Emotional Quetient-EQ), dan
kecerdasan spiritual (Spiritual Quetient-SQ) untuk menghasilkan sumber daya manusia
yang berinteligensia, rasional tinggi, dan memiliki daya kreativitas yang tinggi.

8.2 POLA PIKIR KREATIF MASA DEPAN (FIVE MINDS OF THE FUTURE)
Fondasi ekonomi kreatif adalah modal insani, yang terdiri dari modal intelektual yang
diwujudkan dalam bentuk pola berpikir kreatif. Pola berpikir kreatif adalah pola pikir yang
lebih mengedanpakn high concept (konsep tinggi) dan high touch (sentuhan tinggi). High
concept adalah kemampuan menciptakan keindahan secara artistik dan menciptakan
emosional dalam rangka mengenali pola-pola dan peluang-peluang, serta menciptakan
sesuatu yang indah dan mampu menghasilkan temuan-temuan yang belum dipikirkan orang
lain. Sedangkan high touch adalah kemampuan berempati, dan memahami esensi intereksi
antarmanusia dan menemukan makna-makna.
Berpikir kreatif adalah kegiatan berimajinasi, abstrak, dan berobsesi. Menurut Daniel
L.Pink (2005), ada beberapa prinsip yang harus dimiliki dalam pola pikir kreatif atau disebut
whole-brain innovation.
1. Not junction but also.... DESIGN
2. Not just argument, but also..... STORY
3. Not just focus, but also.... SYMPHONY
4. Not just logic, but also.... EMPHATY
5. Not just seriousness, but also..... PLAY
6. Not just accumalation, but also..... MEANING
Dengan demikian, seorang kreator adalah seseorang yang selalu memiliki pola pikir
whole brain innovation sebagai berikut:
1. Tidak hanya berpikir tentang bagaimana menciptakan sesuatu dari segi fungsi, tetapi
juga berpikir bagaimana membuat desain yang menarik.
2. Tidak hanya berpikir tentang bagaimana berargumentasi, tetapi juga pikirkan tentang
cerita atau sejarahnya.
3. Tidak hanya berpikir tentang fokus, tetapi juga pikirkan tentang simfoni
4. Tidak hanya berpikir soal logika, tetapi juga berempati
STIM Shanti Bhuana
Diktat Kreati itas da I o asi | 44

5. Tidak hanya berpikir serius, tetapi juga berpikir tentang permainan


6. Tidak hanya berpikir tentang jumlah atau akumulasi, tetapi juga pikirkan tentang makna
atau arti penting dari sesuatu yang diciptakan.
Howar Gardner dalam bukunya The Five Minds of the Future dan dikutip oleh Kelompok
Kerja Design Power Departemen Perdagangan (2008: 2-3), mengemukakan lima pola pikir
yang diperlukan dimasa yang akan datang yaitu sebagai berikut :
1. Pola pikir yang pertama adalah disciplined mind (pikiran terdisiplin) atau suatu perilaku
kognisi yang mencirikan disiplin ilmu, ketrampilan, atau profesi tertentu. Seorang
praktisi yang menekuni dunia bisnis dan manajemen misalnya, setidaknya mesti
menguasai ilmu dan ketrampilan yang solid dalam bidang tersebut. Demikian pula,
semua profesional lainnya – entah arsitek, ahli komputer, perancang grafis – harus
menguasai jenis-jenis pengetahuan dan ketrampilan kunci yang membuat mereka layak
menjadi bagian dari profesi mereka masing-masing. Esensi dari pola pikir yang pertama
ini adalah : untuk benar-benar menjadi manusia yang profesional, kita mestinya
menguasai secara tuntas, komprehensif, mendalam dan terdisiplin satu bidang
pengetahuan/ketrampilan tertentu.
2. Pola pikir yang kedua adalah : synthesizing mind (pikiran mensintesa). Atau juga pola
untuk mencerap informasi dari beragam sumber, memahami, mensintesakannya, dan
lalu meraciknya menjadi satu pengetahuan baru yang powerful. Kecakapan dalam
melakukan sintesa ini tampaknya menjadi kian penting terutama ketika banjir informasi
kian deras mengalir melalui beragam media : televisi, media cetak, dan dunia online.
Dan sialnya, bongkahan informasi yang deras mengalir itu acap dipenuhi dengan
informasi sampah (junk information). Tanpa kecapakan memilah dan mensintesakan
beragam informasi itu, percayalah, kita bisa tergelincir dan tenggelam dalam lautan
informasi. Information overload, demikian Alvin Toffler pernah menyebutnya beberapa
tahun silam (lewat bukunya yang legendaris itu, The Third Wave).
3. Pola pikir yang ketiga adalah creating mind (pikiran mencipta). Pikiran ini menggedor
kita untuk senantiasa merekahkan ide-ide baru, membentangkan pertanyaan-
pertanyaan tak terduga, menghamparkan cara-cara berpikir baru, dan sekaligus
memunculkan unexpected answers. Pola pikir inilah yang akan membawa kita masuk
dalam wilayah-wilayah baru yang menjanjikan harapan dan peluang untuk direngkuh
dan dimanfaatkan. Pola pikir inilah yang akan membuat kita mampu berpikir secara
STIM Shanti Bhuana
Diktat Kreati itas da I o asi | 45

lateral (out of the box) dan bukan sekedar berpikir linear mengikuti jalur konvensional
yang acap hanya akan membuat kita stagnan. Dan pola pikir inilah yang akan menemani
kita untuk bergerak maju, progresif, demi terciptanya sejarah hidup yang positif dan
bermakna (meaningful life).
4. Pola pikir berikutnya adalah respectful mind (pikiran merespek). Atau sebuah pola pikir
untuk menyambut perbedaan pandangan dengan sukacita, dan bukan dengan sikap
saling curiga. Sebuah pola pikir yang akan membuat kita terhindar dari anarki akibat
pemaksaan kepentingan. Sebuah pola pikir yang senantiasa mengajak kita untuk
merayakan keragaman pandangan dan sekaligus menghadirkan empati nan teduh bagi
pendapat/pikiran orang lain – meski pendapat itu mungkin berbeda dengan yang kita
hadirkan.
5. Pola pikir yang terakhir atau kelima yang juga amat dibutuhkan adalah ethical
mind (pikiran etis). Inilah pola pikir yang terus membujuk kita untuk berikhtiar
membangun kemuliaan dan keluhuran dalam kehidupan personal dan profesional kita.
Sebab pada akhirnya, bagaimana mungkin kita aka e jadi u at ter aik di uka
u i jika keluhura ilai-nilai etika kita penuh dengan debu, robek dan usang?

STIM Shanti Bhuana


Diktat Kreati itas da I o asi | 46

BAB IX
MENGELOLA IDE DAN GAGASAN

Ide akan muncul apabila kita memikirkan, merenung, berimajinasi dan


mengkhayalkan (dream) sesuatu yang akan kita lakukan., baik tentang cara-cara baru
maupun karakter baru dari sesuatu yang akan kita kembangkan. Ide dapa dikembangkan
dengan cara melakukan evaluasi dan pengamatan secara terus menerus terhadap sesuatu
yang telah ada atau yang belum tercipta.
Gagasan adalah kecenderungan untuk menggunakan ide-ide dalam bentuk tindakan
untuk menciptakan sesuatu, baik dalam bentuk modifikasi terhadap sesuatu (barang dan
jasa) maupun modifikasi terhadap cara atau metode itu sendiri. Gagasan akan muncul
bergantung pada pla pikir (mindset) seseorang. Pola pikir itu sendiri ditentukan oleh
persepsi terhadap sesuatu berdasarkan pengetahuan, pengalaman, perasaan, penglihatan
dan pemahamannya. Semakin banyak ide dan gagasan yang muncul, maka akan semakin
kreatif.
Menurut Dale Timpe (1992: 91), ada beberapa teknik pengembangan potensi kreatif,
yaitu sebagai berikut:
1. Tulislah gagasan-gagasan yang muncul, kemudian segera evaluasi dan analisis gagasan-
gagasan tersebut sebelum gagasan-gagasan tersebut hilang.
2. Catatlah hasil pengamatan Anda, baik dalam proses, operasi/produksi, prosedur kerja
maupun rintangan-rintangannya.
3. Ajukan pertanyaan-pertanyaan untuk merangsang aliran gagasan
4. Tetapkanlah sasaran dan batas waktu. Saran yang realistis, dapat diukur dan tepat waktu
merupakan pendorong untuk menghasilkan gagasan-gagasan.

9.1 CARA MENGEMBANGKAN GAGASAN


Yosep G. Maso dala artikel ya Cara Me ge a gka Gagasa ya g disu ti g oleh
A.Dale Timpe (1992: 14) mengemukakan bahwa terdapat empat sifat utama yang
memebuat seseorang kreatif, yaitu sebagai berikut:
1. Kepekaan terhadap masalah

STIM Shanti Bhuana


Diktat Kreati itas da I o asi | 47

Kepekaan terhadap masalah adalah kemampuan untuk mengenali masalah, yaitu


berpandangan bahwa yang dikerjakannya dapat diperbaiki menjadi lebih baik.
2. Aliran Gagasan
Aliran gagasan sangat bergantung pada aliran mental seseorang. Semakin banyak
gagasan yang dimiliki seseorang akan semakin banyak seseorang itu menemukan
pemecahan terhadap suatu masalah dan makin banyak peluang untuk memnemukan
sesuatu yang baru dan berbeda.
Cara menegmbangkan gagasan adalah dengan mengamati sekeliling kita kemudian
dicatat karena gagasan bisa muncul dimana saja.
3. Keaslian
Keaslian yang dimaksud adalah menemukan sesuatu yang baru dan berbeda untuk
melahirkan keragaman. Cara untuk menemukan sesuatu yang baru dan berbeda dapat
dilakukan dengan mengubah karakter terhadap cara-cara atau produk-produk yang
sudah ada, atau cara-cara baru untuk menerapkan gagasan-gagasan yang ada ke dalam
keadaan baru, atau modifikasi baru dari keadaan yang ada. Keaslian diperlukan untuk
memenuhi keadaan yang ada dan cocok dengan situasi yang baru.
4. Fleksibilitas
Banyak pendekatan untuk memecahkan berbagai masalah. Kualitas fleksibilitas sangat
bergantung pada kesediaan untuk mempertimbangkan bermacam-macam pendekatan
terhadap suatu masalah. Langkah metode pemecahan masalah yang dapat digunakan y
Itu sebagai berikut:
a. Tentukan masalah
b. Dapatkan fakta-fakta
c. Carilah gagasan
d. Gunakan inkubasi
e. Evaluasilah gagasan Anda.
9.2 MENGELOLA IDE MENJADI PELUANG
Menurut Zimmerer (1996), kemampuan untuk memperoleh peluang sangat bergantung
pada beberapa masalah berikut :
1. Kemampuan menganalisis dan mengevaluasi terhadap karakter dan sifat-sifat yang
sudah ada. Artinya, kita dapat mengubah karakter suatu kegiatan atau barang atau jasa-
jasa yang sudah ada.
STIM Shanti Bhuana
Diktat Kreati itas da I o asi | 48

2. Kemampuan menganalisis sifat-sifat dan perilaku pengguna atau pasar atau disebut
kemampuan analisis pasar. Analisis pasar berhubungan dengan analisis fokus pasar.
Fokus pasar bisa diungkap melaui riset untuk mengetahui persepsi, emosi, dan budaya
konsumen.
3. Kemampuan untuk menganalisis keunggulan-keunggulan yang dapat dijadikan daya
saing dan peluang. Perlu diingat bahwa keunggulan lahir dari kebaruan, kebaruan
muncul dari keunikan, keunikan muncul dari perbedaan, perbedaan muncul dari
kreativitas. Ra

9.3 LANGKAH-LANGKAH MENCIPTAKAN PELUANG


Ide merupakan potensi yang dapat ditransformasikan menjadi peluang. Bagaimana
caranya? Agar ide-ide menjadi peluang, cara yang sangat sederahana adalah dengan
melakukan evaluasi dan pengamatan secara terus-menerus terhadap apa yang ada,
terhadap apa yang kita ketahui, yang kita alami, kita pikirkan, kita lihat, kita dengar, kita
rasakan, dan kita perhatikan. Ide-ide itu perlu disaring secara terus menerus. Proses
penyaringan ide disebut proses screening, yaitu suatu cara terbaik untuk menuangkan ide-
ide potensial menjadi peluang.
Langkah proses penjaringan (screening) yaitu sebagai berikut : (Zimmerer, 1996)
1. Amatilah peluang
2. Analisislah produk dan proses
3. Taksirlah resiko yang mungkin terjadi.

9.4 MENGAMATI PINTU PELUANG


Pengamatan terhadap pintu peluang dapat dilakukan dengan cara mengamati potensi
yang dimiliki, diantaranya:
1. Mengamati sesuatu produk atau proses untuk dikembangkan lebih lanjut
2. Mengamati sesuatu untuk dilakukan perbaikan sehingga nilai tambah meningkat
3. Mengamati sesuatu untuk dilakukan transformasi sehingga muncul keunggulan
4. Mengamati sesuatu untuk direkayasa dan dieksploitasi nilai tambahnya
5. Mengamati sesuatu untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan yang dimiliki, kemudian
atasi kelemahan dan kembangkan kekuatan
6. Mengamati sumber daya yang dimiliki
STIM Shanti Bhuana
Diktat Kreati itas da I o asi | 49

7. Mengamati kembali pengalaman yang lalu


8. Mengamati faktor-faktor pendukung seperti dukungan keuangan dan dukungan sumber
daya.

Analisis produk dan proses sangat penting untuk memastikan dan menjamin apakah
jumlah dan kualitas yang dihasilkan sudah memadai atau tidak, apakah proses sudah efisien
atau )tidak. Ingat bahwa yang dimaksudkan analisis produk dan proses tidak tertuju pada
bagaimana memproduksi dan memproses barang serta jasa tersebut, tetapi memproses dan
memproduksi jasa-jasa kreatif seperti paten, merek dagang, desain dan royalti.
Manaksir Risiko yang mungkin terjadi. Risiko bisa terjadi pada level rendah, tinggi
dan moderat. Kemungkinan risiko hanya kita salah satu dari ketiga-tiganya, untuk
meminimalkan risiko yang timbul dalam memperkenalkan produk dan jasa-jasa baru kita
harus mempertimbangkan beberapa hal berikut :
1. Kesederhanaan (simplicity), yaitu bahwa apa yang diproses itu harus mudah digunakan
(user friendly), misalnya barang yang mudah ditempatkan dimana saja, dibawa kemana
saja, banyak fungsi dan fasilitas yang dapat digunakan (multifunction), mudah
dioperasikan, mudah dalam perawatan, dan mudah ditempatkan.
2. Integritas (integrity) yaitu apa yang didesain itu harus baik sejak awal desain itu dibuat.
Apabila barang atau jasa itu pernah gagal dan cacat sejak di desain pada awal
pembuatan dan diketahui oleh konsumen, maka risiko yang harus dipikul akan semakin
tinggi karena akan memperburuk citra barang atau jasa tersebut.
3. Fokus pada orang (human focus) yaitu memperhatikan peranan komplementer pemakai
akhir dan untuk mendesain integritas yang memperhatikan pemaikainya secara
ekonomis.
4. Beradaya juang (synergy), yaitu bahwa desain produk yang baik memerlukan kombinasi
anatara pengalaman, pengetahuan, dan kecakapan dari suatu tim yang profesional.
5. Kreativitas (creativity) yaitu bahwa keberhasilan sangat bergantung pada keahlian kreatif
berbagai orang dan harus didorong menjadi lingkungan yang kreatif.
6. Risiko (risk) yaitu bahwa desain produk yang baik ditunjukkan oleh produk-produk yang
terus terjamin keberadaannya sampai batas akhir.

STIM Shanti Bhuana


Diktat Kreati itas da I o asi | 50

9.5 CARA MENCIPTAKAN PELUANG


Dalam setiap kehidupan ini, penuh dengan berbagai peluang dan kesempatan untuk
maju, tumbuh dan berkembang, asalkan kita memiliki kemauan dan kemampuan untuk
terus belajar, berusaha dan bertindak. Banyak sekali rahasia kehidupan yang harus
dipecahkan, dan hal-hal yang baru yang dapat ditemukan oleh umat manusia untuk
memenuhi impian dan membangun kenyamanan hidup.
Untuk mengungkap dan mengubah hidupnya, manusia telah diberi kelengkapan dan
kesempurnaan berupa akal dan pikiran agar digunakan dalam berusaha, belajar, berpikir
dan bertindak, dengan akal pikiran, tindakan dan usaha itulah, maka nasib manusia dapat
berubah.

Manusia Nilai tambah Peluang


Tuhan YME
berusaha barang dan jasa
Menciptakan Hidup, tumbuh,
Menemukan dan Kebarua,
kegunaan dan berkembang
Langit dan bumi mengembangkan
bserta isisnya ciptaanNYa kemudahan

(Suryana, 2012)

Zimmerer (1996) mengatakan bahwa ada beberapa kebiasaan entrepeneur yang


dapat dilakukan yaitu sebagai berikut. Ciptakan, berinovasi, dan ktiflah dalam berbagai
kegiatan (create, innovate, and activate). Untuk menciptakan peluang, kita harus memiliki
kebiasaan-kebiasaan untuk menciptakan, menemukan, dan menggiatkan/menggerakkan.
Harus selalu lebih banyak mimpi-mimpi atau mengkhayal dengan ide baru dan bertanya
apa u gki da e gapa tidak .
1. Selalu mencari peluang baru (alaways be on th elook out for new opportunities). Harus
selalu mencari peluang-peluang baru, dengan cara menciptakan cara-cara dan karakter-
karakter baru untuk menciptakan peluang.
2. Berpikir sederhana (keep it simple). Berpikir sederhana dan tidak jelimet (rumit).
Cobalah, tetapkan dan kerjakan (try it, fix it, do it). Cobalah,canangkanlah, dan
lakukanlah. Mulailah sejak sekarang. Apabila anda memiliki ide saat ini lakukan dan
kerjakan sekarang juga.

STIM Shanti Bhuana


Diktat Kreati itas da I o asi | 51

3. Kerjarlah yang terbaik (shoot for the top). Kejarlah yang terbaik, terunggul, terdepan,
dan tercepat untuk mencapai sasaran. Bermimpi besarlah karena hanya dengan
bermimpi besar inovasi dan visi bisa tercapai meskipun belum tentu benar.
4. Jangan malu-malu untuk memulai dari hal yang kecil (do t’t e asha ed to start s all).
Banyak pengusaha besar justru dimulai dari usaha-usaha yang sangat kecil.
5. Jangan takut gagal, belajarlah dari kegagalan (do ’t e asha ed to start s all).
Kegagalan adalah tantangan. Tantangan adalah sumber peluang. Tidak ada tantangan
tidak ada usaha. Tidak ada usaha tidak akan menemukan tantangan dan peluang.
6. Jangan mudah menyerah (never give up). Jangan mudah menyerah dan berhenti karena
peluang bagi orang kreatif tidak muncul dari mental orang yang mudah menyerah.
7. Kejarlah apa yang ingin dicapai sampai berhasil (go for it). Berusahalah terus untuk
mengejar apa-apa yang belum tercapai dan diinginkan.

STIM Shanti Bhuana


Diktat Kreati itas da I o asi | 52

BAB X
CETAK BIRU INDUSTRI KREATIF DI INDONESIA

Seperti tertuang pada cetak biru pengembangan ekonomi kreatif Departemen


Perdagangan pada 2004-2009 bahwa pengembangan ekonomi kreatif tahap pertama di
Indonesia (periode 2004-2009), sebenarnya diharapkan menghasilkan kreativitas modal
sosial (social capital creation), yang meliputi empat unsur sebagai berikut:
1. Pembentukan komunitas kreatif (creative community formation)
2. Kesadaran berkreasi (awareness creation)
3. Perluasan jejaring (networking expansion)
4. Kolaborasi orang kreatif (creative people collaboration
Setelah krativitas modal sosial terbentuk, langkah berikutnya adalah membentuk
cetak biru (blue print) industri kreatif Indonesia (Departemen Perdagangan, 2007) yang
dibagi menjadi dua tahap utama yaitu sebagai berikut:
1. Tahap Penguatan (Periode 2007-2015)
Pada tahap ini kontribusi industri kreatif ditargetkan mencapai 6-8 persen terhadap PDB
riil nasional, kontribusi ekspor IK diharapkan mencapai 6-8 persen dari ekspor nasional,
dan menyerap tenaga kerja minimal 6,5%. Selanjutnya akan meningkatkan jumlah
perusahaan 1,5-2 kali lipat dari 2006
2. Tahap Akselerasi (Periode 2015-2025)
Pada tahap ini, ekonomi kreatif ditargetkan memberikan kontribusi sebesar 9-11 persen
terhadap PDB riil nasional dan menyerap tenaga kerja mencapai 9-11 persen terhadap
tenaga kerja nasional serta pada 2015 akan meningkatkan jumlah usaha yang bergerak
dalam sektor industri kreatif 3 kali lipar dari 2006, yaitu sekitar 6,8 juta perusahaan serta
ditargetkan akan menciptakan 504 merek lokal baru (new local brand). Pembangunan
industri kreatif ini akan mendapatkan hasil yang optimal jika terjadi kolaborasi antar tiga
aktor utama, yaitu cendekiawan (intellectuals), kalangan bisnis (businessmen), dan
pemerintah (government , atau ya g dise ut de ga triple heli .

STIM Shanti Bhuana


Diktat Kreati itas da I o asi | 53

10.1 KEKUATAN, KELEMAHAN, PELUANG, TANTANGAN, DAN KESULITAN


PENGEMBANGAN INDUSTRI KREATIF

1. Kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan


a. Kekuatan (Strenght)
1) Potensi penduduk dan jumlah peduduk
2) Kaya budaya dan warisan budaya
3) Sumber daya alam yang berlimpah dan menarik
4) Industri kreatif tersebar di berbagai wilayah tanah air
5) Bahan baku industri kreatif kebanyakan bukan impor, tetapi berasal dari lokal.
b. Kelemahan (Weakness)
1) Lemah dalam desain produk, baik dalam jumlah maupun kualitas desain
pekerjaan. Kelemahan tersebut disebabkan karena keterbatasan pengetahuan
dan wawasan mengenai pasar yang menyebabkan lemahnya desain yang kurang
bermutu dan minimnya sentuhan kontemporer. Pendidikan, bimbingan,
pembinaan, konsultasi, dan pelatihan yang berkelanjutan merupakan suatu
kebutuhan bagi mereka.
2) Lemah dalam pengomersialisasikan produk. Lemahnya dalam
mengomersialisasikan produk tercermin dari minimnya jaraingan pasar,
minimnya loyalitas konsumen terhadap produk, dan pada akhirnya nilai tambah
yang dinikmati para pengusaha menjadi kecil.
3) Kurang memahami manajemen produksi dan bisnis. Yang berdampak pada
ketidakberhasilan untuk meningkatkan peringkat usaha.
4) Etos kerja dan produktivitas masih kurang. Beekerja yang kurang rapi, asal-
asalan, asal selesai, asal memenuhi pesanan, asal terjual, mengakibatkan produk
kurang berkualitas, biaya tinggi, dan bermasalah dalam pesanan.
5) Menganggap bawa industri kerajinan bukan tempat berkarier yang menjanjikan.
Pekerjaan ini dianggap sebagai sambilan yang dikerjakan apabila tidak ada
pekerjaan lain.
6) Belum adanya gerakan pengembangan industri kreatif yang menyentuh tingkat
bawah dan baru tahap wacana.

STIM Shanti Bhuana


Diktat Kreati itas da I o asi | 54

c. Peluang (opportunities)
1) Pangsa pasar hasil industri kreatif, baik lokal, nasional maupun global cenderung
meningkat
2) Ada kecenderungan semakin diminatinya hasil industri kreatif
3) Ekspektasi konsumen terhadap produk industri kreatif semakin tinggi.
d. Tantangan (challenge) industri
1) Globalisasi dan perdagangan bebas yang menuntut daya saing tinggi
2) Semakin tingginya persaingan produk luar dan jumlah pesaing
3) Kualitas produk pesaing yang relatif lebih tinggi karena sudah menggunakan
perangkat teknologi
4) Kemajuan teknologi yang semakin cepat
5) Kurang dimintainya produk dalam negeri oleh sebagian besar masyarakat.
2. Kesulitan Pengembangan ekonomi kreatif
Menurut UNDP-UNCTAD (2008: 40). Ada beberapa kesulitan untuk ekspansi yang
disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:
a. Kekurangan modal (lack of capital), terutama modal finansial untuk pengadaan dan
pembiayaan operasional ekonomi kreatif. Namun harus dipahami bahwa modal yang
utama bagi industri kreatif adalah modal intelektual untuk meningkatkan nilai
tambah.
b. Kekurangan ketrampilan berwirausaha (lack of entrepreneurial skills). Ketrampilan
berwirausaha meliputi ketrampilan berkreasi, berinovasi, ketrampilan melakukan
riset, dan pengembangan, ketrampilan manajerial serta ketrampilan berbisnis.
c. Kekurangan infrastruktur dan kelembagaan (lack of infrastructure and institusions).
Infrastruktur ekonomi kreatif berupa regulasi, kemudahan, advokasi, dan sarana
lainnya yang diciptakan oleh pemerintah seperti kelembagaan, pembinaan dan
perlindungan.

10.2 STRATEGI PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF DI PEDESAAN DAN PERKOTAAN


1. Permasalah dan cara pemecahannya
Permasalahan ekonomi dan sosial, seperti kemiskinan, pengangguran dan urbanisasi
serta kesenjangan di perkotaan dan di pedesaan yang semakin meningkat sebenarnya

STIM Shanti Bhuana


Diktat Kreati itas da I o asi | 55

dapat diatasi dengan pengembangan ekonomi kreatif sektor tradisional di pedesaan dan
pengembangan ekonomi kreatif sektor informal di perkotaan.
2. Strategi pengembangan
Pengembangan ekonomi kreatif sektor tradisional di pedesaan dapat dilakukan dengan
cara menciptakan industri-industri pengolahan hasil pertanian, hasil perkebunan, hasil
perikanan, hasil kelautan, hasil peternakan, dan hasil pertambangan atau galian.
Masyarakat di pedesaan perlu didorong untuk menciptakan nilai tambah dari setiap
produk yang dihasilkannya dan pemerintah menciptakan infrastruktur dan sarana
produksi untuk mengolah hasil-hasil produksi di pedesaan. Masyarakat di pedesaan
perlu pelatihan dan prasarana untuk pengembangan bahan baku lokal yang sesuai
dengan potensi daerahnya masing-masing. Jika pada setiap daerah disediakan sarana
produksi lokal dan pelatihan untuk peningkatan nilai tambah yang sesuai dengan potensi
lokalnya, maka motivasi masyrakat untuk mengembangkan potensi ekonomi kreatif
akan semakin tinggi.
Pengembangan ekonomi kreatif di perkotaan di mana terdapat sektor-sektor informal
dapat dilakukan melalui penguatan dan pengembangan modal intelektual industri kecil
dan menengah informal yang dilakukan melalui pembinaan yang mengarah pada kreasi
baru dan nilai tambah baru untuk menghasilkan kekayaan intelektual, seperti paten,
merek dagang, royalti, desain yang bahan dasarnya dari pedesaan.
Pengembangan ekonomi kreatif di pedesaan perlu diarahkan pada advokasi pengolahan
hasil pertanian, perkebunan dan peternakan yang dihasilkan dari sektor tradisional
untuk menghasilkan nilai tambah baru. Sementara itu, pengembangan ekonomi kreatif
di perkotaan diarahkan pada pembinaan dan penguatan sektor informal, seperti industri
kerajinan, makanan, minuman, perdagangan, dan jasa-jasa lainnya melalui rekayasa
karakter produk untuk menghasilkan paten, desain, merek dagang dan royalti.

STIM Shanti Bhuana


Diktat Kreati itas da I o asi | 56

BAB XI
INOVASI DAN KREATIVITAS DALAM BERWIRAUSAHA

Inovasi dan kreativitas adalah hal yang perlu dimiliki dan dikembangkan dalam diri
wirausaha demi perkembangan dan kesuksesan sebuah usaha. Keduanya sering kali
dipandang hampir serupa. Inovasi dan kreativitas adalah inti dari kewirausahaan. Pada
dasarnya sebuah inovasi dalam berusaha adalah kemampuan untuk menerapkan solusi
kreatif terhadap masalah dan peluang untuk meningkatkan atau untuk memperbaiki kinerja
usaha. Sedangkan kreativitas dapat dipandang sebagai kemampuan untuk mengembangkan
ide-ide baru dan untuk menemukan cara-cara baru dalam melihat masalah dan peluang.
Kemampuan yang dihasilkan oleh kreativitas merupakan kemampuan dalam
membuat sesuatu menjadi baru dalam keberadaannya dan merupakan pembentukan ide-
ide baru yang original dan tidak biasa atau unik. Pola pikir dari orang kreatif adalah berpikir
out of the box, serta memiliki pikiran yang terbuka dan bebas untuk mendekati sesuatu
dengan cara baru. Sedangkan, inovasi adalah mengimplementasikan kreativitas terhadap
sesuatu menjadi satu kombinasi baru yang dapat menghasilkan. Definisi baru disini tidak
selalu berarti original, melainkan kebaruan atau diperbaharui, yang berarti juga
adalah improvement, karena inovasi tidak harus selalu barang atau jasa baru, melainkan
perbaikan atau pengembangan dari barang atau jasa yang telah ada.
Pengembangan usaha membutuhkan kemampuan inovasi dan kreativitas
untuk menghadapi tantangan dalam usaha, khususnya untuk menemukan produk dan
layanan yang unggul. Banyak produk dan layanan yang dihasilkan oleh pebisnis sukses
merupakan hasil inovasi dan kreativitas yang dikembangkan dalam usaha. Oleh karena itu,
untuk menjadi wirausaha yang unggul diperlukan kemampuan melakukan inovasi dan
kreativitas.
Creati ity is thinking up ne things. Inno ation is doing ne things. – Theodore Levitt.

11.1 TUNTUTAN KREATIVITAS DALAM BERWIRAUSAHA


 Agar memiliki keunggulan dibanding dengan pesaing dan mempertahankan
eksistensi usaha, maka harus terus berupaya mencari sesuatu yang baru dan

STIM Shanti Bhuana


Diktat Kreati itas da I o asi | 57

mengembangkan apa yang sudah ada agar menjadi lebih baik. Oleh karena itu,
kreativitas sangat diperlukan oleh setiap wirausaha.
 Seorang wirausahawan harus memastikan bahwa kreativitas yang telah usang, harus
ada solusi yang lebih kreatif lagi.
 Para peneliti telah mengatakan bahwa kreatifitas menyangkut keputusan-keputusan
tentang apa yang anda inginkan, dan bagaimana anda melakukannya dengan lebih
baik.
 Jadi, urutan tersebut melibatkan sebuah proses, bukan hanya melihat hasil akhir
yang diharapkan. Sehingga kita tidak perlu merasa sangat terbebani untuk menjadi
kreatif.

11.2 ARTI PENTING INOVASI DALAM KEWIRAUSAHAAN


Untuk membangun perusahaan inovatif, Kotler menekankan pentingnya sejumlah
faktor sebagai berikut:
 adanya budaya penemuan, setiap organisasi bisnis harus disesaki orang-orang yang
punya semangat inovasi.
 mengembangkan inovasi sebaiknya berdasarkan riset, sebab, perusahaan dikatakan
inovatif kalau secara sengaja membangun dan melakukan proses untuk
menghasilkan temuan baru.
 Seorang wirausaha harus segera menterjemahkan mimpi-mimpinya menjadi inovasi
untuk mengembangkan bisnisnya.
 Inovasi adalah kreativitas yang diterjemahkan menjadi sesuatu yang dapat
diimplementasikan dan memberikan nilai tambah atas sumber daya yang kita miliki.

11.3 MELINDUNGI GAGASAN DARI HASIL KREATIVITAS DAN INOVASI


Hak Kekayaan Intelektual (HAKI), yaitu hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada
seseorang atau sekelompok orang untuk memegang monopoli dalam menggunakan dan
mendapatkan manfaat ekonomi dari kekayaan intelektual. Lingkup dari HAKI yaitu:
 Hak Cipta adalah hak istimewa guna melindungi pencipta dan keorisinilan ciptaannya.
 Hak Kekayaan Industri, terdiri dari paten, desain industri, desain tata letak sirkuit
terpadu, merek dan rahasia dagang.

STIM Shanti Bhuana


Diktat Kreati itas da I o asi | 58

Terdapat beberapa langkah untuk mendapatkan hak paten, yaitu:


1. Langkah 1: Tetapkan bahwa yang ditemukan benar-benar baru
2. Langkah 2: Dokumentasikan produk yang ditemukan tersebut
3. Langkah 3: Telusuri paten-paten yang telah ada
4. Langkah 4: Pelajari hasil telusuran

11.4 CONTOH PENGUSAHA MUDA KREATIF DI INDONESIA


Sumber : http://life.idntimes.com

1. Nadiem Makarim, bisnis Go-Jek yang sedang naik daun.

2. Harry Akbar, bisnis batik yang mengharumkan Indonesia.

STIM Shanti Bhuana


Diktat Kreati itas da I o asi | 59

Pemuda 21 tahun asal Jambi ini memiliki bisnis kain khas Indonesia yakni batik. Omset bisnis
batiknya berada di angka 100 juta rupiah dalam satu bulan. Harry memproduksi batik cap
dan batik tulis yang dikirim ke daerah Sumatera, Jawa bahkan Kalimantan. Tidak hanya
demikian, batiknya juga diekspor hingga ke Malaysia, Singapura, Bangladesh dan Paris. Anak
muda yang satu ini tentunya berhasil dalam menyebarkan ciri khas Indonesia ini.
3. Victor Giovan, memanfaatkan kekayaan alam Indonesia.

Victor Giovan dengan usia 19 tahun ini mampu memiliki penghasilan puluhan juta rupiah
dalam sebulan. Ia mengembangkan bisnis teh sebuah bisnis yang diberi nama teh kempot,
yaitu perpaduan susu, cincau, buah dan sinom. Teh ini juga dikenal dengan sebutan teh
yogurt.
4. Rizka Wahyu, bisnis jajanan Indonesia.

Sebelum membuka usaha jajanan lapis, Rizka sempat memulai bisnis bakso yang ternyata
gagal. Akhirnya, dia memilih berbisnis jajanan Indonesia. Rizka memilih kue lapis Bogor
dengan brand Sangkuriang.

STIM Shanti Bhuana


Diktat Kreati itas da I o asi | 60

5. Gibran Rakabuking, bisnis katering dari Solo.

Gibran Rakabuking membuktikan bahwa sukses juga perlu perjuangan. Meski tanpa bantuan
dari Jokowi, Gibran berhasil berkarir dan membuka bisnis katering. Dia juga tidak mau
melayani katering makanan untuk pemerintahan agar tidak terkesan mengandalkan nama
orangtuanya.
6. Reza Nulhilman, menggunakan singkong sebagai bahan utama bisnisnya.

Sumber Gambar: ciputraentrepreneurship.com

Siapa yang nggak pernah kenal dengan makanan singkong ini? Makanan yang mudah
ditemui ini diubah dengan cara kreatif oleh Reza Nulhilman. Reza memperkenalkan keripik
singkong ini dengan menjadikannya keripik setan Maichi.

7. Yasa Paramita Singgih, bisnis fashion pria.

STIM Shanti Bhuana


Diktat Kreati itas da I o asi | 61

Di usia yang masih 19 tahun, ia berhasil mengembangkan bisnis fashion pria. Bisnisnya ini
bisa kamu temukan di toko online dengan nama Men's Republic. Yasa punya prinsip "never
too young to become billionare".
8. Andi Nata, bisnis ternak sapi.

Siapa bilang anak muda nggak bisa jadi juragan sapi? Seorang pengusaha muda bernama
Andi Nata ini berhasil mengembangkan bisnis ini hingga puluhan juta per-bulan. Andi Nata
juga sering gagal saat awal karirnya, seperti banyak ternaknya yang ia miliki mati. Namun ia
tidak menyerah dan kini ia sukses menjadi juragan muda ternak sapi.

STIM Shanti Bhuana


Diktat Kreati itas da I o asi | 62

DAFTAR PUSTAKA

Dhewanto, Wawan.2014. Manajemen Inovasi. Yogyakarta: Andi


Zuhal.2013. Gelombang Ekonomi Inovasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Suryana.2012. Ekonomi Kreatif. Jakarta : Salemba Empat
Prather, Charles .2010. Ma ager’s Guide to Foseteri g I novation and Creativity in Teams.
New York: McGraw Hill

STIM Shanti Bhuana

Anda mungkin juga menyukai