Anda di halaman 1dari 13

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN

KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN


AKIBAT PATOLOGIS SISTEM MUSKULOSKELETAL; OSTEOMEILITIS

A. Deskripsi

Osteomielitis adalah infeksi tulang. Osteomelitis dapat terjadi akibat


perluasan infeksi pada jaringan lunak, kontaminasi langsung pada tulang (mis.,
pembedahan tulang, luka tembakan senjata) atau hematogenesus (ditularkan
melalui darah), yang menyebar dari area infeksi yang lain. Staphylococcus
aureus menyebabkan lebih dari 50% infeksi tulang. Organisme patogenik lain
yang sering kali ditemukan adalah orgasme Gram negative yang mencakup
spesies pseudomonas. Pasien yang beresiko adalah pasien dengan gizi buruk,
lansia, dan pasien yang obes; mereka yang mengalami gangguan sistem imun
dan penyakit kronis (mis.,diabetes); dan mereka yang mendapat terapi
kortikosteroid jangka panjang atau agens imunosupresif (Margareth, 2012).
Osteomilitis adalah infeksi pada tulang dan sumsum tulang yang dapat
disebabkan oleh bakteri,virus,atau proses spesifik (Rendi, 2014).
B. Etiologi

Osteomielitis disebabkan karena adanya infeksi yang disebabkan oleh


penyebaran hematogen (melalui darah) biasanya terjadi ditempat dimana
terdapat trauma atau dimana terdapat resistensi rendah,kemungkinan akibat
trauma subklinis (tak jelas). Selain itu dapat juga berhubungan dengan
penyebaran infeksi jaringan lunak,atau kontaminasi langsung tulang. Infeksi
ini dapat timbul akut atau kronik.
Adapun faktor penyebab adalah:
1. Bakteri
2. Menurut Joyce & Hawks (2005) penyebab osteomeylitis adalah staphy
lococcus aureus (70% - 80%), selain itu juga bisa disebabkan oleh
escherichia coli, pseudomonas, klebsiela, salmonella dan proteus.
3. Virus,jamur,dan mikroorganisme lain Osteomielitis akut/kronik:
1. Bentuk akut dicirikan dengan adanya awitan demam sistemik maupun
maifestasi lokal yang berjalan dengan cepat
2. Osteomielitis kronik adalah akibat dari osteomielitis alut yang tidak
ditangani dengan baik.dan akan mempengaruhi kualitas hidup atau
mengakibatkan kehilangan ekstremitas.
C. Manifestasi Klinik

Menurut Smeltzer (2010), tanda dan gejala osteomyelitis yaitu:


1) Ketika infeksi ditularkan melalui darah, awitan infeksi bersifat mendadak
terjadi disertai dengan manifestasi klinis berupa sepsis (mis., menggigil,
demam tinggi, nadi cepat dan kelemahan umum).
2) Ekstremitas menjadi nyeri, bengkak hangat, dan kenyal
3) Pasien mungkin mendeskripsikan yang kosntan yang semakin berat dengan
pergerakan (karena terjadi tekanan pada nanah yang terkumpul)
4) Apabila osteomielitis disebabkan oleh infeksi yang berada di dekatnya atau
karena kontaminasi langsung, tidak ada gejala sepsis; area menjadi bengkak,
hangat, nyeri dan kenyal saat disentuh.
5) Osteomielitis kronis dimanifestasikan dengan ulkus yang tidak sembuh yang
terdapat di atas tulang yang terinfeksi, terdapat sinus penghubung yang
akan sesekali akan mengalirkan nanah secara spontan.

D. Klasifikasi Osteomielitis

Klasifikasi osteomielitis berdasarkan proses penyakitnya dibedakan menjadi 2,


yaitu :
a) Ostemielitis Akut Onset osteomielitis dapat mendadak dengan gejala
infeksi lokal dan sistemik dan berlangsung dalam waktu kurang dari satu
bulan. Infeksi lokal menunjukan gejala pada area terinfeksi berupa
bengkak, lembut dan hangat saat disentuh, nyeri hebat saat digerakan,
serta kemerahan. Manifestasi secara sistemik berupa demam, menggigil,
lemah yang merupakan indikasi septikimia, mual, dan berkeringat

b) Osteomielitis Kronis
Osteomielitis akut yang lebih dari satu bulan sampai beberapa tahun
dikategorikan osteomielitis kronis. Osteomielitis kronik didiagnosis jika
infeksi sebelumnya berulang baik yang telah diberikan terapi maupun
tidak dan terdapat nekrosis tulang yang berkaitan. Manifestasi klinis sama
dengan osteomielitis akut tetapi intervalnya lebih sering disertai drainase
sinus pada area luka
Berdasarkan struktur anatomi, osteomelitis dibedakan menjadi:
a) Osteomielitis Medullar (Tipe I)  Lesi primer terjadi pda endoosteum yang
terjadi pada kondisi granulasi kronis, skar iskemik, dan sequentrum pada
kanal medulla
b) Osteomielitis Superfisial (TIpe II)  Permasalahan pada permukaan tulang
karena terpaparnya tulang oleh lingkungan luar pada kondisi fraktur
terbuka dan ulkus neuropati
c) Osteomieltis terlokalisir (Tipe III)  menunjukkan adanya kerusakan kulit
menyeluruh, kortikal sequentrum, sampai cavity, dan merupakan
kombinasi dari osteomielitis medullar dan superficial
d) Osteomielitis Difus  merupakan kombinasi dari tipe I, II, dan III yang
mengakibatkan kerusakan pada jaringan keras dan lunak

E. Patofisiologi

Staphylococcus merupakan penyebab 70-80% infeksi tulang. Organisme


patologis lainnya yang sering dijumpai pada osteomielitis meliputi
proteus,pseudomanas,dan escerichia coli. Terdapat peningkatan insiden
infeksi resisten pensilin, nosokomial, gram negatif dan anaerobic.
Awitan osteomielitis setelah pembedahan ortopedia dapat terjadi dalam 3
bulan pertama dan sering berhubungan dengan penumpukan hematoma atau
infeksi superfician. Infeksi awitan lambat terjadi antara 4-24 bulan setelah
pembedahan. Osteomielitis awitan lama biasanya akibat penyebaran
hematogen dan terjadi 2 tahun atau lebih setelah pembedahan.
Respon inisial terdapat infeksi adalah salah satu dari inflamasi,peningkatan
foskularisasi ,dan idema. Setelah 2/3 hari,trombosi pada pembuluh darah
terjadi pada tempat tersebut mengakibatkan iskemia dengan nikrosis tulang
sehubungan dengan peningkatan tekanan jaringan dan medulla. Infeksi
kemudian berkembang ke kafitas medulari dan kebawah perioteum dan dapat
menyebar ke jaringan lunak atau sendi disekitarnya.Kecuali bila proses infeksi
dapat dikontrol awal kemudian akan terjadi bentuk abses tulang.
Pada perjalanan alamiahnya,abses dapat keluar spontan namun yang lebih
sering harus dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang
terbentuk dalam dindingnya terbentuk oleh daersh jaringan mati,namun
seperti dalam rongga abses pada umumnya,jaringan tulang mati tidak mudah
mencair dan mengalir keluar. Rongga tidak dapat mengepis dan sembuh
sepertiyang terjadi pada jaringan lunak. Terjadi pertumbuhan tulang dan
mengelilingi sequestum. Jadi meskipun tampak terjadi proses
penyembuhan,sequestum infeksi kronis yang tetap ada,tetap rentan
mengeluarkan abses kambuhan sepanjang hidup pasien (osteomielitis kronik)
(Rendi, 2014).

F. Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan Osteomieltits dijabarkan sebagai berikut:


1. Tujuan utama dari penatalaksanaan osteomyelitis adalah mengendalikan
dan menghentikan proses infeksi. Upaya supportif umum seperti hidrasi,
diet tinggi vitamin dan protein, koreksi anemia harus dilakukan. Terapi
antibiotik dimulai ketika kultur darah atau luka telah didapatkan,
sementara dapat digunakan antibiotik spektrum luas. Pemberian antibiotik
intravena pada tahap awal diberikan untuk membentuk kadar terapeutik
efektif dalam darah. Antibiotik diberikan dari empat minggu sampai
beberapa bulan, sehingga perlu pertimbangan untuk pemberian antiemetik
reguler pada beberapa pasien yang mengalami mual. Antibiotik
osteomielitis kronis sama dengan antibiotik yang diberikan pada
osteomielitis akut disertai kombinasi obat yang umumnya digunakan
untuk mencegah terjadinya resistensi antibiotik. Alternatif penggunaan
antibiotic impregnated beads untuk memfokuskan antibiotik di area yang
terinfeksi adalah metode irigasi Lautenbach. Metode ini dilakukan dengan
memasukan antibiotik melalaui slang irigasi pada area infeksi setiap
empat jam.

2. Antibiotik tetap berada di area tulang sampai dialirkan keluar sebelum


diberikan antibiotik selanjutnya.
3. Intervensi bedah diindikasikan jika terapi antibiotik tidak efektif dan
tekanan materi terinfeksi memerlukan dekompresi untuk melepaskan dari
abses medula atau subperiosteal. Penatalaksanaan bedah pada tulang dan
sendi yang terinfeksi meliputi pengeluaran materi terinfeksi dan nekrotik.
Pembedahan dapat meliputi debridemen ekstensif untuk mengendalikan
infeksi, irigasi area, fiksasi skeletal, tandur tulang, dan penyelamatan
ekstremitas. Pembedahan dilakukan berdasarkan klasifikasi tipe anatomis
dan fisiologis host ostemielitis
4. Irigasi dilanjutkan selama 3 – 6 minggu sehingga menjadi prosedur yang
lama tetapi efektif

G. Pengkajian Keperawatan

1) Kaji faktor risiko seperti usia lanjut, diabetes, terapi steroid jangka panjang
dan kaji cedera, infeksi atau pembedahan orthopedic yang pernah
dilakukan sebelumnya
2) Pantau adanya gerakan yang hati-hati pada area yang terinfeksi dan pantau
adanya kelemahan umum karena infeksi sistemik
3) Pantau adanya bengkak dan sensasi hangat di area yang terganggu,
drainage purulen, dan peningkatan suhu tubuh
4) Perhatikan bahwa pasien osteomyelitis kronis mungkin mengalami
peningkatan suhu tubuh minimal yang terjadi di sore atau malam hari
5) Pemeriksaan penunjang:
 Pemeriksaan Sinar-X menunjukkan pembengkakan jaringan lunak
 Pemeriksaan MRI
 Pemeriksaan darah  peningkatan leukosit dan Laju endap darah
 Kultur darah dan kultur abses  mengidentifikasi jenis MO sebagai
dasar pemilihan antibiotik
H. Diagnosis Keperawatan (SDKI) , Luaran Keperawatan (SLKI) dan

Intervensi Keperawatan (SIKI)

Diagnosis keperawatan pada pasien dengan osteomielitis


dijabarkan sebagai berikut:
No
Diagnosis Luara Intervensi
Dx
Keperawatan n
1 Nyeri Akut Berhubungan Setelah Manajemen Nyeri
dengan Observasi
dilakukan tindakan 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
terputunya jaringan keperawatan selama …. durasi, frekuensi, kualitas,
tulang, gerakan fragmen X 24 jam tingkat nyeri intensitas nyeri
tulang, edema dan menurun dengan 2. Identifikasi skala nyeri
cidera pada jaringan, kriteria hasil: 3. Identifikasi respon nyeri
alat traksi, stress dan 1. Keluhan nonverbal
ansietas. Ditandai Nyeri menurun 4. Identifikasi faktor yang
dengan: 2. Meringis menurun memperberat dan memperingan
Gejala dan tanda mayor: 3. Gelisah menurun nyeri
DS: Mengeluh Nyeri 4. Kesulitan 5. Identifikasi pengaruh budaya
DO: tidur menurun terhadap respon nyeri
- Tampak meringis 5. Frekuensi 6. Identifikasi pengaruh nyeri pada
- Gelisah nadi membaik kualitas hidup
- Frekuensi 6. Diaforeis menurun 7. Monitor keberhasilan terapu
nadi meningkat 7. Nafsu komplementer yang sudah
- Sulit tidur makan membaik diberikan
Gejala dan tanda Minor: 8. Tekanan 8. Monitor efek samping
D darah membaik penggunaan analgetik
S: 9. Pola napas membaik Terapeutik
- meningkat 1. Berikan tehnik nonfarmakologis
D 10. Hidrasi meningkat untuk mengurangi rasa nyeri,
O 11. Perfusi misalnya TENS, terapi music,
: jaringan menigkat terapi pijat, aromaterapi, dan lain-
- TD meningkat 12. Kerusakan jaringan lain
- Pola napas berubah menurun Edukasi
- Nafsu makan 13. Kerusakan 1. Jelaskan penyebab periode, dan
berubah lapisan kulit pemicu nyeri
- Proses menurun 2. Jelaskan strategi meredakan
berpikir terganggu 14. Nyeri menurun nyeri
- Diaphoresis 15. Perdaraha 3. Anjurkan memonitor nyeri
n menurun secara mandiri
16. Kemeraha 4. Anjurkan menggunakan
n analgetik secara tepat
menurun 5. Ajarkan tehnik nonfarmakologis
17. Hematoma menurun untuk mengurangi rasa nyeri
18. Pigmentasi Kolaborasi
abnormal 1. Kolaborasi pemberian analgetik,
menurun jika perlu
19. Jaringan
parut menurun
20. Nekrosis menurun
21. Suhu kulit membaik
22. Sensasi membaik
2 Gangguan Setelah Perawatan luka
Integritas dilakukan Observasi
kulit/jaringan tindakan keperawatan 1) Monitor karakteristik luka ( mis
berhubungan dengan selama ….x 24 jam : drainase, warna, ukuran, bau)
tekanan, perubahan integritas kulit dan 2) Monitor tandatanda infeksi
status jaringan meningkat Terapeutik
metabolik,kerusakan dengan kriteria hasil : 1) Lepaskan balutan dan
sirkulasi dan penurunan 15) Elastisitas plestersecara perlahan
sensasi ditandai dengan 1) Cukur rambut di sekitar daerah
oleh terdapat luka / luka, jika perlu
ulserasi,kelemahan, 2) Bersihkan luka dengan cairan NaCl
penurunan berat badan, atau pembersih nontoksik, sesuai
turgor kulit buruk, kebutuhan
terdapat jaringan 3) Bersihkan jaringan nekrotik
nekrotik. Ditandai 4) Berikan salep yang sesuai ke
dengan : kulit/lesi, jika perlu
Gejala dan Tanda 5) Pasang balutan sesuai jenis luka
Mayor: Subjektif  6) Pertahankan tekhnik steril saat
(tidak tersedia) melakukan perawatan luka
Objektif  Kerusakan 7) Ganti balutan sesuai eksudat dan
jaringan dan/atau drainase
lapisan kulit 8) Jadwalkan perubahan posisi setiap
Gejala dan Tanda 2 jam atau sesuai kondisi pasien
Minor: Subyektif  9) Berikan diet dengan kalori 30- 35
(tidak kkal/kg BB/ hari dan protein
tersedia) 1,225- 1,5 g/Kg BB/hari
Objektif Nyeri, 10) Berikan suplemen vitamin dan
Perdarahan, Kemerahan, mineral ( mis vit A, C, Zinc, asam
Hematoma amino) sesuai indikasi
Edukasi
1) Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2) Anjurkan mengkonsumsi
makanan tinggi kalori dan protein
3) Ajarkan prosedur perawatan luka
secara mandiri
Kolaborasi
1) Kolaborasi prosedur
debridement (mis enzimatik,
biologis, mekanis, autolitik), jika
perlu
2) Kolaborasi pemberian
antibiotik, jika perlu

Perawatan Traksi Observasi


7) Monitor kemampuan perawatan
diri saat terpasang traksi
1) Monitor alat viksasi ekternal
2) Monitor tempat insersi pen (pin)
3) Monitor tanda-tanda kerusakan
integritas kulit apa area
penonjolan tulang
4) Monitor sirkulasi, pergerakan, dan
sensasi pada ekstremitas yang
cedera
5) Monitor adanya komplikasi
imobilisasi
Terapeutik
1) Posisikan tubuh pada
kesejajaran(aligme nt)yang tepat
2) Pertahankan posisi baring yang
tepat ditempat tidur
3) Pastikan beban traksi terpasang
tepat
4) Pastikan tali dan katrol bebas
menggantung
5) Pastikan tarikan tali dan beban
tetap berada disepanjang sumbu
tulang fraktur
6) Amankan beban traksi saat
menggerakkan pasien
7) Lakukan perawatan area insersi
pin
8) Lakukan perawatan kulit pada
area-area gesekan
9) Pasang trapesius (trapeze) untuk
bergerak ditempat tidur,jika
tersedia

Edukasi
1) Anjurkan perawatan alat penopang
(brace), sesuai kebutuhan
2) Anjurkan perawatan alat viksasi
eksternal,sesuai kebutuhan
4) Anjurkan pentingnya nutrisi
yangmemadai untuk
penyembuhan tulang
3 Gangguan Mobilitas Fisik Setelah dilakukan Dukungan ambulasi Tindakan
berhubungan dengan tindakan keperawatan Observasi
nyeri/ketidaknyamanan, selama…. x24 jam 1) Identifikasi adanya nyeri atau
kerusakan mobilitas fisik keluhan fisik lainya
muskuloskletal, terapi Meningkat dengan 2) Identifikasi toleransi fisik
pembatasan kriteria hasil : melakukan ambulasi
aktivitas, dan penurunan 1) Pergerakan 3) Monitor frekwensi jantung dan
kekuatan/tahanan. ekstrimitas tekanan darah sebelum memulai
ditandai dengan : meningkat ambulasi
Gejala dan tanda 2) Kekuatan 4) Monitor kondisi umum selama
mayor: Subjektif  otot meniingkat melakukan ambulasi
mengeluh sulit 3) Rentang gerak Terapeutik
menggerakan ROM meningkat 1) Fasilitasi aktifias ambulasi dengan
ektremitas Objektif  4) Nyeri menurun alat banu (mis, tongkaat,kruk)
1. kekuatan otot 5) Kecemasan 2) Fasilitasi melakukan mobilitasi
menurun, 2. rentang menurun fisik jika perlu
gerak rom menurun 6) Kaku sendi menurun 3) Libatkan keluarga untuk
Gejala dan tanda minor:
7) Gerakan tidaak membantu psien dalam
1) Nyeri saat bergerak terkoordinasi meningkatkan ambulsi
2) Enggan menurun Edukasi
melakukan 1) Jelaskan tujuan dan prosedur
8) Gerakan
pergerakan
terbatas menurun ambulasi
3) Merasa cemeas 2) Anjurkan melakukan ambulasi
9) Kelemahan
aat bergerak
fisik menurun dini
4) Sendi kaku
3) Ajarkan ambulasi sederhana yang
5) Gerakan harus di lakukan ( mis, berjalan
tidak terkoordinasi
dari tempat tidur ke kursi roda ,
6) Gerakan terbatas berjalan dari tempat tidur ke
7) Fisik lemah kamar mandi, berjalan sesuai
toleransi.
Latihan Rentang Gerak
Observasi
1) Identifikasi indikasi dilakukan
latihan
2) Identifikasi keterbatasan
pergerakan sendi
3) Monitor lokasi ketidaknyamanan
atau nyeri pada saat bergerak
Terapeutik
1) Gunakan pakaian yang longgar
2) Cegah terjadinya cedera selama
latihan rentang gerak dilakukan
3) Fasilitasi mengoptimalkan posisi
tubuh untuk pergerakan sendi
yang aktif dan pasif
4) Lakukan gerakan pasif dengan
bantuan sesuai dengan indikasi
5) Berikan dukungan posittif pada
saat melakukan latihan gerak
sendi
Edukasi
1) Jelaskan tujuan dan prosedur
latihan
2) Anjurkan melakukan rentang
gerak pasif dan aktif secara
sistematis
3) Menganjurkan duduk ditempat
tidur atau dikursi,jika perlu
4) Ajarkan rentang gerak aktif sesuai
dengan program latihan
Kolaborasi
1) Kolaborasi dengan fisioterapis
mengembangkan program
latihan, jika perlu

Hipertermia Setelah Manajemen Hipertermia.


berhubungan dengan dilakukan Observasi :
proses penyakit ditandai tindakan keperawatan 1) Identifikasi penyebab
dengan: diharapkan hipertermia
Gejala dan tanda hipertermia membaik. (mis.dehidrasi,terpapar
mayor: Subjektif:- Kriteria hasil: lingkungan panas,penggunaan
Objektif: Suhu tubuh 1. Mengigil menurun inkubator)
diatas nilai normal 2. Kulit merah 2) Monitor suhu tubuh
Gejala dan tanda menurun 3) Monitor kadar elektrolit
minor: Subjectif:- 3. Kejang menurun 4) Monitor haluaran urine
Objectif: 4. Akrosianosis 5) Monitor komplikasi akibat
1) Kulit merah menurun hipertermia.
2) Kejang 5. Konsumsi oksigen6) Terapeutik
3) Takikardia menurun 1) sediakan lingkungan yang dingin
4) Takipnea 6. Piloereksi menurun 2) Longgarkan atau lepaskan
5) Kulit terasa hangat
7. Vasokonstriksi pakaian
perifer menurun 3) Basahi dan kipasi permukaan
8. Pucat menurun tubuh
9. Takikardia menurun 4) Berikan cairan oral
10. Takipnea menurun 5) Ganti linen setiap hari atau lebih
11. Bradikardia sering jika mengalami
Membaik Dasar hiperhidrosis (kering berlebih)
kuku sianotik Lakukan pendinginan eksternal
menurun (mis.selimut hipotermia atau
12. Hipoksia menurun kompres dingin pada
13. Suhu tubuh dahi,leher,dada,abdomen ,aksila)
membaik 6) Hindari pemberian antipiretik atau
14. Suhu kulit embaik aspirin
Kada glukosa darah
7) Berikan oksigen,jika perlu
Edukasi
membaik
15. Pengisian 1) Anjurkan TIrah Baring
kapiler membaik Kolaborasi
16. Ventilasi membaik
17. Tekanan darah 1) Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena, jika perlu
membaik

I. Penugasan

Tugas I

Nah, agar anda mampu memperdalam pengetahuannya tentang osteomielitis,


selanjutnya anda diminta untuk mengerjakan penugasan berikut ini.
Anda akan diberikut ilustrasi kasus dan silakan dijawab pertanyaan.
Seorang pasien Ny M berusia 50 tahunmasuk RS dengan keluhan nyeri
pada luka bekas operasi. Selain itu pasien mengeluh keluar cairan dari
luka bekas operasi. Hasil anamnesis didapatkan bahwa sekitar 7 bulan
lalu pasien terjatuh dari motor dan mengalami patah tulang terbuka Os
Tibia Dektra, dan akhirnya dilakukan pemasangan fiksasi internal
melalui operasi ORIF. Kemudian pasien rutin kontrol ke poliklinik bedah
setiap bulan, namun pada nulan ke-5 pasien mengeluh kaki kanan terasa
bengkak dan nyeri saat ditekan, dan terkadang keluar cairan dari luka
yang masih terbuka, dokter kemudian mendiagnosis adanya infeksi pada
tulang bekas operasi (osteomielitis). Pasien mengatakan nyeri saat kaki
sebelah kanan di gerakkan dan butuh bantuan jika ingin berdiri dan
ketoilet. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan TD 100/70 mmHg, N: 90x/I,
RR: 20x/I, S: 37.4. Nampak luka bekas operasi yang bengkak dan
mengeluarkan cairan. Hasil laboratorium: Hb: 13.7 gr%, hematokrit:
42.3%, Leukosit 12.500 mmkIdentifikasi Istilah, Jelaskan !

1. Jelaskan jenis-jenis osteomielitis !


2. Identifikasi pemeriksaan penunjang !
3. Lakukan analisis pengkajian berdasarkan kasus !
4. Buat pathway berdasarkan kasus !
5. Tentukan diagnosis keperawatanya!
6. Susunlah luaran dan intervensi berdasarkan kasus!

Petunjuk pengerjaan Tugas


1. Tugas dikerjakan secara individual
2. Setiap Mahasiswa akan membuat makalah berdasarkan pertanyaan pada
kasus
3. Makalah terdiri dari Sampul, isi/pembahasan dan daftar pustaka
4. Buku rujukan atau artikel minimal 10 tahun terakhir

DAFTAR PUSTAKA

Berman, A., Snyder, S.J., Frandsen, G. (2016). Kozier & Erb’s Fundamentals of Nursing: Concepts,
Process, and Practice (Tenth Edition). New York: Pearson Education, Inc.

Black, J dan Hawks, J. (2014). Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis untuk Hasil yang
Diharapkan. Dialihbahasakan oleh Nampira R. Jakarta: Salemba Emban Patria.

DeLaune, S.C., & Ladner, P.K. (2002). Fundamental of Nursing : Standart and practice 2 nd ed. New
York : Delmar Thomson Learning Inc

Margareth, C. &. (2012). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah & Penyakit Dalam. Yogyakarta:
EGC.

Nurarif, A. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis. Jogjakarta: Mediaction Jogja.

Potter, P., A & Perry, A., G., (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Edisi Ketujuh,
Buku Ketiga. EGC: Jakarta

Rendi, M. C. (2014). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha
Medika.

Ross and Wilson. (2014). Dasar-dasar Anatomi dan Fisiologi. Penerjemah Elly Nurachmah dan
Rida Angraini, Salemba Medika; JAKARTA.

Sloane, Ethel. (2004). Anatomy and physiology: an easy learner. Diterjemahkan oleh:
James Veldman, EGC: Jakarta.
Smeltzer, S. C. (2013). Keperawatan Medikal Bedah Brunner and Suddarth. Edisi 12. Jakarta:
Kedokteran EGC.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (1st ed.). Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (I). Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan (1st ed.). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia.
Tortora, GJ, Derrickson, B. (2012). Principles of Anatomy & Physiology 13th Edition. United States
of America: John Wiley & Sons, Inc

Anda mungkin juga menyukai