Anda di halaman 1dari 14

TUGAS KELOMPOK AGAMA KATOLIK

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

NAMA ANGGOTA :

• JOAKIM ARLONDO PUTRA WEA


• I
• I
• I
• I
JURUSAN : TEKNIK MESIN SEMESTER
: II
“ PANDANGAN AGAMA TENTANG ABORSI DI KABUPATEN ”

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Masalah aborsi sejak sekitar tahun 1920-an sudah menjadi suatu


kasus yang hangat dibicarakan. Negara yang pertama melegalisasikan
aborsi adalah Rusia pada tahun 1920. Sekarang ini sudah banyak
Negaranegara yang melegalisasi aborsi dengan syarat-syarat yang
bervariasi. Bahkan dibeberapa Negara, aborsi sudah menjadi bagian dari
program keluarga berencana, sehingga ketika konperensi kependudukan
diadakan pada bulan September 1994 di Cairo telah diusulkan agaraborsi
dimasukkan sebagai salah satu cara untuk mengendalikan pertumbuhan
dan pertambahan penduduk, sebagai bagian dari program keluarga
berencana. Namun, usul ini mendapat tantangan dari Negara-negara
islam, termasukIndonesia, dan katolik, tidak setuju untuk menjadikan
aborsi sebagai bagian darikeluarga berencana.

Pada beberapa tahun terakhir ini frekuensi aborsi terus meningkat


sebagai mana disebutkan oleh majalah Editor Edisi 29 agustus 1992
dalam rubrikinvestigasi mengenai aborsi. Data tentang jumlah aborsi
yang dilakukan juga dimuat.Dijakarta sekitar 5000 pertahun melakukan
aborsi. Tentu saja sebagian dari mereka Yang melakukannya
“kecelakaan”akibat pergaulan bebas. Juga, di Bali. menurut Penelitian J.
B. Tjitarsa dosen fakultas kedokteran universitas Udayana pada bebrapa
tahun lalu, aborsi dikalangan remaja tidak asing ternyata setiap harinya
ada 3 orang atau lebih diantara umur 15-25 tahun yang melakukan
aborsi.Selain itu, dikutip dari inilah.com,Yogyakarta,angka kejadian
aborsidiIndonesia berkisar 2-2,6 juta kasus pertahun, atau 43 aborsi untuk
setiap 100kehamilan. Fakta ini berasal dari Dosen Fakultas Kedokteran
Universitas IslamIndonesia (UII) Yogyakarta, dr Titik Kuntari
MPH.Karena beberapa fakta tersebutlah yang melatarbelakangi kami
untukmenyusun makalah ini.
B. RUMUSAN MASALAH
A. Apakah yang dimaksud dengan aborsi ?
B. Bagaimanakah pandangan agama Islam mengenai aborsi ?
C. Bagaimanakah pandangan agama Kristen mengenai aborsi ?
D. Bagaimanakah pandangan agama Hindu mengenai aborsi ?

C. TUJUAN MAKALAH  UMUM


 Makalah ini ditulis bertujuan untuk membantu
mempresentasikan tentang bagaimana Pandangan Agama Islam,
Agama Kristen, dan Agama Hindu mengenai aborsi.
 KHUSUS
 Makalah ini ditulis bertujuan untuk membantu diri sendiri
menilai bagaimana pandangan Agama mengenai Aborsi

D. MANFAAT PENULISAN  MANFAAT BAGI GROUP


 Mengetahui sesama tentang apa itu aborsi
 MANFAAT BAGI MASYARAKAT
 Masyarakat dapat mengetahui Dan menilai Tentang apa itu
aborsi
 MANFAAT BAGI PEMERINTAH
 Pemerintah dapat membuat kebijakan tentang aborsi agar dapat
mengurangi resiko kematian

E. METODE  SIFAT STUDY   TEKNIK MENULIS


BAB 2. GAGASAN TEORI TINJAUAN PUSTAKA A. DEFENISI


ETIMOLOGIS
Pengertian etika secara etimologis adalah etika berasal dari bahasa Yunani
“ethos” dan “ethikos”. Merujuk kata serapan tersebut, pengertian etika
secara etimologis dari kata etika adalah timbul dari kebiasaan.
Untuk pengertian etika secara terminologis adalah muncul saat manusia
merefleksikan unsur-unsur etis ke dalam pendapat-pendapat yang spontan.
Di mana tujuannya utama pengertian etika secara terminologis dijelaskan
untuk mencari tahu apa yang harus dilakukan oleh manusia.
Salah satu tokoh pendidikan di Indonesia sekaligus pendiri beberapa
universitas di Indonesia, Soegarda Poerbakawatja menjelaskan pengertian
etika adalah sebuah filsafat yang berkaitan dengan nilai-nilai, tentang baik
dan buruknya tindakan dan kesusilaan. Cabang ilmu filsafat memandang
etika adalah bagian dari nilai-nilai, norma, dan akhlak.
Pengertian etika secara etimologis adalah “etika” berasal dari bahasa Yunani
“ethos” dan “ethikos”. Pengertian etika secara etimologis dari kata “ethos”
memiliki arti sifat, watak, adat, kebiasaan, dan tempat yang baik.Merujuk
serapan bahasa Yunani tersebut, pengertian etika secara etimologis dari etika
adalah timbul dari kebiasaan. Sedangkan pengertian etika dari penegasan
KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah ilmu tentang apa yang baik
dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak).
Sementara pengertian etika secara etimologis dari kata “ethikos” memiliki
arti susila, keadaban, atau kelakuan dan perbuatan yang baik. Untuk kata
“etika” dibedakan dengan kata “etik” dan “etiket”. Pengertian etika secara
etimologis dari kata “etik” memiliki arti kumpulan asas atau nilai yang
berkenaan dengan akhlak atau nilai mengenai benar dan salah yang dianut
suatu golongan atau masyarakat.
Tak Cuma itu, pengertian etika secara etimologis dari kata “etiket” memiliki
arti tata cara atau adat, sopan santun, dan lain sebagainya dalam masyarakat
beradaban dalam memelihara hubungan baik sesama manusia.

B. PENDAPAT PARA AHLI


1. Aristoteles
Pengertian etika adalah dibagi menjadi dua, Terminius Technikus dan
Manner and Custom. Terminius Technikus adalah etika yang
dipelajari sebagai ilmu pengetahuan dengan mempelajari suatu
problema tindakan atau perbuatan manusia.

2. K. Bertens
Pengertian etika adalah nilai-nila dan norma-norma moral, yang jadi
pegangan seseorang atau suatu kelompok untuk mengatur perilaku.

3. W. J. S. Poerwadarminto berpendapat, pengertian etika adalah ilmu


pengetahuan tentang asasasas akhlak atau moral.

4. Hamzah Yakub
Pengertian etika adalah menyelidiki suatu perbuatan mana yang baik
dan mana yang buruk.

5. Soegarda Poerbakawatja
Pengertian etika adalah sebuah filsafat berkaitan dengan nilai-nilai,
tentang baik dan buruknya tindakan dan kesusilaan.

6. Drs. O. P. Simorangkir
Pengertian etika adalah pandangan manusia terhadap baik dan
buruknya perilaku manusia.

7. Prof. DR. Franz Magnis Suseno


Pengertian etika adalah ilmu yang mencari orientasi atau ilmu yang
memberikan arah dan pijakan dalam tindakan manusia.

8. Drs. Sidi Gajabla


Pengertian etika adalah teori tentang perilaku atau perbuatan manusia
yang dipandang dari segi baik dan buruknya sejauh mana dapat
ditentukan oleh akal manusia.

9. Drs. H. Burhanudin Salam


Pengertian etika adalah suatu cabang ilmu filsafat yang
berbicara tentang nilai-nilai dan norma yang dapat menentukan
perilaku manusia dalam kehidupannya.

10.James J. Spillane SJ
Pengertian etika adalah mempertimbangkan atau memperhatikan
tingkah laku manusia dalam mengambil suatu keputusan yang
berkaitan dengan moral. Etika lebih mengarah pada penggunaan akal
budi manusia dengan objektivitas untuk menentukan benar atau
salahnya serta tingkah laku seseorang kepada orang lain.

11.Soegarda Poerbakawatja
Pengertian etika adalah sebuah filsafat berkaitan dengan nilai-nilai,
tentang baik dan buruknya tindakan an kesusilaan.

12.Ramali dan Pamuncak


Pengertian etika adalah pengetahuan tentang perilaku yang benar
dalam profesi.

13.Maryani dan Ludigdo


Pengertian etika adalah seperangkat norma, aturan atau pedoman yang
mengatur segala perilaku manusia, baik yang harus dilakukan dan
yang harus ditinggalkan yang dianut oleh sekelompok masyarakat
atau segolongan masyarakat.

14.Ahmad Amin
Pengertian etika adalah suatu ilmu yang menjelaskan tentang arti baik
dan buruk serta apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia, juga
menyatakan sebuah tujuan yang harus dicapai manusia dalam
perbuatannya dan menunjukkan arah untuk melakukan apa yang
seharusnya didilakukan oleh manusia.

15.Martin
Pengertian etika adalah suatu disiplin ilmu yang berperan sebagai
acuan atau pedoman untuk mengontrol tingkah laku atau perilaku
manusia.

C. PENDAPAT KAMI TENTANG ABORSI


Aborsi adalah perbuatan yang Boleh dilakukan sepanjang dengan maksud
tertentu, seperti dengan tujuan kesehatan si ibu. Aborsi yang tidak
seharusnya dikakukan tentu melanggar Ham. Terutama Hak untuk Hidup
dan hak untuk mempunyai keturunan. Hal tersebut dikhawatirkan akan
berdampak kepada musnahnya keturunan manusia dimasa yang akan
datang. Demikian menurut saya
BAB 3. PEMBAHASAN A. ABORSI
Kata aborsi berasal dari bahasa Latin yaitu abortus, yang berarti gugur
kandungan atau keguguran. Dalam bahasa aborsi Arab disebut isqatu al-Hamli
atau al-Ijhadh . Jadi aborsi adalah pengguguran kandungan sebelum lahir secara
alamiah, berapa pun umurnya dengan maksud merusakan kandungan tersebut.

B. ABORSI MENURUT PANDANGAN ISLAM


Abdurrahman Al Baghdadi (1998) dalam bukunya Emansipasi Adakah
Dalam Islam halaman 127-128 menyebutkan bahwa aborsi dapat dilakukan
sebelum atau sesudah ruh (nyawa) ditiupkan. Jika dilakukan setelah setelah
ditiupkannya ruh, yaitu setelah 4 (empat) bulan masa kehamilan, maka semua
ulama ahli fiqih (fuqoha) sepakat akan keharamannya. Tetapi para ulama fiqih
berbeda pendapat jika aborsi dilakukan sebelum ditiupkannya ruh. Sebagian
memperbolehkan dan sebagiannya mengharamkannya.
Pendapat yang disepakati fuqoha, yaitu bahwa haram hukumnya melakukan
aborsi setelah ditiupkannya ruh (empat bulan), didasarkan pada kenyataan
bahwa peniupan ruh terjadi setelah 4 (empat) bulan masa kehamilan. Abdullah
bin Mas’ud berkata bahwa Rasulullah SAW telah bersabda “Sesungguhnya
setiap kamu terkumpul kejadiannya dalam perut ibumu selama 40 hari dalam
bentuk ‘nuthfah’, kemudian dalam bentuk ‘alaqah’ selama itu pula, kemudian
dalam bentuk ‘mudghah’ selama itu pula, kemudian ditiupkan ruh kepadanya.”
(HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Ahmad, dan Tirmidzi). Maka dari itu,
aborsi setelah kandungan berumur 4 bulan adalah haram, karena berarti
membunuh makhluk yang sudah bernyawa. Dan ini termasuk dalam kategori
pembunuhan yang keharamannya antara lain didasarkan pada dalil-dalil syar’i
berikut. Firman Allah SWT : “Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu
karena kemiskinan. Kami akan memberikan rizki kepada mereka dan
kepadamu.” (TQS Al An’aam : 151). “Dan janganlah kamu membunuh
anakanak kamu karena takut miskin. Kami akan memberikan rizki kepada
mereka dan kepadamu.” (TQS Al Isra` : 31 ) “Dan janganlah kamu membunuh
jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan (alasan) yang
benar
(menurut syara’).” (TQS Al Isra` : 33) “Dan apabila bayi-bayi yang dikubur
hidup-hidup itu ditanya karena dosa apakah ia dibunuh.” (TQS At Takwir : 8-9)
Berdasarkan dalil-dalil ini maka aborsi adalah haram pada kandungan yang
bernyawa atau telah berumur 4 bulan, sebab dalam keadaan demikian berarti
aborsi itu adalah suatu tindak kejahatan pembunuhan yang diharamkan Islam.
Adapun aborsi sebelum kandungan berumur 4 bulan, seperti telah diuraikan di
atas, para fuqoha berbeda pendapat dalam masalah ini. Pendapat yang
menyatakan bahwa aborsi diharamkan sejak pertemuan sel telur dengan sel
sperma dengan alasan karena sudah ada kehidupan pada kandungan, adalah
pendapat yang tidak kuat. Sebab kehidupan sebenarnya tidak hanya wujud
setelah pertemuan sel telur dengan sel sperma, tetapi bahkan dalam sel sperma
itu sendiri sudah ada kehidupan, begitu pula dalam sel telur, meski kedua sel itu
belum bertemu. Kehidupan (al hayah) menurut Ghanim Abduh dalam kitabnya
Naqdh Al Isytirakiyah Al Marksiyah (1963) halaman 85 adalah “sesuatu yang
ada pada organisme hidup.” (asy syai` al qa`im fi al ka`in al hayyi).
Ciri-ciri adanya kehidupan adalah adanya pertumbuhan, gerak, iritabilita,
membutuhkan nutrisi, perkembangbiakan, dan sebagainya. Dengan pengertian
kehidupan ini, maka dalam sel telur dan sel sperma (yang masih baik, belum
rusak) sebenarnya sudah terdapat kehidupan, sebab jika dalam sel sperma dan
sel telur tidak ada kehidupan, niscaya tidak akan dapat terjadi pembuahan sel
telur oleh sel sperma. Jadi, kehidupan (al hayah) sebenarnya terdapat dalam sel
telur dan sel sperma sebelum terjadinya pembuahan, bukan hanya ada setelah
pembuahan. Berdasarkan penjelasan ini, maka pendapat yang mengharamkan
aborsi setelah pertemuan sel telur dan sel sperma dengan alasan sudah adanya
kehidupan, adalah pendapat yang lemah, sebab tidak didasarkan pada
pemahaman fakta yang tepat akan pengertian kehidupan (al hayah). Pendapat
tersebut secara implisit menyatakan bahwa sebelum terjadinya pertemuan sel
telur dan sel sperma, berarti tidak ada kehidupan pada sel telur dan sel sperma.
Padahal faktanya tidak demikian. Andaikata katakanlah pendapat itu diterima,
niscaya segala sesuatu aktivitas yang menghilangkan kehidupan adalah haram,
termasuk ‘azl. Sebab dalam aktivitas ‘azl terdapat upaya untuk mencegah
terjadinya kehidupan, yaitu maksudnya kehidupan pada sel sperma dan sel telur
(sebelum bertemu). Padahal ‘azl telah dibolehkan oleh Rasulullah SAW.
Dengan kata lain, pendapat yang menyatakan haramnya aborsi setelah
pertemuan sel telur dan sel sperma dengan alasan sudah adanya kehidupan,
akan bertentangan dengan hadits-hadits yang membolehkan ‘azl.
C. ABORSI DALAM PANDANGAN HINDU
Aborsi dalam Theology Hinduisme tergolong pada perbuatan yang
disebut “Himsa karma” yakni salah satu perbuatan dosa yang disejajarkan
dengan membunuh, meyakiti, dan menyiksa. Membunuh dalam pengertian yang
lebih dalam sebagai “menghilangkan nyawa” mendasari falsafah “atma” atau
roh yang sudah berada dan melekat pada jabang bayi sekalipun masih berbentuk
gumpalan yang belum sempurna seperti tubuh manusia. Segera setelah terjadi
pembuahan di sel telur maka atma sudah ada atas kuasa Hyang Widhi. Dalam
“Lontar Tutur Panus Karma”, penciptaan manusia yang utuh kemudian
dilanjutkan oleh Hyang Widhi dalam manifestasi-Nya sebagai “Kanda-Pat” dan
“Nyama Bajang”. Selanjutnya Lontar itu menuturkan bahwa Kanda-Pat yang
artinya “empat-teman” adalah: I Karen, sebagai calon ari-ari; I Bra, sebagai
calon lamas; I Angdian, sebagai calon getih; dan I Lembana, sebagai calon
Yehnyom. Ketika cabang bayi sudah berusia 20 hari maka Kanda-Pat berubah
nama menjadi masing-masing : I Anta, I Preta, I Kala dan I Dengen.
Selanjutnya setelah berusia 40 minggu barulah dinamakan sebagai : Ari-ari,
Lamas, Getih dan Yeh-nyom. Nyama Bajang yang artinya “saudara yang selalu
membujang” adalah kekuatan-kekuatan Hyang Widhi yang tidak berwujud. Jika
Kanda-Pat bertugas memelihara dan membesarkan jabang bayi secara phisik,
maka Nyama Bajang yang jumlahnya 108 bertugas mendudukkan serta
menguatkan atma atau roh dalam tubuh bayi.
Oleh karena itulah perbuatan aborsi disetarakan dengan menghilangkan
nyawa. Kitab-kitab suci Hindu antara lain Rgveda 1.114.7 menyatakan : “Ma no
mahantam uta ma no arbhakam” artinya : Janganlah mengganggu dan
mencelakakan bayi. Atharvaveda X.1.29 : “Anagohatya vai bhima” artinya :
Jangan membunuh bayi yang tiada berdosa. Dan Atharvaveda X.1.29 : “Ma no
gam asvam purusam vadhih” artinya : Jangan membunuh manusia dan binatang.
Dalam ephos Bharatayuda Sri Krisna telah mengutuk Asvatama hidup 3000
tahun dalam penderitaan, karena Asvatama telah membunuh semua bayi yang
ada dalam kandungan istri-istri keturunan Pandawa, serta membuat istri-istri itu
mandul selamanya.
Pembuahan sel telur dari hasil hubungan sex lebih jauh ditinjau dalam
falsafah Hindu sebagai sesuatu yang harusnya disakralkan dan direncanakan.
Baik dalam Manava Dharmasastra maupun dalam Kamasutra selalu dinyatakan
bahwa perkawinan menurut Hindu adalah “Dharmasampati” artinya perkawinan
adalah sakral dan suci karena bertujuan memperoleh putra yang tiada lain
adalah re-inkarnasi dari roh-roh para leluhur yang harus lahir kembali menjalani
kehidupan sebagai manusia karena belum cukup suci untuk bersatu dengan
Tuhan atau dalam istilah Theology Hindu disebut sebagai “Amoring Acintya” .
Oleh karena itu maka suatu rangkaian logika dalam keyakinan Veda dapat
digambarkan sebagai berikut : Perkawinan (pawiwahan) adalah untuk syahnya
suatu hubungan sex yang bertujuan memperoleh anak. Gambaran ini dapat
ditelusuri lebih jauh sebagai tidak adanya keinginan melakukan hubungan sex
hanya untuk kesenangan belaka. Prilaku manusia menurut Veda adalah yang
penuh dengan pengendalian diri, termasuk pula pengendalian diri dalam bentuk
pengekangan hawa nafsu. Pasangan suami-istri yang mempunyai banyak anak
dapat dinilai sebagai kurang berhasilnya melakukan pengendalian nafsu sex,
apalagi bila kemudian ternyata bahwa kelahiran anak-anak tidak dalam batas
perencanaan yang baik. Sakralnya hubungan sex dalam Hindu banyak dijumpai
dalam Kamasutra. Antara lain disebutkan bahwa hubungan sex hendaknya
direncanakan dan dipersiapkan dengan baik, misalnya terlebih dahulu
bersembahyang memuja dua Deva yang berpasangan yaitu Deva Smara dan
Devi Ratih, setelah mensucikan diri dengan mandi dan memercikkan tirta
pensucian. Hubungan sex juga harus dilakukan dalam suasana yang tentram,
damai dan penuh kasih sayang.

D. ABORSI DALAM PANDANGAN KRISTIANI 1. SIKAP ETIS KRISTIANI


DALAM KASUS ABORSI
Kasus aborsi merupakan dilema besar yang tentunya tidak mudah untuk
dipecahkan. Karena mencakup bermacam-macam aspek: legal, teologis, etis,
sosial dan personal. Di dalamnya ada yang pro dan kontra dalam penilaian etis
terhadap kasus aborsi ini. Legalitas tindakan aborsi adalah urusan kedua
ketertarikaan antara pro-life dan golongan pro-chois. Masalahnya ada legal atau
tindakan kriminal, dan inilah inti kontroversi terhadap kasus ini. Golongan
proaborsi menitikberatkan hak-hak si ibu, yaitu privasi untuk memilih, dengan
disertai berbagai argumentasi dibelakangnya yang sifatnya lebih pragmatis
misalnya karena alasan tanggungjawab, finansial, aib, kecacatan; Mereka yang
anti aborsi menitikberatkan hak-hak si bayi yang belum dilahirkan, dan
khususnya hak untuk hidup. Kaum anti aborsi menitikberatkan perlunya
pembelaan terhadap hak-hak bayi yang belum di lahirkan itu, yang tidak
mampu membela dirinya sendiri.
Masalah yang pokok dalam kasus aborsi ini adalah tentang hakikat janin, yaitu
bagaimana kita berpikir tentang janin dalam rahim ibunya? Mengenai pokok ini
ada bermacam-macam pemahaman yang berbeda. Ada yang menganggap
bahwa saat menentukan ‘pemanusiaan’ embrio itu adalah pada suatu titik antara
penghamilan dan kelahiran; ada yang menganggap bahwa janin hanya sebagian
dari tubuh wanita yang mengandungnya, sehingga janin itu belum dapat
dianggap makhluk insani; kelompok lainnya menganggap pembuahan atau fusi
saat yang menentukan makhluk manusia mulai berada.
Dalam pandangan Kristen, isu aborsi adalah isu moral dan teologis. Maka,
untuk menanggapi masalah ini, yang menjadi taruhannya adalah ajaran iman
Kristen mengenai Allah dan manusia. Maka paper ini akan mendalami isu
aborsi ini dengan menganalisa aborsi, kemudian mengungkap beberapa
pandangan yang berkontroversi dalam menanggapinya, terakhir tulisan ini akan
memberikan argumentasi teologis sebagi sikap etis kristiani terhadap kasus
aborsi.

2. PENGENALAN AWAL KASUS ABORSI


Gugur kandungan atau aborsi,bahasa Latin: abortus adalah berhentinya
kehamilan sebelum usia kehamilan 20 minggu yang mengakibatkan kematian
janin. Apabila janin lahir selamat (hidup) sebelum 38 minggu namun setelah 20
minggu, maka istilahnya adalah kelahiran prematur. Abortus provocanus
merupakan satu istilah untuk keguguran yang disengaja. Dalam KBBI, aborsi
diartikan sebagai tindakan: 1) menggugurkan kandungan; 2) menghentikan; 3)
mempersingkat sesuatu: lahir sebelum waktunya; berkembang secara tidak
sempurna. Jadi, tindakan aborsi pada dasarnya adalah suatu sikap yang
dilakukan tidak pada jalan yang sewajarnya. Meniadakan sesuatu kehidupan
sebelum waktunya, yang seharusnya ia mengalami kehidupan sebagai manusia,
dengan cara memaksa atau menghambat kehidupan yang sedang berlangsung
dalam rahim.
Ada banyak hal yang menyebabkan seseorang berani mengambil keputusan
untuk melakukan aborsi. Penyebab umumnya diantaranya adalah kehamilan
karena tindakan perkosaan. Seorang perempuan yang telah menjadi hamil
karena perkosaan itu, jika pikiran tidak dapat tahan menanggung untuk harus
melahirkan seorang anak yang dihasilkan akibat kecelakaan itu, maka biasanya
ia lebih memilih untuk menggugurkan bakal anak itu. Kemudian, bisa juga
disebabkan bila seorang perempuan hamil dan ternyata dalam pemeriksaan ia
akan melahirkan seorang anak yang tidak akan dapat hidup atau secara badani
akan sangat rusak, maka aborsi menjadi pilihan utama bagi mereka. Jika jika
seorang wanita, dalam keadaan tidak nikah, telah menjadi hamil dan anak yang
dilahirkan itu adalah anak yang anak “yang tidak dikehendaki”.Juga dalam
kehamilan yaitu jika nyawa ibu tertancam dan hanya bisa tertolong
(diselamatkan) kalau dikorbankan nyawa anak dalam rahimnya waktu
melahirkan, maka umumnya secara kedokteran menganjurkan untuk melakukan
tindakan aborsi. Secara financial, bertambahnya seorang anak dalam keluarga
akan menjadi beban dan malapetakan bagi keluarga
3. KONTROVERSI ETIS KRISTIANI DALAM KASUS ABORSI
Pandangan ini berpendapat bahwa aborsi dapat dilakukan kapan saja. Alasannya
adalah keyakinan bahwa janin itu bagian tubuh manusia. Kelompok pro-aborsi
atau ”pro-choice” (kebebasan memilih) memberi tekanan utama pada hak
seorang ibu memutuskan apakah dia ingin memiliki bayinya. Seorang wanita
tidak dapat dipaksa memiliki anak yang bertentangan dengan keinginannya. Di
Amerika yang pluralis, ada satu inti utama yang menjadi label bagi mereka
yaitu radical individualism. Prinsip etika disimpulkan dari prinsip ini. “ I have a
right to live my own life as long as I don’t hurt anybody else”. Kebebasan
individu menjadi inti dari segala tindakan. Perempuan berhak untuk melakukan
tindakan seksual aktif dan jika ia punya benih bayi yang mulai tumbuh dalam
kandungannya sebagai hasil dari aktivitas seksualnya, itu bukan tanggungjawab
dari perempuan itu atau temannya laki-laki. Jadi, keputusan untuk mengaborsi
anak, itu tergantung dari keputusan wanita yang mengandungnya. Kalaupun ia
melakukan tindakan aborsi, itu adalah haknya sebagai individu yang punya hak
untuk melakukannya. Kaum individualisme bahkan menuntut akan
meminimalisasi legalisasi berdasarkan aturan. Mereka berusaha agar
individualime menjadi tindakan bebas, bertindak menurut mereka sendiri dan
keinginan sendiri. Dalam pandangan kelompok pro-choice tentang janin, secara
konsisten mengatakan bahwa embrio atau janin bukan suatu keberadaan
manusia atau pribadi atau seseorang memiliki hak hidup yang kepadanya kita
memiliki tanggungjawab.
Argumentasi alkitabiah yang dibangun oleh kelompok ini adalah berdasarkan
pada Kejadian 2:7, Ayub 34:14-15, Yesaya 57:16, Pengkhotbah 6:3-5 dan
Matius 26:24 yang semuanya ditafsirkan ‘janin bukanlah manusia’ sebab belum
dapat bernafas. Argumentasi ilmiahnya: (1) Argumentasi karena kesadaran diri,
bahwa bayi hanyalah bagian dari tubuh manusia dan bukan manusia sampai dia
memiliki kesadaran diri; (2) Argumentasi karena ketergantungan fisik, bahwa
bayi adalah gangguan bagi daerah kekuasaan fisik seorang ibu sehingga seorang
ibu berhak mengaborsinya; (3) Argumentasi karena keselamatan sang ibu,
bahwa aborsi legal lebih aman dan menyelamatkan ribuan ibu dari kematian
dibandingkan aborsi yang dilakukan diam-diam, sembarangan dan tidak bersih;
(4) Argumentasi karena siksaan dan penyia-yiaan, bahwa kehamilan yang tidak
diinginkan berakibat anak-anak mengalami penyiksaan dan disia-siakan orang
tuanya dan aborsi merupakan solusi efektif; (5) Argumentasi karena cacat,
bahwa kemajuan ilmu kedokteran dapat mengidentifikasi sejak dini bayi cacat
yang dapat ditolak kelahirannya daripada menjadi beban keluarga dan
masyarakat. (6) Argumentasi karena kebebasan pribadi sebagaimana keputusan
Pengadilan Tinggi AS yang menghormati hak kebebasan pribadi wanita atas
tubuhnya sehingga berhak mengeluarkan seorang bayi yang tidak diinginkan
dari rahimnya sama seperti hak mengusir tamu dari rumah. (7) Argumentasi
karena pemerkosaan, bahwa mempertahankan kehamilan dalam kondisi terhina
akibat perkosaan merupakan sikap tidak bermoral dan wanita tidak harus
dipaksa memiliki seorang bayi yang bertentangan dengan kemauannya.

4. SIKAP ETIS KRISTIANI


Dalam perintah ke 6 berbunyi “Jangan Membunuh”, maka dalam hal ini ada
orang yang bertanya-tanya, dalam situasi dan kondisi yang rumit, apakah
perintah ini berlaku? Dan kalau kita melihat konteksnya, maka perintah ini
ditujukan untuk manusia. Dan sekarang yang menjadi masalah utama adalah
tentang status fetus itu sendiri;
Apakah fetus atau janin itu manusia atau bukan? Syarat apakah yang harus
dimiliki “sesuatu” supaya dapat dianggap seorang manusia, jelasnya supaya
memiliki hak hidup? Jika kita menganggap bayi yang belum dilahirkan bukan
manusia, tetapi hanya benda, kapankah fetus itu dapat menikmati statusnya
sebagai seorang manusia atau pribadi? Jika janin itu belum mempunyai status
sebagai manusia, maka Abortus tidak dapat dicap sebagai pembunuhan, dan
masalah kita dapat diselesaikan, tetapi jika itu adalah manusia yang sedang
mengalami proses pertumbuhan secara kontinu, maka ini jelas merupakan suatu
pembunuhan. Dalam hal ini, ada pendapat yang menyatakan bahwa sejak
terjadinya konsepsi, seorang anak sedang dibentuk melalui proses yang alamiah
dan terus-menerus, sel telur yang sudah dibuahi itu dalam waktu sembilan bulan
lebih akan berkembang menjadi bayi yang mempunyai ratusan juta sel dan fetus
mempunyai sistim sirkulasi sendiri dan otak.

BAB 4. PENUTUP  Kesimpulan


Menjalani kehamilan itu berat, apalagi kehamilan yang tidak
dikehendaki.Terlepas dari alasan apa yang menyebabkan kehamilan, aborsi
dilakukan karena terjadi Kehamilan yang tidak diinginkan. Apakah karena
kontrasepsi yang gagal, perkosaan,Masalah ekonomi, jenis kelamin atau hamil
diluar nikah. Gereja mengajak kita untuk Menghormati hidup manusia sejak
dari awal, oleh karena itu dapat dikatakan dengan Tegas, kita menolak adanya
pengguguran. Aborsi hanya boleh dilakukan dengan keadaan Darurat sebagai
cara untuk menyelamatkan ibunya. Jadi, aborsi yang dilakukan oleh Karena
alasan lain, jelas-jelas dilarang. Gereja katolik sangat kuat mempertahankan
Pandangannya bahwa aborsi harus dilarang karena berkaitan dengan hak asasi
manusia. Manusia mempunyai hak asasi manusia karena ia adalah manusia
ciptaan Allah. Ia Diciptakan menurut gammbar dan rupa Allah. Hak asasi itu
datang dari kodratnya sebagai manusia dan menyatu lekat dengan Martabatnya
sebagai manusia. Hak itu tidak dapat diberi atau diambil oleh orang lain Atau
institusi lain, melainkan melekat dengan dirinya sebagai manusia. Sejak
manusia Ada hak itu melekat padanya dan akan hilang bersama perginya
manusia dari dunia ini (meninggal). Bagi seorang manusia, hidup adalah nilai
fundamental untuk dapat Merealisasikan nilai-nilai lainnya. Maka, hak untuk
hidup menjadi syarat utama dan Mendasar ketika berbicara mengenai hak asasi
manusia. Manusia diciptakan menurut Gambar Allah. Dalam kitab suci
dikisahkan bahwa Allah melarang melakukan Pembunuhan terhadap sesama.
Berdasarkan kenyataan diatas Gereja menganjurkan agar Pewartaan akan
luhurnya pribadi manusia harus terus diwartakan karena manusia adalah Luhur.
 Saran

Anda mungkin juga menyukai