Anda di halaman 1dari 21

Pendidikan sebagai ilmu dan Seni

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 4
M. ATHAILLAH
AULIA RAMAZHAN
ZIRA LAIFADILLA
KHAIRIAH HUSNA
SULASTRI

Fakultas keguruan dan ilmu pendidikan


Jurusan sejarah universitas syiah kuala
Dosen pembimbing:Drs.TEUKU KUSNAFIZAL M.pd
Tahun 2021
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR …………………...............................……………..i
DAFTAR ISI...............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................1
A. Latar Belakang Masalah...........................................................................2
B. Rumusan Masalah.......................................................................................2
C.Tujuan Penulisan........................................................................................2
D. Prosedur Pemecahan Masalah...................................................................3

A.Sistematika Penulisan.................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN ................................................……………......4


A. Pengertian Pendidikan ............................................................................4
B. Definisi, Karakteristik dan Klasifikasi Ilmu...........................................5
C. Definisi, Karakteristik dan Klasifikasi Ilmu Pendidikan........................9
D. Pendidikan (Mendidik) sebagai Seni......................................................9
BAB III PENUTUP ..............…………………….………………...........10
A. Kesimpulan.............................................................................................10
B. Saran.......................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat
rahmat dan karunia- Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalh ini
dengan judul “Pendidikan sebagai Ilmu dan Seni”.

Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas pada mata
kuliah Landasan Pendidikan. Walaupun demikian, dalam menyelesaikan
makalah ini, kami menghadapi kendala tetapi atas bantuan dari berbagai
pihak, akhirnya makalah ini dapat diselesaikan.

Kami menyadari sepenuhnya dalam pembuatan makalah ini masih


jauh dari kesempurnaan, bak pepatah tak ada gading yang tak retak. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
dari pembaca agar tugas ini menjadi lebih sempurna. Akhir kata kami
ucapkan terima kasih.
BAB I
PENDAHULUAN
Mendidik adalah proses panjang dan sistematis yang harus ditempuh untuk
menjadikan seseorang menjadi manusia yang terdidik. Mendidik berbeda dengan
mengajar yang dapat diartikan sebagai proses transfer ilmu pengetahuan kepada peserta
ajar yang mengandalkan pada acuan kurikulum, metode pembelajaran yang digunakan
seorang pengajar, dan sebagainya. Mendidik mengandung makna dan tujuan yang
lebih besar dan subsantif sebagai upaya perubahan tingkah laku dan moral atitude
siswa didik ke arah yang lebih baik.
Anak didik tidak hanya disiapkan agar siap bekerja, tetapi juga bisa menjalani
kehidupannya secara nyata. Anak didik haruslah berpikir dan pikirannya itu dapat
berfungsi dalam hidup sehari-hari. Kebenaran adalah gagasan yang harus dapat
berfungsi nyata dalam pengalaman praktis.” John Dewey (1859 – 1952)
Beberapa mata pelajaran di tingkat sekolah dasar dan menengah yang selama ini
dianggap mengandung nilai pendidikan perilaku misalnya Pendidikan Agama, Moral
Pancasila, Ilmu Pengetahuan Sosial, dan muatan lokal Pendidikan Lingkungan Hidup
(PLH). Pendidikan lingkungan hidup diarahkan pada pentingnya aspek sikap dan
perilaku siswa didik untuk memahami pentingnya lingkungan bagi kehidupan serta
bagaimana mencintai dan menjaga lingkungan menjadi suatu nilai yang tertanam
dalam keseharian mereka.
Secara formal, pendidikan lingkungan hidup menjadi salah satu alternatif yang
rasional untuk memasukkan pendidikan lingkungan hidup ke dalam kurikulum. Hal ini
ditegaskan dengan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara Departemen
Pendidikan Nasional (Depdiknas) dan Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) tahun
1996 yang kemudian direvisi pada bulan Juni 2005. Penandatanganan MOU tersebut
harus dihargai sebagai usaha untuk mengupayakan bagaimana kecintaan terhadap
lingkungan dapat dijadikan sebagai muatan pendidikan bagi siswa didik sejak usia
dini pada pendidikan formal.
Karena bagaimanapun, usaha sadar yang lebih terstruktur dan tersistem dalam suatu
aturan formal dapat menjadi kekuatan bersama untuk mencapai tujuan pendidikan
lingkungan hidup selama pada tarap implementasinya dilakukan secara individu dan
berkesinambungan.
A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan lingkungan hidup yang diajarkan pada tingkat sekolah dasar dan vb
menengah dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) mengisyaratkan
pentingnya kreativitas dalam mengembangkan pembelajaran. Alam adalah sumber
belajar yang tidak akan pernah habis untuk dieksplorasi, dikembangkan dan dijadikan
media pembelajaran yang menarik bagi siswa didik. Alam mengajarkan banyak hal
tentang kehidupan, tentang nilai-nilai, tentang kebaikan dan keburukan yang
dikomunikasikan dengan bahasanya sendiri. Perkembangan teknologi informasi yang
makin pesat telah menggeser pola perilaku anak yang lebih banyak dipengaruhi oleh
media elektronik dibanding berelasi dengan alam lingkungannya. Magnet televisi,
game komputer, bermain-main dengan handphone adalah keprihatinan mendalam yang
terjadi pada anak-anak. Tanpa disadari, telah begitu banyak yang terlewati oleh anak
dari keagungan Tuhan dan kearipan alam dan lingkungan yang menjadi ruang hidup
mereka.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah karya tulis ini adalah :
1. Apa Definisi, Karakteristik, dan Klasifikasi Ilmu ?
2 Apa Definisi, Karakteristik, dan Klasifikasi Ilmu Pendidikan ?
3. Apa Yang Dimaksud Pendidikan Sebagai Ilmu ?
4. Apa Yang Dimaksud Dengan Studi Pendidikan ?
5. Bagaimana Praktek Pendidikan Sebagai Panduan Ilmu dan Seni ?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dalam pembuatan makalah ini, yaitu:
1) Untuk memenuhi tugas makalah mata kuliah landasan pendididkan;
2) Untuk mengetahui maksud dari praktek pendidikan;
3) Untuk mengetahui maksud dari pendidikan sebagai ilmu pada proses
pembelajaran
4) Untuk mengetahui maksud dari pendidikan sebagai seni pada proses
pembelajaran
5) Untuk mengetahui maksud dari pendidikan sebagai paduan ilmu dan seni pada
proses pembelajaran
D. Prosedur Pemecahan Masalah

Makalah ini disusun dengan menggunakan metode deskriptif. Metode ini


dimaksudkan untuk menguraikan permasalahan yang dibahas secara jelas dan
kompreherensif. Selain itu, kami

juga menggunakan metode studi pustaka. Metode ini diperoleh dengan cara membaca
berbagai literatur atau sumber yang relevan dengan tema makalah.

Data tersebut diolah dengan teknik analisis isi melalui kegiatan mengeksposisikan
data serta mengaplikasikan data tersebut dalam konteks tema makalah.

E. Sistematika Penulisan

Pada Bab I Pendahuluan, menguraikan mengenai latar belakang, tujuan penulisan,


rumusan masalah, sistematika penulisan dan prosedur pemecahan masalah dari isi
makalah kami.

Pada Bab II Pembahasan, menguraikan mengenai pengertian pendidikan, praktek


pendidikan, praktek pendidikan sebagai ilmu pada proses pembelajaran, praktek
pendidikan sebagai seni pada proses pembelajaran, Pendidikan sebagai paduan ilmu
dan seni pada proses pembelajaran.

Pada Bab III Penutup, menguraikan menngenai kesimpulan dan saran untuk
melengkapi makalah kami.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan
1. Definisi Pendidikan Secara Umum
Definisi pendidikan menurut para ahli, diantaranya adalah :
Menurut Juhn Dewey, pendidikan adalah suatu proses pembaharuan makna
pengalaman, hal ini mungkin akan terjadi di dalam pergaulan biasa atau pergaulan
orang dewasa dengan orang muda, mungkin pula terjadi secara sengaja dan
dilembagakan untuk untuk menghasilkan kesinambungan social. Proses ini melibatkan
pengawasan dan perkembangan dari orang yang belum dewasa dan kelompok dimana
dia hidup.
Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi
peserta didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar
potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya.
Dasar pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal. Pendidikan
bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan. organis,
harmonis, dinamis. guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan. Filsafat
pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi mengenai masalah-
masalah pendidikan.
2. Langeveld
Pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang
diberikan kepada anak tertuju kepada pendewasaan anak itu, atau lebih tepat
membantu anak agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri.
Pengaruh itu datangnya dari orang dewasa (atau yang diciptakan oleh
orang dewasa seperti sekolah, buku, putaran hidup sehari-hari, dan sebagainya)
dan ditujukan kepada orang yang belum dewasa.
3. John Dewey
Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan
fundamental secara intelektual dan emosional kearah alam dan sesama
manusia.
4. J.J. Rousseau
Pendidikan adalah memberi kita perbekalan yang tidak ada pada masa
kanak-kanak, akan tetapi kita membutuhkannya pada waktu dewasa.
5. Carter v.good
a) Pedagogy is the art, practice, or profession of teaching.
b) The systematized learning or instruction concerning principles and methods
of teaching and of student control and guidance,largely replaced by the
term education.
Pendidikan ialah:
a) Seni, praktik, atau profesi pengajar.
b) Ilmu yang sistematis atau pengajaran yang berhubungan dengan prinsip
dan metode-metode mengajar, pengawasan dan bimbingan murid; dalam
arti luas digantikan dengan istilah pendidikan.
6. Ki hajar dewantara
Pendidikan yaitu tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun
maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada
pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota
masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-
tingginya.
7. Menurut uu nomor 2 tahun 1989
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa
yang akan datang.
8. Menurut UU No. 20 tahun 2003
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.
PENDIDIKAN SEBAGAI ILMU DAN SENI

A. TUJUAN
Setelah mengikuti perkuliahan, mahasiswa diharapkan dapat memahami ilmu
pendidikan, praktek pendidikan sebagai aplikasi ilmui pendidikan, dan pendidikan
sebagai seni.
B. DESKRIPSI MATERI
Studi ilmiah antara lain telah menghasilkan ilmu pendidikan. Orang dapat
menjadi pendidik (khususnya pendidik profesional) dengan mempelajari ilmu
pendidikan. Dalam praktek pendidikan diaplikasikan ilmu pendidikan, tetapi
praktek pendidikan juga adalah seni.
Definisi, Karakteristik dan Klasifikasi Ilmu.
Istilah ilmu berasal dari kata alima (bahasa Arab) yang berarti pengetahuan. Di
dalam bahasa Latin dikenal pula kata scire yang juga berarti pengetahuan. Ada
berbagai jenis pengetahuan, jenis pengetahuan dikelompokan orang menjadi:
revealed knowledge, intuitif knowledge, rational knowledge, empirical knowledge,
dan authoritative knowledge; di pihak lain ada juga yang mengelompokan jenis
pengetahuan menjadi: commonsense knowledge, scientific knowledge,
philosophical knowledge, dan religious knowledge. Secara etimologis ilmu adalah
pengetahuan, karena itu semua pengetahuan tersebut di atas adalah ilmu.
Secara substansial dan operasional ilmu menunjuk kepada tiga hal, yaitu: (1)
bodies of knowledge,(2)a body of systematic knowledge, dan (3) scientific method.
Ilmu mengandung arti cara kerja ilmiah dan hasil kerja ilmiah. Ilmu adalah
pengetahuan ilmiah yang dihasilkan melalui metode ilmiah.
Ilmu memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Objek studi ilmu meliputi berbagai hal sebatas yang dapat dialami manusia. Setiap
ilmu memiliki objek material dan objek formal. Beberapa disiplin ilmu mungkin
memiliki objek material yang sama, tetapi setiap disiplin ilmu mempunyai objek
formal yang berbeda. Objek studi setiap disiplin ilmu bersifat spesifik.
2. Metode ilmiah adalah prosedur pemecahan masalah yang cermat dan terencana.
Metode ilmiah merupakan gabungan dari pendekatan rasional dan empiris.
Kerangka studinya merupakan proses logico-hypotetico-verifikasi, atau
menggunakan kerangka berpikir deduktif-induktif (scientific method). Namun
demikian, metode ilmiah dapat bersifat kuantitatif dan atau kualitatif.
3. Isi ilmu dapat berupa konsep, aksioma, postulat, prinsip, hukum teori, dan model.
Dalam hal ini isi ilmu bersifat objektif, deskriptif, dan disajikan secara rinci dan
sistematis.
4. Fungsi ilmu adalah menjelaskan, memprediksikan, dan mengon-trol.

Berbagai jenis ilmu antara lain diklasifikasikan orang ke dalam: natural sciences
(naturwissenschaften), dan human sciences (geisteswissenschaften). Klasifikasi
lain adalah: natural sciences, social sciences, behavioral sciences, dan formal
sciences. Ada pula yang mengklasifikasikan ilmu menjadi: ilmu murni dan ilmu
terapan.
Definisi, Karakteristik dan Klasifikasi Ilmu Pendidikan.

Ilmu penididkan adalah sistem pengetahuan tentang fenomena pendidikan yang


dihasilkan melalui riset dengan menggunakan metode ilmiah.
Ilmu pendidikan memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Objek Studi: Objek material ilmu pendidikan adalah manusia (manusia
sebagai makhluk Tuhan yang berbeda hakiki dengan benda, tumbuhan dan
hewan); sedangkan objek formalnya adalah fenomena pendidikan, yaitu
fenomena mendidik dan fenomena lain yang berhubungan dengan kegiatan
mendidik.
2. Metode: Ilmu pendidikan mengguanakan metode kualitatif dan atau metode
kuantitatif. Penggunaan metode tersebut tergantung pada masalah atau objek
penelitiannya.
3. Isi Ilmu Pendidikan: Sebagaimana ilmu-ilmu lainnya, ilmu pendidikan dapat
berupa konsep, aksioma, postulat, prinsip, hukum, teori, dan model. Dalam
hal ini ilmu pendidikan bersifat objektif, deskriptif, preskriptif (normatif),
yang disajikan secara rinci dan sistematis. Ilmu pada umumnya bersifat
deskriptif, tetapi ilmu pendidikan tidak hanya bersifat deskriptif, melainkan
juga preskriptif/normatif.
4. Fungsi ilmu pendidikan: menjelaskan, memprediksi, dan mengontrol.

5. Ilmu pendidikan menggunakan ilmu-ilmu lain sebagai ilmu bantu. Sekalipun


demikian, menurut M.J. Langeveld (1980), sebagai ilmu yang bersifat
otonom ilmu pendidikan berperan sebagai “tuan rumah”, sedangkan ilmu-
ilmu lain merupakan “tamu”nya.
M.J. Langeveld mengklasifikasi ilmu pendidikan (Ilmu Mendidik) terbagi atas:
a. Ilmu Mendidik Teoritis, yang meliputi:
1) Ilmu Mendidik Sistematis.
2) Sejarah Pendidikan.
3) Ilmu Perbandingan Pendidikan.

b. Ilmu Mendidik Praktis, yang meliputi:


1) Didaktik/Metodik.
2) Pendidikan dalam Keluarga.
3) Pendidikan Agama Islam (Lembaga Keagamaan).

Sedangkan Redja Mudyahardjo (2001) mengklasifikasi Ilmu Pendidikan sebagai


berikut:
a. Ilmu Pendidikan Makro:
1) Ilmu Pendidikan administratif.
2) Ilmu Pendidikan Komparatif.
3) Ilmu Pendidikan Historis.
4) Ilmu Pendidikan Kependudukan.

b. Ilmu Pendidikan Mikro:


1) Ilmu Mendidik Umum yang meliputi:
a) Pedagogik Teoritis.
b) Ilmu Pendidikan Psikologis.
c) Ilmu Pendidikan Sosiologis
d) Ilmu Pendidikan Antropologis.
e) Ilmu Pendidikan Ekonomik.

2) Ilmu Mendidik Khusus:


- Ilmu Persekolahan.
- Ilmu Pendidikan Luar Sekolah.
- Ilmu Pendidikan Luar Biasa/Orthopedagogik.
Pendidikan (Mendidik) sebagai Seni

Pendidikan antara lain dapat dipelajari melalui ilmu pendidikan, namun demikian
pendidikan (praktek pendidikan atau mendidik) juga adalah seni. Alasanya bahwa
praktek pendidikan melibatkan perasaan dan nilai yang sebenarnya di luar daerah
ilmu(ilmu yang berparadigma positivisme). Sehubungan dengan itu, Gilbert Highet
(1954) mengibaratkan praktek pendidikan sebagaimana orang melukis sesuatu,
mengarang lagu, menata sebuah taman bunga, atau menulis surat untuk sahabat.
Sedangkan menurut Gallagher (1970) seni mendidik itu merupakan: (1) keterampilan
jenius yang hanya dimiliki beberapa orang; dan (2) mereka tidak dapat menjelaskan
secara sistematis bagaimana mereka mempraktekan keterampilan itu.
Praktek pendidikan diakui sebagai seni, impilkasinya fungsi mendidik yang utama
adalah menghasilkan suatu karya yang utuh, unik, sejati (bukan pura-pura atau dibuat-
buat, anak tidak boleh dikorbankan sebagai kelinci percobaan), dan tiap pihak
memperoleh manfaat. Selain itu, pendidik harus kreatif , skenario atau persiapan
mengajar hanya dijadikan rambu-rambu saja, yang lebih penting adalah improvisasi.
Pendidik harus memperhatikan minat, perhatian, dan hasrat anak didik.
Pengakuan pendidikan sebagai seni, tidak harus menggoyahkan pengakuan bahwa
pendidikan dapat dipelajari secara ilmiah. Idealnya, pendidikan adalah aplikasi ilmu
(ilmu pendidikan).
Pendidikan sebagai ilmu dan seni
A. Alasan Pentingnya Status Keilmuan Pendidikan
Suatu disiplin dapat dipandang sebagai pengetahuan ilmiah apabila disiplin
tersebut memiliki status keilmuan yang jelas, karena status keilmuan yang jelas
akan memperkokoh keberadaan atau eksistensi disiplin ilmu tersebut, manakala
disiplin tersebut mendapat pengujian secara ilmiah.
Suatu disiplin ilmu dapat dilakukan pengujian empiris apabila disiplin ilmu tersebut
memiliki kejelasan, yaitu:
1. Memiliki kejelasan dalam obyek yang menjadi garapan penyelidikannya atau
jelas mengenai obyek studinya.
2. Jelas dalam menggunakan metodologi penyelidikannya, baik itu metodologi
yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif, bahkan mungkin gabungan dari
keduanya.
3. Jelas mengenai isi atau substansi dari ilmu tersebut.
4. Jelas mengenai fungsinya dalam mengatasi atau memecahkan salahsatu aspek
masalah yang dihadapi dalam kehidupan manusia.
A. KONSEP PENGETAHUAN DAN ILMU PENGETAHUAN

1. Konsep Pengetahuan

Imu pengetahuan sering diartikan sebagai segala sesuatu yang kita kenal atau kita
ketahui mengenai suatu hal atau obyek. Pengetahuan dapat juga dijelaskan sebagai
hasil dari mengetahui obyek-obyek di alam nyatamenurut akal dengan jalan
pengamatan.

Titus (1959) mengungkapkan ada 4 jenis pengetahuan atau kebenaran yang dapat
diperoleh atau dimiliki manusia, yaitu:

1. Pengetahuan biasa atau awam yang sering disebut common sense


knowledge atau pengetahuan akal sehat.

2. Pengetahuan ilmiah (scientific knowledge) atau secara singkat orang


menyebutnya dengan sains.

3. Pengetahuan filsafat (philosophical knowledge) atau dengan singkat saja disebut


filsafat.

4. Pengetahuan religi (pengetahuan agama) pengetahuan yang bersumber dari


agama, tang mencakup pengetahuan mengenai hakekat perilaku sebagai
pengungkapan supernatural melalui wahyu yang diterima utusannya yang
terpilih.

Pengetahuan biasa atau awam (common sense knowledge), yaitu

pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman dan kebiasaan hidup sehari-hari.


Pengetahuan biasa atau awam (common sense knowledge) memiliki ciri-ciri:

1. common sense cenderung menjadi biasa dan tetap, atau bersifat peniruan serta
pewrisan dari masa lampau.

2. common sense maknanya sering kabur atau samara dan memiliki


pengertian ganda (ambiguitas).

3. common sense merupakan suatu kebenaran atau kepercayaan yang tidak


teruji atau tidak pernah diuji kebenarannya.
Pengetahuan ilmiah (scientific knowledge) adalah terjemahan dari kata science,
yaitu seperangkat pengetahuan yang tersusun secara sistematis mengenai
fenomena, termasuk cara menyusun dan memperluas dan cara mengujinya
menurut kriteriayang obyektif dan diakui masyarakat ilmuwan, yang sering
disebut ilmu pengetahuan.
Dalam kehidupan sehari-hari, secara awam ilmu pengetahuan atau disingkat dengan
ilmu, sering dijelaskan dengan makna atau pengertian yang sama dengan segala yang
kita ketahui. Jadi secara etimologis baik ilmu maupun science berarti pengetahuan.
Namun, secara terminologis dalam pandangan dan konteks akademis, istilah ilmu atau
science itu adalah sekumpulan pengetahuan yang mempunyai karakteristik (ciri-ciri)
dan syarat-syarat tertentu, sehingga disebut ilmu pengetahuan.
Ilmu sendiri mempunyai arti sebagai suatu pengetahuan tentang sesuatu bidang
yang disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu, yang dapat
dipergunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang (pengetahuan)
tersebut, seperti ilmu hukum, ilmu pendidikan, ilmu ekonomi, dsb.
Sedangkan ilmu pengetahuan merupakan seperangkat atau sejumlah pengetahuan
yang disusun menurut suatu sistem berpikir kritis (karena itu karakternya sistemik), dan
teratur (secara sistematis) yaitu menerapkan pola piker dan pola kerja tertentu,
menerapkan suatu pendekatan/metode penelitian tertentu (metode ilmiah atau penelitian
ilmiah), dengan tujuan untuk memperoleh pemahaman tenteng suatu hal atau masalah
agar masalah tersebut dapat dicari solusinya, terutama alas an mengapa hal itu terjadi,
sehingga pada akhirnya manusia dapat meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik.
Klasifikasi Ilmu Pengetahuan
Berdasarkan isi pengetahuannya ilmu diklasifikasi menjadi 3 kelompok, yaitu:
1. Ilmu-ilmu kealaman (natural sciences) seperti: fisika, kimia, biologi, dan
astronomi.
2. Ilmu-ilmu sosial (social science) seperti: sosiologi, ekonomi, politik, dsb.
3. Ilmu-ilmu kemanusiaan (humanities) seperti: filsafat,bahasa, dan seni.
Berdasarkan jenisnya ilmu pengetahuan dikelompokkan ke dalam:
1. Matemetika (ilmu murni)
2. Ilmu-ilmu kealaman (natural sciences)
3. Ilmu-ilmu sosial (social science)
4. Ilmu-ilmu tingkah laku (behavioral sciences)

5. Kelompok ilmu-ilmu kemanusiaan (humaniora)


Berdasarkan sifat, (ragam dan atribut) pengetahuan, ditemukan klasifikasi ilmu
sebagai berikut:
1. Karl Pearson, mengelompokkan ilmu menjadi:
a. abstract sciences, terdiri atas matematika dan filsafat
b. concrete sciences, mencakup fisika, biologi, kimia, dsb
2. William C. Kneale, mengelompokkan ilmu menjadi:
a. apriori sciences, terdiri atas matematika dan filsafat
b. aposteriori sciences, terdiri atas fisika, sosiologi, ekonomi, dsb
3. Wilson Gee, mengelompokkan ilmu menjadi:
a. descriptive sciences, terdiri atas psikologi, sosiologi, dsb
b. normative sciences, terdiri atas ilmu pendidikan dan filsafat
4. Rudolf Carnapp, mengelompokkan ilmu menjadi:
a. formal sciences, terdiri atas matematika
b. factural sciences, terdiri atas fisika
5. Wilhem Windelband, mengelompokkan ilmu menjadi:
c. nomothetic sciences, terdiri atas fisika dan kimia
d. idiografic sciences, terdiri atas ilmu pendidikan dan sosiologi
6.Hugo Munsterberg, mengelompokkan ilmu menjadi:
e. theoretical sciences, terdiri atas matematika
f. practical sciences, terdiri atas ilmu pendidikan

B. KARAKTERISTIK DAN KRITERIA ILMU PENGETAHUAN


Randall dan Buchker mengemukakan 3 ciri umum ilmu pengetahuan, yaitu:
1. Hasil sains bersifat akumilatif dan merupakan milik bersama.
2. Hasil sains kebenarannya tidak mutlak, dan bisa terjadi kekeliruan,karena yang
menyelidikinya adalah manusia.
3. Sains bersifat objektif.

Selanjutnya Ralph Ross dan Ernest van den Haag mengemukakan cirri-ciri ilmu,
yaitu:
1. Bersifat rasional

2. Bersifat empiris, karena ilmu diperoleh dari dan sekitar pengalaman oleh
pancaindera.
3. Bersifat umum

4. Bersifat akumulatif
Menurut paradigma baru (pasca Thomas Kuhn)criteria khas suatu ilmu baik ilmu
pengetahuan maupun ilmu sosial adalah sbb:
1. Ada objek formal
2. Ada metode kerja yang diakui sesame ilmuwan
3. Ada sosok jaringan substanif pengetahuan
4. Terdapat teknik yang mapan dan perlengkapan yang diakui

1. Landasan Ilmu
Landasan ilmu berkenaan dengan titik tolak atau gagasan-gagasan yang dijadikan
sandaran atau tempat berpijak para ilmuwan dalam kegiatan ilmiahnya dan berguna
bagi perkembangan pemikiran selanjutnya dalam memahami fenomena baik
fenomena alam maupun fenomena sosial.
2. Obyek Studi Ilmu
Obyek studi ilmu adalah suatu kenyataan (realitas) atau bidang yang menjadi
bahan pengkajian dan penyelidikannya. Obyek ilmu pengetahuan dibedakan menjadi
dua jenis yaitu obyek material dan byek formal.
3. Metode Ilmu
Metode ilmu yang sering juga disebut metode ilmiah merupakan prosedur kerja
sistematis yang terencana dan cermat melalui pengalaman dengan menggunakan
kerangka pemikiran tertentu. Tujuannya adalah untuk memperoleh suatu ilmu yang
valid dan reliable. Prosedur metode ilmiah merupakan langkah-langkah sistematis,
yakni mulai tahap pertama, kedua dan seterusnya, tanpa melompat-lompat dan setiap
tahap harus dilaksanakan secara ketat,cermat sesuai dengan aturan dan ketentuannya,
karena itulah ilmu sering juga disebut suatu disiplin atau disiplin ilmu.
Yuyus S.Suriasumantri (1985) menjelaskan langkah-langkah ilmiah yang pada
umumnya dilakukan sebagai berikut:
1) Perumusan masalah

2) Penyusunan kerangka berpikir.

3) Perumusan hipotesis

4) Pengujan Hipotesis

5) Penarikan kesimpulan

4. Fungsi Ilmu

Pada garis besarnya para ilmuwan mengakui bahwa ilmu pengetahuan mempunyai tiga
fumgsi
utama yaitu menjelaskan, memprediksi dan mengontrol terhadap semua fenomena
kehidupan sesuai dengan bidang garapan atau obyek studinya masing-masing.
A. PENDIDIKAN SEBAGAI ILMU PENGETAHUAN

1. Konsep Ilmu Pendidikan

Ilmu pendidikan merupakan seperangkat pengetahuan, pendapat atau pandangan


mengenai fenomena/gejala pendidikan yang disusun secara sistematis sebagai hasil
pemikiran kritis dengan menggunakan metode riset tertentu.

2. Karakteristik Ilmu Pendidikan

Salah satu ciri ilmu pendidikan adalah memiliki landasan keilmuan yang tepat,
ilmu yang bersifat normative, dan ilmu bersifat teoritis praktis, memiliki obyek
material dan formal, memiliki sistematika yang jelas dan memiliki metode yang bias
dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

a. Landasan Ilmu Pendidikan

Ilmu Pendidikan hanya akan dapat berdiri kokoh dan berkembang pesat apabila
berlandaskan agama, pandangan hidup, filsafat hidup, serta ilmu pengetahuan dan
teknologi.

b. Obyek Ilmu Pendidikan

Obyek ilmu pendidikan seperti halnya obyek ilmu pengetahuan yang lainnya pada
umumnya terdiri atas obyek material dan obyek formal. Obyek material ilmu
pendidikan adalah manusia, sedangkan oyek formal ilmu pendidikan menurut D.
Sudjana (2006) adalah perkembangan pengalaman manusia sebagai makhluk individual,
social dan unik sepanjang hayatnya yang dapat dan harus dibelajarkan sehingga
terwujud sikap dan prilaku yang kondusif untuk meningkatkan kualitas hidup dan
kehidupannya.
c. Metode Ilmu Pendidikan

Metode penelitian yang digunakan ilmu pendidikan terdiri atas metode kuantitatif,
dan metode kualitatif bahkan menggabungkan keduanya.

d. Isi Ilmu Pendidikan

Isi ilmu pendidikan merupakan suatu struktur pengetahuan yang antara lain memuat
postulat, asumsi, konsep teori, generalisasi, hokum, prinsip, dan model.

a. Fungsi Ilmu Pendidikan

Seperti juga ilmu-ilmu lainnya, pendidikan sebagai ilmu pengetahuan memiliki fungsi
menjelaskan, memprediksi, dan mengontrol gejala atau fenomena pendidikan Cabang-
cabang Ilmu Pendidikan

Terdapat berbagai macam ilmu pendidikan yang diklasifikasikan oleh beberapa ahli
seperti M.J. Langeveld, Redja Mudyahardjo, madjid Noor, dll.

A. Menididik Sebagai Seni dan Teknik

Ilmu penddikan itu termasuk kepada teknologi, siapapun yang menguasai materi
ajaran atau didikan serta alat dan metodanya tentu akan berhasil dengan efektif menjadi
guru atau pendidik.

B. Mempelajari Seni Didik dan Teknik Pendidikan secara Ilmiah

Memang masih banyak terbuka kemungkinan bagi ilmu pengetahuan pendidikan


sebagai suatu penghampiran ilmiah dalam ilmu pendidikan. Agaknya suatu
pengecualian adalah penelitian dan pengembangan lebih lanjut atas metoda ceramah
sebagai metode terpisah
B.PENDIDIKAN SEBAGAI ILMU DAN SENI & LANDASAN FILOSIFIS
PENDIDIKAN

PENDIDIKAN SEBAGAI ILMU DAN SENI


A. Studi Pendidikan
Studi pendidikan adalah upaya yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang
dalam rangka memahami pendidikan atau menghasilkan system konsep pendidikan.
Studi pendidikan dapat dilakukan melalui kegiatan membaca buku tentang pendidikan,
diskusi tentang pendidikan
penelitian ilmiah tentang pendidikan, dan berfilsafat tentang pendidikan. Contoh
studi pendidikan : seorang mahasiswa UPI sedang membaca buku ‘Landasan
Pendidikan”, Sekelompok orang sedang berdiskusi atau melaksanakan seminar dengan
tema ‘Peranan sekolah dalam Memebina Integrasi Bangsa”,Metode kerja dalam studi
pendidikan. Studi pendidikan dapat dilakukan orang melalui metode atau cara kerja
tertentu, yaitu : (1) metode kerja awam, (2) metode ilmiah, dan (3) metode filsafiah.
B. Ilmu Pendidikan
Istilah ilmu berasal dari kata alama (bahasa arab) yang artinnya pengetahuan. Dalam
bahasa latin dikenal kata scire (sebagai asal kata science) juga berarti pengetahuan. Jenis
pengetahuan
diklasifiksikan orang menjadi : revealed knowledge, intuitif knowledge,
rational knowledge, empirical knowledge, dan authoritative knowledge.
Ilmu pendidikan berdasarkan definisi ilmu sebagaimana dikemukakan diatas, kita
dapat mendefinisikan ilmu pendidikan sebagai system pengetahuan tentang fenomena
pendidikan yang dihasilkan melalui penelitian dengan menggunakan metode.
Karakteristik ilmu pendidikan. Ilmu pendidikan antara lain memiliki karakteristik
sebagai berikut:
a. Objek studi; Objek studi ilmu meliputi berbagai hal sebatas yang dapat
dialami manusia. Setiap ilmu memiliki objek material dan objek formal tertentu.
b. Metode ; Ilmu menggunakan metode ilmiah, demikan pula ilmu pendidikan.
Ilmu pendidikan menggunakan metode kualitatif dan / atau metode kuantitatif.
Penggunaan metode tersebut tergantung kepada sifat masalah dan objek
penelitiannya.
c. Isi: Isi ilmu juga ilmu pendidikan dapat berupa konsep, aksioma, postulat,
prinsip, hukum teori, dan model yang disusun secara sistematis.
d. Fungsi: Ilmu adalah menjelaskan, memprediksikan, dan mengontrol
e. Ilmu pendidikan menggunakan ilmu-ilmu lain dalam mempelajarai
pendidikan. Sistematika ilmu pendidikan, Mengacu kepada sistematika pedagogic
dari M.J. Langeveld, Madjid Noor dan J.M Daniel (1987) mengklasifikasikan
ilmu pendidikan menjadi sebagai berikut :
a) Ilmu pendidikan Teoritis
b) Ilmu Pendidikan Praktis
c) Ilmu Pendidikan Luar Biasa /Orthopedagogik.
C. Praktik Pendidikan
Praktik pendidikan adalah upaya yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang
dalam rangka memfasilitasi peserta didik agar peserta didik mencapai tujuan
pendidikan yang diharapkan.

1. Praktek Pendidikan Sebagai Panduan Ilmu dan Seni

Pendidikan sebagai panduan ilmu dan seni dikemukakan oleh A.S Neil.Menurutnya
“Mendidika dan mengajar bukanlah hanya suatu ilmu, tapi adalah seni. Mendidik yang
diartikan sebagai seni ialah sebagaimana kita dapat hidup dengan anak-anak dan dapat
mengerti anak-anak sehingga seolah-olah kita menjadi seperti anak-anak.Gramophone
dapat menyajikan pelajaran dengan baik, tetapi hal seperti itu tidak dapat menemukan
suatu hubungan yang vital dengan anak-anak. Pandangan bahwa mengajar (mendidik)
tidaklah seni semata, tetapi juga ilmu dikemukakan pula oleh Charles Silberman.
Silberman antara lain menyatakan : “yakin mengajar-sepert praktek kedokteran-
banyak merupakan suatu seni, yang memerlukan latihan bakat dan kreativitas. Tetapi
seperti kedokteran, mengajar adalah juga – atau hendaknya menjadi sebuah ilmu,
karena berkenaan dengan suatu perbendaharaan teknik-teknik, prosedur-prosedur, dan
kecakapan- kecakapan yang dapat dipelajari dan diterangkan secara sistematis, dan
oleh karena itu ditransmisikan dan dikembangkan” (Redja Musyahardjo).

Demikianlah, pandangan pendidikan sebagai seni tidak perlu dipertentangkan


dengan pandangan pendidikan sebagai ilmu. Pendidik memerlukan ilmu pendidikan
dalam rangka memahami dan mempersiapkan suatu praktek pendidikan, namun dalam
prakteknya pendidik harus kreatif, scenario atau persiapan mengajar hanya dijadikan
rambu-rambu saja, pendidik perlu melakukan improvisasi.

LANDASAN FILOSIFIS PENDIDIKAN

Didalam khasanah teori pendidikan terdapat berbagai aliran filsafat pendidikan


antara lain Idelisme, Realisme, Pragmatisme, Scholatisme, konstruksivisme, dll. Namun
demikian kita

mempunyai filsafat pendidikan nasional tersendiri, yaitu Pancasila.

1. Idealisme dan Realisme

a. Konsep Filsafat Umum Idealisme

Para filsuf Idealisme mengklaim bahwa hakikat realitas bersifat spiritual. Hal ini
sebagaimana dikemukakan Plato, bahwa dunia yang kita lihat, kita sentuh dan
kita alami melalui indera bukanlah dunia yang sesungguhnya, melainkan suatu
dunia bayangan (a copy world).
b. Implikasi terhadap Pendidikan

Tujuan pendidikan adalah untuk membantu perkembangan pikiran dan diri pribadi
(self) siswa. Sebab itu, sekolah hendaknya menekankan aktifitas-aktifitas intelektual,
pertimbangan- pertimbangan moral, pertimbangan-pertimbangan estetis, realisasi diri,
kebebasan, tanggungjawab, dan pengendalian diri demi mencapai perkembangan
pikiran dan diri pribadi (Callahan and Clark, 1983). Dengan kata lain pendidikan
bertujuan untuk membantu pengembangan karakter serta mengembangkan bakat
manusia dan kebajikan social” (Edward J.Power, 1982).

2. Realisme

a. Konsep Filsafat Umum

Jika filsuf Idealisme menekankan pikiran, jiwa/spirit/roh sebagai hakikat realitas,


sebaliknya para filssuf Realisme bahwa dunia terbuat dari sesuatu yang nyata,
substansial dan material yang hadir dengan sendirinya (entity).

b. Implikasi terhada Pendidikan

Tujuan pendidikan. Pendidikan bertujuan agar para siswa dapat bertahan hidup di
dunia yang bersifat alamiah, memperoleh keamanan dan hidup bahagia.

Anda mungkin juga menyukai