Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH

TANAMAN TEBU SEBAGAI KOMODITAS PANGAN DI INDONESIA

DISUSUN OLEH :

ANNISA OKTAVIANA PUTRI (J0310211161)

DIYAH PUSPA ASIH ATSILANTI (J0310211095)

KAYLA NUZULUL FITRI (J0310211116)

SALSABILA DWI PUTRI (J0310211278)

MUHAMMAD SHAFWA RADZAKA (J0310211022)

DOSEN RESPONSI :

AYUTYAS SAYEKTI, SE, MSI

PENGANTAR AGRIBISNIS

MANAJEMEN AGRIBISNIS

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


A. Latar belakang

Gula merupakan salah satu bahan pokok yang dibutuhkan manusia. Di


Indonesia sendiri bahan baku gula diperoleh dari tanaman tebu. Tebu merupakan
komoditas pangan penting sebagai bahan baku pembuatan gula ataupun makanan
lainnya. Sektor perkebunan tebu di Indonesia mempunyai peranan yang cukup
penting dalam memenuhi kebutuhan gula di Indonesia. Produksi rata-rata tebu di
dunia sekitar 65 ton per hektar. Menurut Memet

Hakim (2010), dibandingkan dengan produksi dunia, produksi gula


Indonesia hanya 1,68% dan gula yang dikonsumsi sebesar 2,79% dari total
konsumsi gula dunia, hampir dua kali lipat dari produksi yang dihasilkan. Karena
rendahnya produksi tebu di Indonesia maka pemerintah menggalakan masyarakat
dan para petani untuk membudidayakan tebu. Selain itu, industri tebu juga dapat
menambah lapangan pekerjaan di Indonesia dan juga sumber pendapatan bagi
para petani.

Benih unggul bermutu berpengaruh terhadap produktivitas, mutu hasil,


dan efisiensi usaha tani (Ditjentan 2008). Selain itu benih unggul bermutu juga
harus sesuai dengan lokasi penanaman dan musim tanam yang tepat, serta jumlah
dan harga yang terjangkau petani. Untuk menghasilkan benih unggul bermutu,
diperlukan pengelolaan pertanaman yang optimal meliputi pemilihan lokasi yang
tepat, teknik budi daya, penanganan pascapanen, dan seleksi yang ketat
(Balitbangtan 2007). Di Indonesia sendiri bibit tanaman tebu diperbanyak dengan
teknik stek atau bagal. Metode ini memiliki kelemahan yaitu memakan waktu
untuk perbanyakan benih, membutuhkan banyak tanaman induk dan tenaga kerja,
kontaminasi dengan patogen sulit untuk dihindari, dan tergantung pada waktu
penanaman.
B. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas praktikum


pengantar agribisnis serta memperluas wawasan dan pengetahuan bagi mahasiswa
mengenai jenis input , kontinuitas input, kendala yang dihadapi petani serta
menganalisis upaya yang dapat dilakukan petani agar proses produksi dapat
berjalan dengan lancar.

C. Pembahasan

Agribisnis adalah suatu sistem yang dapat diartikan sebagai segala


kegiatan, mulai dari pembelian dan pendistribusian sarana produksi (input) hingga
pemasaran produk yang dihasilkan oleh kegiatan pertanian dan agroindustri,
kegiatan tersebut saling berhubungan. Oleh karena itu, sistem agribisnis
merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa subsistem, salah satunya adalah
subsistem hulu.

Subsistem agroindustri hulu disebut juga dengan subsistem faktor input.


Secara kolektif, subsistem ini dikenal sebagai subsistem pengadaan sarana
produksi pertanian. Kegiatan subsistem ini berkaitan dengan pembelian alat
produksi pertanian, yaitu produksi dan distribusi bahan, alat dan mesin yang
dibutuhkan usahatani atau budidaya pertanian (on-farm agribusiness) (Anwar,
2001).

Subsistem agroindustry hulu yang merupakan kegiatan ekonomi yang


menyediakan sarana produksi bagi pertanian, seperti industri dan perdagangan
agrokimia (pupuk, pestisida, dll), industri agrootomotif (mesin dan peralatan), dan
industri benih/bibit ( Soekartawi, 2001 ).

C.1 Penyampaian Fakta

Pada perkebunan tebu factor input meliputi :

a. alsintan/alat mesin pertanian (traktor, sprayer, Golok, dll)


 Traktor adalah kendaraan yang didesain secara spesifik untuk
keperluan traksi tinggi pada kecepatan rendah, atau untuk menarik
trailer atau implemen yang digunakan dalam pertanian atau
konstruksi. penggunaan traktor sebagai alat mekanisasi pertanian.
Traktor pertanian digunakan untuk menarik atau mendorong
instrumen pertanian atau trailer.
 Sprayer adalah sebuah alat yang berfungsi untuk memecah cairan
yang disemprotkan menjadi butiran-butiran halus, biasanya
digunakan untuk menyemprotkan cairan pestisida, pupuk, dan lain-
lain.
 Golok adalah pisau besar terbuat dari besi atau baja yang
digunakan untuk membelah atau memotong. Golok kerap
digunakan sebagai alat berkebun oleh masyarakat Indonesia yang
digunakan sebagai alat pertanian serta senjata.
b. Saprotan/sarana produksi pertanian: bibit, pupuk (organik dan anorganik),
pestisida (insectisida, pestisida, mitisida, herbisida), zat pengatur tumbuh,
dll.
 Bibit adalah bahan tanam yang berasal dari benih yang disemai dan
telah berkecambah untuk menuju proses pertumbuhan dan
perkembangan tanam selanjutnya. Ciri dari bibit adalah sudah
tumbuhnya akar, daun dan batang. Bibit tebu yang bisa digunakan
ada 4 macam, yaitu bibit pucuk, bibit batang muda, bibit rayungan,
dan bibit siwilan. Bibit pucuk diambil dari tebu yang berumur 12
bulan dengan mengambil 2—3 tunas muda dengan panjang 20 cm.
Bibit batang muda berasal dari tebu yang berumur 5—7 bulan.
Bibit rayungan adalah bibit tebu yang diambil dari pucuk tebu yang
sudah mati.
 Pupuk adalah suatu bahan yang mengandung satu atau lebih unsur
hara atau nutrisi bagi tanaman untuk menopang tumbuh dan
berkembangnya tanaman. Sebagai pupuk, bahan organik diberikan
ke dalam tanah dalam bentuk pupuk hijau (biomassa tanaman
Legum), kompos, pupuk kandang, atau pupuk hayati (mikrobia
penambat N dan pelarut P). Bahan organik berupa serasah
tanaman non Legum yang dihamparkan di permukaan tanah
berfungsi sebagai mulsa untuk konservasi tanah dan air serta
stabilisasi kelembaban tanah. Dalam budidaya tebu, pemupukan
hijau dengan tanaman Legum dapat dipraktekkan untuk
memelihara keseimbangan sistem karena berfungsi: melindungi
tanah dari erosi selama musim hujan, sebagai sumber hara terutama
N dari fiksasi maupun dekomposisi biomassa, meningkatkan
ketersediaan hara Ca, Mg, S dan P, memperbaiki agregat dan
struktur tanah, mengendalikan nematoda terutama jika
menggunakan Crotalaria spectabilis atau Crotalaria ochroleuca, dan
dapat meningkatkan pendapatan jika pupuk hijau yang ditanam
adalah kacang tanah, kacang hijau dan kedelai.
Pupuk kandang dan kompos juga merupakan pupuk organik
yang dapat digunakan untuk pengelolaan lahan tebu. Pupuk hayati
berupa mikrobia penambat N dan pelarut P juga dapat
dimanfaatkan untuk budidaya tebu. Selama ini, jenis pupuk yang
digunakan untuk tanaman tebu adalah pupuk ZA dan NPK
Phonska. Pupuk ZA adalah pupuk kimia buatan yang mengandung
amonium sulfat yang dirancang untuk memberi tambahan hara
nitrogen dan belerang bagi tanaman.

Anda mungkin juga menyukai